Anda di halaman 1dari 6
PENGANTAR HUKUM ACARA PERDATA DAN CONTOH DOKUMEN LITIGASI Edisi Pertama Copyright © 2012 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN 978-602-9413-72-4 347.05 15 x 23cm x, 432 him Cetakan ke-1, November 2012 Kencana. 2012,0395 Penulis Bambang Sugeng A.S., S.H., M.H. Sujayadi, S.H. Desain Cover Circlestuff Design Penata Letak Wahyu Percetakan Kharisma Putra Utama Penerbit KENCANA PRENADA MEDIA GROUP ya No, 23 Rawamangun « Jakarta 13220 1) 478-64657 Faks: (021) 475. 4134 email: pmg@prenadamedia.com www.prenadamedia.com INDONESIA Telp; (02! G Dipindai dengan CamScanner [BAB 1 Ruang Linghup Hulu Acara Perdata khusus untuk daerah Jawa dan Madura. Bg. (Rechtsreglement Buitengewesten) atau Reglement Dacrah Se- berang, S. 1927 No. 227. Peraturan ini untuk daerah luar Jawa dan Madura. 3. Rv. (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) S. 1847 No 52 jo. $. 1849 No. 63. Peraturan ini sebenarnya berlaku untuk penga- dilan Raad van Justitie yang dikhususkan bagi golongan Eropa, sehingga saat ini sebenarnya sudah tidak berlaku lagi, namun dalam beberapa hal tetap dijadikan pedoman dalam praktik apa- bila ketentuan dalam HIR/RBg. tidak memberikan pengaturan. B.W. (Burgerlijk Wetboek) Buku IV tentang Pembuktian dan Keda- luwarsa. 5. UUNo. 20 Tahun 1947 tentang Banding untuk Daerah Jawa dan Madura. UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. UU No. 3 Tahun 2009 jo. UU No. 5 Tahun 2004 jo. UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. 8. UUNo.8 Tahun 2004 jo. UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. 9. Yurisprudensi-yurisprudensi tentang Hukum Acara Perdata. 10. Doktrin-doktrin yang dikemukakan oleh para sarjana. » 4o@ Oleh karena sebagian besar kaidah Hukum Acara Perdata itu termuat dalam HIR dan RBg. dan memerhatikan, bahwa isi kedua undang-undang tersebut hampir tidak berbeda, maka selanjutnya pembahasan Hukum Acara Perdata akan didasarkan kepada pemba- hasan HIR. C._ ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA Dalam proses penegakan Hukum Perdata melalui Hukum Acara Perdata menurut ketentuan Hukum Acara Perdata terdapat asas Hu- kum Acara Perdata, yaitu: a 3 G Dipindai dengan CamScanner PENGANTAR HUKUM ACARA PERDATA ... 1, Hakim Bersifat Menunggu Asas ini menentukan bahwa dalam pelaksanaannya, inisiatif un. tuk mengajukan tuntutan hak keperdataan diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan, Jadi apakah akan ada proses atau ti. dak, apakah justru perkara atau tuntutan hak itu akan diajukan atay tidak, sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan, Untuk itu berlaku adagium “judex ne procedat ex officio", apabila tidak ada gugatan, maka di situ tidak ada hakim. Jadi yang mengajukan tuntutan hak ialah pihak yang berke- pentingan, sedang hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya, akan tetapi sekali perkara diajukan kepadanya, hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan meng- adilinya, sekalipun dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas. Larangan untuk menolak memeriksa perkara disebabkan ang- gapan bahwa hakim tahu akan hukumnya (ius curia novit), kalau seki- ranya ia tidak dapat menemukan hukum tertulis maka ia wajib meng- gali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. 2, Hakim Bersifat Pasif Hakim dalam memeriksa perkara bersifat pasif dalam arti bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada ha- kim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang beperkara dan bukan oleh hakim, hakim tidak dapat memperluas ataupun mengurangi pokok sengketa yang diajukan oleh pihak yang beperkara. Di samping itu, para pihak dapat secara bebas mengakhiri sendiri sengketa yang telah diajukan di muka pengadilan, sedangkan hakim tidak dapat menghalang-halanginya. Pengakhiran sengketa ini dapat berupa perdamaian atau pencabutan gugatan. Lebih lanjut atas perkara yang diajukan di hadapannya, hakim ‘wajib mengadili (memeriksa dan memberikan pertimbangan) seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih daripada yang dituntut. Kemudian a G Dipindai dengan CamScanner BAB 1 Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata atas putusan yang dijatuhkan oleh hakim, apakah yang bersangkut- an akan mengajukan banding atau tidak itu pun bukan kepentingan daripada hakim. Jadi pengertian pasif di sini hanyalah berarti bahwa hakim tidak menentukan luas daripada pokok sengketa. 3, _Sifat Terbukanya Persidangan Sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan. Tujuannya tidak lain untuk memberi perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan dengan mempertanggungjawabkan pemeriksaan yang fair, tidak memihak serta putusan yang adil kepada masyarakat. Jadi apabila pemeriksaan dilakukan secara tertutup ataupun pu- tusan diucapkan dalam sidang yang dinyatakan tidak terbuka untuk umum, maka akan berakibat putusan itu tidak sah dan tidak mem- punyai kekuatan hukum serta mengakibatkan batalnya putusan itu menurut hukum. Secara formal asas ini membuka kesempatan untuk “social control”. Kecuali apabila ditentukan lain oleh undang-undang berdasar- kan alasan yang patut yang dimuat dalam berita acara yang diperin- tahkan oleh hakim, maka persidangan dilakukan dengan pintu tertu- tup, misalnya dalam perkara perceraian atau perkara perzinaan. 4, Mendengar Kedua Belah Pihak (Audi et alteram partem) Kedua belah pihak yang beperkara di dalam hukum acara perdata harus diperlakukan sama, tidak memihak. Bahwa pengadilan meng- adili menurut hukum dengan tidak membedakan orang. Demikian pula kedua belah pihak penggugat dan tergugat masing-masing di- beri kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, Kedua belah pihak harus didengar, hal ini berarti hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak saja, Asas ini mengandung pula arti bahwa kedua belah pihak sama-sama berhak untuk mengajukan alat bukti di muka sidang. a 5 G Dipindai dengan CamScanner PENGANTAR MUKUN ACARA PERDATA ... 5. Putusan Harus Disertal Alasan-alasan Semua putusan pengadilan harus memuat alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili, Alasan itu dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban hakim daripada putusannya terhadap masyara- kat, sehingga oleh karenanya mempunyai nila objektif. Schingga Mahkamah Agung dalam putusannya pernah me- nyatakan: “Bahwa Putusan yang Tidak Lengkap atau Kurang Cukup Diper- timbangkan Merupakan Alasan untuk Kasasi dan Harus Dibatal- kan? Kadang-kadang untuk mempertanggungjawabkan putusan se- ring juga dicari dukungan yurisprudensi dan ilmu pengetahuan. 6. Beracara Dikenakan Biaya Untuk beperkara perdata pada asasnya dikenakan biaya. Biaya ini meliputi: > biaya kepaniteraan; > biaya panggilan; > biaya meterai. Bahkan kalau para pihak minta bantuan seorang advokat, maka harus pula dikeluarkan biaya, Bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya perkara, dapat mengajukan perkara secara cuma- cuma (prodeo) dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan dari pem- bayaran biaya perkara, dengan mengajukan surat keterangan tidak mampu yang dibuat oleh camat, yang membawahkan daerah tempat yang berkepentingan bertempat tinggal. Permohonan perkara secara prodeo akan ditolak oleh pengadilan apabila penggugat ternyata bukan orang yang tidak mampu. 7. Tidak ada Keharusan Mewakilkan HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara lang- sung terhadap para pihak yang langsung berkepentingan, Akan te- tapi, para pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau 6 B G Dipindai dengan CamScanner BAB 1 Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata dikehendakinya. Dengan demikian, hakim wajib tetap memeriksa sengketa yang diajukan kepadanya, meskipun para pihak tidak me- wakilkan kepada seorang kuasa. Seorang kuasa itu harus seorang advokat, yang mempunyai su- rat izin praktik dan bergelar Sarjana Hukum, terkecuali pada perkara yang dikuasakan kepada seseorang yang mempunyai hubungan kelu- arga (sedarah atau karena perkawinan) atau mempunyai hubungan kerja. D. ALUR PERKARA PERDATA DI PENGADILAN Untuk mempermudah dalam mempelajari Hukum Acara Perdata sebaiknya terlebih dahulu mengetahui bagaimana alur perkara itu berlangsung. Alur perkara dalam hukum acara perdata sebagai beri- 10. Eksekusi 9, Upaya Hukum f 8. Putusan 2. Pemanggilan Para Pihak 7.Kesimpulan 1. Pendaftaran Gugatan 6.Pembuktian eternal Penjelasannya sebagai berikut: 1. Proses diawali dengan pendaftaran gugatan oleh Penggugat pada Pengadilan Negeri yang berwenang dengan membayar terlebih dahulu panjar biaya perkara, kemudian oleh Panitera akan diberi Nomor Register Perkara, 2. Gugatan yang didaftarkan kemudian dilimpahkan kepada Ketua & Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai