Anda di halaman 1dari 9

RECIDIVE

Adalah pengulangan tindak pidana yang dilakukan oleh terpidana.


Hal ini berarti untuk dikatakan telah ada residive, maka seseorang itu telah
dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Recidive atau pengulangan Tindak Pidana terjadi dalam hal


seseorang yang melakukan suatu Tindak Pidana dan telah
dijatuhi pidana dengan suatu putusan Hakim yang tetap (in
kracht van gewijsde) kemudian orang itu melakukan Tindak
Pidana lagi.

Jadi recidive adalah apabila seseorang melakukan tindak


pidana dan telah diadili/dijatuhi hukumannya kemudian ia
melakukan tindak pidana lagi.

Dalam hal ini bagi seorang recidive maka untuk tindak pidana yang
dilakukanya setelah ada putusan tetap harus ditambah sepertiga sebagai
pemberatan pidana.
 Contoh : Amir melakukan suatu tindak pidana
pencurian pada tanggal 16 mei 1999 kemudian
diadili dan diputus oleh pengadilan pada tanggal 11
nopember 1999 dia dikenakan pidana 5 tahun.
Kemudian pada tanggal 6 januari 2005 (setelah ia
telah selesai menjalani hukuman) ia mencuri lagi.
Sehingga pada tanggal 10 juni 2006 dia dipidana 6
tahun 8 bulan. Untuk perbuatan mencuri yang
kedua maka dia mengalami hukuman 5 tahun + 1/3
x 5 tahun = 6 tahun 8 bulan.
Dasar atau alasan ditambahkannya 1/3 dari
masa pidana yang dijatuhkan (pemberatan)
terhadap residive adalah ada unsur pencegahan
untuk mencegah orang agar tidak melakukan
kejahatan terutama dia melakukan suatu
perbuatan pidana lagi, misalnya untuk 3 tahun
tetapi dia masih melakukan perbuatan pidana
lagi sehingga itu dianggap tidak cukup untuk
mencegahnya maka ditambah 1/3 agar dia
tidak lagi melakukan perbuatan pidana lagi.
Selain itu orang yang melakukan pengulangan
itu membuktikan bahwa ia mempunyai tabiat
jahat dan oleh sebab itu dianggap merupakan
bahaya bagi masyarakat dan bagi ketertiban
umum.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi:

 Pelakunya sama
 Terulangnya tindak pidana yang mana
untuk tindak pidana terdahulu telah
dijatuhi pidana yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap
 Pengulangan terjadi dalam jangka waktu
tertentu, yakni dalam jangka 5 tahun
 Ada 2 sistem pemberatan pidana
berdasarkan adanya Recidive, yaitu
sistem:
1. Recidive Umum
Setiap pengulangan terhadap jenis
Tindak Pidana apapun dan dilakukan
dalam waktu kapan saja. Jadi tidak
ditentukan jenis Tindak Pidana yang
dilakukan maupun tenggang waktu
pengulangannya. Terhadap hal ini tidak
ada daluwarsa recidive.
Lanjutan....

2. Recidive Khusus
Tidak semua jenis pengulangan merupakan
alasan pemberatan pidana. Pemberatan pidana
hanya dikenakan terhadap pengulangan yang
dilakukan terhadap jenis Tindak Pidana
tertentu dan yang dilakukan dalam tenggang
waktu tertentu pula.
Recidive menurut KUHP
 Diatur secara khusus di dalam Buku II dan
Buku III.
1. Recidive Kejahatan

 Recidive terhadap kejahatan-kejahatan


tertentu yang sejenis diatur secara tersebar
dlm sebelas pasal-pasal tertentu Buku II
KUHP yaitu dlm pasal 137 (2), 144 (2), 155
(2), 157 (2), 161 (2), 163 (2), 208 (2), 216 (3),
321 (2), 393 (2) dan 303 bis (2).

Anda mungkin juga menyukai