Anda di halaman 1dari 11

Pidana Penjara

Pidana penjara merupakan salah satu pidana perampasan


kemerdekaan.
Ada beberapa sistem pidana penjara yaitunya:
1. Pensylvanian System / Cellulaire System.
Yang mana dalam hal ini masing-masing terpidana dimasukan
dalam sel-sel tersendiri. Ia sama sekali tidak boleh menerima
tamu, baik dari luar maupun sesama narapidana. Dia tidak boleh
bekerja diluar sel tersebut. Satu-satunya pekerjaannya adalah
untuk membaca Buku Suci yang diberikan kepadanya. Sistem
ini pertama kali digunakan di Pensylvania.
2. Auburn System / Silent System.
Pelaksanaan dalam sistem ini, yang mana terpidana
pada hanya pada malam hari dimasukan ke dalam sel-
sel secara sendiri-sendiri sebagaimana dalam Cellulaire
System. Pada siang hari terpidana diwajibkan bekerja
bersama-sama dengan terpidana lainnya, akan tetapi
dilarang berbicara antara sesama terpidana atau kepada
orang lain. Sistem ini pertama kali di gunakan di
AUBURN.
3. English System /Ire System atau Progressive System.
Menurut sistem ini, cara pelaksanaan pidana penjara
dilaksanakan secara bertahap. Pada tahap pertama selama 3
bulan terpidana menjalani pidananya seperti Cellulaire System.
Jika setelah 3 bulan tersebut terbukti ada kemajuan kesadaran
terpidana, maka di ikuti dengan tahap pelaksanaan yang ringan,
yaitu sudah dibolehkan menerima tamu, berbincang-bincang
sesama terpidana, dan bekerja bersama-sama.
Tahap selanjutnya lebih ringan lagi, bahkan pada tahap terakhir
dalam status terpidana ia boleh menjalani pidananya diluar
tembok-tembok penjara
4. Sistem Bangsal / Sistem Blok.
Yang mana dalam hal ini terpidana di tempatkan dalam
suatu Ruangan atau Blok secara berkelompok atau
dalam satu Bangsal dan mereka bekerja juga secara
berkelompok.
Terpidana wajib mengerjakan berbagai kegiatan yang
ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut ketentuan pasal 24 jo pasal 29 KUHP,
terpidana wajib mengerjakan semua pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Mengenai ini termasuk
pembedaan tempat menjalani pidana kurungan atau
kedua-duanya, pengurusan tempat-tempat manjalani
pidana tersebut. Pembedaan terpidana penjara dan
terpidana kurungan, upah pekerjaan, penyelenggaraan
ibadah agama, makanan, pakaian, tidur dsb diatur
dalam Gestichten Reglement Stb 1917/708.
Setelah keluarnya UU No.12 tahun 1995, tentang Pemasyarakatan, terhadap
terpidana yang berada dalam Lembaga Pemasyarakatan dilakukan pembinaan
sebagai mana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1999.
Dalam pelaksanaan pembinaan narapidana dilakukan dalam 3 tahapan yaitu:
1. Tahap awal, dimulai sejak narapidana berada dilapas sampai dengan 1/3 dari
masa menjalani pidana.
2. Tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal sampai dengan
½ dari masa menjalani pidana. Dan tahapan lanjutan kedua sejak berakhirnya
pembinaan lanjutan pertama sampai dengan 2/3 masa menjalani pidana.
3. Tahap akhir atau tahap ke tiga, dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan
kedua sampai dengan berakhirnya masa menjalani pidana.

Bagi terpidana yang dipidana dengan penjara seumur hidup tidak dilakukan
pentahapan tersebut.
Pidana Kurungan
Pidana kurungan juga merupakan bentuk pidana perampasan
kemerdekaan, akan tetapi dalam berbagai hal ditentukan lebih ringan dari
pada pidana penjara.
Ada beberapa ketentuan mengenai pidana kurungan:
1. Terpidana kurungan mempunyai hak pistole, yaitu mereka mempunyai
hak atau kesempatan untuk mengurusi makanan dan alat tidur sendiri
atas biaya sendiri (pasal 23 KUHP)
2. Para terpidana mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wajib yang lebih
ringan dari terpidana penjara (pasal 19).
3. Maksimum ancaman pidana kurungan adalah satu tahun. Maksimum
ini boleh sampai 1 tahun 4 bulan dalam hal terjadi pemberatan pidana.
(konkursus, delneming atau pelanggaran pasal 52 dan 52a KUHP).
(pasal 18 KUHP)
4. Apabila terpidana penjara dan terpidana kurungan menjalani pidana
dalam satu tempat pemasyarakatan, maka terpidana kurungan harus
terpisah tempatnya. (pasal 28 KUHP).
5. Pidana kurungan dilaksanakan dalam daerah terpidana sendiri. (pasal
21 KUHP).
6. Lazimnya pidana kurungan dijatuhkan untuk tindak pidana karena
kelalaian, yang diancamkan hukuman bersifat alternatif yaitu, pidana
penjara dengan pidana kurungan atau pidana kurungan dengan pidana
denda. Serta tindak pidana berupa pelanggaran buku ke III KUHP.
7. Lamanya pidana yang dijatuhkan harus menyebutkan beberapa hari,
minggu, bulan atau tahun. Penyebutan pecahan dari waktu tersebut
tidak dibolehkan. (pasal 27 KUHP).
Pidana Kurungan Pengganti
Pidana kurungan pengganti adalah pengganti dari pada denda yang
tidak dibayar oleh terpidana.
Dapat juga dijatuhkan pidana kurungan pengganti, apabila terpidana
tidak membayar harga taksiran (yang ditentukan) dari barang
rampasan yang tidak diserahkan oleh terpidana.
Dalam hal ini sebelum pemidanaan barang tersebut belum disita, atau
dengan kata lain masih dlam penguasaan tersangka.
Bahkan juga dapat dijatuhkan apabila biaya pengumuman putusan
hakim yang dibebankan kepada terpidana tidak dibayar oleh
terpidana.
Pidana kurungan pengganti merupakan alat pemaksa agar terpidana
memenuhi kewajibannya.
Pidana Denda
Pidana denda merupakan pidana yang ditujukan terhadap harta
benda/ kekayaan si terpidana.
Pidana denda merupakan kewajiban seseorang untuk
“mengembalikan keseimbangan hukum” atau “menebus dosanya”
dengan pembayaran sejumlah uang.
Minimum pidana denda adalah Rp.0,25. (dua puluh lima sen).
Maksimum pidana denda tidak disebutkan secara umum, melainkan
ditentukan dalam pasal-pasal pidana yang bersangkutan dalam buku
II dan III KUHP.
Diluar KUHP dalam berbagai ketentuan peraturan perundangan-
undangan ditentukan dengan secara jelas, maksimum pidana denda
dan minimun pidana denda yang dijatuhkan bagi pelanggarnya.
Jika terpidana tidak mampu membayar pidana denda yang dijatuhkan
kepadanya, maka dapat diganti dengan pidana kurungan, sebagai pidana
kurungan pengganti.
Maksimum pidana kurungan pengganti adalah 6 (enam) bulan, dan boleh
menjadi 8 (delapan) bulan, dalam hal terjadi pemberatan hukuman (perbarengan,
pengulangan dan penerapan pasal 52 dan 52a KUHP).
Orang yang dijatuhi pidana denda boleh segera menjalani kurungan
penggantinya dengan tidak usah menunggu sampai waktu harus membayar
denda itu.
Setiap waktu si terpidana berhak dilepaskan dari kurungan pengganti, jika
denda telah dibayarnya.
Pembayaran sebagian dari denda baik sebelum maupun sesudah mulai menjalani
kurungan pengganti, membebaskan terpidana dari sebagian kurungan bagian
denda yang telah dibayar.

Anda mungkin juga menyukai