Anda di halaman 1dari 14

Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan

dalam KUHP Baru

Supriyadi
Departemen Hukum Pidana
Fakultas Hukum UGM
Semester Genap 2022/2023
Pengantar
 Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan merupakan sanksi yang diancamkan terhadap
Tindak Pidana (perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana).
 Sanksi Pidana bersifat reaktif terhadap Pelaku Tindak Pidana (menekankan
pembalasan terhadap Pelaku Tindak Pidana), sedangkan Sanksi Tindakan bersifat
antisipatif terhadap Pelaku Tindak Pidana (menekankan perbaikan terhadap
Pelaku Tindak Pidana).
 Pengaturan Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan bisa dilihat dalam KUHP Lama
(Wetboek van Strafrecht/UU No. 1 Tahun 1946) dan KUHP Baru (UU No. 1 Tahun
2023).
 KUHP Lama dan KUHP Baru dikatakan menganut Sistem Dua Jalur (Double Track
System) karena mengatur adanya Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan.
Sanksi Pidana dalam KUHP Lama

 Sanksi Pidana diatur dalam Pasal 10 – Pasal 43.


 Sanksi Pidana terdiri dari Pidana Pokok dan Pidana Tambahan.
 Pidana Pokok berupa (1) pidana mati, (2) pidana penjara, (3) pidana kurungan, (4)
pidana denda, dan ditambah (5) pidana tutupan (UU No. 20 Tahun 1946).
 Pidana Tambahan berupa (1) perampasan barang-barang tertentu, (2) pencabutan
hak-hak tertentu, dan (3) pengumuman putusan hakim.
Sanksi Tindakan dalam KUHP Lama

 Sanksi Tindakan diatur dalam Pasal 44 dan Pasal 45 – Pasal 47.


 Sanksi Tindakan dalam Pasal 44 berupa penempatan di rumah sakit jiwa yang
diperuntukan bagi pelaku tindak pidana yang mengalami gangguan jiwa.
 Sanksi Tindakan dalam Pasal 45 – Pasal 47 berupa pengembalian kepada
orangtua/wali/pengampu atau penyerahan kepada negara yang diperuntukan bagi
pelaku tindak pidana yang belum berumur 16 tahun (ketentuan ini telah dicabut
oleh UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; lalu dicabut lagi dengan UU
No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
Sanksi Pidana dalam KUHP Baru
 Sanksi Pidana diatur dalam Pasal 64 – Pasal 102.
 Sanksi Pidana terdiri dari (a) Pidana Pokok; (b) Pidana Tambahan; dan (c) Pidana
Yang Bersifat Khusus.
 Pidana Pokok berupa (1) pidana penjara, (2) pidana tutupan, (3) pidana pengawasan, (4)
pidana denda, dan (5) pidana kerja sosial. (catatan : urutan pidana menentukan berat
ringannya pidana).
 Pidana Tambahan berupa (1) pencabutan hak tertentu, (2) perampasan barang
tertentu/tagihan, (3) pengumuman putusan hakim, (4) pembayaran ganti kerugian, (5)
pencabutan izin tertentu, dan (6) pemenuhan kewajiban adat setempat. (catatan : dapat
dikenakan jika penjatuhan pidana pokok saja tidak cukup untuk mencapai tujuan
pemidanaan; dapat dijatuhkan satu jenis atau lebih).
 Pidana Yang Bersifat Khusus berupa pidana mati.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pidana diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pidana Penjara dalam KUHP Baru
 Pidana Penjara diatur dalam Pasal 68 – Pasal 73.
 Pidana penjara berujud perampasan kemerdekaan atau kebebasan seseorang di dalam
tempat tertentu (Lembaga Pemasyarakaran/Lapas).
 Pidana penjara terdiri dari pidana penjara seumur hidup dan pidana penjara untuk waktu
tertentu.
 Lamanya pidana penjara untuk waktu tertentu adalah paling singkat 1 hari dan paling lama
15 tahun (kecuali pidana minimum khusus).
 Lamana pidana penjara untuk waktu tertentu dapat dijatuhkan paling lama 20 tahun, jika
terdapat pilihan antara pidana mati dan pidana penjara seumur hidup atau terdapat
pemberatan pidana atas tindak pidana.
 Jika narapidana yang menjalani pidana penjara seumur hidup telah menjalani pidana
penjara paling singkat 15 tahun, maka pidana penjara seumur hidup dapat diubah menjadi
pidana penjara 20 tahun dengan Keputusan Presiden setelah mendapatkan pertimbangan
Mahkamah Agung.
Pidana Tutupan dalam KUHP Baru

 Pidana Tutupan diatur dalam Pasal 74.


 Pidana tutupan berujud perampasan kemerdekaan atau kebebasan seseorang di dalam
tempat tertentu (Rumah Tutupan).
 Pidana tutupan dapat dijatuhkan kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana karena
terdorong oleh maksud yang patut dihormati.
 Ketentuan pidana tutupan tidak berlaku, jika cara melakukan atau akibat dari tindak pidana
sedemikian rupa sehingga terdakwa lebih tepat dljatuhi pidana penjara.
 Tindak pidana yang dilakukan karena alasan terdorong oleh maksud yang patut dihormati
pada dasamya adalah Tindak Pidana Politik.
 Maksud yang patut dihormati harus ditentukan oleh hakim dan harus termuat dalam
pertimbangan putusannya.
Pidana Pengawasan dalam KUHP Baru
 Pidana Pengawasan diatur dalam Pasal 75 – Pasal 77.
 Pidana pengawasan berujud pembinaan di luar lembaga atau di luar penjara, sehingga
terpidana tidak perlu menjalani pidana penjaranya di Lapas.
 Pidana pengawasan dapat dijatuhkan kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana yang
diancam pidana penjara paling lama 5 tahun.
 Pidana pengawasan dijatuhkan paling lama sama dengan pidana penjara yang diancamkan
yang tidak lebih dari 3 tahun.
 Dalam putusan pidana pengawasan ditetapkan syarat umum, berupa terpidana tidak akan
melakukan tindak pidana lagi.
 Dalam putusan pidana pengawasan dapat juga ditetapkan syarat khusus, berupa (a)
mengganti kerugian akibat tindak pidana; dan atau (b) melakukan atau tidak melakukan
sesuatu tanpa mengurangi kemerdekaan beragama, menganut kepercayaan, dan atau
berpolitik.
Pidana Denda dalam KUHP Baru

 Pidana Denda diatur dalam Pasal 78 – Pasal 84.


 Pidana denda berujud sejumlah uang yang wajib dibayar oleh terpidana berdasarkan
putusan pengadilan.
 Pidana denda paling banyak ditetapkan berdasarkan kategori : (a) Kategori I, Rp. 1 juta; (b)
Kategori II, Rp. 10 juta; (c) Kategori III, Rp. 50 juta; (d) Kategori IV, Rp. 200 juta; (e) Kategori
V, Rp. 500 juta; (f) Kategori VI, Rp. 2 miliar; (g) Kategori VII, Rp. 5 miliar dan (h) Kategori VIII,
Rp. 50 miliar.
 Jika pidana denda tidak dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka kekayaan
atau pendapatan terpidana dapat disita dan dilelang oleh jaksa untuk melunasi pidana
denda yang tidak dibayar.
 Jika penyitaan dan pelelangan kekayaan atau pendapatan tidak cukup atau tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan, maka pidana denda yang tidak dibayar diganti dengan
pidana penjara, pidana pengawasan, atau pidana kerja sosial, dengan ketentuan pidana
denda tersebut tidak melebihi pidana denda Kategori II.
Pidana Kerja Sosial dalam KUHP Baru

 Pidana kerja sosial diatur dalam Pasal 85.


 Pidana kerja sosial berujud melaksanakan perkerjaan tertentu yang ditetapkan dalam
putusan pengadilan.
 Pidana kerja sosial dapat dijatuhkan kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana yang
diancam pidana penjara kurang dari 5 tahun dan hakim menjatuhkan pidana penjara paling
lama 6 bulan atau pidana denda paling banyak Kategori II.
 Pidana kerja sosial dijatuhkan paling singkat 8 jam dan paling lama 240 jam.
 Pidana kerja sosial dilaksanakan paling lama 8 jam dalam 1 hari dan dapat diangsur dalam
waktu paling lama 6 bulan dengan memperhatikan kegiatan terpidana dalam menjalankan
mata pencahariannya dan atau kegiatan lain yang bermanfaat.
 Pengawasan terhadap pelaksanaan pidana kerja sosial dilakukan oleh jaksa dan
pembimbingan dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.
 Pelaksanaan pidana kerja sosial tidak boleh dikomersialkan.
Pidana Mati dalam KUHP Baru
 Pidana Mati diatur dalam Pasal 100 – Pasal 103.
 Pidana mati berujud perampasan nyawa terpidana mati.
 Hakim menjatuhkan pidana mati dengan masa percobaan selama 10 tahun dengan
memperhatikan: (a) rasa penyesalan terdakwa dan ada harapan untuk memperbaiki diri; atau
(b) peran terdakwa dalam tindak pidana.
 Jika terpidana selama masa percobaan menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji, maka
pidana mati dapat diubah menjadi pidana penjara seumur hidup dengan Keputusan Presiden
setelah mendapatkan pertimbangan Mahkamah Agung.
 Jika terpidana selama masa percobaan tidak menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji
serta tidak ada harapan untuk diperbaiki, maka pidana mati dapat dilaksanakan atas perintah
Jaksa Agung.
 Jika permohonan grasi terpidana mati ditolak dan pidana mati tidak dilaksanakan selama 10
tahun sejak grasi ditolak bukan karena terpidana melarikan diri, maka pidana mati dapat
diubah menjadi pidana penjara seumur hidup dengan Keputusan Presiden.
Sanksi Tindakan dalam KUHP Baru
 Sanksi Tindakan ditemukan dalam Pasal 103 – Pasal 111.
 Sanksi Tindakan terdiri dari (a) tindakan yang dapat dikenakan bersama-sama dengan
pidana pokok; dan (b) tindakan yang dapat dikenakan kepada pelaku penyandang
disabilitas dalam Pasal 38 dan Pasal 39.
 Tindakan yang dapat dikenakan bersama-sama dengan pidana pokok berupa (a) konseling,
(b) rehabilitasi, (c) pelatihan kerja, (d) perawatan di lembaga, dan atau (e) perbaikan akibat
tindak pidana.
 Tindakan yang dapat dikenakan kepada pelaku penyandang disabilitas berupa (a)
rehabilitasi, (b) penyerahan kepada seseorang, (c) perawatan di lembaga, (d) penyerahan
kepada pemerintah, dan atau (e) perawatan di rumah sakit jiwa.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pembelajaran Asinkronus

Penugasan :

 Baca lebih lanjut ketentuan Sanksi Pidana dalam Pasal 64 – Pasal


102 KUHP Baru dan Sanksi Tindakan dalam Pasal 103 – Pasal 111
KUHP Baru beserta penjelasan pasal-pasalnya.
 Ketentuan Sanksi Pidana dalam Pasal 64 – Pasal 102 KUHP Baru dan
Sanksi Tindakan dalam Pasal 103 – Pasal 111 KUHP Baru beserta
penjelasan pasal-pasalnya akan menjadi materi Ujian Akhir
Semester Genap 2022/2023.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai