Anda di halaman 1dari 108

HUKUM PIDANA

HELDA RAHMASARI, S.H.,M.H.


HUKUM
PUBLIK PRIVATE
- Kepentingan Umum -Kepentingan perorangan

- Mempert.Alat Negara -Mempert.orang yang


berkepentingan
-Ada Hirarchi antara - Kedudukan sejajar
negara dan penduduk
Ex : Hk. Pidana, HTN, HAN Ex : Hk Perdata, Hk Dagang
HUKUM PIDANA (MENURUT SIFATNYA )

*Hukum Pidana Umum ( Ius Commune):


- KUHP
*Hukum Pidana Khusus (Ius Speciale) :
-Hukum Pidana Militer
-Hukum Pidana Fiskal
-dsb.nya
PENGERTIAN HK PIDANA

Simons : Keseluruhan larangan atau


perintah yg oleh negara
diancam dengan nestapa yaitu
suatu “pidana” apabila tidak
ditaati.
RUANG LINGKUP HP
Ruang lingkup HP meliputi tempat
terjadinya delik (locus delicti) dan
waktu terjadinya delik (tempus delicti)
JENIS-JENIS HUKUM PIDANA
Materiil : memuat aturan-aturan yg menetapkan dan
merumuskan perbuatan-perbuatan yg dapat
dipidana, aturan2 yg memuat syarat2 untuk
dapat menjatuhkan pidana dan ketentuan
mengenai pidana (ex: KUHP)
Formil : mengatur bagaimana negara dgn perantaraan
alat-alat perlengkapannya melaksanakan
haknya untuk mengenakan pidana (Pelaksana
dari pidana materiil, ex : KUHAP)
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM PIDANA
-Subjek Hukum Pidana :
- Orang
- Badan Hukum
-Objek Hukum Pidana :
Aturan-aturan Hukum Pidana
ILMU BANTU HUKUM PIDANA
- Kriminologi : -Etiologi kriminal
-Penologi
-Sosiologi Hukum (pidana)
-Victimologi :-Jenis-jenis korban
-Hak dan Kewajiban korban
-Peranan Korban
-Pertanggungjawaban korban
-Kriminalistik :-IP.tentang Lacak
-IKK
-Toksikologi Forensik
PERBEDAAN HUKUM PIDANA DENGAN
KRIMINOLOGI
Hukum Pidana Kriminologi
-objek:Aturan-aturan - objek:Kejahatan,
hukum pidana pelaku, dan reaksi
masyarakat
-Tujuan:Aturan-aturan - tujuan:Agar meng.
dipergunakan dgn se- apa sebab timbul-
baik-baiknya dan se- nya kejahatan
adil-adilnya.
ASAS LEGALITAS (Nullum Delictum Nulla Poena Sine
Previa Lege) Psl 1 ayat(1) KUHP

Pengertian :
1.Tidak ada perbuatan…….
2.Tidak boleh digunakan Analogi (Kiyas)
3.Tidak berlaku surut
Tujuan :
1.Tercapainya kepastian hukum
2.Unt.menjamin kep.Pribadi pelaku dari tindakan
semena-mena hakim yg menghukumnya
ASAS MENSREA (ASAS KESALAHAN)
Ada dua Syarat :
1.Ada perbuatan lahiriah yang terlarang (Actus Reus)
2.Ada sikap bathin yang jahat/tercela (Mens Rea)
Actus reus tidak hanya menunjuk pada suatu perbuatan (an act),
tetapi mengandung arti yang lebih luas :
1.Perbuatan dari Si Terdakwa
2.Hasil atau akibat dari perbuatannya itu
3.Keadaan-keadaan yang tercantum dalam perumusan tindak
pidana, (misal: TP.Pencurian ada rumusan delik:
“Barang milik orang lain”).
Yang Termasuk Mens Rea:
1.Intention (Kesengajaan)
2.Recklessness (Kesemberonoan)
3.Negligence (kealpaan/kurang hati-hati)
PENAFSIRAN UNDANG-UNDANG
(INTERPRETASI)
buku ajar hlm 13
1.Gramatical Interpretasi (tata bahasa
2.Logis Interpretasi
3.Sistimatis Interpretasi
4.Historis Interpretasi (Sejarah)
5.Analogis Interpretasi
6.Redenering A-Contario Interpretasi
7.Extensip Interpretasi
8.Penafsiran Teleologis
9. Penafsiran autentik
ASAS-ASAS YANG BERKAITAN DENGAN
BERLAKUNYA HP
Dalam KUHP Pasal 2 – 9
Ada beberapa asas :
1.Asas Teritorial
2.Asas Personal atau Asas Nasional Aktif
3.Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif
4.Asas Universal
Lanjutan……

AZAS TERRITORIAL :
Psl 2 KUHP
“Aturan Pidana dalam UU Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang melakukan sesuatu tindak
pidana di wilayah Indonesia”

Tempat terjadinya delik


Setiap orang : WNI maupun WNA
Azas Personal (Nas. Aktif)
“Peraturan hukum pidana Indonesia berlaku
bagi setiap WNI yg melakukan tindak pidana
baik dalam negeri maupun di luar negeri”

Peraturan pidana mengikuti orgnya, yaitu WNI


Lanjutan….
Apabila seseorang melakukan TP di luar negeri,
maka dapat dilihat ketentuan Psl 5 KUHP. Di sini
disebut dua golongan TP :
a. Kejahatan thd keamanan negara, thd
martabat presiden, penyebaran surat2 yg
mengandung penghasutan, membuat tidak
cakap untuk dinas militer, dsb
b. Tindak Pidana yg menurut UU Indonesia
dianggap sebagai kejahatan yg di negeri
tempat TP dilakukan itu diancam pidana
Azas Perlindungan (Nas. Pasif)
“Peraturan Hk pidana Indonesia berlaku
terhadap tindak pidana yg menyerang
kepentingan hukum negara Indonesia, baik itu
dilakukan oleh WNI atau bukan, yg dilakukan di
luar Indonesia”
Kejahatan tsb dpt dibagi dalam 5 kategori :
1. Kejahatan2 terhadap keamanan negaradan
martabat presiden
2. Kejahatan2 ttg materai atau merk yg
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia
Lanjutan…..

3. Pemalsuan surat-surat hutang dan sertifikat2


hutang atas beban Indonesia, daerah atau
sebagian daerah
4. Kejahatan jabatan yg tercantum dalam titel
XXVIII buku ke II yg dilakukan oleh pegawai
negeri Indonesia di luar Indonseia
5. Kejahatan pelayaran yg tercantum dalam titel
XXIX buku ke 2
Azas Universal
“Peraturan2 hukum pidana Indonesia
berlaku thd tindak pidana baik dilakukan di
dalam negeri ataupun di luar negeri, baik
dilakukan oleh WNI maupun WNA”
Teori Menentukan Locus Delicti
1.Teori Perbuatan Materiil (Tempat perbuatan jasmani
yg dilakukan Si pembuat untuk mewujudkan
Perb.Pidana)
2.Teori Instrumen (Tempat bekerjanya alat yang
dipergunakan Si Pembuat)
3.Teori Akibat (Tempat dimana menimbulkan akibat
kejahatan)
4.Teori Beberapa Tempat (Tempat apabila kejahatan itu
dilakukan di beberapa tempat)
Kegunaan Mengetahui TEMPAT dan WAKTU
A.Tempat :
1.Untuk menentukan berlakunya Hukum
Pidana dari Suatu Negara
2.Untuk menentukan Wewenang Meng-
adili
B.Waktu :
1.Untuk menentukan berlakunya Hukum
Pidana
2.Untuk menentukan saat berlakunya UU
3.Dalam Kaitannya pada Pasal 45 KUHP
Kepentingan Nasional Yang Memerlukan
Perlindungan
1.Keamanan negara dan kepala negara
2.Mata uang, segel, merk-merk
3.Surat-surat utang atau sertifikat utang
4.Perampokan kapal (Bajak Laut)
Pengecualian Pasal 2-5, 7 dan 8 dalam
Pasal 9 :
1.Kep.Negara beserta Kel.dari Neg.Sahabat
2.Duta Negara Asing beserta keluarga
3.ABK Perang asing yg berkunj.disuatu negara, sekalipun ada di
luar kapal
4.Tentara Negara Asing yg ada di dalam Wilayah negara dgn
persetujuan negara itu
PERBUATAN PIDANA
Tindak Pidana (Dlm Perundang-undangan), Perbuatan Pidana
(Moeljatno), Strafbaarfeit (Belanda), Criminal Act (Inggris),
Delik (Satochid Kartanegara), Peristiwa Pidana.
Apakah Perb.Pidana = Strafbaarfeit ?
-Perbuatan = kelakuan+akibat
-Feit = kelakuan saja
Perb.pidana :Dipisahkan dari pertanggungjawaban dengan
kesalahan
Feit : Dicakup pengertian perb.pidana dan kesalahan.
Perbuatan Pidana = Criminal Act
UNSUR-UNSUR PERBUATAN PIDANA
a.Kelakuan dan Akibat (Perbuatan)
b.Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai
perbuatan
c.Keadaan tambahan yang memberatkan pidana
d.Unsur melawan hukum yang objektif
e.Unsur melawan hukum yang subjektif
Contoh:
Ad.a.Semua Perb.yg bisa dilihat Pancaindera
Ad.b.1.Meng.Diri orang yg melakukan (delik jabat-
an, Ps.413, 418, 419 KUHP)
2.Meng.Diluar diri Si pembuat(penghasutan ditempat
umum, Ps.160 KUHP, Melarikan wanita Ps.332KUHP)
Ad.c.Ps.351 (penganiayaan), Ps.291 (pel.Kesusilaan), Ps.333 (merampas
kemerdekaan)
Ad.d.Ps.108(pemberontakan), Ps.277 (menggel.asal-usul), Ps.285 (perkosaan)
Ad.e.Ps.362 (Pencurian), Ps 340 (Pembunuhan berencana)
UNSUR-UNSUR SRAFBAARFEIT (TP)
Simons :
1. Perbuatan manusia
2. Diancam dengan pidana
3. Melawan hukum
4. Dilakukan dengan kesalahan
5. Oleh orang yang mampu bertanggungjawab
UNSUR OBJEKTIF DAN UNSUR SUBJEKTIF
-Unsur objektif : unsur-unsur yg terdapat diluar diri
manusia berupa :
1.Suatu tindakan (Misal,Ps.242, 263, 362 )
2.Suatu akibat tertentu(Misal Ps.338, 351)
3.Keadaan(Misal, Ps.160, 281)
-Unsur Subjektif : Unsur-unsur subjektif dari
pada perbuatan :
1.Dapat dipertanggungjawabkan
2.Kesalahan
Van Hamel :
1. Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam
undang-undang
2. Melawan hukum
3. Dilakukan dengan kesalahan
4. Patut dipidana
JENIS-JENIS DELIK

1. Delik formil dan materiil


a. Delict Formil:Delik dianggap selesai dgn
dilakukannya suatu perb.yng dilarang
Undang-undang(Mis Ps.242, 263, 362)

b.Delict Materiil:Delik yg dianggap selesai


apabila perb.itu menimbulkan akibat yg
dilarang (Mis.Ps.338, 351)
2. Delik Commisionis, omissionis dan delik comissionis
omissionem commisa
a. Delict commisionis : Pelanggaran thd suatu
larangan, yaitu berbuat sesuatu yg dilarang
(Mis.Ps.338, 362)
b. Delict Ommisionis: Delik pel.Thd suatu perintah
atau tdk mel.yg diperintahkan (Mis.Ps.522 : tdk
menghadap sbg saksi, Ps. 531 : tdk menolong org
yg memerlukan pertlgan.
c. Delik comissionis omissionem commisa: Delik
berupa pelanggaran larangan akan tetapi dilakukan
dgn cara tdk berbuat (Misalnya Seorang Ibu yg tdk
mau menyusui bayinya shg bynya mati)
3. Delik dolus dan delik culpa
a. Ofzetelijk of Doleuse Delict: Delik
memuat unsur Kesengajaan
(Mis.Ps.338, 362 )

b. Delict Culpos : Delik memuat unsur


kealpaan (Mis.359, 188)
4. Delik Tunggal dan delik berganda
a. Zelfstandge Delict (delik tunggal):Delik
yg cukup dilakukan dg satu kali
perbuatan (Mis.480)

b. Voorgezit Delict (delik berganda): Delik


baru merupakan delik apabila dilakukan
beberapa kali perbuatan (Mis.481)
5. Delik aduan dan delik biasa
a. klacht Delicten (delik aduan): Delik baru
dilakukan penuntutannya setelah
adanya pengaduan terlebih dahulu (Mis.
310, 285)

b. gewone Delicten (Delik biasa): Delik


yang penuntutannya tidak perlu adanya
pengaduan terlebih dahulu
(mis.Ps.338, 362)
KEJAHATAN DAN PELANGGARAN
-Kejahatan (rechtsdelicten),yaitu perbuatan-perbuatan
yang meskipun tidak ditentukan dalam undang-
undang, sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan
sebagai 0nrecht, sebagai perbuatan yang
bertentangan dengan tata hukum.
-Pelanggaran (Wetsdelicten), yaitu perbuatan-
perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat
diketahui setelah ada wet yang menentukan
demikian.
PERBEDAAN KEJAHATAN DENGAN
PELANGGARAN
Kejahatan Pelanggaran
-Buku Kedua KUHP -Buku ketiga KUHP
-Hukuman mati, penj. -Hukuman denda dan
kurungan, denda dan kurungan
pid.tambahan
-Penj.hukuman bisa -bersifat alternatif
alternatif dan bisa
kumulatif
-Kesalahan dibuktikan -tidak perlu dibuktikan
-Sistem Pemb.Rumit -Lebih sederhana
-Percobaan dipidana - Tidak dipidana
-Pemb.Pelak.dipidana - tidak dipidana
-Daluarsa, 1, 6, 12 dan –Daluarsa 1 tahun
18 tahun
AJARAN CAUSALITAS
Tujuan : Untuk menentukan hubungan antara sebab
dan akibat, artinya bilamana akibat dapat ditentukan
oleh sebab.
Macam-macam Teori :
1.Conditio Sine Quanon (von Buri)
2.Theori Equivalentie (von Buri)
3.Indivualiserende Theori (Traeger)
4.Generaliserende Theori (Traeger)
5.Adaequate Theori (Von Kries)
CONDITIO SINE QUANON
Teori ini dalam hukum pidana diajukan oleh von
Buri dan dinamakan teori Conditio sine qua non
(syarat-syarat tanpa mana tidak). Menurut
beliau, musabab ialah tiap-tiap syarat yang tidak
dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat.
THEORI EQUIVALENTIE
Tiap-tiap syarat yang menimbulkan satu akibat
itu mempunyai nilai yang sama
INDIVUALISERENDE THEORI
Teori ini mencari sebab ialah setelah akibat yang
timbul dengan jalan mencari keadaan yang nyata
(In concreto).Dari rangkaian perbuatan masalah
dipilih satu perbuatan yang dianggap sebagai
sebab dari pada akibat.
GENERALISERENDE THEORI
Teori ini menentukan sebab daripada akibat
yang timbul dengan mencari ukuran dengan
perhitungan pada umumnya, yang berarti bahwa
ukuran itu ditentukan In Abstracto.
ADAEQUATE THEORI
Perbuatan yang harus dianggap sebagai sebab
daripada akibat yang timbul, adalah perbuatan
yang seimbang dengan akibat.
Sifat Melawan Hukum
• Merupakan salah satu unsur dari tindak pidana
• Unsur yg merupakan suatu penilaian obyektif
terhadap perbuatan, dan bukan terhadap si
pembuat
• Merupakan suatu sifat tercelanya atau
terlarangnya perbuatan, di mana sifat tercela
tersebut dapat bersumber pada undang-
undang (melawan hk formil) dan dapat
bersumber pada masyarakat (melawan hk
materiil)
Lanjutan….
• Suatu perbuatan dikatakan melawan hukum apabila
perbuatan tersebut masuk dalam rumusan delik
sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang

• Tetapi, perbuatan yg memenuhi rumusan delik tsb


tidak senantiasa bersifat melawan hukum, karena ada
hal2 yg menghilangkan sifat melawan hukum dari
perbuatan tsb. (Psl. 51 ayat (1), Psl. 50 mis. Perintah
jabatan, perintah UU)
SIFAT MELAWAN HUKUM FORMIL DAN MATERIIL

FORMIL :
Suatu perbuatan bersifat melawan hukum,
apabila perbuatan diancam pidana dan
dirumuskan sebagai suatu delik dlm UU. Sifat
melawan hukumnya bisa hapus hanya
berdasarkan ketentuan UU.

MELAWAN HUKUM=BERTENTANGAN DENGAN


UU (HK TERTULIS)
MATERIIL :
Suatu perbuatan melawan hk atau tidak, tdk
hanya yg terdpt di dlm UU tertulis tetapi harus
dilihat berlakunya azas2 hukum yg tidak tertulis.
Sifat melawan hknya dpt hapus berdasarkan
ketentuan UU dan juga berdasarkan aturan2 yg
tdk tertulis

MELAWAN HK=BERTENTANGAN DGN UU DAN


HK YG TDK TERTULIS
KESIMPULAN…
Perbuatan dikatakan melawan hk
apabila telah memenuhi rumusan
delik, tetapi sifat tsb hapus apabila ada
alasan pembenar
KESALAHAN
Dipidananya seseorg tdk cukup apb org tsb telah
melakukan perbuatan yg bertentangan dgn hk
atau melawan hk.
Meskipun perbuatannya memenuhi rumusan
delik dalam UU dan tdk dibenarkan, namun hal
tsb blm cukup untuk penjatuhan pidana.
Untuk dpt dijatuhkan pidana maka seseorg
harus mempunyai kesalahan
Lanjutan….

Di sini berlaku apa yg disebut asas “TIADA


PIDANA TANPA KESALAHAN” (NULLA POENA
SINE CULPA, culpa di sini dalam arti luas meliputi
juga kesengajaan)

Asas ini tdk tercantum dalam KUHP


• Kesalahan adalah unsur mengenai keadaan atau
gambaran bathin orang sebelum atau pada saat
memulai perbuatan. Oleh karena itu, unsur ini
selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat
subjektif.
• Kesalahan dalam hk pidana berhubungan
dengan pertanggungjawaban, atau mengandung
beban pertanggungjawaban pidana yang terdiri
dari kesengajaan (dolus) dan kelalaian (culpa).
UNSUR-UNSUR KESALAHAN
1. Adanya kemampuan bertanggungjawab pada
si pembuat, artinya keadaan jiwa si pembuat
harus normal
2. Hubungan bathin antara si pembuat dengan
perbuatannya yg berupa kesengajaan(dolus)
atau kealpaan (culpa) ini disebut bentuk2
kesalahan
3. Tidak adanya alasan penghapus pidana atau
tidak ada alasan pemaaf
Lanjutan…..
Untuk adanya kesalahan dalam arti yg
seluas2luasnya (=pertanggungjawaban pidana),
org ybs harus dinyatakan terlebih dahulu bahwa
perbuatannya bersifat melawan hukum. Apabila
perbuatannya tidak melawan hukum, maka tidak
perlu untuk menetapkan kesalahan si pembuat.
KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB
Kemampuan bertanggungjawab harus ada:
1.Kemampuan untuk membedakan antara yang baik
dan yang buruk; yang sesuai hukum dan yang
melawan hukum, (Faktor akal=INTELEKTUAL FACTOR)
2.Kemampuan untuk menentukan kehendaknya
menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya
perbuatan tadi, (faktor perasaan atau
kehendak=VOLITIONAL FACTOR).
Simons :

• Kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan sbg


suatu keadaan fisik, yg membenarkan adanya
penerapan suatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari
sudut umum maupun dari orgnya.
• Org mampu bertanggung jawab jika jiwanya sehat,
yaitu :
a. ia mampu mengetahui/menyadari bhw
perbuatannya bertentangan dgn hk
b. ia dpt menentukan kehendaknya sesuai dengan
kesadaran tersebut
Van hammel :

Kemampuan bertanggung jwab adalah suatu keadaan


normalitas fisik dan kematangan (kecerdasan) yg
membawa 3 kemampuan, yaitu :
a. Mampu utk mengerti nilai dari akibat2
perbuatannya sendiri
b. Mampu utk menyadari, bhw perbuatannya itu
menurut pandangan masy tdk dibolehkan
c. Mampu utk menentukan kehendaknya atas
perbuatan2nya itu.
TIDAK MAMPU BERTANGGUNG JAWAB SEBAGIAN
Dlm praktek ada bbrp jenis penyakit jiwa, sehingga
penderitanya disebut tidak mampu bertanggung jawab
sebagian.
Misalnya :
a. Kleptomanie, yaitu penyakit jiwa yg berupa dorongan
kuat dan tak tertahan untuk mengambil brg milik org
lain, tetapi tdk sadar bhw perbuatannya terlarang.
Biasanya brg yg diambil adalah brg yg tdk ada nilainya
sama sekali bgnya. Dlm keadaan biasa jiwanya sehat
Lanjutan……

b. pyromanie
Yaitu penyakit jiwa yg berupa kesukaan untuk
melakukan pembakaran tanpa alasan sama
sekali
c. Claustrophobie
Yaitu penyakit jiwa yg berupa ketakutan
untuk berada di ruang yg sempit
Lanjutan…..

Dalam keadaan2 tsb di atas, mereka yg


dihinggapi penyakit tsb tdk dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, yg
ada hubungannya dengan penyakit tsb.
Jika penyakit dan perbuatannya tdk ada
hubungannya, maka mereka tetap dapat
dipidana.
KEKURANGAN KEMAMPUAN UNTUK BERTANGGUNG
JAWAB

Terdakwa yang dianggap “kurang mampu


bertanggung jawab” tetap dianggap mampu
bertanggung jawab dan dapat dipidana, tetapi
faktor tersebut dipakai sbg faktor untuk
memberikan keringanan dalam pemidanaan
KESENGAJAAN (DOLUS,OPZET)
Arti: Melaksanakan sesuatu perbuatan yang didorong oleh suatu
keinginan untuk berbuat atau bertindak.
Kehendak dapat ditujukan terhadap :
1.Perbuatan yang dilarang,(kesengajaan formil);
2.Akibat yang dilarang oleh Undang-undang, (kesengajaan
materil);
3.Masalah-masalah yang merupakan unsur suatu
delik(kesengajaan materiil).
Bentukbentuk Opzet :
1.Opzet sebagai Tujuan (doel)
2.Opzet dengan tujuan yang pasti atau yang merupakan suatu
keharusan
3.Dolus Eventualis atau opzet dengan syarat atau dengan
kesadaran akan kemungkinannya.
TEORI-TEORI KESENGAJAAN
1. TEORI KEHENDAK
kesengajaan adalah kehendak untuk
mewujudkan unsur-unsur delik dalam
rumusan undang-undang.
2. TEORI PENGETAHUAN
sengaja berarti membayangkan akan
timbulnya akibat perbuatannya. Org tidak dpt
menghendaki akibat, melainkan hanya dapat
membayangkan.
KEALPAAN (CULPA)
Di samping sikap bathin kesengajaan, ada
sikap batin yg berupa kealpaan.
Buku ke II KUHP terdapat bbrp pasal yg
mengatur ttg kealpaan, antara lain :
 Psl 188, Psl 231 ayat (4),Psl 359, Psl 360, Psl
409.
 Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yg
lebih ringan drpd kesengajaan, tetapi bukan
kesengajaan yg ringan.
SYARAT KEALPAAN
Van Hammel :
Kealpaan mengandung dua syarat, yaitu :
1. Tidak mengadakan penduga-duga sbgmn
diharuskan oleh hukum
2. Tdk mengadakan penghati-hati sbgmn diharuskan
oleh hukum
Simons :
Kealpaan mempunyai dua unsur, yaitu:
3. Tidak ada penghati-hati
4. Dapat diduganya akibat
KEALPAAN YG DISADARI DAN KEALPAAN YG TIDAK DISADARI

1. Kealpaan yg disadari :
pelaku dpt menyadari ttg apa yg dilakukan beserta
akibatnya, akan tetapi ia percaya dan
mengaharap/menginginkan akibatnya tdk akan
terjadi.

2. Kealpaan yg tidak disadari :


pelaku melakukan sesuatu yg tdk menyadari
kemungkinan akan timbulnya sesuatu akibat, pdhl
seharusnya ia dapat menduga sebelumnya.
ALASAN-ALASAN PENGHAPUS PIDANA
1.Alasan Pembenar (Menghapus sifat melawan hukumnya
perbuatan, sehingga apa yg dilakukan oleh tdw menjadi
perbuatan yg patut dan benar), Misal :
Pasal 49 (1), Ps.50, Ps.51 (1) KUHP
2.Alasan Pemaaf (Menghapus Kesalahan. Perbuatan yg dilakukan
tdw tetap bersifat melawan hkm, jd tetap merupakan
perbuatan pidana, tetapi tdk dipidana krn tdk ada kesalahan),
Misalnya; Ps.49 (2), Ps.51 (2) KUHP
3.Alasan Penghapusan Penuntutan (karena
Utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarakat, yg menjadi
pertimbangan adalah kepentingan umum), Misalnya; Ps.53
KUHP
M.V.T
Menurut MVT alasan-alasan penghapus
pidana:
a.Alasan-alasan yang terdapat dalam
bathin terdakwa yaitu, Ps.44 KUHP
b.Alasan-alasan yang diluar, yaitu Pasal 48-
51 KUHP
ALASAN PENGHAPUS PIDANA (UMUM) DLM KUHP

TIDAK MAMPU BERTANGGUNG JAWAB (PSL 44)


tidak adanya kemampuan bertanggung jawab
menghapuskan kesalahan.

M.v.T menyebutkan bhw tdk dapat


dipertanggungjawabkan adalah krn sebab yg
terletak dlm diri si pelaku.
DAYA PAKSA (OVERMACHT, Psl. 48)
Arti : Kekuatan atau daya yang lebih besar
Menurut Satochid.K.:Paksaan yang menimbulkan tak berdaya.
Menurut MVT Paksaan adalah Setiap kekuatan, setiap paksaan, setiap
tekanan yang tidak dapat dielakkan.
Menurut Doktrin ada 2 macam paksaan:
1.Paksaan/tekanan Fisik atau paksaan absolutatau Vis absoluta (kekuatan fisik
yang mutlak yang tak dapat dihindari)
2.Paksaan Relatif atau Vis Compulsiva (kekuatan Psychis)
Vis Compulsiva dibagi 2 : -dalam arti sempit
-dalam keadaan darurat
-Dalam arti sempit :-musabab paksaan keluar dari orang lain
-inisiatif ada pada orang yang memberi tekanan (ditodong
pistol)
-Keadaan darurat :-timbul karena keadaan-keadaan tertentu
-inisiatif ada pada dirinya sendiri.
KEADAAN DARURAT (NOODTOESTAND)
3 bentuk keadaan darurat :
1. Perbenturan antara dua kepentingan hukum (ada
konflik antara kepentingan yg satu dgn kep yg lain)
ex: “Papan dari Carneades”
2. Perbenturan antara kepentingan hukum dan
kewajiban hukum (konflik kep dan kewajiban) ex :
org yg melewati/masuk rmh org lain ketika terjadi
kebakaran di rumahnya
3. Perbenturan antara kewajiban hukum dgn
kewajiban hukum (konflik dua kewajiban) ex : saksi
pd 2 pengadilan di hari yg sama.
PEMBELAAN TERPAKSA/DARURAT
(NOODWEER) Psl. 49 ayat (1)
2 hal pokok dalam pembelaan darurat :
1. Ada serangan
tidak semua serangan yang dapat diadakan pembelaan
melainkan serangan yg memenuhi syarat2:
a. seketika
b. yg lgs mengancam
c. melawan hukum
d.sengaja ditujukan pada badan, kesusilaan, dan harta
benda
Lanjutan…

2. Ada pembelaan yang perlu diadakan thd serangan itu


tindakan pembelaan harus memenuhi syarat2:
a. pembelaan harus dan perlu diadakan
b.pembelaan hrs menyangkut kepentingan2 yg
disebut di dlm UU yitu menyangkut pd serangan spt
disebutkan sebelumnya.
PERBEDAAN ANTARA KEADAAN DARURAT DAN
PEMBELAAN DARURAT

1. Dalam keadaan darurat dapat dilihat adanya perbenturan


antara dua kepentingan hukum, kepentingan hukum dan
kewajiban hukum, serta perbenturan dua kewajiban hukum
2. Dalam keadaan darurat tidak perlu adanya serangan,
sedangkan dalam pembelaan darurat harus ada serangan
3. Dalam keadaan darurat org dpt bertindak berdasarkan
berbagai kepentingan atau alasan, sedangkan dalam
pembelaan terpaksa sudah ditentukan secara limitatif (Psl 49
ayat (1))
PEMBELAAN DARURAT YG MELAMPAUI BATAS
(NOODWEER EXCES) Psl. 49 ayat (2)

Syarat-syarat adanya pembelaan darurat yg melampaui


batas, yaitu :
1. Kelampauan batas pembelaan yg diperlukan
2. Pembelaan dilakukan sbg akibat yg langsung dari
kegoncangan jiwa yg hebat
3. Kegoncangan jiwa yg hebat tsb disebabkan krn
adanya serangan, dgn kata lain antara kegoncangan
jiwa dan serangan harus ada hubungan kausal
Lanjutan….

Sifat dari noodweer exces adalah


menghapuskan kesalahan
(pertanggungjawaban pidana), jadi sebagai
alasan pemaaf, perbuatannya tetap
bersifat melawan hukum.
MELAKSANAKAN UU (Psl. 50)
Perbuatan org yg menjalankan peraturan UU
tidak bersifat melawan hukum, sehingga
merupakan alasan pembenar.
Dalam melaksanakan peraturan UU, kadang
bertentangan dengan peraturan lain dalam hal
ini dipakai pedomanlex specialis derogat legi
generali.
MELAKSANAKAN PERINTAH JABATAN Psl. 51
ayat (1)dan (2)
 Menjalankan perintah jabatan yg sah, bila perintah
tsb berdasarkan, tugas, wewenang atau kewajiban yg
didasarkan kpd suatu peraturan. Antara org yg
diperintah dan memerintah hrs ada hubungan
jabatan dan hubungan subordinasi.
 menjalankan perintah jabatan yg tidak sah,
menghapuskan dpt dipidanya seseorg dan
Perbuatannya tetap bersifat melawan hkm, jika
memenuhi syarat-syarat :
Lanjutan….

1. Jika ia mengira dengan itikad baik


bahwa perintah itu sah
2. Perintah itu terletak dalam lingkungan
wewenang dari org yg diperintah
PERTANGGUNGJAWABAN DALAM
HUKUM PIDANA
Menurut Moeljatno:orang tidak mungkin
dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak
melakukan perbuatan pidana. Tapi meskipun melakukan
perbuatan pidana, tidak selalu dia dapat dipidana.
Kapan orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan?
Orang dapat mempunyai kesalahan :
1.Perbuatan tersebut dicela masyarakat pada hal ia mampu
untuk mengetahui makna (jelek) perbuatan tersebut, (sengaja
dilakukan).
2.Perbuatan tersebut dilakukan karena dia alpa atau lalai
terhadap kewajiban-kewajiban yang dalam hal tersebut oleh
masyarakat dipandang seharusnya (sepatutnya).
JENIS-JENIS PIDANA

Jenis-jenis pidana :
a. Pidana pokok :
1. mati
2. penjara
3. kurungan
4. denda
5. tutupan
b. Pidana tambahan :
1. pencabutan hak-hak tertentu
2. perampasan brg-brg tertentu
3. pengumuman putusan hakim
PEMIDANAAN DAN PELAKSANA PIDANA

1. Straf Minima adalah penentuan sanksi pidana berdasarkan ambang


batas bawah atau sering diformulasikan dengan kata-kata “ dengan
Pidana sesingkat-singkatnya. Straf minima ini di bagi dalam dua
bentuk yaitu;
a. Minima Umum
Yaitu pembatasan pidana yang paling ringan ditentu kan secara
umum, sebagai contoh pidana penjara secara umum hanya dapat
dijatuhkan serendah-rendahnya selama satu hari jadi ini berlaku
umum untuk setiap pidana yang diancamkan. : Pasal 12 ayat 2
KUHP
b. Minima Khusus
Yaitu ancaman pidana yang paling rendah dapat dijatuhkan
pada suatu perbuatan pidana ditentukan secara khusus,
sebagai contoh sering diformulasikan dengan kata-kata “
dipidana paling singkat selama 1 tahun”

2. Straf Maxima adalah penentuan sanksi pidana berdasarkan


ambang batas atas atau sering diformulasikan dengan kata-
kata “ dengan Pidana selama-lamanya”. Straf maxima ini di
bagi dalam dua bentuk yaitu:
Lanjutan….

a. Maxima Umum
Yaitu pembatasan pidana yang paling berat ditentu kan secara
umum, sebagai contoh pidana penjara secara umum hanya
dapat dijatuhkan selama-lamanya 20 tahun.
b. Maxima Khusus
Yaitu ancaman pidana yang paling tinggi dapat dijatuhkan
pada suatu perbuatan pidana ditentukan secara khusus,
sebagai contoh sering diformulasikan dengan kata-kata “
dipidana paling lama selama 1 5 tahun”
Sistem Pelaksanaaan penjatuan Pidana
A. Sistem Absorbsi
• Apabila seseorang yang melakukan beberapa perbuatan
pidana dijatuhkan beberapa pidana dengan ancaman pidana
yang berbeda maka hukuman yang dilaksanakan adalah
hukuman yang lebih lama, hal ini didasarkan anggapan bahwa
pidana yang lebih ringan telah diserap dalam pidana yang
lebih berat.
• Contoh: Seseorang dipidana Karena Penganiayaaan selama 5
tahun dan dijatuhi pidana karena pencurian selama 3 tahun.
Maka menurut system ini ia harus melaksanakan pidana
selama 5 tahun karena hukuman bagi pencuriannya yang 3
tahun telah termasuk dalam hitungan lima tahun tersebut.
B. Sistem kumulatif

Sistem pemidanaan ini sering terjadi dalam gabungan dari


beberapa perbuatan. Pada sistem ini setiap hukuman dari
beberapa perbuatan pidana yang dijatuhkan ditambahkan
seluruhnya. Sistem ini terdiri dari dua bentuk, yaitu;
1. Kumulatif murni
ini dilakukan di Amerika Serikat, dapat saja seorang pelaku di
hukum 180 tahun . . Semakin banyak perbuatan pidana yang
dilakukan pelaku maka semakin banyak sanksi pidana yang
dijatuhkan kepadanya.
Lanjutan….
2. Sistem kumulatif yang tidak murni
yang diperberat ditambah dengan 1/3 (pasal 66) – example :
membunuh 15 tahun, memperkosa 12 tahun mencuri 1
tahun,maka bagi pelaku harus melaksanakan pidana selama
15 tahun ( pidana yang tertinggi) ditanbahkan +1/3 dari 15
tahun sehingga menjadi 20 tahun.
Sistem Absorbsi yang diperberat
Sistem ini ini berariti bahwa pada dasarnya apabila
seseorang dijatuhi hukuman lebih dari satu macam
maka yang dikenakan dan harus dijalankannya adalah
hukuman yang terberat, tetapi dalam system ini
ditambahkan sepertiga dari yang terberat
PERCOBAAN (POGING)
Pengertian :Dalam KUHP tidak dijumpai, yang ada
hanya syarat-syarat atau unsur-unsur percobaan.
Sifat Percobaan ada 2 :
1.Percobaan dipandang sebagai
Strafausdehnungsgrund (dasar/alasan memperluas
dapat dipidananya orang);
2.Percobaan dipandang sebagai
Tatbestandausdehnungsgrund (Dasar/alasan
memperluas dapat dipidananya perbuatan)
DASAR PATUT DIPIDANANYA
PERCOBAAN
1.Teori Subjektif (berbahayanya sikap bathin
atau watak si pembuat)
2.Teori Objektif (berbahayanya perbuatan si
pembuat)
3.Teori campuran (sikap bathin dan perbuatan si
pembuat)
UNSUR-UNSUR PERCOBAAN
1.Ada Niat
2.Ada Permulaan Pelaksanaan
3.Pelaksanaan tidak selesai bukan semata-mata
karena kehendaknya sendiri
NIAT
Niat = Sengaja (Dalam arti luas)--Simon,
van Hamel, van Dick, van Hattum, Hazwinkel
Suringa, Jonkers, Mezger, Langemeyer.
Niat = Kesengajaan dengan maksud  Vos
Moeljatno berpendapat :
a.Niat>< kesengajaan….
b.Niat Memberi arah kpd perbuatan
c.Niat><KesengajaanIsi niat jangan
disamakan/diambil dari kesengajaan
PERMULAAN PELAKSANAAN
-van Hamelbertolak pd teori Perc.Subjektif
-van Simonsbertolak pd teori Objektif Materiil
-Duynsteebertolak pd teori Objektif Formil
-Moeljatnobertolak pd teori Campuran
Menurut Moeljatno ada 3 syarat Permulaan pelaksanaan :
1.Secara Objektifmendekatkan pd suatu kejahatan
tertentu
2.Secara SubjektifTidak ada keragu-raguan lagi delik yg
dituju
3.Sifat Melawan hukumperbuatan itu bersifat melawan
hukum
PEL. TDK SELESAI BUKAN KRN
KEHENDAK SENDIRI
Dapat terjadi dalam hal-hal sbb.:
a.Adanya penghalang fisik
b.Akan adanya penghalang fisik
c.Adanya penghalang yg disebabkan oleh faktor-
faktor/keadaan-keadaan khusus pada objek yang
menjadi sasaran.
Tidak selesai karena kehendak sendiri :
a.Pengunduran diri secara sukarela
b.Tindakan Penyesalan.
PENYERTAAN
Istilah:
1.Turut campur dlm peristiwa pid.(Tresna)
2.Turut berbuat delik (karni)
3.Turut serta (Utrecht)
4.Deelneming (Belanda), Complicity (Inggris),
Teilnahme/Tatermehrheit (Jerman), Participation
(Perancis)
Sifat : 1.Strafausdehnungsgrund
2.Tatbestandausdehnungsgrund
PEMBAGIAN PENYERTAAN
1.Pembagian Dua :
a.von Feurbach :1.Urheber (Pembuat)
2.Gehifile (Pembantu)
b.KUHP Belanda dan Indonesia :
1.Dader (pembuat)Ps.55
2.Medeplichtige (Pembantu)Ps.56
c.Code Penal Perancis dan Belgia :
1.Autores
2.Complices
d.Inggris : 1.Principals (Peserta baku)
2.Accesories (Peserta Pembantu)
LANJUTAN
Pembagian Tiga :
1.Jerman :1.Tater (Pembuat)
2.Anstifter (Penganjur)
3.Gehilfe (Pembantu)
2.Jepang :1.Co Principals (Pembuat)
2.Instigator (Penganjur)
3.Accessories (Pembantu)
Pembagian Empat :
Uni Sovyet :1.Executive of Crime
2.Organize
3.instigator
4.Accessory
PEMBAGIAN PENYERTAAN KUHP
INDONESIA
1.Pembuat/Dader (Ps.55) terdiri dari :
1.Pelaku (Pleger)
2.Yang Menyuruh lakukan (Doenpleger)
3.yang Turut Serta (Medepleger)
4.Penganjur (Uitlokker)
2.Pembantu/Medeplichtige (Ps.56) terdiri dari :
1.Pembantu pada saat kejahatan dilakukan
2.Pembantu pada sebelum kejahatan dilakukan
PLEGER (PELAKU)
Pelaku (pleger) ialah orang yang melakukan
sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan
delik.
Dalam praktek sukar menentukannya, terutama
dalam hal pembuat undang-undang tidak
menentukan secara pasti siapa yang menjadi
pembuat.
DOENPLEGER
Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan dengan
perantaraan orang lain, sedang perantara itu diumpamakan
sebagai alat.
Pada doenpleger terdapat dua pihak :
1.Pembuat langsung (onmiddlijk dader)
2.Pembuat tidak langsung (middelijk dader)
Unsur-unsur Doenpleger :
-alat yang dipakai adalah manusia;
-alat yg dipakai itu berbuat (bukan alat yg mati);
-alat yg dipakai itu”tidak dapat dipertanggung jawabkan”, (Ps.44,
48, 51 ayat 2, keliru unsur delik, tdk memp.maksud sperti
disyaratkan unt.kej.ybs.)
MEDEPLEGER
Menurut MVT medepleger ialah orang yang dengan sengaja
turut berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.
Menurut Pompe ada tiga kemungkinan terjadinya turut
mengerjakan terjadinya sesuatu tindak pidana :
1.Mereka masing-masing memenuhi semua unsur dalam delik
2.Salah seorang memenuhi semua unsur delik, sedang yang lain
tidak
3.Tidak seorangpun memenuhi unsur-unsur delik seluruhnya,
tetapi mereka bersama-sama mewujudkan delik itu.
SYARAT ADANYA MEDEPLEGER
1.Ada kerjasama secara sadar
2.Ada pelaksanaan bersama secara fisik
UITLOKKER
Uitlokker adalah orang yang menggerakkan orang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana-
sarana yang ditentukan oleh undang-undang.
Syarat Uitlokker :
1.Ada kesengajaan unt. menggerakkan orang lain mel. Perb. yg
terlarang.
2.Menggerakkannya dgn sarana2 tertentu
3.Ada psychische causalitet
4.Si pembuat materil tsb mel.TP yg dianjurkan atau Percobaan
mel.TP
5.Pembuat materil tsb harus dapat dipertanggungjawabkan
MEDEPLICHTIGE
Sifat : bersifat accessoir artinya untuk adanya pembantuan hrs ada orang yg
mel.kej.(hrs ada yg dibantu).
Dilihat dari Pertanggungjawabnya tdk accesoir artinya dipidana pembantu td
tergantung pd dpt tdknya si pelaku dituntut atau dipidana.
Jenis :1.Jenis pertama :
a.waktunya : pd saat kej.dilakukan
b.caranya: tdk ditent.secara limitatif dlm
UU
2.Jenis kedua :
a.waktunya : sebelum kej.dilakukan
b.caranya : ditent.secara limitatif (dgn cara memb.
kesempatan, sarana atau keterangan.
PENYERTAAN YANG TAK DAPAT
DIHINDARKAN
1.Ps.149 :Menyuap (membujuk) seseorang unt.tdk menjalankan
haknya unt.memilih
2.Ps.238 : Membujuk orang untuk masuk dinas militer negara
asing
3.Ps.279 : Bigami
4.Ps.284 : Perzinahan
5.Ps.345 : Menolong orang lain unt.bunuh
diri.
Contoh-contoh di atas delik baru terjadi kalau ada orang lain
(kawan berbuat) yg mau harus ada; apabila kawan berbuat itu
tdk ada maka delik itu tidak dapat dilakukan.
PENYERTAAN SETELAH TERJADINYA
TINDAK PIDANA
1.Ps.221 : Menyembunyikan penjahat
2.Ps.223 : Menolong orang melepaskan diri
dari tahanan
3.Ps.480, 481, 482 : delik-delik penadahan
4.Ps.483 : Menerbitkan tulisan/gambar yang
dpt dipidana karena sifatnya.
PERBUATAN PENYERTAAN PADA
PENYERTAAN
1.Membujuk untuk membujuk (Ps.55 Jo 55)
2.Membujuk untuk membantu (Ps.55 Jo 56)
3.Membantu untuk menganjurkan (Ps.56 Jo
55).
PERBARENGAN TINDAK PIDANA
(CONCURSUS)
Jenis (Ps.63 s/d 71 KUHP) terdiri dari :
1.Perbarengan peraturan (Concursus Idealis)
Ps.63
2.Perbuatan berlanjut
(Voortgezettehandeling)Ps.64
3.Perbarengan Perbuatan (concursus
Realis)Ps.65 s/d 71
LANJUTAN
1.Ada Concursus Idealis, apabila suatu perbuatan masuk dalam
lebih dari satu aturan pidana.
2.Ada Perbuatan berlanjut, apabila :
- seseorang mel.beberapa perbuatan
- perb.tsb.masing2 merpkan kej.atau pel.
- ant.perb.-perb. Itu ada hub.sedemikian rupa sehingga hrs
dipandang sbg satu perb.berlanjut.
3.Ada Concursus Realis, apabila :
-seseorang mel.beberapa perbuatan
-Masing2 perb.itu berdiri sendiri-sendiri sbg suatu TP(Kej./Pel.),
jadi td perlu sejenis atau berhub.satu sama lain.
SISTEM PEMBERIAN PIDANA
1.Sistem Absorbsi
2.Sistem Absorbsi yang dipertajam
3.Sistem Kumulasi yang diperlunak
ALASAN HAPUSNYA
KEWEN.MENUNTUT PIDANA
1.Tidak adanya pengaduan pd delik2 aduan
2.Ne bis in idem (Ps.76 KUHP)
3.Matinya Terdakwa (Ps.77 KUHP)
4.Daluwarsa (Ps.78 KUHP)
5.Telah ada Pemb.denda maks.kpd pjbt tertentu
unt.pel.yg hanya dianc.dgn denda saja (Ps.82
KUHP)
6.Ada abolisi dan amnesti (di luar KUHP).
ALASAN HAPUSNYA KEWEN.
MENJALANKAN PIDANA
1.Yang terdapat di dalam KUHP :
a.Matinya terdakwa (Ps.83)
b.Daluwarsa (Ps.84, 85)
2.Yang terdapat diluar KUHP:
a.Pemberian amnesti oleh Presiden
b.Pemberian grasi oleh Presiden

Anda mungkin juga menyukai