Anda di halaman 1dari 50

PENOLOGI

PERANAN PENOLOGI DALAM HUKUM PIDANA

● Baru ada di FH 1981. Dulu adalah hk. Penitensier, gnt krn penitensier sesuatu
berkaitan penjara tp penol dan kemasyarakatan berkaitan pemidanaan.

Penitensier berkaitan dengan masalah penjara terlihat dari definisi penitensier,


menurut :
1. Black’s Law Dictionary edisi ke-6
“Penitentiary is a prison, correctional institution, or other place of
confinement where convicted felons are sent to serve out the term of their
sentence.”
2. Webster’s New Twentieth Century Dictionary Unabridged edisi ke-2
“Penitentiary is a prison, especially a state or federal prison for persons
convicted of serious crimes.”
3. Kata penitentiary adalah suatu kata untuk lembaga yang didesain untuk
menahan terpidana yang melakukan kejahatan berat, dalam waktu yang
lama. Kata penitentiary berasal dari kata penitence yang berarti penyesalan
dan pertobatan, terutama berhubungan dengan praktik gerejawi tentang
pemaafan atas suatu kesalahan. Cara ini dilakukan pertama kali sehubungan
dengan pemberian hukum oleh reformis Inggris, John Howard pada tahun
1726-1790.
4. Van Bemmelen dalam bukunya Strafvordering, sebagaimana dikutip PAF
Lamintang dalam bukunya Hukum Penitensier Indonesia
“Penitentiaire recht adalah het recht betreffende doel, werking en organisatic
der strafinstituten”.

Terjemahan :
Hukum yang berkenaan dengan tujuan daya kerja dan organisasi dari
lembaga-lembaga pemidanaan.

1
5. Penitensier adalah suatu lembaga yang dimaksudkan mengisolasi
narapidana-narapidana dari masyarakat dan dari narapidana yang lain
sehingga mereka dapat merenungkan kesalahan di waktu lalu, menyesali,
kemudian menjalani pembinaan.
● Penologi → berbicara tujuan pemidanaan, akibat pemidanaan bagi pelaku tindak
pidana dan pengaruh pidana bagi korban kejahatan serta berat ringannya pidana yang
dijatuhkan hakim.

Tidak sekedar ilmu pemidanaan, juga berhubungan tugas penasihat hukum saat
melakukan pembelaan, tugas Jaksa Penuntut Umum saat penuntutan dan tugas Hakim
saat menjatuhkan pidana.

Sebagai ilmu pengetahuan, juga mengantarkan apa dasarnya terdakwa harus dibela di
pengadilan, harus dituntut dan harus dipidana.
● Ilmu hukum = ilmu sosial. Penologi adalah bagian ilmu hukum. Sbg ilmu sosial tnt gk
baku
● Dalam kasus perdata gk blh kt dipidana. Dipidana boleh pakai kt hukuman sm pidana

TUJUAN

● Agr yang melakukan mempertanggungjawabkan perbuatannya dan memberikan


keadilan bagi korban

Penologi gak bs jwb soal knp hukuman nya selama it, tp menjawab apa alasan
dihukum.

⮚ KUHP atur min penjara 1 hari. Tipikor min 1 thn krn extra ordinary crime (ganggu
perekonomian dan pengelolaan negara)

⮚ Berbagai pertimbangan hakim dalam memutuskan pemidanaan

1. Dasar hukum (bnr gak Pasal yg diterapkan) misalnya bedanya pidana perbuatan
pencurian malam hari dengan siang hari

2
2. Motivasi melakukan kejahatan

Di penologi dikenal disparitas pidana yakni hukuman berbeda terhadap kasus


sama karena motivasinya

3. Keadilan pelaku, korban dan masyarakat hrs seimbang. Pelaku jg d perhatikan krn
bkn pembinasaan tp membina
4. Usia pelaku
Kl dibwh umr gk pakai KUHP tp UU peradilan anak. 18 dewasa, anak” sidang
tertutup hakim dan jaksa gak pakai toga
5. Apakah ia tulang punggung = meringankan

SEJARAH PERKEMBANGAN PENJATUHAN HUKUMAN

● Penjatuhan Hukuman Sebelum Negara Terbentuk

Lembaga negara seperti polisi, jaksa, hakim belum ada. Jadi, penjatuhan pidana dari 3 tahap:

1. Dengan cr membalas/lex talionis/asas pembalasan


➔ Terjadi tindak pidana - balas dengan cara sama (srng disebut nyawa dibayar
nyawa, mata dibayar mata, gigi dibayar gigi)
➔ Masalah : sulit menyeimbangkan bentuk yg akan dilakukan, krng
manusiawi, menimbulkan kekacauan di masyarakat jd pembalasan
kemungkinan akan berlanjut
➔ Seiring perkembangan peradaban manusia, cr ini d gnt jd ksh gnt rugi krn
dianggp ini krng mendukung tercipta masyarakat tertib.
2. Dengan cr beri ganti rugi ke korban/keluarga korban
➔ Terjadi tindak pidana - sepakat pelaku dengan korban/keluarga korban untuk
gnt rugi saja
➔ Masalah : menentukan nilai ganti rugi tidak mudah. Mis : mencuri barang
peninggalan dan yg dibunuh org yg diharapkan dimasa depan bd dengan yg
masa depannya tidak cerah.
➔ Negara terbentuk = ini tidak dipakai lagi
3. Negara terlibat

3
➔ Negara sudah terbentuk, hukum pidana telah tertulis dan lembaga negara
spt polisi, jaksa, hakim, advokat sudah ada jadi penyelesaian perkara pidana
sepenuhnya tanggung jawab negara.
➔ Terjadi tindak pidana - polisi penyelidikan - penyidikan -
penangkapan/penahanan dan dsr hk jls - diadakan berita acara pemeriksaan
pd tersangka.
➔ Berkas lengkap - berkas dan tersangka diserahkan ke Jaksa - Jaksa memohon
PN memeriksa di persidangan - PN menetapkan sidang pemeriksaan.

melakukan dlu Pra penuntutan = apakah pasal tsb yg diterapkan benar

● Sejarah Pertumbuhan Susunan Pidana di Indonesia → baca buku hlm 10.

JENIS-JENIS PIDANA DI DALAM KUHP

KUHP mulai berlaku 1 Jan 1918 berdasarkan asas konkordansi → dipersamakan dengan
KUHP Belanda tp krng tpt krn

1. KUHP Belanda berlaku 1870, pidana mati untuk kalangan sipil gak dicantumkan tp di
KUHP cantum
2. KUHP Belanda tidak kenal pencurian ringan tapi KUHP ada (Ps. 64)

Jenis pidana (Ps. 10 KUHP)

1. Pidana pokok (hoofdstraffen)


a. Mati
b. Penjara
c. Kurungan
d. Denda
e. Tutupan (UU 20/1946)
2. Pidana tambahan (bijkomende straffen)
a. Pencabutan hak” tnt

4
➔ Ps 10 KUHP = Hakim dpt menjatuhkan dgn btsn wkt tnt/smntr/tnp bts. Mis :
cbut hak jadi peserta dlm pemilihan gubernur utk semntr/selamanya
➔ Lembaga pencabutan hak” tnt di Ps 10 sbnrnya uda ada lama. Sejak hukum
romawi = Infamia, Prancis = Peines infomantes. Artinya lembaga hukum
berupa usaha untk mendegradasikan martabat seorang sbg WN yg memang
layak dihormati dengn mengaitkan deminutuo existimatio (pencabutan hak
tnt dgn perlaku tercela) krn telah melakukan kejahatan.
b. Penyitaan benda” tnt
➔ Ps 39 (1) KUHP : “benda-benda kepunyaan terpidana yang diperoleh karena
kejahatan, atau benda-benda yang diperoleh dari kejahatan dapat disita”.

Benda-benda dari kejahatan → mobil curian, rumah yg d beli dari duit


korupsi.

➔ Penyitaan dimaksud Ps 39 (1) untuk :

1) Mengembalikan barang hasil kejahatan ke yg berhak. Dikembalikan


negara → tipikor dan pemilik → pencurian/penggelapan/penipuan

2) Memusnahkan barang untuk melakukan kejahatan

c. Pengumuman dari keputusan hakim

Dimaksud Ps 10 KUHP → agr masyarakat mengetahui putusan hakim, waspada


dan hati” mengenai sikap dan tindakan terpidana tsb.

Bisa kita lihat susunan pidana pokok Ps. 10 KUHP diurut dri yg terberat ke ringan → gk
sesuai hk pidana yg sifatnya ultimum remedium / berfungsi subsidair. Jd, hrsnya teringan
ke terberat.

CIRI-CIRI PIDANA

A. Pokok
1. Sesama pidana pokok tidak bisa digabung (akumulasi). Pengeculian → jika
menyangkut tipikor, tindak pidana narkotika, pencucian uang, lingkungan hidup
karena telah mergikan negara

5
2. Bersifat alternatif/memilih → memilih dari ancaman pidana yg tercantum dlm
pasal yg dilanggar
3. Berdiri sendiri → dpt dijatuhkan tnp pidana tambahan
B. Tambahan
1. Bersifat fakultatif → bisa dijatuhkan hakim/tidak
2. Tidak boleh berdiri sendiri → tdk blh tnp pidana pokok

TABEL PERBEDAAN PIDANA PENJARA DAN KURUNGAN

No. Pidana Penjara Pidana Kurungan

1. Dapat dikenakan selama seumur hidup Dikenakan minimal satu hari dan paling
atau selama waktu tertentu, antara satu lama satu tahun (Pasal 18 ayat (1)
hari hingga dua puluh tahun KUHP) tetapi dapat diperpanjang
berturut-turut (baca Pasal 12 KUHP) sebagai pemberatan hukuman penjara
serta dalam masa hukumannya paling lama satu tahun empat bulan
dikenakan kewajiban kerja (Pasal 14 (Pasal 18 ayat (3) KUHP) serta
KUHP) dikenakan kewajiban kerja tetapi lebih
ringan daripada kewajiban kerja
terpidana penjara (Pasal 19 ayat (2)
KUHP)

2. Dikenakan karena orang tersebut Dikenakan karena orang tersebut


melakukan tindak pidana kejahatan melakukan tindak pidana pelanggaran
atau sebagai pengganti pidana denda
yang tidak bisa dibayarkan (Pasal 30
ayat (2) KUHP).

Namun ada pengecualian diatur dalam


Pasal 359 KUHP yang memungkinkan
penerapan pidana kurungan terhadap
beberapa tindak pidana kejahatan

6
karena kelalaian.

3. Penempatan terpidana pidana penjara Penempatan terpidana pidana penjara


atas terpidana lain dapat digabungkan. kurungan tidak dapat digabungkan
dengan terpidana lain (individualis)

4. Terpidana tidak diperkenankan Terpidana boleh membawa fasilitas


membawa fasilitas pribadi ke dalam sel pribadi tertentu dan hal ini dijelasakan
bukan sebagai suatu privilege yang
diskriminatif menurut UU No. 12 Tahun
1995

5. Pakaian yang digunakan merupakan Bebas atas pemilihan pakaian apapun


seragam biru-biru

6. Dalam hal transfer terpidana antar Tidak diperbolehkan atas transfer


lembaga pemasyarakatan ialah terpidana ke lembaga pemasyarakatan
diperbolehkan lainnya

PIDANA PENJARA

➔ Alasan-alasan mengapa hukuman mati tidak diinginkan oleh terpidana, yaitu :


1) Merupakan pelanggaran HAM berat, karena manusia lahir diberkati dengan daya
untuk hidup dan bertahan hidup sehingga dengan dijatuhinya pidana mati
seakanakan hak asasi manusia pelaku ditiadakan. Dalam hal ini, tentu pelaku
akan merasa terbebani mengingat dirinya memiliki kehidupan yang merupakan
hak miliknya. Hukuman mati telah dianggap melanggar SIla Kedua dari Pancasila,
bahwa eksistensinya memberikan kebebasan dan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia tidak terkecuali para terpidana
2) Telah berkontradiksi dengan dogma-dogma agama. Tuhan sebagai causa prima
dan causa finalis, artinya jika pidana mati dijatuhkan berarti kita mengingkari
kekuasaan Tuhan. Maka dapat dikatakan bahwa apabila Tuhan yang memberikan

7
nyawa kepada manusia, maka Tuhan juga yang berhak mencabut nyawa tersebut
dan bukan merupakan campur tangan manusia
3) Efektivitas hukum terbukti tingga meningkat apabila pidana yang diberikan
kepada terpidana memiliki intensitas tinggi dan bersifat berat (makin merenggut
kebebasan
4) Pada Pasal 28A UUD 1945, dijelaskan bahwa setiap orang berhak
mempertahankan hidup dan kehidupan. Maka tidak terkecuali terpidana, dirinya
memiliki hak mutlak atas kehidupannya yang tidak boleh direnggut oleh orang
lain
5) Pidana penjara seumur hidup akan dianggap lebih efektif dalam mendidik pelaku
kambuhan karena sifatnya yang membatasi aktivitas pelaku tanpa merenggut
nyawa sebagai hak miliknya. Hal ini berkaitan dengan tugas Lembaga
Pemasyarakatan dalam membina terpidana, bukan untuk melenyapkan
eksistensinya.

PIDANA KURUNGAN

➔ Tindak pidana kurungan utk pelanggaran


➔ Menurut Memorie Van Toelichting, pembentukan pidana kurungan didasarkan :

1. Perlu suatu jenis pidana yang sangat sederhana berupa pembatasan kebebasan
bergerak bagi pelaku tindak pidana ringan

2. Perlu suatu jenis pidana berupa pembatasan kebebasan bergerak bagi pelaku
tindak pidana yang tidak begitu jahat (Custodia Honesta)

➔ Tidak ada peraturan tanpa pengecualian. Jadi pengecualian pidana kurungan diatur
dalam :

Ps. 359 KUHP

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,


diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun”.

8
Jadi, penerapan pidana kurungan terhadap tindak pidana kejahatan dimungkinkan,
misalnya terhadap Ps. 188, 191, 193, 195, 197, 199, 201, 359, dam 360 KUHP.

Ps. 360 KUHP

(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain


mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Antara kedua Pasal itu aneh, yang mati sama cuman luka sama berat. Harusnya yg
luka berat dikurangi.

➔ Ps. 90 KUHP

Luka berat berarti

1. jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
2. tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
3. kehilangan salah satu panca indera;
4. mendapat cacat berat;
5. menderita sakit lumpuh;
6. terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
7. gugur atau matinya janin seorang perempuan.
➔ Jadi, pidana kurungan ada 2 fungsi yakni sbg pidana kurungan (dlm arti murni) dan
sbg pengganti pidana denda

PIDANA DENDA

➔ Ps. 30 KUHP
1) Pidana denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh lima sen
2) Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan
3) Lamanya pidana kurungan pengganti paling sedikit satu hari dan paling lama
enam bulan

9
4) Dalam putusan hakim, lamanya pidana kurungan pengganti ditetapkan demikian;
jika pidana dendanya tujuh rupiah lima puluh dua sen atau kurungan, di hitung
satu hari; jika lebih dari lima rupiah lima puluh sen, tiap-tiap tujuh rupiah lima
puluh sen dihitung paling banyak satu hari demikian pula sisanya yang tidak
cukup tujuh rupiah lima puluh sen
5) Jika ada pemberatan pidana denda disebabkan karena perbarengan atau
pengulangan, atau karena ketentuan pasal 52, maka pidana kurungan pengganti
paling lama delapan bulan
6) Pidana kurungan pengganti sekali-kali tidak boleh lebih dari delapan bulan.

Di pasal ini cuman diatur min brp thn tp gk maxnya karena tiap Ps. yg
mencantumkan denda sudah diatur denda maxnya.

➔ Menurut Ps. 273 (1) UU 8/1981, jika putusan pengadilan menjatuhkan pidana
denda kepada terpidana dlm jangka wkt 1 bln utk bayar kecuali dalam acara
pemeriksaan cepat yang hrs seketika dilunasi. Bs diperpanjang max 2 bln jika ada
alasan kuat sbgaimana diatur ayat (2) nya.

Gak bayar → ganti pidana kurngan (Ps. 30 (2))

➔ Ada perbedaan penerapan pidana denda di KUHP dengan diluar KUHP. Di KUHP
jmlahnya lbh dkit beda sm UU Tipikor karena Tipikor kan merugikan keuangan
negara, menganggu stabilitas perekonomian. Beda jg sm UU Psikotropika krn
keuntungannya bsr dan sgt menganggu stabilitas jiwa bagi pengguna yg
menyalahgunakan.
➔ Pasal 82 (1) KUHP

“Kewenangan menuntut pelanggaran yang diancam dengan pidana denda saja


menjadi hapus, kalau dengan suka rela dibayar maksimum denda dan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan kalau penuntutan telah dimulai, atas kuasa pejabat yang
ditunjuk untuk itu oleh aturan-aturan umum , dan dalam waktu yang ditetapkan”.

Jadi, kl cmn pelaku pelanggaran cmn diancam pidana denda, dpt menyelesaikan
perkara sblm persidangan dgn byr denda tertinggi dan dpt jg byr stlh penuntutan
ditambah biaya perkara.

10
➔ PERMA yang blg jumlah denda dilipatgandakan jadi 1000x itu gak sah jd gk prlu
diikuti Hakim krn UU gk bs diubah dgn PERMA dan itu kewenangan DPR brsama
Presiden.
➔ Krn tiap karakter dan unsur TPnya berbeda jadi dendanya gk boleh disamain. Beda
hal dengan tpe, tindak pidana lingkungan hidup dan tipikor itu sama-sama merugikan
keuangan negara.
➔ Untuk tpe, tp. lingkungan hidup, tipikor bisa lebih dari 8 bulan.
➔ Bandingkan dengan pidana penjara dan kurungan :

1. Pidana denda tidak atau hampir tidak mengakibatkan stgmatisasi bagi pelaku
tindak pidana

2. Pelaku tindak pidana tidak dipisahkan dari keluarga atau lingkungan masyarakat
karena tidak masuk penjara

3. Pelaku tindak pidana tetap dapat bekerja seperti semula

4. Kebebasan bergerak tetap terjamin

➔ Pasal yg mencantumkan pidana denda sbg pidana alternatif → baca hlm. 51-53.

Hrsnya gk prl cantumkan lg utk kejahatan diatur Buku 2 KUHP krn blm pernah
ditetapkan jadi hukuman justru yg ditetapkan pidana penjara.

PIDANA BERSYARAT

➔ Disebut juga hukuman percobaan atau pidana janggelan baru ditetapkan 1 Jan 1927
(L.N. 1926 No. 251 jo. 486)
➔ Tidak sama dengan pidana penjara, kurungan, ttpn, denda (yg diatur Ps. 10 KUHP) tp
suatu bentuk penundaan pelaksanaan pidana penjara jangka pendek yg tdk prlu
dijalani terdakwa jika syarat yang ditentukan hakim dipenuhi terdakwa = gk prlu
dijalani kl slm ms percobaan ditetapkan hakim, terpidana gk lakuin tindak pidana

Misalnya : hukum 8 bln penjara, masa percobaan 6 bln. Kl dr skrng 6 bln, berarti
selesai bulan 11 April 2022. Selama masa percobaan sampe hbs dia gak lakuin tindak
pidana, 8 bln penjara gak perlu dijalankan

11
➔ Diatur dalam Ps. 14 a (1) KUHP

“Apabila hakim menjatuhkan pidana paling lama satu tahun atau pidana kurungan,
tidak termasuk pidana kurungan pengganti maka dalam putusnya hakim dapat
memerintahkan pula bahwa pidana tidak usah dijalani, kecuali jika dikemudian hari
ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan karena si terpidana melakukan
suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang ditentukan dalam perintah
tersebut diatas habis, atau karena si terpidana selama masa percobaan tidak
memenuhi syarat khusus yang mungkin ditentukan lain dalam perintah itu.”

Yang dikasih garis itu yg disyaratkan pidana bersyarat.

➔ Ps. 14 b KUHP
1) Masa percobaan bagi kejahatan dan pelanggaran dalam pasal-pasal 492, 504, 505,
506, dan 536 paling lama tiga tahun dan bagi pelanggaran lainnya paling lama dua
tahun
2) Masa percobaan dimulai pada saat putusan telah menjadi tetap dan telah
diberitahukan kepada terpidana menurut cara yang ditentukan dalam
undang-undang
3) Masa percobaan tidak dihitung selama terpidana ditahan secara sah.
➔ Ps. 14 c KUHP

“Dengan perintah yang dimaksud pasal 14a, kecuali jika dijatuhkan pidana denda,
selain menetapkan syarat umum bahwa terpidana tidak akan melakukan tindak
pidana, hakim dapat menetapkan syarat khusus bahwa terpidana tindak pidana ,
hakim dapat menerapkan syarat khusus bahwa terpidana dalam waktu tertentu, yang
lebih pendek daripada masa percobaannya, harus mengganti segala atau sebagian
kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tadi.”

Berkaitan dengan Pasal ini, yg akan mengawasi pelaksanaan syarat umum atau
syarat khusus ditetapkan Hakim diatur dlam Ps. 14 d (2) KUHP.

➔ Manfaat :
a. terpidana tidak kehilangan pekerjaan
b. terpidana bs berkumpl dgn keluarga spt sediakala

12
c. terpidana tidak merasakan stigma seperti yang dialami seseorang yang dipidana
penjara
d. tidak akan mengalami hal-hal yang tidak baik yg trjd d penjara
➔ Ps. 14a (5) KUHP

“Perintah tersebut dalam ayat 1 harus disertai hal-hal atau keadaan-keadaan yang
menjadi alasan keputusan itu.”

Harus disertai hal-hal atau keadaan-keadaan yang menjadi alasan keputusan itu =
hakim boleh memerintahkan bahwa hukuman tidak akan dijalankan kecuali kemudian
hari ada perintah lain dalam keputusan hakim.

➔ Tujuan utama : memberikan ksmptn narapidana memperbaiki kelakuannya dan untuk


melaksanakan pekerjaannya.
➔ Terhadap Ps. 14 KUHP bisa dikaitkan dengan Ps. 351 KUHP
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah;
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun;
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun;
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan;
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
➔ Pertimbangan dijatuhkan menurut Muladi → baca hlm. 57

PIDANA TUTUPAN

➔ Baru diberlakukan thn 1946


➔ Diatur dlm UU No. 20/1946
➔ Ps. 2 (1) UU 20/1946

“Dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan, yang diancam dengan hukuman
penjara, karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati, hakim boleh
menjatuhkan hukuman tutupan”.

13
Tidak ada definisi lebih lanjt yg d maksud “terdorong oleh maksud yg patut
dihormati” jadi ada perbedaan penafsiran sehingga merugikan pencari keadilan.

Ilustrasi berhubungan kata itu :

Tindakan Gueteres dan rekan-rekannya yg membakar bendera Australia dan merusak


pagar Kedutaan Australia di Jakarta → patut dihormati krn mendukung nasionalisme.

➔ Di KUHP br berlaku 1 Nov 1956 stlh ditetapkan UU 20/1946


➔ Ps. 5 (1) UU 20/1946

“Tempat untuk menjalani hukuman tutupan, cara melakukan hukuman itu dan segala
sesuatu yang perlu untuk menjalankan undang-undang ini diatur dalam peraturan
pemerintah.”

PP dimaksud = PP 8/1948.

➔ PP 8/1948 mengatur :
Urusan umum dan pengawasan tertinggi ats rmh ttupan dipegang Menteri
Pertahanan, sedang urusan dan pengawasan sehari-hari dipegang Kepala Bagian
Kehakiman Tentara dan Menteri Pertahanan
Orang” hukuman ttpn gk blh dipekerjakan diluar tembok rumah ttpan
Hari minggu dan hari raya, orang” hukuman ttpn gk boleh dipekerjakan
melainkan dgn sukanya sendiri dan dlm hal amat perlu menurut pertimabngan
Menteri Pertahanan.
➔ Hukuman ttpan sunyi hrs dijalankan dgn menempatkan org” sendirian dlm sel buat
seorng yg terttp, tdk blh bcr sm siappun melainkan dgn seorng guru agama atau
pegawai rumah ttupan
➔ Blh memakai pakaian sendiri. Bnyknya d ttpkan Kepala Rumah Tutupan.
➔ Kalau mau dan mungkin, blh nerima dari luar atau mengadakan makanan minuman
dan sedap-sedapan dan membeli segala yang sekiranya bs meringankan nasibnya
sendiri.
➔ Penjelasan Ps. 76 RKUHP

14
“Pidana tutupan, meskipun merupakan salah satu jenis pidana pokok, namun pada
dasarnya merupakan cara pelaksanaan dari pidana penjara yang bersifat istimewa.
Karena itu, jenis pidana ini tidak diancamkan secara khusus dalam perumusan suatu
tindak pidana. Pertimbangan penjatuhan pidana tutupan didasarkan pada motif dari
pembuat tindak pidana-tindak pidana yaitu karena oleh maksud yang patut dihormati.
Tindak pidana yang dilakukan karena alasan ini pada dasarnya tindak pidana politik.
Maksud yang patut dihormati dimaksud harus ditentukan oleh hakim dan harus
termuat dalam pertimbangan putusannya”.

Komentar

Harusnya kriteria maksud yang patut dihormati harus dirumuskan jelas dalam
RKUHP dan jangan diserahkan kepada hakim karena dapat mengakibatkan
multitafsir

POLISI

➔ KUHAP atur polisi sbg penyidik. Smntr UU kepolisian sbg polisi


➔ Penyidik pst polisi tp polisi blm tntu penyidik krn bs krja d bag. administrasi,
keuangan
➔ Ps 296

“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh
orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satin tahun empat bulan atau pidana
denda paling banyak lima belas ribu rupiah”.

Yg dimaksud tuh germo/mucikari. Yg ditngkp germonya bkn pelacur kecuali lakuin


dngn laki” yg sudah nikah. Istri laki” bs aduin krn it perzinahan. Ditangkap sbg
pelacur gk bs.

Polisi berhak menahan 20 hari utk persiapan pemeriksaan saksi, cr surat”,


pemeriksaan ahli.

15
Blh diperpanjng 40 hr kl blm … tp smua utk pemeriksaan saksi dll, stlh 60 hri gk
mngkn, hrs selesai. Kl tdk selesai, hrs dikeluarkan demi hukum yakni ttp jalani
prosedur pengadilan tp gk bs d thn polisi.

➔ Kalau mencuri dihutan, ke polisi kehutanan dulu


➔ Polisi dan jaksa berhak mengeluarkan SP3 (surat penghentian penyidikan) kalau saat
dia penyidikan alat buktinya gk cukup (utk netapin tersangka atau bukan min 2).
➔ Pra peradilan kewenangan PN memeriksa dan memutuskan
➔ KUHAP sifatnya krng manusiawi kalau dihubungkan tersangka/terdakwa. Jadi, saat
diperiksa sbg tersangka/terdakwa, tidak dianggp subjek hukum pd saat HIR melainkan
objek sehingga bs terjadi perlakuan tdk manusiawi (dibentak, pkl) bahkan tdk bs d
dampingin pengacara.

JAKSA

➔ Jaksa yg mendakwa ia jg yg buktiin dakwaannya


➔ Menganalisis apakah dakwaan jaksa itu sesuai dngn fakta → yg dikaji advokat
➔ Advokat tdk hny hdir dipersidangkan, dia bs hadir ps kliennya d periksa jd bs analisis
apakah ps diterapkan bnr gak, protes di persidangan.
➔ Hampir smua advokat berpikir dr hal objektif ke subjektif utk keuntungan klien
termasuk kasus tipikor. Cthnya : blm ada pengacara yg ngatain “Yang Mulia, klien saya
ni memang sudah bersalah tp mohon diperhatikan kesalahannya dipacu oleh faktor”,
melainkan “Yang Mulia, saksi itu bohong”.

HAKIM

➔ Hakim berperan mengajukan pra penuntutan


➔ Tersangka lazim di pakai Polisi dan Hakim
➔ Terdakwa lazim d pakai d Pengadilan ktika sdh d keluarkan
➔ Lepas dari tuntutan apabila unsur TP dakwaan tdk terpenuhi scr keseluruhan
➔ Bebas murni gk ada dalam KUHAP. Asal usul gtw dr mn lalu srng d pakai orng. Yg ada
itu bebas dari B. Belanda (Vriyspraak)

16
➔ Terdakwa/trsngka berhak mengajukan ahli (Ps. 65 KUHAP)
➔ Polisi dan Hakim jg berhak ajuin ahli

Ahli = orng yg beri ket berdasarkan keilmuan (jgn d kaitkan dgn gelar, gk hrs SH, doktor,
Prof). Cth ada orng kl keahlian nya bgn rmh dia gk hrs prof bs sj cmn insinyur

➔ Kl cmn saksi tunggal sehingga gk mngkn beri saksi langsung d persidangan it


kekmna? ada alat bukti 5, 1 ket ahli, ket saksi, surat dan petunjuk. 5 alat bukti it mn
lbh ptng? gk ada, yg ptng hakim mutus min 2 alat bukti tambah keyakinan dia. 1 saksi
bkn saksi jadi min 2 maka kalau saksi tunggl gk bs d pakai. Kl soal pembuktian kan bs
pkek bukti yg lain.
➔ Putusan ada 3 : putusan penghukuman, bbs, lepas. bebas dan lepas gk msk penjara, kl
bebas tidak terpenuhi unsur sebagian tp kl lepas smua

PIDANA

➔ Aliran modern atau dualistis memandang dalam suatu tindak pidana harus ada
pemisah secara teknis antara perbuatan dan pelaku. Perbuatan yang mencermin
unsur melanggar hukum yang tidak ada alasan pembenar dan dalam diri pelaku harus
ada kesengajaan dan kelalaian dan tanpa alasan pemaaf. Namun, dalam menjatuhkan
pidana keduanya sama penting, ibarat sisi mata uang logam, yang satu memberi arti
pada yang lain.
➔ Aliran klasik atau monisme memandang dengan adanya tindak pidana maka akan ada
orang dipidana.
➔ Dasar meniadakan penuntutan :
a. Ps. 61 KUHP = penerbit tidak dapat dituntut apabila dalam cetakan tercantum
nama dan alamat orang yang menyuruh menerbitkan atau mencetak. Yg
tanggungjawab = yg nyuruh.
b. Ps. 62 KUHP = pencetak tidak dapat dituntut apabila dalam cetakan tercantum
nama dan alamat orang yang menyuruh menerbitkan atau mencetak. Yg
tanggungjawab = yg nyuruh.
c. Ps. 72 KUHP = delik aduan hanya dapat dituntut jika ada pengaduan dari korban
(diberi kebebasan biar gak malu korban, keluarga korban dan pelaku).

17
d. Ps. 76 KUHP = tindak pidana tidak bisa dituntut dua kali dengan dasar sama (ne
bis in idem) guna kepastian hukum bagi pelaku.
e. Ps. 77 KUHP = hak menuntut gugur apabila pelaku tindak pidana meninggal dunia
karena kesalahan tidak bisa dialihkan. Sesuai dengan prinsip tiada pidana tanpa
kesalahan (Geen Straf Zonder Schuld).
f. Ps. 78 KUHP
(1) hak menuntut gugur karena kadaluarsa :
1. dalam 1 tahun untuk semua pelanggaran dan kejahatan dengan alat
cetak;
2. dalam 6 tahun untuk kejahatan-kejahatan yang diancam hukuman
denda, hukum kurangan atau penjara tidak melebihi 3 tahun;
3. dalam 12 tahun untuk semua kejahatan yang diancam penjara
sementara lebih dari 3 tahun;
4. dalam 18 tahun untuk semua kejahatan yang diancam hukuman mati
atau penjara seumur hidup;

(2) bagi orang yang sebelum melakukan perbuatan itu belum 18 tahun, maka
tiap-tiap tenggang waktu kadaluwarsa diatas dikurangi menjadi sepertiga.

Diatur karena untuk memberi kepastian hukum bagi JPU, bahwa ada batasan
waktu untuk melakukan penuntutan serta memudahkan polisi mengumpulkan
barang bukti dan memanggil saksi-saksi karena akan sulit mengumpulkan jika
sudah sangat lama, dan akan banyak pelaku TP yang dituntut karena tidak ada
batas waktu penuntutan.

g. Ps. 82 KUHP = hak menuntut pelanggaran yang diancam pidana denda gugur jika
secara sukarela denda maksimum dan biaya-biaya penuntutuan yang
dikeluarkan telah dimulai. Tindakan tersebut adalah penyelesaian diluar
persidangan.
➔ Dasar-dasar meniadakan hukuman :
a. Ps. 44 (1) KUHP = bagi orang yang pertumbuhan akal sehatnya tidak sempurna
atau sakit jiwa. Yang menetapkan kondisinya adalah psikiater karena mempunyai
keilmuan atau pengetahuan tentang itu. Hakim yang memutuskan.

18
b. Ps. 48 KUHP = bagi yang melakukan suatu perbuatan karena pengaruh suatu
keadaan terpaksa (overmacht). Overmacht dapat terjadi paksaan secara fisik,
psikis dan noodtoestand. Fisik → hanya alat orang lain melakukan TP hingga tidak
mungkinkan dilawan atau dihindar yakni paksaaan tekanan, ancaman atau
kekuatan dari luar. Yang akan dihukum = yang maksa.

Noodtoestand atau nothstand = keadaan yang terjadi karena terpaksa tetapi


bukan karena kehendak manusia tapi keadaan sedemikian rupa sehingga harus
dilakukan. Dapat terjadi karena :

1. Pertentangan antara 2 kepentingan hukum

Misalnya : A dan B berebut sebilah papan di tengah laut karena kapal mereka
tenggelam. Papan tersebut hanya mampu menahan 1 orang. Untuk itu, B
membunuh A agar ia dapat selamat.

2. Pertentangan antara suatu kepentingan hukum dengan kewajiban hukum

Misalnya : ada rumah terbakar dan di dalam ada anak kecil. Untuk
menyelamatkannya, pintu atau jendela harus di rusak karena kebetulan
pemilik sedang keluar kota sehingga tidak mungkin meminta izin.

3. Pertentangan antara 2 kewajiban hukum

Misalnya : A dipanggil jadi saksi di PN Jakarta. Namun, pada hari yang


bersamaan ia juga dpanggil menjadi saksi di PN Bandung. Karena itu, ia hanya
bisa menghadiri salah satunya.

c. Ps. 49 (1) KUHP = bagi yang melakukan pembelaan darurat (noodweer) karena
ada serangan bersifat melawan hukum, bahaya langsung bagi tubuh, kehormatan,
atau benda kepunyaan sendiri atau orang lain sehingga untuk meniadakan bahaya
nyata akibat serangan tersebut, tidak dapat ditiadakan dengan cara lain.
d. Ps. 50 KUHP = bagi yang melakukan suatu perbuatan untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan.

Misalnya :

19
1. Polisi yang bertugas sebagai regu penembak saat mengeksekusi terpidana
mati (UU 2/1964)
2. Panitera Pengadilan yang meletakkan sita jaminan atas sebidang tanah atau
sebuah rumah sebagai jaminan atas utang pemilik tanah atau rumah.
e. Ps. 51 (1) KUHP = bagi yang melakukan suatu perbuatan untuk melaksanakan
perintah jabatan, yang diberikan oleh kekuasaan yang bewenang. Seandainya
yang diperintah atasan itu bertentangan hukum, merupakan perintah atasan yang
sah dan yang laksanain juga bawahan yang sah, yg bertanggungjawab = atasan.
➔ Hal-hal meringankan ancaman pidana
1. Ps. 364 KUHP = apabila nilai barang yang dicuri tidak lebih dari Rp 250,00
sehingga ancaman pidana max 3 bulan penjara. Dibawah itu 5 tahun penjara.
2. Ps. 373 KUHP = apabila nilai barang yang digelapkan tidak lebih dari Rp. 250,00
sehingga ancaman pidana max 3 bulan penjara. Dibawah itu 4 tahun penjara.
3. Ps. 379 KUHP = apabila nilai barang yang ditipu tidak lebih dari Rp. 250,00
sehingga ancaman pidana menjadi 3 bulan penjara. Dibawah itu 4 tahun penjara.
4. Ps. 341 KUHP = pembunuhan karena rasa takut atau malu, misalnya hamil luar
nikah. Ancaman pidana menjadi 7 tahun penjara. Dibawah itu 15 tahun penjara.
5. Ps. 342 KUHP = pembunuhan anak berencana (kindermoord), ancaman pidananya
max 9 tahun sehingga tetap dikategorikan pembunuhan yang meringankan karena
ancaman pidana pokok 15 tahun.
6. Ps. 482 KUHP = apabila nilai barang yang ditadah tidak lebih dari Rp. 250,00
sehingga ancaman pidana menjadi 3 bulan penjara. Dibawah itu 4 tahun penjara.
➔ Hal-hal memberatkan ancaman pidana
1. Ps. 339 KUHP = adanya tindak pidana tertentu dilakukan sebelum atau setelah
pembunuhan. Ancaman pidananya yaitu pidana seumur hidup atau penjara 20
tahun. Diatas pidana pokok 338 KUHP yaitu 15 tahun.
2. Ps. 340 KUHP = pembunuhan berencana (moord) diancam pidana mati atau
pidana seumur hidup atau penjara 20 tahun.
3. Ps. 363 KUHP = pencurian dengan unsur memberatkan sehingga ancaman
hukuman menjadi 7 tahun.
4. Ps. 365 KUHP = pencurian dengan ancaman kekerasan ancaman pidananya
menjadi 9 tahun kalau tidak dilakukan pada malam hari dan tidak mengakibatkan

20
luka berat atau meninggal dunia. Menjadi 12 tahun apabila dilakukan dua orang
atau lebih, pada malam hari, mengakibatkan luka berat atau mati korban
pencurian.
5. Ps. 349 KUHP = pengguguran dilakukan bidan/dokter dan apoteker ancaman
pidananya ditambah ⅓ dari pasal yang dilanggar.
6. Ps. 374 KUHP = penggelapan oleh orang yang mendapatkan upah atau
mempunyai hubungan kerja atau karena mata pencahariannya, ancaman
pidanannya menjadi 5 tahun penjara.
7. Ps. 481 (1) KUHP = penadahan menjadi kebiasaan pelaku, ancaman pidananya
menjadi 7 tahun penjara.

A. PENGERTIAN PIDANA
➔ Kata pidana tidak sama dengan kata hukuman. Pidana khusus dipakai di lapangan
ilmu pengetahuan hukum pidana. Sedangkan, hukuman itu digunakan juga dilapangan
hukum lain selain pidana.
➔ Kriteria pidana menurut Flew :
a. pidana harus mensyaratkan suatu kejahatan, sesuatu yang tidak menyenangkan
korban;
b. pidana harus dikenakan bagi pelanggaran nyata atau diduga pelanggaran;
c. pidana harus dikenakan bagi seseorang pelanggar atau diduga pelanggar;
d. pidana itu dilakukan perorangan;
e. pidana harus dikenakan oleh yang berwenang melalui atau oleh institusi sesuai
aturan yang terbukti telah dilanggar.
➔ Secara sederhana, diartikan pengenaan penderitaan dari yang berkuasa bagi suatu
pelanggaran. Ada 3 unsur terkait pengertian itu, yakni :
1. Unsur pertama → pidana dikenakan oleh orang yang mempunyai kewenangan
memidana. Contoh : orang tua bisa menghukum anaknya tp tidak sebaliknya.
2. Unsur kedua → pidana terkait pengenaan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi
korban, apakah penderitaan fisik yang positif atau kehilangan sesuatu keinginan
seperti kebebasan.

21
3. Unsur ketiga → pidana terkait suatu tindakan nyata atau dugaan atas
pelanggaran. Ini salah satu sisi dari sifat pembalasan dari pidana.
➔ Hukuman berhubungan dengan sesuatu menyiksa

Untuk mencegah kejahatan, harus menghasilkan penderitaan lebih besar daripada


kesenangan terlibat kejahatan. Agar penderitaan efektif, harus segera setelah
kejahatan timbul.

➔ Pidana adalah salah satu penyiksaan yang terukur dan disengaja kepada seseorang
yang biasa berkaitan dengan hak orang tersebut yang dilakukan oleh institusi resmi,
menggunakan paksaan jika dibutuhkan

Dikenakan kepada seseorang oleh otoritas hukum, peradilan, dan hukuman yang
diberikan kepada pelaku atau orang yang terlibat kejahatan sesuai hukum yang
berlaku.

B. TEORI-TEORI TENTANG TUJUAN PIDANA

Tidak ada penjelasan dalam KUHP ttg tujuan pidana. Maka dari itu, lihat teori ahli yang
dibagi 3 bagian :

1. Teori Pembalasan
- KUHP kita mengikuti teori pembalasan = (lihat Ps. 10nya adalah pidana mati,
bahwa ketika seseorang dikenai pidana mati maka tidak mungkin lagi ada
pembinaan). Teori pembalasan kan ada tujuannya untuk pembinaan. Jadi, cuman
pidana mati doang.
- Gak ada individualisasi hukum pidana dalam teori pembalasan artinya gk ada
orientasi ke pelaku jadi semata-mata membalas perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan ybs. Beda sama pidana penjara yang ada pembalasan jadi ada
pembinaan.
- Menganut paham retributif, bahwa memidana pelaku tindak pidana merupakan
suatu perbuatan yang baik karena setiap orang harus mempertanggungjawabkan
tindakannya. Pembalasan dibenarkan berpegang pada ungkapan mata dibayar
mata dan gigi dibayar gigi bahkan nyawa dibayar nyawa. Mereka tidak berusaha

22
memahami berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi seseorang melakukan
tindakan tersebut.
- Menurut Jan Remmelink bahwa pembenaran penjatuhan pidana menurut
penganut teori pembalasan tercakup di dalam kejahatan itu sendiri terlepas dari
kegunaan pratikal yang diharapkan dari pidana (penjatuhan pidana tersebut).
Oleh karena kejahatan telah dilakukan seseorang, maka harus dijatuhkan
hukuman, Quia Peccatum (karena telah dilakukan dosa).

Lantas, menurut Barbara A. Hudson, seseorang dihukum karena :

1. Penjahat patut menerimanya.


2. Untuk menghentikan penjahat melakukan kejahatan selanjutnya.
3. Untuk menyakinkan korban bahwa masyarakat peduli mengenai apa yang
telah terjadi terhadap mereka.
4. Untuk menjerakan orang lain melakukan hal yang sama.
5. Untuk melindungi masyarakat dari masyarakat yang berbahaya atau yang
tidak jujur.
6. Untuk memberikan kesempatan pada pelaku kejahatan agar memperbaiki
kerusakan yang dia lakukan.
7. Untuk membuat masyarakat paham bahwa hukum harus dipatuhi.
- Keunggulan :
1. Pidana ditujukan pelanggaran yang sudah terjadi.
2. Pidana harus sebanding dengan kesalahan → menekankan bahwa
pertimbangan kelayakan hukuman atau pertimbangan lainnya tidak boleh
mengalihkan ide dasar bahwa penjahat harus dipidana.
3. Pembalasan mewujudkan hubungan yang kuat dengan keadilan.
4. Pembalasan menekankan bahwa hanya yang bersalah yang dihukum.
- Kelemahan :
1. Pembalasan tidak sanggup memberi pedoman jelas arti kesetaraan dalam
praktik.

23
2. Pembalasan menolak memperhitungkan akibat pidana atau hal-hal selain
hubungan langsung antara pidana dengan kejahatan, tidak ada
pertimbangan diberikan pada sifat atau hakikat dari hukum atau aturan.
3. Tidak ada bukti bahwa memperlakukan seseorang sebagai agen moral
mengarah pada pidana pembalasan. Untuk menyimpulkan bahwa pidana
mengandung tujuan atau kebaikan, hanya dapat diwujudkan oleh intuisi
atau dianggap tidak perlu dibuktikan lagi.
- Ciri-ciri menurut Karl. O. Christiansen dikutip Muladi dan Barda :
1. Tujuan pidana semata pembalasan
2. Pembalasan adalah tujuan utama dan didalamnya tidak ada sarana tujuan
lain misalnya untuk kesejahteraan masyarakat
3. Kesalahan merupakan satu-satunya syarat ada pidana
4. Pidana harus disesuaikan kesalahan pelanggar
5. Pidana melihat ke belakang (perbuatannya), ia merupakan pencelaan yang
murni, tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik, atau
memasyarakatkan kembali pelanggar

2. Teori Tujuan atau Utilitarian

- Pembalasan dalam teori ini dengan maksud sekedar membina atau


memperbaiki pelaku tindak pidana tersebut = beda dengan yang teori
pembalasan yang sama sekali gak buka untuk pembinaan.
- Adanya individualisasi hukum pidana karena dimaksudkan sebagai pembinaan
narapidana dan anak didik. Diorientasikan hukum pidana pada narapidana dan
anak didik sesuai dengan pemikiran Modderman bahwa hukum pidana bersifat
ultimum remedium yang artinya sebagai upaya terakhir karena sangat
berbahaya apabila salah diterapkan (tanpa dasar hukum kuat dan tidak
didasarkan keadilan). Contohnya A dituduh membunuh anaknya, padahal bukan
dia dan sudah dijatuhi hukuman mati. Memang pemerintah memberikan … tapi
kan sudah meninggal.
- Tidak mungkin dalam pidana mati dan pidana denda. Jadi cmn bs pidana
penjara, kurungan dan tutupan, yang mana pelaksanaan harus dilaksanakan
berdasarkan UU 12/1995.

24
- Menurut Bentham, pidana tidak boleh dikenakan jika tidak berdasar (jika tidak
ada penyimpangan yang dicegah); tidak efektif (jika tidak dapat diterapkan untuk
mencegah penyimpanan); tidak menguntungkan atau terlalu mahal (jika
penyimpangan dibiarkan akan lebih terkendali daripada dicegah); dan jika tidak
diperlukan (penyimpangan akan berkurang atau berhenti dengan sendirinya,
lebih murah daripada memidana).
- Jika pidana berguna, menurut Bentham ada 4 sasaran yang harus
dipertimbangkan pembuat UU yang menganut prinsip kebermanfaatan :
1. Mencegah semua penjahat.
2. Jika gagal, setidaknya orang akan terpengaruh sehingga penyimpangan
yang dilakukan lebih ringan.
3. Membuat pelaku kejahatan sekecil mungkin melakukan penyimpangan
dalam mencapai tujuannya.
4. Mencegah penyimpangan sampai ke tingkat serendah mungkin.
- Ciri-ciri menurut Karl O. Christiansen, dikutip Muladi dan Barda :
1. Tujuan pidana adalah pencegahan pidana;
2. Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sarana untuk mencapai tujuan
yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan masyarakat;
3. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan kepada
si pelaku (misalnya karena sengaja) dan memenuhi syarat untuk adanya
pidana;
4. Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai alat untuk
pencegahan kejahatan;
5. Pidana melihat ke muka (bersifat prosfektif) forward looking, pidana dapat
mengandung unsur pencelaan, tetapi baik unsur pencelaan maupun
pembalasan tidak dapat diterima apabila tidak membantu pencegahan
kejahatan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.
- Salah satu tujuan pidana menurut penganut teori ini adalah mencegah
kejahatan dengan penjeraan baik individu maupun umum.

Pencegahan individu mengulangi kejahatan dengan 3 strategi :

1. Menghilangkan kemampuan fisiknya dalam melakukan kejahatan;

25
2. Menghilangkan keinginannya melakukan kejahatan;

Keduanya sekarang dikenal sebagai pencegahan atau pembatasan dan perbaikan


atau rehabilitasi.

3. Membuatnya takut melakukan kejahatan.

Sementara pencegahan umum dengan memperlihatkan pidana yang dikenakan


pada pelaku kejahatan kepada semua orang agar mereka mengetahui bahwa
mereka akan mendapat hukuman serupa jika bersalah melakukan kejahatan
yang sama.

- Kelebihan :
1. Penjeraan berhubungan dengan pengontrolan tindakan, oleh karena itu
penjeraan melihat ke depan.
2. Penjeraan adalah bagian dari teori sosial umum mengenai kegunaan dan
dapat dimasukkan ke dalam kerangka kerja teori tersebut.
3. Penjeraan mempunyai batasan dalam penggunaan pidana, sebagian besar
karena pertanyaan Bentham bahwa semua pidana adalah penyimpangan
dan juga memperhitungkan prinsip-prinsip kecermatannya.
4. Peraturan hukum dapat diubah sesuai permintaan masyarakat, jika
dianggap lebih banyak membuat penderitaan daripada kesenangan.
- Kekurangan :
1. Tidak ada jalinan kuat dengan kesalahan sehingga membuka kesempatan
untuk menuduh paham utilitarian menganut pidana balas dendam.
2. Penganut paham utilitarian lebih mudah terpengaruh penyimpangan
sehingga memperkenalkan pidana yang berat untuk melawannya.
3. Paham utilitarian mengalami kesulitan dalam menentukan asal-muasal
penyimpangan tersebut.
4. Pidana yang luar biasa dapat dilihat sebagai ketidakadilan.

3. Teori Gabungan → dianut KUHP kita lihat aja Pasal 10nya.

- Teori yang menerima pembalasan dan perlindungan masyarakat atau


pembinaan pelaku tindak pidana sebagai dasar pembenaran suatu pidana.

26
- Dibagi 3 golongan :
1. Teori menggabungkan yang menitikberatkan pembalasan tetapi membalas
itu tidak boleh melampaui batas yang perlu dan sudah cukup untuk dapat
mempertahankan tata tertib masyarakat.
2. Teori menggabungkan yang menitikberatkan pertahanan tata tertib
masyarakat, tetapi hukuman tidak boleh lebih berat dari suatu penderitaan
yang beratnya sesuai perbuatan terhukum.
3. Teori menggabungkan yang menganggap kedua asas harus dititikberatkan
sama.
- Dasar tiap hukuman ialah penderitaan yang beratnya sesuai berat perbuatan
dilakukan si terhukum. Penentuan berat atau sampai batas mana kesesuaian
berat hukuman dengan perbuatan berdasarkan apa yang berguna bagi
masyarakat.

HARAPAN DALAM PROSES PERADILAN PIDANA → bc buku dari hlm. 167-177.

➔ Lebih penting kepatuhan hukum daripada kesadaran hukum karena kesadaran


hukum itu langkah awal kepatuhan hukum. Semua orang juga sadar hukum tp gk
ada guna kalau gk patuh.

ALIRAN-ALIRAN DALAM HUKUM PIDANA

1. Aliran Klasik
- Lahir sebagai reaksi terhadap pemerintah yang sewenang-sewenang di Prancis
sehingga menghendaki hukum pidana itu tertulis demi kepastian hukum.

Perumusan perbuatan melawan hukum dalam UU merupakan perhatian


utama aliran klasik.

27
Bahwa hukum pidana harus berpegang asas nullum delictum nulla poena sine
praevia lege poenale (tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali
ditentukan terlebih dahulu di dalam UU).

- Dipengaruhi indetermenisme yaitu paham yang mengakui manusia itu memiliki


kebebasan dan tidak bergantung pada faktor-faktor lain pada saat melakukan
suatu perbuatan.
- Mengobjektifkan hukum pidana artinya hukum pidana tidak berorientasi pada
pelaku tindak pidana.
- Tidak ada individualisasi hukum pidana.
- Penganutnya berpegang pada 3 prinsip :
1. Asas legalitas → segala sesuatu yang bertentangan hukum pidana harus
dirumuskan dalam UU.
2. Asas kesalahan → seseorang hanya dapat dijatuhi pidana apabila ada
kesalahan baik disengaja atau tidak.
3. Asas pengimbalan atau pembalasan → seseorang dijatuhi pidana agar
setimpal dengan perbuatan yang dilakukan.
- Dianut hukum pidana kita, terlihat dari Ps. 1 (1) KUHP.
2. Aliran Modern
- Disebut juga aliran positif atau juga aliran kriminologis.
- Berhubungan hal-hal apa yang mengakibatkan orang melakukan kejahatan,
bagaimana cara mencegah kejahatan, dan apa yang harus dilakukan kepada si
penjahat.
- Menghendaki ada individualisasi hukum pidana dengan tujuan membina
narapidana.
- Dipengaruhi determenisme, yaitu paham yang mengakui bahwa dalam
kenyataannya seseorang tidak bebas melakukan perbuatannya, karena
dipengaruhi berbagai faktor misalnya faktor biologis atau lingkungan. Oleh
karena itu, perbuatan pelaku tindak pidana tidak bisa dilihat dari sudut yuridis
saja tetapi harus dikaitkan kondisi faktual pada saat yang bersangkutan
melakukan tindak pidana misalnya sudah dewasa belum, sakit ingatan atau
terpaksa tidak, dll.

28
- Dihubungkan dengan dasar-dasar meniadakan hukuman dan penuntutan yang
ada dalam KUHP membuktikan ada perhatian pada pelaku tindak pidana jadi ada
individualisasi hukum pidana sebagai bukti aliran modern juga diterima hukum
pidana kita.
- Pendapat Roeslan Saleh agar hakim dapat membuat putusan yang masuk akal
dan tidak sewenang-wenang adalah apabila bahwa pidana tidak diperlu
dijatuhkan apabila tanpa pidana saja persoalan sudah selesai → terlihat jelas ada
usaha melindungi terpidana dari perlakuan tidak wajar.

Perbedaan Aliran Klasik Aliran Modern

Pemberian pidana Pemberian pidana melihat Meninjau pada pembuatnya


terutama pada perbuatan yang dan menghendaki
dilakukan dan menghendaki individualisasi pidana.
penjatuhan pidana yang
seimbang dengan perbuatan
tersebut.

3. Aliran Sosiologis

Gabungan aliran klasik dan aliran modern. Dianut KUHP kita.

JOHN HOWARD SEBAGAI PERINTIS PEMBAHARUAN PENJARA → bc bk hlm. 186-191.

SISTEM PELAKSANAAN PIDANA PENJARA

No. Jenis Sistem Persamaan

1. Sistem Pennsylvania Tidak memberlakukan 1. Tidak ada prisonisasi


kerja paksa, tanpa 2. Tidak bisa bicara satu
kunjungan, dan hanya sama lain
boleh membaca Kitab Injil

29
agar para narapidana 3. Sulit mengembalikan
kembali ke jalan yang kepercayaan bahwa
benar. Setiap narapidana mereka bagian dari
baik siang maupun masyarakat karena
malam hanya beraktivitas keterbatasan kontak
dalam sel yang terdapat dengan masyarakat.
toilet dan kran. 4. Tidak dianut Indo
Narapidana diberi makan dan sudah tidak ada
dan pekerjaan dikerjakan di Amerika.
di dalam sel, tidak boleh
merokok dan minum
anggur serta tidak bisa
berkomunikasi dengan
narapidana lain kapanpun
= solitary system atau
cellulair system.

Sistem ini gagal


menciptakan pertobatan
sehingga muncul Sistem
Auburn (1821).

2. Sistem Auburn Setiap narapidana


ditempatkan sendirian
dalam satu kamar. Malam
hari para narapidana
tidak bisa berbaur, baru
bisa bekerjasama pada
siang hari meskipun tidak
boleh berbicara keras
satu sama lain bahkan

30
pada petugas penjara
mereka dilarang berbicara
kecuali sakit serta tidak
diperbolehkan mengirim
atau menerima surat =
silent system.

Bisa diawasi karena saat


itu narapidana gak
banyak.

Para narapidana
dikategorikan 3
kelompok :

1. The most hardened


criminals would be
held in unrealived
solitary
confinemenet;
2. Another category
would be kept in
solitary for three days
a week;
3. A third (the youngest)
would be permitted
to work six days
weekly in the shops.

3. The Mark System Perilaku narapidana


menghasilkan nilai yang
akan menentukan
lamanya narapidana

31
dipenjara. Apabila
mendapat nilai tertentu,
narapidana
diperbolehkan bekerja
dengan lima atau enam
narapidana lainnya
dengan mengumpulkan
nilai lagi secara kelompok.
Perilaku buruk salah satu
anggota, dapat
mengurangi nilai anggota
kelompok secara
keseluruhan.

Pemikiran tersebut
didasarkan :
1. Hukuman tidak
seharusnya
didasarkan atas
waktu tertentu,
tetapi pada tingkah
laku yang ditunjukkan
dan penilaian hasil
kerja yang spesifik;
singkatnya, hukuman
berdasarkan waktu
harus dihilangkan
dan diganti dengan
hukuman tugas.
2. Nilai hasil karya
narapidana yang

32
ditargetkan,
ditunjukkan dengan
sejumlah nilai yang
diapat dengan
perbaikan perilaku,
kesederhanaan, dan
kebiasaan hidup,
sebelum dibebaskan.
3. Selama dipenjara, dia
harus memperoleh
apapun yang
diterima, semua
kebutuhan hidup dan
pemberian penjara
dianggap utang yang
harus dibayar dengan
nilai.
4. Apabila memenuhi
syarat, karena displin
mengerjakan tugas,
narapidana boleh
bekerja dalam
kelompok kecil
bersama narapidana
lain, anggotanya
enam atau tujuh
orang, dan kelompok
harus
bertanggungjawab
atas tingkah laku dan
hasil kerja setiap

33
anggotanya.
5. Pada tahap terakhir,
narapidana
disamping tetap
diwajibkan meraih
nilai dari tugas
harian, harus diberi
pilihan pekerjaan
sendiri dan
pelonggaran displin
untuk persiapan
memasuki kehidupan
bermasyarakat
kembali.

Dianut Indonesia di Ps.


14 KUHP (bebas bersyarat
dan intinya harus
berkelakuan baik),
hak-hak narapidana yaitu
remisi umum dan khusus.
Remisi umum dikaitkan
dengan 17 agustus.
Remisi khusus dikaitkan
hari keagamaan misalnya
natal, idul fitri. Berapa
lama ada diatur
Permenkumham. Bukan
idul adha, paskah karena
hari raya keagamaan yang
dimaksud adalah yang

34
paling besar. Natal lebih
besar karena
memperingati kelahiran
sementara paskah itu
kebangkitan. Bahwa
kebangkitan tidak
mungkin ada tanpa
adanya kelahiran.

4. The Irish Progressive Pembinaan narapidana


System melalui tahapan
tertentu:
1. Tahap pertama
dengan penempatan
di penjara sendirian
selama 8-9 bulan,
tergantung perilaku
narapidana tersebut.

Untuk 3 bulan
pertama, narapidana
akan dikurangi
ransumnya dan
diizinkan tidak
mengerjakan apa
saja. Setelah 3 bulan
tanpa bekerja,
narapidana termalas
pun akan mencari
pekerjaan. Setelah
itu, narapidana diberi

35
ransum penuh dan
diperkenakan bekerja
memisahkan serat
kelapa untuk
membuat tali.

Kerugian akibat
hukuman akan
dipulihkan dan
narapidana dapat
bekerja lebih baik.

Selama tahap
pertama, narpidana
akan diperkenakan
dengan agama dan
diajarkan
keterampilan
termasuk seni
membaca.
2. Tahap kedua,
narapidana
ditempatkan untuk
bekerja dengan
narapidana lain di
sebuah penjara
khusus. Dibagi dalam
4 kelas, yaitu ketiga,
kedua, pertama, dan
terakhir, kelas A
(advance).

36
Narapidana dapat
berpindah dari kelas
tiga ke kelas dua jika
mendapat nilai 18.

5. Sistem Elmira Membina narapidana


agar kembali ke
masyarakat sebagai
manusia yang berguna
bagi nusa dan bangsa.

Selama dipenjara,
narapidana diberikan
latihan keterampilan atau
program-program
tertentu dan pendidikan
agama.

Diatur UU 12/1995
bahwa program
pembinaan disesuaikan
tingkat pendidikan,
agama dan tindak pidana
yang dilakukan
narapidana serta
mengatur hak para
narapidana misalnya
mendapat remisi dan
pembebasan bersyarat.

37
LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI WADAH PEMBINAAN NARAPIDANA

A. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan


➔ Kata “lembaga pemasyarakatan” pertama kali muncul 1963 untuk menggantikan
kata “penjara” yang berfungsi sebagai wadah pembinaan narapidana.
➔ Tujuan lembaga pemasyarakatan = pembinaan bagi warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan agar
para narapidana dan anak didik ketika kembali ke masyarakat dapat
berpartisipasi dalam membangun bangsa.
➔ Berdasarkan UU 12/1995, pembinaan para Warga Binaan Pemasyarakatan harus
berdasarkan asas :
a. Pengayoman
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
c. Pendidikan
d. Pembimbingan
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang
tertentu.
➔ Sistem pembinaan pemasyarakatan disederhanakan dari prinsip-prinsip pokok
tentang perilaku terhadap narapidana dan anak didik :
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjadi warga
masyarakat yang baik dan berguna.
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam oleh negara. Ini berarti
tidak boleh ada penyiksaan berupa tindakan, perlakuan, ucapan, cara
perawatan maupun penempatan. Hanya boleh menghilangkan
kemerdekaannya untuk bergerak dalam masyarakat bebas.
3. Berikan bimbingan agar mereka bertobat. Berikan mereka pengertian
norma-norma hidup dan kehidupan, dan sertakan mereka dalam
kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.

38
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat
daripada sebelum dijatuhi pidana, misalnya mencampurbaurkan narapidana
dan anak didik yang melakukan tindak pidana berat dengan yang ringan.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, mereka harus dikenalkan dengan
dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan tidak boleh bersifat sekedar pengisi waktu juga
tidak boleh untuk memenuhi kebutuhan jabatan atau kepentingan negara
pada waktu tertentu saja, melainkan harus satu dengan pekerjaan yang ada
di masyarakat yang menunjang pembangunan.
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan harus berdasarkan Pancasila berarti
harus ditanamkan jiwa kegotong-royangan, toleransi, dan kekeluargaan di
samping pendidikan kerohanian dan kesempatan menunaikan ibadah agar
memperoleh kekuatan spiritual.
8. Mereka harus diperlakukan sebagaimana seorang manusia sehingga
martabat dan perasaannya harus dihormati.
9. Hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai satu-satunya derita yang
dapat dialami.
10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi
rehabilitatif, korektif, dan edukatif dalam sistem pemasyarakatan.

Ini jadi bahan penyusunan UU Lembaga Pemasyarakatan.

B. Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan dengan Hak-hak Warga Binaan

➔ Warga binaan pemasyarakatan = narapidana, anak didik pemasyarakatan dan


klien pemasyarakatan.
➔ Narapidana = terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan.
➔ Anak didik pemasyarakatan :
a. anak pidana = anak berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di
lembaga pemasyarakatan anak, paling lama sampai 18 tahun.

39
anak usia 17 tahun, dijatuhi 3 tahun jadi 2 tahun lagi di lembaga
pemasyarakatan, 1 tahunnya dilembaga pemasyarakatan anak.

b. anak negara = anak berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada


negara untuk dididik dan ditempatkan di lembaga pemasyarakatan anak,
max sampai 18 tahun.
c. anak sipil = anak atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh
penetapan pengadilan untuk dididik di lembaga pemasyarakatan anak,
paling lama sampai 18 tahun.
➔ Hak dan kewajiban para petugas lembaga pemasyarakatan = Pasal 14 UU
12/1995.

C. Hak-hak Warga Binaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

a. Melakukan ibadah sesuai agama atau kepercayaan


b. Mendapat perawatan, baik rohani maupun jasmani
c. Mendapat pendidikan dan pengajaran

Pendidikan itu formal dan pengajaran gak. Sama-sama proses pemberian ilmu
pengetahuan tp yg pendidikan tdk hny itu tp jg menyangkut nilai sedangkan
pengajaran cuman itu. Sama-sama bs diberikan dosen tp kl pendidikan ke yang
masih kuliah.

d. Mendapat pelayanan kesehatan dan makanan layak


e. Menyampaikan keluhan
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya
- Kunjungan keluarga salah satu cara memulihkan kepercayaan diri narapidana
bahwa mereka juga WN yang masih harus dihormati.
- Kunjungan penasehat hukum karena kemungkinan narapidana ingin
mengupayakan banding atau kasasi.

40
- Kunjungan orang tertentu lainnya misalnya mahasiswa atau organisasi
tertentu untuk lebih menyakinkan atau membuka pikiran narapidana bahwa
mereka masih dihargai masyarakat selain keluarga.
i. Mendapat pengurangan masa pidana (remisi)
- Dulu berdasarkan Gestichten Reglement STB 1917 Tahun 708 → hanya
diberikan narapidana saat ulang tahun Ratu Belanda (semacam hadiah,
bukan hak).
- Setelah 1950, dengan Keppres No. 156/1950 → diberikan saat 17 Agustus.
- Berlaku UU 12/1995 → tidak hanya 17 Agustus, tp jg hari raya keagamaan
paling besar menurut agama ybs.
- Ps. 1 Ayat (1) Permenkumham No. 21/2013 mengatur definisi remisi

“Pengurangan menjalani masa pidana yang diberikan kepada narapidana


dan anak pidana yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam ketentuan
Peraturan Perundang-undangan”.

- Syarat pemberian remisi :


1. Bagi narapidana dan anak pidana :
Berkelakuan baik;
Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan;
Berkelakuan baik yang harus dibuktikan dengan tidak sedang
menjalani hukuman disiplin dalam waktu 6 bulan terakhir,
terhitung sebelum tanggal pemberian remisi, dan telah mengikuti
program pembinaan yang diselenggarakan lembaga
pemasyarakatan dengan predikat baik; dan
Tidak diberikan apabila sedang menjalani cuti menjelang bebas
dan dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti denda.
2. Bagi pelaku tindak pidana terorisme :
Berkelakuan baik;
Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan;
Berkelakuan baik yang harus dibuktikan dengan tidak sedang
menjalani hukuman disiplin dalam waktu 6 bulan terakhir,
terhitung sebelum tanggal pemberian remisi, dan telah mengikuti

41
program pembinaan yang diselenggarakan lembaga
pemasyarakatan dengan predikat baik;
Bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu
membantu membongkar perkara tindak pidana yang
dilakukannya;
Telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh
Lembaga Pemasyarakatan dan/atau Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme; dan
Menyatakan ikrar : kesetiaan kepada negara RI secara tertulis bagi
narapidana WNI atau tidak akan mengulangi perbuatan tindak
pidana terorisme secara tertulis bagi narapidana WNA.
3. Bagi pelaku tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika serta
psikotropika yang dipidana penjara minimal 5 tahun :
Berkelakuan baik;
Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan;
Berkelakuan baik yang harus dibuktikan dengan tidak sedang
menjalani hukuman disiplin dalam waktu 6 bulan terakhir,
terhitung sebelum tanggal pemberian remisi, dan telah mengikuti
program pembinaan yang diselenggarakan lembaga
pemasyarakatan dengan predikat baik; dan
Harus bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk
membantu membongkar perkara tindak pidana yang
dilakukannya.
4. Bagi pelaku tipikor :
Berkelakuan baik;
Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan;
Berkelakuan baik yang harus dibuktikan dengan tidak sedang
menjalani hukuman disiplin dalam waktu 6 bulan terakhir,
terhitung sebelum tanggal pemberian remisi, dan telah mengikuti
program pembinaan yang diselenggarakan lembaga
pemasyarakatan dengan predikat baik;

42
Bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu
membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya; dan
Telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai putusan
Pengadilan.
5. Bagi pelaku tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara,
kejahatan HAM yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi
lainnya :
Berkelakuan baik;
Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan;
Berkelakuan baik yang harus dibuktikan dengan tidak sedang
menjalani hukuman disiplin dalam waktu 6 bulan terakhir,
terhitung sebelum tanggal pemberian remisi, dan telah mengikuti
program pembinaan yang diselenggarakan lembaga
pemasyarakatan dengan predikat baik; dan
Harus bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk
membantu membongkar perkara tindak pidana yang
dilakukannya.
- Syarat tambahan bagi narapidana yang melakukan tindak pidana terorisme,
narkotika dan prekursor narkotika serta psikotropika yang dipenjara minimal 5
bulan, pelaku tipikor serta pelaku tindak pidana kejahatan terhadap
keamanan negara, kejahatan HAM yang berat, dan kejahatan transnasional
terorganisasi lainnya.

Agar narapidana tersebut memberikan informasi kepada pihak berwajib


mengenai siapa saja yang terlibat dalam tindak pidana tersebut sehingga
kejahatan lebih mudah terungkap.

- Syarat pemberian asimilasi diatur Ps. 21 Permenkumham No. 21/2013.


- Syarat khusus pemberian asimilasi kepada narapidana terorisme, narkotika
dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap

43
keamanan negara, kejahatan HAM yang berat, serta kejahatan transnasional
terorganisasi lainnya diatur Ps. 22 Permenkumham No. 21/2013.
- Pengaturan lebih lanjut diatur dalam PP No. 28/2006.

Pasal 34 PP No. 28/2006 → mengatur siapa yang berhak mendapat remisi


dan syaratnya.

Pasal 34 Ayat (1) dan (2) PP No. 28/2006 terdapat perbedaan mengenai
tenggang waktu menjalani masa pidana bagi narapidana dan anak pidana
yang tidak melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika,
korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan HAM yang berat,
serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya dengan yang melakukan.
Hal tersebut mungkin berkaitan jenis tindak pidana yang sangat berat hingga
dapat mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat
Indonesia.

- Ps. 2 Kepres RI No. 174/1999, ditetapkan 2 jenis remisi, yaitu :


a. Remisi umum → diberikan pada 17 Agustus
b. Remisi khusus → diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut
narapidana dan anak pidana ybs, dengan ketentuan memilih hari besar
yang paling dimuliakan penganut agama ybs apabila memiliki lebih dari
1 hari besar keagamaan dalam setahun.
- Ps. 4 Keppres RI No. 174/1999 → mengatur besar remisi umum.
- Ps. 5-13 Keppres RI No. 174/1999 → mengatur besar dan pelaksanaan
remisi khusus.
- Ps. 6 Keppres RI No. 174/1999 → mengatur besar remisi tambahan.
- Ps. 7 Keppres RI No. 174/1999 → mengatur perhitungan lamanya masa
menjalani pidana sebagai dasar menetapkan besar remisi umum dan
khusus.
- Ps. 8 Keppres RI No. 174/1999 :
(1) Dalam hal Narapidana dan Anak Pidana pada suatu tahun tidak
memperoleh remisi, besarnya remisi pada tahun berikutnya
didasarkan pada remisi terakhir yang diperolehnya;

44
(2) Penghitungan remisi bagi Narapidana dan Anak Pidana yang
menjalani pidana lebih dari satu putusan Pengadilan secara
berturut-turut dilakukan dengan cara menggabungkan semua putusan
pidananya;
(3) Pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda tidak
diperhitungkan di dalam penggabungan putusan Pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).
- Ps. 9 Keppres RI No. 174/1999 :
(1) Narapidana yang dikenakan pidana penjara seumur hidup dan telah
menjalani pidana paling sedikit 5 (lima) tahun berturut-turut serta
berkelakuan baik, dapat diubah pidananya menjadi pidana penjara
sementara, dengan lama sisa pidana yang masih harus dijalani paling
lama 15 (lima belas) tahun;
(2) Perubahan pidana penjara seumur hidup menjadi pidana penjara
sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Presiden;
(3) Permohonan perubahan pidana penjara seumur hidup menjadi pidana
penjara sementara diajukan oleh Narapidana yang bersangkutan
kepada Presiden melalui Menteri Hukum dan Perundang-undangan;
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan permohonan perubahan
pidana seumur hidup menjadi pidana sementara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Perundang-undangan.
- Ps. 10 Keppres RI No. 174/1999 :

Dalam hal pidana penjara seumur hidup telah diubah menjadi pidana
penjara sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, maka untuk
pemberian remisi berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
sampai dengan Pasal 6.

- Ps. 11 Keppres RI No. 174/1999 :

Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 juga diberikan


kepada :

45
a. Narapidana dan Anak Pidana yang mengajukan permohonan grasi
sambil menjalankan pidananya; dan
b. Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asin.
- Ps. 12 Keppres RI No. 174/1999 :

Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 tidak diberikan


kepada Narapidana dan Anak Pidana yang :

a. Dipidana kurang dari 6 (enam) bulan;


b. Dikenakan hukuman displin dan didaftar pada buku pelanggaran tata
tertib Lembaga Pemasyarakatan dalam kurun waktu yang
diperhitungkan dengan pemberian remisi;
c. Sedang menjalani cuti menjelang vebas; atau
d. Dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda
- Ps. 13 Keppres RI No. 174/1999 :
(1) Usul remisi diajukan kepada Menteri Hukum dan
Perundang-undangan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala
Rumah Tanahan Negara, atau Kepala Cabang Rumah Tanahan Negara
melalui Kepala Kantor Departemen Hukum dan Perundang-undangan;
(2) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan tentang remisi
diberitahukan kepada Narapidana dan Anak Pidana pada hari
peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus bagi mereka yang diberikan remisi pada peringatan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia atau pada hari besar
keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang
bersangkutan;
(3) Jika terdapat keraguan tentang hari besar keagamaan yang dianut
oleh Narapidana atau Anak Pidana, Menteri Hukum dan
Perundang-undangan mengkonsultasikannya dengan Menteri Agama.
j. Mendapat pembebasan bersyarat
- Diatur UU 12/1995 juga Pasal 15, 15a-b dan 16 KUHP.
- Tujuan menurut Permenkumham RI M.01.Pk-04-10 Tahun 2007 Ps. 3 (2),
yaitu:

46
1. membangkitkan motivasi diri narapidana dan anak didik pemasyarakatan
ke arah tujuan pembinaan
2. memberi kesempatan pada narapidana dan anak didik pemasyarakatan
untuk pendidikan dan keterampilan guna mempersiapkan diri hidup
mandiri ditengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana
3. mendorong masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan
pemasyarakatan
- Syarat substantif bagi narapidana dan anak pidana dalam Ps. 6
Permenkumham RI M.01.Pk-04-10 Tahun 2007
a. telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang
menyebabkan dijatuhi pidana
b. telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan moral yang positif
c. berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan dengan tekun dan
bersemangat
d. masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan narapidana
dan anak pidana yang bersangkutan
e. berkelakukan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat
hukuman disiplin minimal dalam 9 bulan terakhir dan masa pidana yang
telah dijalani ⅔ dengan ketentuan ⅔ tersebut tidak kurang dari 9 bulan.

Syarat substantif bagi anak negara :

a. telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas pelanggaran yang


dilakukan
b. telah menunjukkan budi pekerti dan moral yang positif
c. berhasil mengikuti program pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan
bersemangat
d. masyarakat dapat menerima program pembinaan anak negara yang
bersangkutan
e. berkelakuan baik
f. masa pendidikan yang telah dijalani di lembaga pemasyarakatan minimal
1 tahun.

47
- Syarat administratif bagi narapidana atau anak didik pemasyarakatan dalam
Ps. 7 Permenkumham RI M.01.Pk-04-10 Tahun 2007
1. Kutipan putusan hakim (ekstrak vonis)
2. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat pembimbing
kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan narapidana dan
anak didik pemasyarakatan yang dibuat wali pemasyarakatan
3. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian
pembebasan bersyarat terhadap narapidana dan anak didik
pemasyarakatan yang bersangkutan
4. Salinan register F (daftar pelanggaran tata tertib yang dilakukan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan selama menjalani masa
pidana) dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan Kepala Rumah
Tahanan Negara.
5. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi,
remisi dan lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala
Rumah Tahanan Negara.
6. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima
narapidana dan anak didik pemasyarakatan seperti keluarga, sekolah,
instansi pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya Lurah atau
Kepala Desa.
7. Bagi narapidana atau anak pidana WNA diperlukan syarat tambahan,
yaitu :
a. Surat jaminan dari Kedutaan Besar/Konsul/ Negara orang asing
tersebut bahwa tidak akan melarikan diri atau menaati syarat-syarat
selama menjalani asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang
bebas, atau cuti bersyarat.
b. Surat keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai
status keimigrasian yang bersangkutan.
- Dikeluarkannya Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No : M.H.H-09. PK.
01.05.04 Tahun 2011 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Hukum dan
HAM RI No : Pas-144 PK. 05. 06 Tahun 2010 tentang Pembebasan Bersyarat

48
yang belum dilaksanakan karena Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No :
Pas-144 PK. 05. 06 Tahun 2010 bertentangan dengan UU.
- Contoh :

Otong karena melakukan TP dijatuhi penjara 12 bulan dan Otong tidak


melakukan upaya hukum. Jadi apakah otong dapat mengajukan bebas
bersyarat? ⅔ x 12 bulan = 8 bulan. Diatur Ps. 15 (1) min 9 bulan jadi gak bs.

k. Mendapat cuti menjelang bebas


l. Mendapat hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan

GRASI

➔ Narapidana ajuin tp Presiden bs jg nolak.


➔ Bukan upaya hukum tp hak prerogatif Presiden sebagai Kepala Negara bukan Kepala
Pemerintah untuk memberikan pengampunan kepada orang yang telah dijatuhi
pidana yang telah mempunyai kekuatan berhukum tetap.
➔ Permohonan grasi bisa diajukan setelah putusan PN, PT, atau MA mempunyai
kekuatan hukum tetap. Artinya gak ada upaya hukum lagi.
➔ UUD 1945 Ps. 14 menetapkan bahwa pemberian grasi dan rehabilitasi oleh Presiden
memperhatikan pertimbangan MA.
➔ Pada Webster New Twentieth Century, Second Edition 1983, grasi adalah :
1. to release (a person) from punishment, not punish for crimes or offenses;
2. to cancel or not exact penalty for (an offenses) forgive;
3. (a) to excuse or forgive (a person) for some minor fault, discourtesy;

(b) to overlook (discourtasi).

➔ UU No. 5 Tahun 2010 yg mengubah UU 22/2002

Pasal 2

(1) Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
terpidana dapat mengajukan permohonan grasi kepada Presiden;

49
(2) Bahwa putusan pengadilan yang dapat dimohonkan grasi adalah terhadap
pidana mati, penjara seumur hidup, dan pidana penjara minimal 2 tahun;
(3) Permohonan grasi hanya dapat diajukan satu kali.
➔ Ps. 7 (2) UU 5/2010 mengatur tenggang waktu pengajuan grasi paling lama 1 tahun
sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
➔ Ps. 3 UU 22/2022 menetapkan bahwa permohonan grasi tidak menunda pelaksanaan
putusan pemidanaan bagi terpidana, kecuali dalam hal putusan pidana mati. Maka,
grasi terhadap pidana mati belum bisa dilaksanakan sebelum ada jawaban dari
Presiden.
➔ Grasi dibatasi sedemikian rupa → persoalan yang harus dikaji ulang oleh lembaga
pembentuk UU mengingat abolisi, amnesti dan rehabilitasi yang juga hak prerogratif
Kepala Negara tidak.

50

Anda mungkin juga menyukai