Anda di halaman 1dari 95

Semester Genap T.A.

2023/2024

Hukum Perkawinan Islam


Departemen Hukum Islam
Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada
Hukum Perkawinan
1. Dasar-dasar Perkawinan
2. Rukun & Syarat Perkawinan
Materi 3. Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan
Perkuliahan 4. Kawin Hamil
5. Beristri lebih dari 1 orang
6. Harta Kekayaan dalam Perkawinan
7. Perjanjian Perkawinan
8. Hak & Kewajiban Suami Istri
9. Status Anak dalam Perkawinan
10. Putusnya Perkawinan

ugm.ac.id
1. Dasar-dasar Perkawinan
a. Sumber Hukum
b. Pengertian dan Tujuan Perkawinan
c. Perkawinan Sah
d. Pencatatan Perkawinan
e. Alat-alat Bukti dalam Perkawinan

ugm.ac.id
Sumber Hukum Perkawinan Islam di Indonesia

UU No. 1 tahun
Kompilasi Hukum Putusan
Fiqih Munakahat 1974 j.o. UU no.
Islam Pengadilan
16/2019
Bersumber dari Al Undang-undang Ketentuan tentang Putusan Mahkamah
Qur’an, As Sunnah , tentang Perkawinan Perkawinan yang Konstitusi dan
dan Ijtihad secara umum yang berlaku dan Yurisprudensi
berlaku dan mengikat secara
mengikat secara khusus bagi umat
nasional Islam di Indonesia
Pengertian Perkawinan

Ps 1 UUP Ps 2 KHI

Perkawinan adalah ikatan lahir Perkawinan adalah pernikahan,


batin antara seorang pria dengan yaitu akad yang sangat kuat
seorang wanita sebagai suami (mitsaaqan ghalidhan) untuk
isteri dengan tujuan membentuk mentaati perintah Allah dan
keluarga yang bahagia dan kekal melaksanakannya merupakan
berdasarkan Ketuhanan YME ibadah
Tujuan Perkawinan
Tujuan Perkawinan, menurut...

Ps 1 UUP Ps 3 KHI

Untuk mewujudkan
Membentuk keluarga yang
kehidupan rumah tangga
bahagia dan kekal
yang sakinah, mawaddah, dan
berdasarkan Ketuhanan YME
rahmah
Ketentuan tentang Perkawinan Sah

Pasal 2 ayat (1):


Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
UUP hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya
itu.

Pasal 4:
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
Islam sesuai dengan pasal 2
KHI ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Pencatatan Perkawinan

Ketentuan Hukum
Pasal 2 ayat (1) UUP:
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
Pasal 5 ayat (1) KHI:
Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap
perkawinan harus dicatat
Kegiatan Pasal 6 ayat (1) KHI:
Pencatatan Setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di
meliputi: bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah

Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat


Akibat Hukum : Nikah tidak mempunyai kekuatan Hukum
Instansi Pencatat Perkawinan dan Kompetensi
Absolut Pengadilan
Dinas • Pencatatan Perkawinan bagi Non-Muslim atau
Kependudukan perkawinan yang dilaksanakan oleh pasangan beda
agama.
dan Catatan Sipil
(Dukcapil) • Kutipan Akta Perkawinan.
• Apabila ada perkara perkawinan → menjadi
kompetensi absolut Pengadilan Negeri

• Pencatatan Perkawinan bagi orang Islam atau


Kantor Urusan perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum
Agama (Pejabat Islam.
Pencatat Nikah • Kutipan Akta Nikah.
KUA) • Apabila ada perkara perkawinan → menjadi
kompetensi absolut Pengadilan Agama.
Locally Rooted, Globally Respected www.ugm.ac.id
Alat-alat Bukti dalam Perkawinan

Perkawinan : • Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat Pejabat Pencatat
Nikah (PPN).
•Dalam hal tidak ada Akta Nikah, dapat diajukan itsbat nikah ke Pengadilan Agama
(PA)
• Itsbat Nikah pada PA, terbatas pada:
a) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b) Hilangnya Akta Nikah;
c) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;
d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No.1
Tahun 1974 dan;
e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
perkawinan menurut UUP.

Putusnya Putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat dibuktikan dengan surat cerai
Perkawinan : berupa putusan Pengadilan Agama.

Rujuk : kutipan Buku Pendaftaran Rujuk yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah
Apa itsbat nikah ?
❑Adalah upaya mendapatkan pernyataan pengesahan suatu
pernikahan yang telah dilakukan menurut ketentuan hukum
(agama) Islam, tetapi belum dicatatkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
❑Apakah setiap perkara permohonan itsbat nikah selalu dikabulkan
oleh hakim PA? TIDAK
❑Dalam proses pemeriksaan perkara, dilakukan pengujian terhadap
pemenuhan keabsahan perkawinan yang sudah dilangsungkan.
❑SEMA No 3 Tahun 2018, ditentukan bahwa itsbat nikah poligami atas dasar
nikah siri harus dinyatakan tidak dapat diterima. Lalu bagaimana terhadap
nasib anak yang sudah terlanjur lahir dalam perkawinan poligami sirri
tersebut?
Alat-alat Bukti dalam Perkawinan

Perkawinan : • Akta Nikah yang dibuat PPN


• Itsbat Nikah pada PA, terbatas pada:
a) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b) Hilangnya Akta Nikah;
c) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;
d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No.1
Tahun 1974 dan;
e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

Putusnya Putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat dibuktikan dengan surat cerai
Perkawinan : berupa putusan Pengadilan Agama.

Rujuk : kutipan Buku Pendaftaran Rujuk yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah
2. Rukun dan Syarat Perkawinan
a. Calon Mempelai
b. Wali Nikah
c. Saksi
d. Ijab Kabul / Akad Nikah

ugm.ac.id
Rukun Perkawinan

1. Calon Mempelai
2. Wali Nikah
3. 2 orang saksi
4. Ijab dan Kabul (akad nikah)
1. Calon Mempelai

Wanita Pria
Memenuhi batas umur 19 19
1.
minimal Pengecualian:
“Dispensasi Kawin”

Persetujuan Kedua • Persetujuan Formil


2. • Persetujuan Materiil
Pihak

Tidak ada larangan di Tidak ada “Larangan Perkawinan” di


3.
antara keduanya antara keduanya
Larangan Perkawinan

1. Larangan Mutlak / Selamanya


Larangan yang tidak pernah berubah dan tidak ada cara atau
syarat apapun yang dapat mengubah larangan tersebut

2. Larangan Relatif / Sementara


Larangan yang bersifat sementara, apa bila syarat dan keadaan
tertentu telah dipenuhi, maka larangan tersebut hilang dan
keduanya dapat melangsungkan perkawinan
Bentuk Larangan Perkawinan

1. Larangan karena Hubungan Nasab


2. Larangan karena Hubungan Semenda
Larangan Mutlak/
Selamanya 3. Larangan karena Hubungan Sesusuan
4. Larangan karena Putusnya perkawinan
LARANGAN akibat Li’an
PERKAWINAN

Larangan Relatif/ 8 Bentuk Larangan Relatif


Sementara
a. Larangan karena Hubungan Nasab
Dilarang menikah dengan:
1
Orang tua, Kakek/Nenek, dst
1 dalam garis lurus ke atas
4 4
Anak, cucu, dst dalam garis lurus
2 ke bawah
Saudara, baik kandung, seayah, 3 Saya
3
3 maupun seibu
5 5
4 Saudara ayah, saudara ibu, dst
dalam garis lurus ke atas
Anak saudara, baik kandung, seayah, 2
5 seibu, dst dalam garis lurus ke bawah
b. Larangan karena hubungan Semenda

Dilarang menikah antara seorang pria dengan:


a. dengan seorang wanita yang melahirkan isterinya atau bekas
isterinya (mertua)
b. dengan seorang wanita bekas isteri orang yang menurunkannya
(Ibu tiri)
c. dengan seorang wanita keturunan isteri atau bekas isterinya,
kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas isterinya
itu qobla al dukhul (Anak Tiri, bila bakda ad dukhul)
d. dengan seorang wanita bekas isteri keturunannya (menantu).
c. Larangan karena hubungan Sesusuan

Dilarang menikah antara seorang pria dengan:


a. Seorang wanita yang menyusui dan seterusnya menurut garis lurus ke
atas (yaitu Ibu sesusuan, nenek sesusuan);
b. Seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke bawah
(yaitu saudara sesusuan dan keponakan sesusuan)
c. Seorang wanita saudara sesusuan, dan kemanakan sesusuan ke bawah,
d. Seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas;
e. Anak yang disusui oleh isterinya dan keturunannya.
d. Larangan karena Putusnya perkawinan akibat Li’an

Li’an adalah:

Sumpah yang diucapkan oleh suami yang menuduh isteri


berbuat zina dan/atau mengingkari anak dalam kandungan
atau yang sudah lahir dari isterinya, sedangkan isteri menolak
tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.
Sebab & Akibat Li’an

1. Suami menuduh istri telah berzina namun tidak


dapat mengajukan bukti (4 orang saksi) Istri Menolak
dengan Sumpah
2. Suami mengingkari anak anak dalam kandungan Nukul
atau yang sudah lahir dari istrinya

LI’AN
1. Perkawinan putus selama-lamanya
2. Anak yg dikandung hanya dinasabkan kepada ibunya
3. Suami terbebas dari kewajiban memberi nafkah
Tata Cara Li’an

SUAMI • Satu kesatuan ISTRI

• Bila tidak segera diikuti,


• Suami bersumpah 4 X dengan maka dianggap Li’an • menolak tuduhan/
kata tuduhan zina dan atau tidak pernah terjadi pengingkaran tsb dengan
pengingkaran anak sumpah 4 X dg kata
• Harus diikuti sumpah ke-5 “tuduhan/pengingkaran tsb
tidak benar”
" laknat Allah atas diriku
apabila • Harus diikuti sumpah ke-5
tuduhan/pengingkaran tsb.
" laknat Allah atas diriku
dusta "
apabila
tuduhan/pengingkaran tsb.
benar "
2. Larangan Relatif/ Sementara

1. Dengan wanita yang masih terikat perkawinan


2. Dengan wanita yang masih berada masa iddah
3. Dengan wanita yang tidak beragama Islam
4. Berpoligami dengan wanita yang memiliki hubungan nasab dan
sesusuan dengan istrinya (kandung, seayah, dan seibu)
5. Berpoligami dengan Bibi atau kemenakan dari istrinya
6. Poligami di luar batas (lebih dari 4)
7. Menikahi wanita bekas istri yang ditalak 3
8. Larangan karena ihram
2. Wali nikah

Syarat : 1.Muslim
2.Laki-laki
3.Akil
4.Baligh
Golongan 1. Wali Nasab
Wali Nikah 2. Wali Hakim
Golongan Wali Nikah

Kerabat Laki-laki dari garis ayah dalam garis lurus ke atas

Kerabat saudara laki-laki kandung atau seayah, dan


Wali keturunannya
Nasab Paman, dari garis ayah dan keturunan laki-lakinya

Saudara kandung atau seayah dari Kakek dan keturunan


laki-lakinya

Wali Wali nikah yang ditunjuk oleh menteri agama atau pejabat
yang ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk
Hakim bertindak sebagai wali nikah
NASAB HAKIM
Seayah Kandung

Wali Hakim
1 Ayah

Perpindahan:
• Tidak memenuhi Alasan :
syarat 2 Kakek • Wali Nasab tidak ada
Penggolongan • Tuli • Wali Nasab tidak
Wali Nikah • Bisu
Saudara
2 1
Saudara
mungkin dihadirkan
• Wali Nasab ghaib
• Pikun
Laki-laki 3 Laki-laki • Wali Nasab adlal

2 1
Paman 4 Paman

2 1
Saudara Kakek 5 Saudara Kakek

ugm.ac.id
3. Saksi

Syarat : 1. Laki-laki
2. Muslim,
3. Adil
4. Akil baligh
5. Tidak terganggu ingatan dan tidak tuna
rungu atau tuli

Kewajiban : 1. Hadir dan menyaksikan langsung akad


nikah
2. Menandatangani akta nikah pada
waktu dan di tempat akad nikah
dilangsungkan.
4. Ijab Kabul / Akad Nikah

Definisi rangkaian ijab yg diucapkan oleh wali dan kabul yg diucapkan


oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang
saksi

Syarat jelas, beruntun dan tidak berselang waktu

Dilakukan oleh
Wali Nikah Mempelai Pria
(atau wakilnya) dan (atau wakilnya)
Ketentuan Mahar

ugm.ac.id
Mahar

“Pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik
berbentuk barang, uang, atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum
Islam”

Hukum: Wajib bagi Mempelai Pria


“Berikanlah maskawin kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan” (Q.S. an-Nisa’:4)

Kedudukan : 1. Bukan merupakan rukun dalam perkawinan.


2. Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu akad nikah
tidak menyebabkan batalnya perkawinan.
3. Mahar yg masih terutang tidak mengurangi sahnya perkawinan
Penyerahan Mahar

• Tunai ataupun ditangguhkan apabila calon mempelai wanita


menyetujui
• Mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita
dan sejak itu menjadi hak pribadinya
Mahar yang telah ditentukan, namun penyerahannya
ditangguhkan

Cerai qobla ad –dukhul 1/2


Suami meninggal qabla ad- Seluruh
dukhul
Mahar yang belum ditentukan dan
penyerahannya ditangguhkan
Cerai mati dan cerai hidup, baik Mahar
qobla dukhul maupun ba’da
dukhul
mitsil
3. Pencegahan & Pembatalan

ugm.ac.id
Pencegahan Perkawinan

Menghindari terjadinya perkawinan yang dilarang oleh


Tujuan
Hukum Islam dan perundang-undangan

1.Calon mempelai tidak memenuhi syarat hukum


Alasan Hukum 2.Tidak sekufu karena perbedaan agama

Yang dapat • Keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah
mencegah... • Saudara
• Wali nikah,
• Wali pengampu,
• Pejabat yang mengawasi perkawinan (PPN atau Jaksa)
• Suami atau istri dr calon mempelai
Prosedur PA Setempat
Permohonan
Putusan
Pencegahan

Salinan Putusan

KUA KUA
Pemberitahu
an pada PPN
setempat

Akibat Hukum Perkawinan tidak dapat dilangsungkan secara hukum apabila


pencegahan belum dicabut
Pembatalan Perkawinan

Perkawinan Dapat Dibatalkan Perkawinan Batal Demi Hukum

a) Suami melakukan poligami tanpa ijin dari a) Seorang suami melakukan poligami padahal
Pengadilan Agama. dia sudah mempunyai 4 orang isteri, sekalipun
b) Perempuan yang dinikahi ternyata masih salah satu dari keempat isteri tersebut sedang
menjadi isteri pria lain yang mafqud. dalam iddah talak raj’i.
c) Perempuan yang dinikai ternyata masih dalam b) Menikahi kembali bekas isteri yang telah di-
masa iddah dari suami lain. li’an.
d) Perkawinan yang melanggar batas umur c) Menikahi bekas isterinya yang telah ditalak tiga
perkawinan. kali (dengan pengecualian tertentu)
e) Perkawinan yang dilangsungkan dilaksanakan d) Perkawinan antara dua orang yang mempunyai
oleh wali yang tidak berhak. hubungan darah, semenda dan susuan.
f) Perkawinan yang dilaksanakan dengan e) Isteri adalah saudara kandung atau sebagai
paksaan bibi atau kemenakan dari isterinya.
Proses Pembatalan Perkawinan
Yang dapat a. Keluarga dlm garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah
mengajukan b.Suami atau isteri
Pembatalan
c. Pejabat yg mengawasi perkawinan (PPN)
d.Jaksa
e.Para pihak yg berkepentingan

Tempat Di PA tempat tinggal Suami atau Istri atau tempat


Mengajukan perkawinan dilangsungkan
Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

1. Perkawinan putus
2. Untuk suami & istri, kembali ke status semula karena
perkawinan dianggap tidak pernah ada dan para pihak
tidak memiliki hubungan hukum.
3. Pembatalan tidak berlaku surut terhadap perkawinan
yang batal karena salah satu pihak murtad, anak yang
lahir dalam perkawinan dan pihak ketiga yang beriktikad
baik
Dimulai sejak Putusan Pembatalan memiliki
kekuatan hukum tetap dan berlaku sejak saat
berlangsungnya perkawinan
4. Kawin Hamil

ugm.ac.id
Pengertian

Kawin Hamil adalah:


Perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang sedang hamil,
baik hamil akibat perbuatannya maupun hamil akibat perbuatan laki-laki lain

Pasal 53 KHI :
a. Wanita hamil dapat dikawinkan dengan laki-laki yang menghamilinya
b. Tidak harus menunggu kelahiran anak
c. Tidak perlu perkawinan ulang
5.Beristri lebih dari 1 orang (Poligami)

ugm.ac.id
Ketentuan Poligami

1. Merupakan pengecualian Asas Monogami


Pasal 3 ayat (2) UUP:
Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari
seorang apabila dikehendaki oleh pihak- pihak yang bersangkutan.

2. Beristri lebih dari 1 orang bersifat terbatas


Seorang laki-laki hanya dapat menikahi paling banyak 4 (empat) orang istri dalam 1
waktu
3. Poligami harus dengan Izin Pengadilan Agama
Izin PA akan diberikan bila suami telah memenuhi Alasan dan Syarat hukum yang
ditentukan
Alasan Poligami

1.Istri tidak dapat menjalankan kewajiban


sebagai istri
2.Istri mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat disembuhkan
3.Istri tidak dapat melahirkan keturunan

ALTERNATIF
Syarat

1. Harus ada persetujuan Istri atau istri-istri


Lisan atau tertulis dan harus dikuatkan secara lisan di PA

2. Harus ada kepastian bahwa suami mampu menjamin


keperluan hidup istri dan anak-anak mereka

3. Ada pernyataan suami dapat berlaku adil

4. Harus ada permohonan penetapan harta bersama dengan isteri


sebelumnya (Buku II MA)
KUMULATIF
Pengecualian Persetujuan Istri

Dapat dikecualikan dalam keadaan tertentu:


1. Istri tidak mungkin dimintai persetujuannya
2. Istri tidak cakap hukum sehingga tidak bisa menjadi pihak dalam
perjanjian
3. Istri meninggalkan tempat kediaman bersama 2 tahun berturut-turut
tanpa kabar berita & penjelasan
4. Alasan lain yang ditetapkan PA
6. Harta Kekayaan dalam Perkawinan

ugm.ac.id
Bentuk Harta Kekayaan dalam Perkawinan

Bentuk Harta Jenis Harta Penguasaan Harta


1) Harta Bawaan masing-masing dibawah penguasaan
2) Warisan, Hibah, Wasiat yang didapatkan masing-masing,
HARTA sebelum dan selama perkawinan kecuali diperjanjikan
PRIBADI lain

Harta yang diperoleh, baik sendiri-sendiri


ataupun bersama-sama suami dan istri, Hanya dpt dialihkan
HARTA selama dalam ikatan perkawinan atas persetujuan
berlangsung, tanpa mempersoalkan kedua pihak
BERSAMA terdaftar atas nama siapa
Pertanggung Jawaban Hutang

HUTANG Pertanggung jawaban dilakukan dengan


PRIBADI : Harta Pribadi

Hutang yang dilakukan untuk keperluan Rumah Tangga,


pertanggung jawaban dilakukan dengan Harta Bersama.
Pengecualian:
HUTANG Bila Harta Bersama tidak mencukupi, dilakukan dengan
BERSAMA : Harta Suami, dan bila masih tidak mencukupi, dengan Harta
Istri
Harta Perkawinan dalam Perkawinan Poligami

Ketentuan Pemilikan Harta Bersama yang diperoleh Suami


Waktu Perolehan
Harta
Pemilikan Harta
Selama ikatan
Harta Bersama Suami + Istri 1
perkawinan 1
Selama ikatan Harta Bersama Suami + Istri 1 + Istri 2
perkawinan 2
Selama ikatan Harta Bersama Suami + Istri 1 + Istri 2 + Istri 3
perkawinan 3
Selama ikatan
Harta Bersama Suami + Istri 1 + Istri 2 + Istri 3 + Istri 4
perkawinan 4
Pembagian Harta bila Perkawinan Putus (Poligami)

Bila Perkawinan Putus karena Kematian atau Perceraian

Bag. Bag. Bag. Bag. Bag.


Harta Bersama yang diperoleh...
Suami Istri 1 Istri 2 Istri 3 Istri 4

Selama Perkawinan 1 1/2 1/2

Selama Perkawinan 2 1/3 1/3 1/3

Selama Perkawinan 3 1/4 1/4 1/4 1/4

Selama Perkawinan 4 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5


Perbuatan yang Membahayakan/Merugikan Harta Bersama

Bentuk Perbuatan :
Judi, Mabuk, Pemborosan, dst
Membahayakan/
Merugikan Selama Masa Sita
Jaminan:
HARTA
BERSAMA Pengalihan hak atas harta
bersama untuk
kepentingan keluarga
TINDAKAN HUKUM hanya dengan izin PA
SITA JAMINAN
• Permohonan Sita Jaminan ke PA
• Tanpa permohonan/ gugatan
cerai
Pembagian Harta bila Perkawinan Putus

Cerai ½ harta bersama menjadi hak pasangan yang


Mati hidup lebih lama

Cerai masing-masing berhak atas ½ harta bersama,


kecuali diperjanjikan lain
Talak
7. Perjanjian Perkawinan

ugm.ac.id
Bentuk Perjanjian Perkawinan

Pasal 45 KHI

Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan


dalam bentuk :
1. Taklik talak dan
2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
1. Taklik Talak

Pasal 1 huruf e KHI :


Taklik-talak ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah
akad nikah yang dicantumkan dalam Akta Nikah berupa Janji talak yang
digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa
yang akan datang

Ketentuan : • Dinyatakan tepat setelah Akad Nikah


• Bukan kewajiban
• Sekali diucapkan, tidak dapat dibatalkan
• Talak hanya bisa dilakukan setelah pemeriksaan persidangan
Sighat Taklik Talak

sewaktu-waktu saya
(1) Meninggalkan isteri saya dua tahun berturut-turut,
(2) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya,
(3) Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya,
(4) Atau saya membiarkan (tidak mempedulikan) isteri saya enam bulan
lamanya,
kemudian isteri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada Pengadilan
Agama dan pengaduannya dibenarkan dan diterima Pengadilan tersebut, dan
isteri saya membayar uang sebesar Rp. ............. sebagai iwadh kepada saya, maka
jatuhlah talak saya satu kepadanya
2. Perjanjian Lain
Perjanjian Lain:
Semua Perjanjian yang tidak bertentangan dengan hukum Islam

Ketentuan : • Tidak bertentangan dengan ketentuan agama


• Diperjanjikan sebelum, pada saat, maupun selama perkawinan perkawinan
berlangsung (Khusus perjanjian selama perkawinan berlangsung mendasarkan
pada putusan MK No. 69/PUU-XIII/2015)
• Disahkan oleh PPN atau Notaris (khusus perjanjian yang dibuat selama
perkawinan)
• Mengikat para pihak sejak tanggal pencatatan perkawinan oleh PPN, kecuali
ditentukan lain dalam Perjanjian Perkawinan
• Tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua belah pihak ada
persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan atau pencabutan
itu tidak merugikan pihak ketiga
Bentuk Perjanjian Lain

Ada 3 bentuk :
1. Perjanjian Percampuran Harta Pribadi
2. Perjanjian Pemisahan Harta Bersama
3. Perjanjian tentang Kewenangan Mengadakan pengikatan
hipotik (Saat ini : hak tanggungan dan hipotik).
1. Perjanjian Percampuran Harta Pribadi

Adalah:
Percampuran Harta Pribadi / Harta Bawaan masing-masing Suami dan Istri

Bentuk : 1. Menyeluruh, yaitu percampuran seluruh harta sebelum


dan sesudah perkawinan
2. Terbatas, memisahkan :
a. Percampuran Harta Pribadi Sebelum Perkawinan
b. Percampuran Harta Pribadi Selama Perkawinan
2. Perjanjian Pemisahan Harta Bersama

Adalah:
Perjanjian yang menyatakan bahwa harta yang didapatkan oleh masing-masing
suami dan istri selama perkawinan berlangsung dipisahkan

Ketentuan Tidak menghilangkan kewajiban suami untuk memberi nafkah


Khusus : atau mencukupi kebutuhan rumah tangga
3. Perjanjian Kewenangan Mengadakan Pengikatan Jaminan

• Isi : menetapkan kewenangan masing-masing untuk dapat


mengadakan hipotek atas harta pribadi dan harta bersama

• UU No. 4 tahun 1996 ttg Hak Tanggungan atas Tanah Beserta


Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah

• Hipotek hanya berlaku terhadap Benda Tetap Bukan Tanah


dan Bangunan
Pelanggaran Perjanjian

Memberikan hak pada istri /suami untuk:


1. Meminta Pembatalan Perkawinan, atau
2. Mengajukannya sebagai alasan gugatan
perceraian ke PA
Pencabutan Perjanjian

a. Atas persetujuan suami dan istri


b. Wajib didaftarkan ke Kantor PPN tempat perkawinan
dilangsungkan
c. Mengikatnya pencabutan:
- Bagi suami istri : sejak didaftarkan
- Bagi pihak ketiga : sejak tanggak pendaftaran tsb
diumumkan dalam surat kabar setempat
8. Hak dan Kewajiban Suami & Istri

ugm.ac.id
SUAMI SUAMI & ISTRI ISTRI
a. Membimbing isteri a. menegakkan rumah a. berbakti lahir batin kpd
b. melindungi isteri tangga suami
c. Memberi pendidikan b. saling mencintai,
agama b. menyelenggarakan
menghormati, setia,
d. menanggung: dan mengatur
memberi bantuan
lahir batin keperluan rumah
- nafkah, tangga
kiswah,tempat c. mengasuh dan
kediaman memelihara anak
- biaya RT, perawatan d. memelihara
& pengobatan kehormatan
e. mempunyai tempat
- biaya pendidikan kediaman yg tetap
anak
Nusyuz : jika tidak
Berlaku : setelah tamkin melaksanakan, kecuali
sempurna ada alasan yg sah
Gugur : Akibat : kehilangan hak nafkah
a. Istri Nusyuz
b. Istri membebaskan
9. Status Anak dalam Perkawinan

ugm.ac.id
Status Anak dalam Perkawinan
Pasal 99 dan Pasal 100 Putusan MK Nomor
Pasal 42 dan 43 (1) UUP
KHI 46/PUU-VIII/2010
Pasal 99: Anak yang dilahirkan di luar
Anak yang sah adalah: Pasal 42 : perkawinan mempunyai hubungan
a. dilahirkan dalam atau akibat Anak sah adalah anak yang perdata dengan ibunya dan keluarga
perkawinan yg sah dilahirkan dalam atau sebagai akibat ibunya
b. hasil pembuahan suami isteri yg perkawinan yang sah. serta dengan laki-laki sebagai
sah di luar rahim dan dilahirkan ayahnya yang dapat dibuktikan
oleh isteri tsb
Pasal 43 ayat (1) : berdasarkan ilmu
Pasal 100: Anak yang dilahirkan di luar pengetahuan dan teknologi
Anak yang lahir di luar perkawinan perkawinan hanya mempunyai dan/atau alat bukti lain menurut
hanya mempunyai hubungan nasab hubungan perdata dengan ibunya hukum mempunyai hubungan
dengan ibunya dan dan keluarga ibunya darah, termasuk hubungan perdata
keluarga ibunya dengan keluarga ayahnya
Anak Sah pasca Putusan MK

STATUS ANAK

Anak yang Lahir di Dalam Anak yang Lahir di Luar Perkawinan


Anak yang Lahir di Dalam Perkawinan
dan atau Akibat (anak zina, anak yg lahir dalam
yang Tidak Tercatat (Sirri)
Perkawinan yang Sah perkawinan tdk sah)

PENETAPAN ASAL USUL


ANAK
Apabila permohonan
ditolak, anak tidak
Permohonan Permohonan memiliki hak dan
hubungan hukum dengan
Diterima Ditolak ayah biologis

• Hubungan Nasab • Mencukupi kebutuhan hidup anak


• Nafkah • Wasiat Wajibah
• Ahli Waris
Status Anak Pasca Putusan MK kaitannya dengan
Permohonan penetapan asal-usul anak
Anak Lahir di Dalam Anak yang Lahir di Luar Perkawinan
Anak yang Lahir di Dalam Perkawinan yang
dan atau Akibat (anak zina, anak yg lahir dalam
Tidak Tercatat (Sirri)
Perkawinan yang Sah perkawinan tdk sah)
Anak otomatis 1. Anak hanya memiliki hubungan nasab 1.Anak yang dilahirkan di luar
memiliki hak atas dengan ibunya dan keluarga ibunya. perkawinan mempunyai hubungan
hubungan nasab, 2. Apabila orang tua mengajukan itsbat nikah, perdata dengan ibunya dan keluarga
hubungan nafkah, dan dan dikabulkan, maka anak akan ibunya.
hubungan waris mendapatkan status sebagai anak yang lahir 2.Apabila diajukan permohonan
dengan kedua orang dalam perkawinan yang sah, sehingga berhak penetapan asal-usul anak dan
tuanya. atas hubungan nasab, hubungan nafkah, dan permohonan dikabulkan, maka anak
hubungan waris dengan kedua orang tuanya. berhak atas biaya penghidupan sampai
3. Apabila orang tua tidak mengajukan itsbat anak dewasa dan berhak atas wasiat
nikah, tetapi anak dimohonkan penetapan wajibah.
asal-usul anak dan dikabulkan, maka anak 3.Apabila permohonan penetapan asal
berhak atas biaya penghidupan sampai anak usul anak ditolak, maka anak tidak
dewasa dan berhak atas wasiat wajibah. memiliki hak dan hubungan hukum
dengan ayah biologis.
Pengingkaran Anak

• 180 hari, sejak hari kelahiran anak


• 360 hari, setelah perkawinan putus atau
setelah suami mengetahui istri melahirkan

GUGATAN PA

Jika Lampau Waktu = tidak diterima


Pemeliharaan Anak

Adalah Kegiatan mengasuh, memelihara, dan mendidik anak


hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri

• 21 tahun, atau
“Dewasa” • Sudah Menikah

Kewajiban Orang • Mengasuh, memelihara, mendidik


Tua Terhadap • Mewakili perbuatan hukum
Anak • Merawat dan mengembangkan harta anak
Pemeliharaan Anak Akibat Perceraian

Pemegang Hak Hadhanah

Hak Ibu
Anak Belum Hak Ibu beralih kepada Ayah apabila:
Mumayyiz (belum a. Ibu tidak cakap Hukum
b. Ibu mengabaikan anak
berumur 12 tahun) c. Ibu mempunyai perilaku buruk
Hak Ayah
Diserahkan pada anak untuk memilih antara ikut Ayah atau Ibu.
Anak Sudah Mumayyiz Catatan:
(sudah berumur 12 Terkait hak asuh anak di Pengadilan Negeri ada beberapa
perbedaan dengan di Pengadilan Agama, misal kasus hak asuh anak
tahun) perceraian Ari Wibowo-Inge Anugrah.
Perwalian

Adalah:
Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan dan
atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, atau
orang tua yang masih hidup tidak cakap melakukan perbuatan
hukum.

Anak dalam • KHI : Anak dibawah usia 21 tahun dan atau belum
Perwalian: pernah melangsungkan perkawinan
• UU Perlindungan Anak & UUJN : Anak di bawah
usia 18 Tahun
Ketentuan Perwalian

Ruang Lingkup Perwalian:


Meliputi diri dan Harta Kekayaan Anak
Pihak yang dapat menjadi Wali:
1. Keluarga anak Memenuhi Syarat:
1. sudah dewasa,
Orang Lain 2. berpikiran sehat,
2. 3. adil,
(selain keluarga)
4. jujur dan berkelakuan baik

3. Badan Hukum
Kewajiban Wali

Mengurus diri dan harta orang di bawah perwaliannya

Mengurus Diri : Mengurus Harta:


Memberikan bimbingan agama, 1. Bertanggung jawab terhadap
pendidikan, dan keterampilan harta
lainnya untuk masa depan anak 2. Dilarang menggunakan,
mengikatkan, membebani, dan
mengasingkan harta, kecuali bila
dipastikan menguntungkan
3. Menyerahkan seluruh harta
setelah perwalian berakhir
Berakhirnya Perwalian

1.Anak sudah berusia 21 tahun atau telah kawin

2.PA dapat mencabut hak perwalian seseorang atau


Badan Hukum atas permohonan kerabat dengan
alasan-alasan tertentu.
10. Putusnya Perkawinan

ugm.ac.id
Macam-macam Putusnya Perkawinan Menurut Hukum di
Indonesia

Kematian
inisiatif
Talak Suami Khusus
Perkawinan Perceraian Orang
Islam
Putus
Gugatan Istri
Pasal 38 UU
Perkawinan Putusan
Pengadilan
Perceraian

Asas
Mempersulit Perceraian
UU Perkawinan :

1. Perceraian hanya dilakukan di muka sidang pengadilan


setelah pengadilan berusaha mendamaikan tetapi
Manifestasi Asas gagal.
2. Perceraian harus disertai alasan.
Mempersulit
3. Tata cara perceraian diatur oleh Peraturan Perundang-
Perceraian : undangan.

Locally Rooted, Globally Respected www.ugm.ac.id


Alasan Hukum Perceraian
(Pasal 19 PP No 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 KHI)
1. Berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi

2. Meninggalkan salah satu pihak selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin/alasan sah
3. Mendapat hukuman pidana penjara 5 tahun/lebih
(Kecuali Zina, sekalipun hukuman tidak sampai 5 tahun, tetap bisa dipakai sebagai
alasan bercerai karena sekaligus sudah membuktikan alasan nomor 1).
4. Melakukan kekejaman/penganiayaan
5. Mendapat cacat badan/penyakit
6. Perselisihan Terus Menerus yang sulit didamaikan atau Syiqaq
7. Pelanggaran taklik talak (khusus berlaku bagi orang Islam)
8. Murtad yang menyebabkan ketidakrukunan (khusus berlaku bagi orang Islam).
Catatan terkait Alasan Perceraian

• SEMA No 1 Tahun 2022 menentukan bahwa:


–Perkara perceraian dengan alasan suami/isteri tidak melaksanakan
kewajiban nafkah lahir dan/atau batin, hanya dapat dikabulkan jika
terbukti bahwa suami/isteri tidak melaksanakan kewajibannya
minimal 12 bulan (Rumusan Kamar Agama).
–Perkara perceraian dengan alasan adanya pertengkaran yang terus
menerus dapat dikabulkan jika terbukti bahwa suami/isteri
berselisih dan bertengkar terus-menerus atau telah berpisah tempat
tinggal minimal 6 bulan (Rumusan Kamar Agama).
83
Locally Rooted, Globally Respected www.ugm.ac.id
Talak

Definisi ikrar suami di hadapan sidang PA yang menjadi salah


satu sebab putusnya perkawinan yang dilakukan
dengan cara tertentu

Hukum Asal Mubah yang dibenci Allah SWT

Hikmah mencegah terjadinya kemudharatan yang lebih jauh


Macam Talak
1. Dari segi keadaaan istri waktu talak dijatuhkan

a. Talak Sunny : Dijatuhkan saat istri dalam keadaan suci dan tidak
dicampuri dlm wkt suci tsb BOLEH

b. Talak Bid’i : Dijatuhkan saat istri dalam keadaan haidl, atau istri
dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada saat
suci tsb. DILARANG

2. Dari segi kemungkinan suami untuk kembali pada mantan istri

a. Talak Raj’i : yaitu talak ke -1 dan k-2 Dapat rujuk selama masa iddah
b. Talak Ba’in : Terbagi menjadi:

-Talak Ba’in Sugro :


• Qobla Ad Dukhul
• Khuluk Tidak dapat rujuk, tapi harus menikah ulang
• Putusan PA (Fasakh dan
Putusan Gugat Cerai)

- Talak Ba’in Kubra (talak yang terjadi Tidak dapat rujuk maupun menikah ulang
untuk ketiga kalinya) kecuali...
Akibat Hukum Talak & Cerai Gugat
Talak Cerai Gugat
Isteri dalam perkara Cerai Gugat dapat
1.Memberikan mut’ah kepada bekas
diberikan mut’ah dan nafkah iddah
isterinya kecuali qobla ad-dukhul:
K sepanjang tidak terbukti nusyuz
E 2.Memberi nafkah, maskan, dan kiswah kpd
Dasar : SEMA No 3 Tahun 2018
W bekas isteri selama iddah, kecuali bekas istri
mengakomodir PERMA No 3 Tahun 2017
A Suami dijatuhi Talak ba’in, Nusyuz dan dalam
tentang Pedoman Mengadili Perkara
keadaan tidak hamil. (lihat catatan yang di-
J highlight kuning di kanan)
Perempuan Berhadapan dengan Hukum.

I
3.Melunasi Mahar terutang
B
4.Melunasi Nafkah terutang
A
5.Memberi biaya hadhanah
N
Menjaga dirinya, tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain selama
Istri
iddah
Suami Rujuk selama masa iddah
H 1. Mendapat pelunasan Mahar & Nafkah terutang dari pihak suami
A 3. Mendapat mut’ah dan nafkah iddah
Istri 2. Mendapat Mut’ah, nafkah, maskan, dan
K sepanjang tidak terbukti nusyuz
Catatan terkait Hak Isteri Dalam Cerai Gugat

• Perlu diperhatikan regulasi terbaru yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung.


– Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No 03 Tahun 2018 Hasil Rapat Pleno Kamar Agama poin
3: Mengakomodir Perma No 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perkara Perempuan
Berhadapan Dengan Hukum, maka isteri dalam perkara cerai gugat dapat diberikan mut’ah dan
nafkah iddah sepanjang tidak terbukti nusyuz.

– Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No 02 Tahun 2019


• Nafkah lampau (nafkah madliyah) anak yang dilalaikan oleh ayahnya, dapat diajukan gugatan
oleh ibunya atau orang yang secara nyata mengasuh anak tersebut.
• Dalam rangka melindungi hak-hak perempuan pasca perceraian, maka amar pembayaran
kewajiban suami terhadap isteri pasca cerai karena cerai gugat, dapat ditambahkan kalimat:
“…yang dibayar sebelum tergugat mengambil akta cerai…” dengan ketentuan amar tersebut
dinarasikan dalam posita dan petitum gugatan.
• Dalam rangka pelaksanaan Perma No 3 Tahun 2017 dan PP No 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian bagi PNS yang telah diubah dengan PP No 45 Tahun 1990,
pembagian gaji harus dinyatakan dalam amar putusan secara declaratoir yang
pelaksanaannya melalui instansi yang bersangkutan
87
Locally Rooted, Globally Respected www.ugm.ac.id
Catatan terkait Hak Isteri Dalam Perkawinan Poligami tanpa
itikad baik

• Lanjutan…
–Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No 02 Tahun 2019
•Perkawinan dengan isteri kedua, ketiga, dan keempat yang
dilakukan tanpa izin pengadilan dan tidak beritikad baik, tidak
menimbulkan akibat hukum terhadap hak-hak kebendaan
antara suami isteri berupa nafkah zaujiyah, harta Bersama,
dan waris.
•SEMA No 3 Tahun 2018, ditentukan bahwa itsbat nikah
poligami atas dasar nikah siri harus dinyatakan tidak dapat
diterima.
88
Locally Rooted, Globally Respected www.ugm.ac.id
Akibat Talak & Gugatan Perceraian terhadap Anak & Harta
Bersama

Terhadap 1.anak belum mumayyiz berhak mendapat hadhanah


Anak dari ibunya, kecuali ibunya telah meninggal
2.anak sudah mumayyiz berhak memilih utk mendapat
hadhanah dari ayah/ibunya
3.biaya hadhanah menjadi tanggungan ayah, sampai
anak dewasa

Terhadap Suami/isteri masing-masing berhak separoh, kecuali


Harta ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan
Bersama
Terhadap Harta Kekayaan dalam Perkawinan
Bentuk Jenis Status
Harta Harta Harta ketika bercerai
1) Harta Bawaan masing-masing. Kembali kepada penguasaan masing-
2) Warisan, Hibah, Wasiat yang masing pihak, kecuali diperjanjikan
HARTA didapatkan sebelum dan selama lain
PRIBADI perkawinan.

Harta yang diperoleh, baik sendiri-sendiri ▪ Masing-masing berhak atas 1/2 Harta
ataupun bersama-sama suami dan istri, Bersama, kecuali diperjanjikan lain.
HARTA ▪ Yurisprudensi : Ketika isteri mejadi
selama dalam ikatan perkawinan
BERSAMA berlangsung, tanpa mempersoalkan pencari nafkah utama:
(Gono- 1. Putusan MA No 266 K/AG/2010
terdaftar atas nama siapa.
(Isteri 2/3, suami 1/3 dari HB).
gini) 2. Putusan MA No 78 K/AG/2021
(Isteri 70 %, suami 30 % dari HB).

Locally Rooted, Globally Respected www.ugm.ac.id


Waktu Tunggu /Iddah

Adalah:
masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari
suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi
dengan laki-laki lain
Jangka Waktu Iddah

Perhitungan Masa Iddah:


1. Kematian : sejak tanggal kematian suami
2. Cerai : sejak tanggal putusan PA memiliki kekuatan hukum tetap
1. Iddah karena Kematian:
1. Istri Hamil : Sampai Melahirkan
: 4 bln 10 hr (130 hr), baik Ba’da maupun qobla ad dukhul
2. Istri Tidak Hamil

2. Iddah karena Perceraian:


1. Istri Hamil : Sampai Melahirkan
2. Istri Masih Haidh : 3 x suci (min. 90 hari)

3. Istri tidak haidh : 90 hari


4. Qobla Ad-Dukhul : Tidak ada iddah
Rujuk

ugm.ac.id
Adalah:
Bersatunya kembali pasangan suami istri dalam perkawinan
yang sebelumnya telah putus karena cerai talak raj’i, selama
masa iddah.

Syarat : 1. Bekas isteri sudah pernah dicampuri (ba’da al-dukhul)


2. Talak yg dijatuhkan suami merupakan talak raj’i,
3. Masih dalam masa iddah
4. Ada persetujuan isteri yang akan dirujuk.
Penolakan 1. Dinyatakan di hadapan PPN
Istri atas 2. Saksi 2 orang
Rujuk 3. Rujuk tanpa persetujuan bekas istri dapat dinyatakan
tidak sah dengan Putusan PA
Selamat Belajar

ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai