ADAT KEBIASAAN
● Hukum adat adalah hukum yang berada di luar UU, karena dibuat oleh rakyat,
dijalankan oleh rakyat, dan ditegakkan oleh rakyat → tidak tertulis dalam
perundang-undangan (bukan berarti lisan)
● Inggris, USA (common law) → mostly hukum kebiasaan yang tidak tertulis dalam
UU, meskipun demikian ttp ada hukum tertulis yang tidak sebanyak itu jumlahnya
● Ajaran Legisme (civil law) → hukum tidak dianggap hukum bila tidak ditulis dalam
UU (Pasal 15 Algemene Bepalingen)1
Unofficial Law Hukum tidak resmi, karena yang resmi adalah yang diatur dalam UU
1
Kebiasaan tidaklah menimbulkan hukum, hanya kalau undang-undang menunjuk pada kebiasaan
untuk diperlukan
PAPAYA STUDY GROUP
Informal Law Hukum tidak formal, karena tidak dibuat oleh negara
Indigenous Law
Common Law
Snouck Hurgronje Adalah ahli budaya timur dan afrika, mempelajari aceh hingga
aceh bisa ditaklukkan oleh Belanda
Van Vollenhoven Hukum adat aturan tingkah laku yang bersanksi dan tidak
dikodifikasikan yang berlaku bagi bumi putera dan timur
asing, hukum adat sejajar dengan kodifikasi namun terdapat
perbedaan keberlakuannya, adat untuk pribumi dan timur
asing
Satjipto Rahardjo Hukum adat sama dengan hukum kebiasaan menyatakan diri
sebagai rangkaian perbuatan
M.M. Djojodigoeno Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber pada
peraturan-peraturan perundang-undangan
Seminar Hukum Adat di Hukum Adat adalah hukum Indonesia asli, yang tidak tertulis
FH UGM 1975 dalam bentuk perundang-undangan RI, yang di sana-sini
dipengaruhi unsur agama.
Kesimpulan
1. Sebagai Folk law (lawan dari state law) : hukum yang dibuat oleh rakyat, berlaku
untuk rakyat, dan dipertahankan oleh rakyat sehingga merupakan the living law
2. Hukum adat bentuknya tidak tertulis dalam Per Undang-undangan
PAPAYA STUDY GROUP
Ada pemisahan Hukum Privat dan Tidak ada pemisahan Hukum Privat dan
Hukum Publik (Berpusat pada individu) Hukum Publik
Hak privat sering dilingkupi atau memuat
hak publik → tanah untuk jalan raya
Note :
- Pembagian hukum public dan private tidak bisa dipertahankan seiring perkembangan
zaman → Merupakan hukum publik yang dibuat pemerintah, namun rakyat diberi
kebebasan untuk menjalankannya secara private
c. Putusan Pengadilan
PAPAYA STUDY GROUP
- MK
● Hutan adat bukan merupakan hutan negara
● Hak Pengusahaan Perairan Pesisir dibatalkan
● Pengecualian terhadap larangan menebang pohon, memanen,
dan memungut hasil hutan di kawasan hutan tanpa izin
- MA
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1559
K/Sip/1974 tanggal 26 September 1977 menyatakan bahwa “dalam
Hukum Adat Minangkabau pengurusan harta pusaka tinggi terletak
pada Mamak Kepala Waris dalam kaum, sedangkan pengurusan
harta pusaka rendah pada anak-anak”.
Asas Komunal
- Arti “Komunal” → kekeluargaan, milik rakyat / umum.
- Asas komunal ada dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kerja sama / gotong
royong.
- Asas ketetanggaan yang rukun, asas persetujuan bersama atau musyawarah
mufakat, asas perwakilan, asas toleransi, dan asas anti ekstremisme (ngono yo
ngono ning ojo ngono >> perbuatan yang boleh dilakukan asal tidak berlebihan).
- Contoh kasus : UUPA Pasal 6 bahwa hak atas tanah harus memiliki “fungsi sosial”.
Hak ulayat.
PAPAYA STUDY GROUP
Asas Kontan/Tunai
- Arti “Kontan” atau “Tunai” → suatu perbuatan nyata, simbolis, atau pengucapan
tindakan hukum, telah selesai seketika itu juga.
- Pembayaran janji ini harus dilakukan secara “Kontan” artinya harus secara terang (di
hadapan orang banyak & disaksikan orang banyak).
Asas Konkret/Real
- Arti “Konkret” → jelas, nyata, berwujud, memiliki visual (terlihat, tampak, terbuka, dan
tidak tersembunyi).
- Sifat hubungan hukum konkret mencerminkan “terang dan tunai” → tidak
samar-samar, terang disaksikan, diketahui, dilihat dan didengar orang lain, nampak
terjadi serah-terima.
- Contoh kasus :
a. Paningset dalam pertunangan atau panjer (bukan voorschot/DP) sebuah
transaksi tanah. Ini berfungsi sebagai tanda jadi atau pengikat kesepakatan
kedua belah pihak. Dalam hukum adat, paningset/panjer ini sudah memiliki
akibat hukum dalam lapangan hukum adat. Misalnya, dalam pertunangan,
apabila perempuan telah menerima paningset, maka ia tidak bolehdilamar
oleh laki-laki lain.
b. Dalam transaksi jual-beli jatuh bersamaan waktu pertukaran
prestasi-kontraprestasinya (sameval van momentum), jika barang sudah
diterima pembeli, tetapi harga belum dibayar maka itu bukan jual-beli,
melainkan utang-piutang.
c. Jika tidak dalam satu waktu, biasanya pembeli memberikan panjer kpd
penjual. Maknanya, pembeli dan penjual telah sepakat tetapi harga tanah
belum dibayar dan tanah belum diserahkan penjualnya.
Asas Keselarasan
- Arti “Laras” → rasa estetis
- Terpenuhinya perasaan estetis dengan tetap memperhatikan perasaan dan
kenyataan yang terjadi dalam masyarakat.
- Dalam menyelesaikan persoalan, Asas Laras berfungsi untuk memberikan jawaban
yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat sehingga mampu “diterima” dan
memuaskan mereka.
- Contoh kasus : Dalam adat Minangkabau, dalam mencari jawaban atas suatu
persoalan konkret dirumuskan dengan menggunakan kalimat “sepanjang alur dan
patut” atau “berajo kepada alur dan patut”. Maksudnya adalah yang silam itu adalah
silam, dan tidak dapat dipakai untuk hari ini. Namun, hari ini hanyalah dapat dicapai
bila ada sumbangan dengan yang silam.
Conclusion
1. 3 asas kerja (kerukunan, kepatutan, dan keselarasan) berfungsi menuangkan
lembaga adat (instituitif) ke dalam kehidupan sehari hari (eksekutif) agar tercipta
kehidupan masyarakat yang tenang, tentram, dan sejahtera dalam satu ikatan
kekeluargaan.
1. Dalam memproses suatu perkara/sengketa, ketiga asas kerja tsb harus dipegang →
agar para pihak yg bersangkutan & masyarakat percaya, menerima, dan menghargai
keputusan pengadilan.
2. Penerapan 3 asas kerja tidak dapat dipisahkan secara formil maupun materiil,
namun penekanannya di dalam kasus bisa berbeda-beda.
4. ORBA
- Pengakuan terhadap MHA yang termaktub dalam UUPA seperti “mandul”
atau sama sekali tidak ada. ORBA adalah era “pembungkaman”.
- 1970-1990an → wacana pribumi (indigenous people) dan masyarakat adat
(tribal peoples) mendapatkan perhatian global.
- Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa seluruh orang Indonesia adalah
pribumi. Pernyataan ini untuk merespon Konvensi 169 ILO (1989) yang
memperkenalkan istilah indigenous peoples dan tribal peoples dan General
Assembly in its resolution 48/163 of 21 December 1993 (International Year of
the World's Indigenous People).
- Istilah “Indigenous People” dipadankan dengan Masyarakat Adat.
- Masyarakat Adat → orang yang mempunyai asal-usul dari satu wilayah
geografis tertentu dan satu sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik,budaya dan
pengelolaan tanah yang khas.
- Istilah MA diterima sebagai satu istilah hasil kompromi dari istilah MHA. Istilah
MHA dipandang membatasi lingkup adat yang hanya merujuk pada hukum
atau norma terkait. Padahal adat juga mencakup ritual dan kebiasaan lainnya
yang tidak dapat dikategorikan sebagai hukum atau norma.
- Akhir ORBA : SK Menteri Kehutanan No. 47 tanggal 23 Januari 1998 →
pengakuan hukum pertama atas suatu sistem pengelolaan hutan
berdasarkan hukum adat, masyarakat adat Krui di Lampung Barat
5. Reformasi
PAPAYA STUDY GROUP
- MHA & MA mulai diakui kembali (secara bersyarat & bertingkat) oleh
negara → agar gerakan separatis tidak lagi merajalela.
- Mulai banyak peraturan maupun perubahan peraturan yang melibatkan MHA
& MA :
a. Kongres Masyarakat Adat Nusantara I (Jakarta, Maret 1999) →
merevisi definisi MHA.
b. Permen ATR 5/1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak
Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan mengeluarkan pedoman perda
berkenaan dengan pengakuan tanah ulayat.
c. Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 amandemen kedua tahun 2000 :
Masyarakat Hukum Adat
d. Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 amandemen kedua 2000 : Masyarakat
Tradisional.
e. Ketetapan MPR No. IX Tahun 2001 : hak-hak masyarakat hukum adat
atas SDAgraria / SDA, pluralisme hukum, serta HAM.
f. UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua
di era Megawati.
g. KMAN II pada September 2003 : Masyarakat Adat.
h. Putusan MK 35/PUU-X/2012 : MHA sebagai pemilik hutan adat
(dikeluarkan dari hutan negara).
i. Permendagri No. 52 Tahun 2014 tentang Pengakuan dan
Perlindungan MHA : Penetapan Pengakuan melalui Keputusan
Kepala Daerah.
j. Permen LHK P.21 Tahun 2019 tentang Hutan Adat dan Hutan Hak
(turunan UU Kehutanan) : Penetapan Hutan Adat.
k. Permen ATR/Kepala BPN 18/2019 tentang Tata Cara Penatausahaan
Tanah Ulayat Kesatuan MHA (turunan UUPA) : Pendaftaran Tanah
Ulayat.
Intinya
Berdasarkan Kongres MAN 1999 (direvisi thn 2003) dan Indigenous People pada Konvensi
ILO 169, syarat mutlak Masyarakat Adat (MA) adalah adanya faktor genealogis.
Sementara definisi MHA tidak mensyaratkan secara mutlak adanya faktor genealogis.
Karena terbentuknya MHA tidak hanya dari 1 keturunan yang sama, bisa juga karena 1
wilayah yang sama.
Belajar Pola Organisasi MHA untuk mengetahui otoritas dan sejauh mana kewenangan
MHA tersebut.
b. Ter Haar
1. Kelompok Territorial (Territorial Factors) → kesamaan wilayah adat
a. The Village Community (Desa) → 1 wilayah
- Mengikatkan anggota atas dasar kesamaan wilayah, menghuni atau
berasal dari wilayah yang sama.
- Ikatan genealogis melemah
- Contoh : desa di Jawa
b. Matrilineal
→ Perhitungan keturunan dari garis ibu
Ex : Kaum untuk orang Minangkabau
c. Double Unilateral
PAPAYA STUDY GROUP
Uji Materil thd UU 31/2007 tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku
Perbandingan Kriteria MHA menurut menurut Tulisan Pak Rikardo dan Penafsiran
Hakim thd Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
Memiliki tertib hukum yang mengikat Ukuran masih hidup (norma hukum adat)
(daya paksa)
1. Terbuka
Hukum adat menerima unsur-unsur eksternal di luar hukum adat selama bermanfaat
dan tidak bertentangan dengan pandangan hidup masyarakat.
Contoh:
- Masuknya pengaruh Islam dalam hukum waris adat berupa "sepikul
segendong" yang mengatur pembagian warisan laki-laki dan perempuan
sebanyak 2 : 1.
2. Dinamis-Plastis
- Dinamis: hukum adat bergerak ke arah lain yang lebih baik atau lebih mapan.
- Plastis/elastis: hukum adat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan masyarakat.
- Sifat dinamis plastis ini hadir untuk mempertahankan keteraturan hukum adat
karena
- Menurut Djojodigoeno hukum adat bersifat statis-dinamis → Statis bertujuan
mencapai keteraturan → dinamis untuk mengikuti perkembangan zaman →
jadi, hukum adat bersifat dinamis-plastis untuk mempertahankan hukum adat
agar sesuai dengan perkembangan zaman sehingga hukum adat tetap
terjaga keteraturannya.
Contoh:
- Dulu pernikahan antar suku cenderung dilarang, sekarang sudah umum
terjadi
- Ketentuan waris di Bali awalnya hanya diperuntukkan bagi anak laki-laki, saat
ini diperuntukkan juga untuk anak perempuan.
PAPAYA STUDY GROUP
3. Tidak Dikodifikasikan
- Hukum adat tidak ditulis atau dibukukan secara sistematis seperti
perundang-undangan, namun tetap mengikat masyarakat adat.
- Ada yang dituliskan dalam aksara daerah namun hanya digunakan sebagai
pedoman, bukan hal yang mutlak seperti undang-undang.
- Hukum adat tidak perlu dikodifikasikan karena bersifat dinamis-plastis, kalau
dituliskan hukum adat menjadi mati (Djojodigoeno)
Contoh: Tidak ada hukum adat yang dikodifikasikan dalam peraturan
perundang-undangan.
KUIS :
Kuis 1
1. Apakah yang saudara ketahui tentang kebiasaan dan adat? (Lihat Soleman B.
Taneko, "Hukum Adat Suatu Pengantar Awal")
Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang oleh suatu orang
atau masyarakat sehingga perbuatan tersebut menjadi suatu peraturan tidak tertulis
yang diterima oleh masyarakat. Sedangkan adat berasal dari bahasa Arab yang
artinya kebiasaan. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa kebiasaan dan adat
merupakan hal yang sama. Jadi, adatrecht jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia artinya menjadi hukum kebiasaan.
Namun, beberapa sarjana hukum memiliki yang berbeda. Van Dijk
mengatakan terdapat beberapa perbedaan antara hukum kebiasaan dan hukum
PAPAYA STUDY GROUP
2. Sebutkan cara-cara memahami hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis!
(Lihat Soleman B Taneko, "Hukum Adat Suatu Pengantar Awal")
Walau sebagian besar sarjana menilai bahwa hukum adat sifatnya tidak
tertulis, namun van Dijk menilai hukum adat yang berasal dari raja-raja ada yang
bersifat tertulis. Bushar Ahmad juga berpendapat bahwa ada hukum adat yang
tertulis seperti perintah raja, piagam-piagam, patokan-patokan pada daun lontar, dan
awig-awig.
Untuk memahami hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis, Soerjono Soekanto
(1979) berpendapat bahwa hal yang dikemukakan oleh van Dijk dan Bushar
Muhammad sebaiknya dimaknai sebagai hukum adat yang didokumentasikan
(gedocumenteerd adatrecht) atau hukum adat yang tercatat (beschreven adatrecht)
karena menurutnya hukum adat yang dianggap sebagai hukum tertulis itu memiliki
makna yang berbeda dengan hukum tertulis.
Kuis 2
1. Apa arti hukum adat mempunyai dasar berlaku filosofis? (Lihat Utomo “Hukum
Adat” Bab 8 &9)
Hukum adat dibuat, berlaku, dan dipertahankan oleh rakyat (the living law)
sehingga bisa dikatakan hukum adat merupakan implementasi cita-cita dan
kepribadian masyarakat Indonesia. Dalam pembentukan dan penerapannya, hukum
adat berlandaskan nilai-nilai filosofis negara yang termuat dalam sila-sila Pancasila.
Jadi, hukum adat secara filosofis merupakan hukum yang berlaku sesuai Pancasila
sebagai pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia.
Kuis 3
1. Apa pengertian dari asas terang, tunai, konkret, religio-magis,
komunal/kolektif, musyawarah, kepercayaan/iktikad baik, dan paguyuban
dalam hukum adat? (Lihat Dominikus Rato “Hukum Adat Suatu Pengantar)
a. Asas terang
segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat adat harus
dilaksanakan secara terbuka dan disaksikan oleh pihak ketiga, dalam hal ini
masyarakat luas
b. Asas konkret
Konkret artinya nyata, berwujud, dan dapat terlihat. Asas konkret dalam
hukum adat diimplementasikan dengan simbolisasi dan visualisasi.
c. Asas Religio-Magis
Asas Religio-Magis berkaitan dengan nilai pada sila pertama Pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha esa. Nilai ini sudah ada sejak dahulu, terimplementasi
dengan kepercayaan kepada makhluk halus, roh nenek moyang, kekuatan
sakti (magis) yang dilaksanakan dalam norma yang mewajibkan masyarakat
untuk melakukan selamatan, upacara, dan ritual.
d. Asas tunai
PAPAYA STUDY GROUP
2. Sebutkan 1 contoh pada masing-masing asas-asas hukum adat pada No. 1 di atas! (
Lihat “Sulastriyono Penerapan Norma & Asas”/ Lihat Dominikus Rato “Hukum Adat
Suatu Pengantar)
a. Asas terang (publisitas)
- Permohonan penggantian jenis kelamin dari perempuan menjadi
laki-laki di Bantul dilaksanakan berdasarkan asas terang karena
Surantini (pemohon) melaksanakan upacara adat bancakan/kenduri
dan pengajian sehingga masyarakat sekitar (pihak ketiga)
menyaksikan dan tahu akan penggantian jenis kelamin tersebut.
- Sengkarut antara Bumi dan Bulan (article)
b. Asas konkret
- Sosialisasi dan internalisasi nilai dalam masyarakat melalui mitos,
legenda, fabel, pantun, tembang, dll
- Menikah disimbolisasi dg cincin
- Lamaran dg paningset
c. Asas Religio-Magis
Suku Asmat yang memiliki kepercayaan animisme.
d. Asas tunai
Penyerahan hak milik atas tanah dan pembayaran dalam jual beli tanah
dilakukan dalam waktu yang sama secara kontan.
PAPAYA STUDY GROUP
e. Asas komunal
- Memberi sebagian tanah untuk dijadikan sebagai jalan oleh tetangga
di belakang rumah
- Tanah Dati, tanah untuk digunakan bersama
f. Asas musyawarah
Untuk menyelesaikan permasalahan dan perselisihan, masyarakat Toraja
mengadakan suatu forum untuk diskusi dan bermusyawarah yang bernama
Kombangan ‘Ada.
g. Asas iktikad baik
Ketika membeli tanah, masyarakat yang membeli seyogyanya memanfaatkan
tanah tersebut untuk tujuan-tujuan yang baik, seperti dibuat rumah tinggal
ataupun rumah ibadah, bukan digunakan untuk hal-hal yang bertentangan
dengan nilai kesusilaan seperti untuk pembuatan diskotik.
h. Paguyuban
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
Kuis 4
1. Sebutkan ciri-ciri atau karakteristik yang merupakan pertanda suatu
masyarakat sebagai masyarakat hukum adat? (Lihat Rikardo Simarmata
“Penjelasan Konsep-Konsep Kunci Terkait Masyarakat Hukum Adat)
Ciri-ciri masyarakat hukum adat menurut ahli hukum generasi awal (Van
Vollenhoven, Ter Haar, dan Van Dijk) sama seperti ciri masyarakat hukum, yaitu:
1. Memiliki tata hukum
2. Terdapat sebuah otoritas dengan kekuasaan yang memaksa (dipercayakan
pada pengurus)
3. Adanya harta kekayaan bersama di antara masyarakat
4. Adanya ikatan batin di antara anggotanya.
Seiring perkembangan zaman, beberapa ahli ada yang membedakan ciri masyarakat
hukum adat dengan menambahkan ciri yaitu:
1. Terbentuknya masyarakat adat adalah melalui proses alamiah atau spontan.
Konsekuensi: adalah masyarakat hukum adat tidak terbentuk dari secara
formal oleh negara sehingga tidak dapat dibubarkan pula oleh negara.
2. Tata tertib atau tata hukum dari persekutuan otonom berasal dari hukum adat
3. Siapa masyarakat hukum adat di negara Filipina? Sebutkan hak dan kewajiban
MHA di Filipina! (Lihat Simarmata Steni 2017 “MHA Sebagai Subjek Hukum)
Masyarakat hukum adat di Filipina disebut dengan Indigenous Cultural
Communities (ICC) atau indigenous peoples. Salah satu masyarakat hukum adat
FIlipina adalah orang Ikalahan. Masyarakat hukum adat di Filipina memiliki hak atas
tanah dan sumber daya alam, seperti hutan, padang penggembalaan, pemukiman,
pertanian, kawasan perburuan, pekuburan, kawasan pemujaan, daerah aliran
sungai, tambang dan sumber daya lainnya yang dikuasai secara terus menerus. Di
saat yang bersamaan mereka juga berkewajiban untuk memanfaatkan tanah dengan
baik, mengelola dan melindungi sumber daya alam yang ada.
Kuis 5
1. Sebutkan dan beri contoh jenis-jenis pola organisasi sosial masyarakat hukum
adat! (Lihat Soepomo, “Tata Susunan Rakyat di Indonesia” & Van Vollenhoven,
“Van Vollenhoven on Indonesian Adat Law)
Komunitas hukum (Van Vollenhoven):
1. Kelompok Genealogi
Kelompok berdasarkan kesamaan leluhur atau pertalian darah
Contoh: Kelompok marga di Toraja yang tinggal dalam satu desa. Kelompok
marga yang tidak tinggal dalam satu desa tidak bisa disebut komunitas
hukum..
2. Kelompok Teritorial dan Genealogi
Merupakan gabungan dari kelompok berdasarkan kesamaan wilayah dan
kesamaan leluhur atau pertalian darah.
Contoh: Paruik (keluarga) di Minangkabau
3. Kelompok Teritorial tanpa hubungan Genealogi.
Kelompok yang hanya berdasarkan pada kesamaan wilayah
Contoh: desa di Jawa.
4. Kelompok Sukarela
Kelompok berdasarkan kepentingan yang sama dan hidup berdampingan
dengan dengan tiga kelompok di atas.
Contoh: Sinoman di Jawa (rewang) dan Subak di Bali (pengairan sawah)
1. Kelompok Genealogis
Kelompok berdasarkan kesamaan leluhur dan keturunan masih eksis karena
faktor keturunan dianggap sebagai suatu pengikat bagi suatu masyarakat.
Dengan kesamaan keturunan, masyarakat merasa sebagai keluarga yang
memiliki nilai kebersamaan dan harus dilestarikan. Kelompok genealogis
masih dapat dijumpai pada Marga di Batak, masyarakat Dayak di Pedalaman
Kalimantan, dan Masyarakat di Toraja di bawah pimpinan Kabo Senya. Walau
masih dapat dijumpai, menurut saya kelompok jenis ini sudah tidak relevan,
karena dengan masuknya arus globalisasi, mobilisasi penduduk semakin
mudah. Hal ini berdampak pada semakin banyak terjadi perkawinan
campuran antar suku, sehingga faktor kesamaan leluhur dan keturunan akan
semakin berkurang.
4. Kelompok Sukarela
Contoh dari kelompok ini adalah Sinoman di Jawa. Kelompok ini masih
relevan karena masyarakat yang mendiami suatu wilayah yang sama
tentunya memiliki kepentingan bersama. Kepentingan bersama ini akan turut
menciptakan ikatan batin dalam masyarakat sehingga terbentuklah kelompok
sukarela yang berdinamika dalam masyarakat untuk mencapai kepentingan
bersama.
Kuis 6
1. Apa pengertian terbuka, dinamis plastis, tidak dikodifikasi/ tidak tertulis
menurut hukum adat? (Lihat Dominikus Rato,”Hukum Adat Suatu Pengantar
Singkat Memahami Hukum Adat di Indonesia)
- Terbuka: artinya hukum adat menerima unsur-unsur eksternal di luar hukum
adat selama bermanfaat dan tidak bertentangan dengan pandangan hidup
masyarakat
- Dinamis plastis: Dinamis artinya hukum adat bergerak ke arah lain yang
lebih baik atau lebih mapan. Sementara plastis/elastis artinya hukum adat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Sifat dinamis plastis ini hadir untuk mempertahankan keteraturan hukum adat
karena menurut Djojodigoeno, hukum adat bersifat statis-dinamis. Statis
bertujuan mencapai keteraturan dan dinamis untuk mengikuti perkembangan
zaman. Jadi, hukum adat bersifat dinamis plastis untuk mempertahankan
hukum adat agar sesuai dengan perkembangan zaman sehingga hukum adat
tetap terjaga keteraturannya.
- Tidak dikodifikasi: artinya hukum adat tidak ditulis atau dibukukan secara
sistematis seperti perundang-undangan, namun tetap mengikat masyarakat
adat. Ada yang dituliskan dalam aksara daerah namun hanya digunakan
sebagai pedoman, bukan hal yang mutlak seperti undang-undang.