HUKUM KEFARMASIAN
PROF. DR. APT. SLAMET IBRAHIM S. DEA
FAKULTAS FARMASI UNJANI – CIMAHI
2024
TOPIK BAHASAN
1. PENDAHULUAN
2. HUKUM KESEHATAN
3. HUKUM KEFARMASIAN
1. Kejelasan tujuan
2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
3. Kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan
4. Dapat dilaksanakan
5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan (efektif dan efisien)
6. Kejelasan rumusan
7. Keterbukaan
Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan (Pasal 6)
1. Pengayoman 7. Keadilan
2. Kemanusiaan 8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan
3. Kebangsaan
9. Ketertiban dan Kepastian hukum
4. Kekeluargaan
10. Keseimbangan, Keserasian dan
5. Kenusantaraan Keselarasan
6. Bhineka Tunggal Ika 11. Kesesuaian dengan bidang hukum
Peraturan Perundang-undangan.
1. Undang-Undang Dasar 1945
▪ Sumber hukum utama adalah UUD 1945 yang pertama kali dibuat oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang kemudin
diamandemen oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) merupakan
hukum tertinggi (the supreme law) dari NKRI.
▪ Semua sumber hukum meliputi Ketetapan MPR, undang-undang dan
peraturan di bawahnya harus mengacu dan sesuai serta tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945.
▪ Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) dengan anggotanya DPR
dan DPD berwenang mengubah, mengamandemen dan menetapkan
UUD.
▪ UUD 1945 telah beberapa kali diamandemen oleh MPR.
2. Undang-Undang
▪ Undang-undang (UU) dibuat oleh Badan legislatif yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan Bersama Presiden.
▪ Anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui suatu pemilihan umum (5 tahun
sekali).
▪ Rancangan Undang-undang (RUU) dapat diusulkan oleh anggota DPR,
DPD dan Presiden.
▪ DPR memegang kekuasaan untuk membentuk dan menetapkan UU.
▪ UU pada dasarnya dibuat untuk menjelaskan dan menerapkan amanat
UUD 1945 yang dapat direvisi/diubah atau diganti sesuai kebutuhan dan
perkembangan.
▪ Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Pemerintah (dipimpin oleh Presiden)
untuk mendapatkan persetujuan bersama.
3. Peraturan Yang Dibentuk Presiden
▪ Presiden dapat menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Undang (PERPPU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden dalam ihwal kegentingan yang memaksa.
▪ Presiden berhak menetapkan PERPPU untuk suatu hal dan harus disetujui
DPR.
▪ Untuk mengatur lebih lanjut atau menjalankan ketentuan suatu Undang-
Undang, Pemerintah (dalam hal ini Presiden) dapat menetapkan aturan
lain seperti Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PerPres),
Keputusan Presiden (Kepres) dan Instruksi Presiden (INPRES)
▪ PP, PERPRES dan KEPRES harus sesuai, tidak boleh menyimpang atau
melanggar UUD 1945, serta ketentuan dan materi yang diatur UU yang
terkait.
Pengujian Peraturan Perundang-undangan
▪ Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan UUD
1945, maka pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.
▪ Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-
Undang diduga bertentangan dengan Undang-undang, maka
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
▪ Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh DPR
atau Presiden.
4. Peraturan Pelaksanaan dan Teknis UU
▪ Untuk menjalankan ketentuan UU, PP dan/atau KEPRES diperlukan peraturan
pelaksanaan dan teknisnya yang ditetapkan oleh Lembaga Negara atau
Pemerintah yang sesuai dengan bidang kerja masing-masing TUPOKSI nya
seperti:
a. MPR, DPR dan DPD
b. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial Bank Indonesia dan Komisi lain yang setingkat.
c. Menteri (Peraturan Menteri, Surat Keputusan Menteri, dst),
d. Direktur Jenderal (SK Dir Jend, Surat Edaran Dir Jend, dll. ),
e. Kepala LPND (Misalnya: Keputusan Kepala Badan POM),
f. Kepala Daerah ( Peraturan Gubernur, Peraturan Daerah, SK
Bupati/Walikota, dst.)
Peraturan VS Keputusan
▪ Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh Lembaga
yang berwenang melalui suatu prosedur yang telah ditetapkan.
▪ Peraturan bersifat umum (berlaku untuk semua orang), abstrak (untuk berbagai
peristiwa hukum dan keperluan) dan berlaku terus menerus (hingga dicabut oleh
peraturan yang baru atau dibatalkan melalui judicial review oleh MA atau MK).
▪ Keputusan adalah peraturan tertulis yang dikeluarkan oleh Lembaga atau pejabat
berwenang yang berisi tindakan hukum sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
▪ Keputusan menimbulkan akibat hukum bagi individu (orang atau kelompok
tertentu), kongkret (untuk satu peristiwa hukum saja) dan final (berlaku hingga
peristiwa hukum selesai).
Pembagian Hukum
▪ Menurut Bentuk: Hukum Tertulis dan Hukum Tidak tertulis.
▪ Menurut Sumber: UUD, Undang-undang, Konvensi, Traktat (Kesepakatan) dan
Yurisprudensi.
▪ Menurut Cara Mempertahankannya: Hukum Material ( Hukum Pidana, Hukum
Perdata, Hukum Dagang). Hukum Formil ( KUHAPidana, KUHAPerdata).
▪ Menurut Sifat: Hukum antara individu dengan pemerintah tanpa delik aduan
(Hukum Pidana) dan Hukum yang mengatur hubungan antar manusia (Hukum
Perdata).
▪ Menurut Isinya: Hukum Privat (Sipil dan Perdata), Hukum Publik (Hukum Tata
Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana, Hukum Internasional)
Hukum Pidana
▪ Hukum Pidana merupakan keseluruhan ketentuan Hukum yang mengatur
hubungan antara individu (subjek hukum) dalam konteks hidup bermasyarakat
dalam suatu negara.
▪ Selalu terkait dengan pelanggaran hukum dengan pemerintah yang berwenang
menjatuhkan hukuman dan berkedudukan lebih tinggi dibandingkan individu.
▪ Pelanggaran terhadap ketentuan hukum pidana merupakan tindakan/perbuatan
kriminal, kejahatan dan bukan suatu delik aduan.
▪ Misalnya:
a. Penyalahgunaan obat dan Narkotika
b. Melakukan praktek Medis tanpa izin dan malpraktek
c. Pencemaran limbah oleh industry farmasi
d. Korupsi, Mencuri, Merampok, dll
Hukum Perdata
▪ Hukum Perdata adalah keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur hubungan
interelasi antar anggota Masyarakat.
▪ Hubungan interelasi antara kedua pihak sama atau sederajat atau berkedudukan
sederajat. Misalnya hubungan antara penjual-pembeli, penyewa dan yang
menyewakan.
▪ Termasuk juga hubungan antara keluarga seperti perkawinan dan warisan.
▪ Pelanggaran atas aturan ini merupakan tindakan perdata yang dapat diajukan ke pihak
yang berwajib oleh pihak yang dirugikan (merupakan delik aduan)
▪ Misalnya:
1. Malpraktek Pelayanan terhadap pasien
2. Tanggung gugat tenaga kesehatan
3. Pelanggaran perjanjian kerja, dll.
Hukum Administrasi Negara
▪ Merupakan keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur antara
individu dengan pemerintah. Misalnya hubungan interrelasi antara
permohonan izin dan pemberi izin.
▪ Berkaitan dengan tatacara negara dalam menjalankan tugasnya.
▪ Misalnya:
a. Pengaturan tenaga kesehatan
b. Pengaturan perizinan tenaga kesehatan
c. Pengaturan sarana kesehatan,
d. Tata cara penanggulangan wabah
e. Pengaturan produksi dan distribusi obat, dll
HUKUM KESEHATAN
▪ Hukum Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban, baik para tenaga kesehatan dalam
melaksanakan upaya kesehatan, maupun individu atau masyarakat
yang menerima upaya pelayanan kesehatan tersebut.
▪ Hukum Kesehatan diperinci lagi sesuai dengan jenis upaya
kesehatan dan sumber dayanya :
1. Hukum Kedokteran,
2. Hukum Kefarmasian,
3. Hukum Kebidanan,
4. Hukum Keperawatan, dll.
Hukum Kesehatan Mencakup
a. Semua pelaksanaan upaya kesehatan yang bersifat diagnostic,
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Ketentuan hukum yang luas meliputi hukum pidana, perdata dan
administrasi negara.
c. Sumber hukum: UUD, UU, PP, Perpu, SK Dirjen, SK LPND,
peraturan internasional, serta ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan.
Keterkaitan Hukum Kesehatan
HUKUM
PIDANA
HUKUM
TATA
HUKUM HUKUM
NEGARA KESEHATAN PERDATA
HUKUM
ADMINIS
TRASI
HUKUM KEFARMASIAN
▪ Hukum kefarmasian adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur bidang kefarmasian, meliputi:
1. Hak, kewajiban, perilaku dan pelindungan tenaga kefarmasian dalam
melakukan praktik kefarmasian dan ketentuan lain yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
2. Praktik kefarmasian meliputi Pengadaan, pembuatan dan
pengamanan sediaan farmasi, distribusi, penyerahan, peredaran
sediaan farmasi dan alat kesehatan dan tempat praktek tenaga
kefarmasian.
3. Hak, kewajiban dan pelindungan pasien atau masyarakat yang
mendapatkan layanan Kesehatan dari tenaga kefarmasian.
Alasan Perlu Adanya Hukum Kefarmasian
1. Pekerjaan kefarmasian mempunyai risiko tinggi yang dapat
mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia.
2. Sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan produk yang
diproduksi, disediakan, dan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian mempunyai risiko bahaya yang potensial.
3. Hanya Apoteker yang dibantu oleh tenaga vokasi kefarmasian
merupakan satu-satunya tenaga kefarmasian professional sesuai
Undang-undang yang bekerja secara competent, commitment
dan concern (3C) terhadap sediaan framasi, alat kesehatan dan
pelaksana praktik kefarmasian.
Tujuan Hukum Kefarmasian
a. Melindungi masyarakat dari pelaksanaan praktik kefarmasian
yang tidak benar dan tidak bermutu.
b. Melindungi masyarakat dari praktik kefarmasian yang dilakukan
oleh orang yang bukan atau tidak sesuai dengan kompetensi
tenaga kefarmasian.
c. Melindungi masyarakat dari penggunaan Sediaan Farmasi dan
alat Kesehatan yang tidak memenuhi syarat: aman, berkhasiat,
dan bermutu.
d. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat, praktik
kefarmasian dan Tenaga kefarmasian.
Hukum Kefarmasian Mengatur:
a. Kewenangan, izin praktik, kewajiban dan larangan bagi tenaga
kefarmasian dalam melaksanakan praktik kefarmasian.
b. Semua jenis praktik kefarmasian dan tempat bekerjanya tenaga
kefarmasian.
c. Segala hal yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatandan
PKRT (meliputi kriteria, persyaratan, standar, cara pembuatan, cara
distribusi, cara pelayanan, dll)
d. Segala jenis hukuman dan sanksi akibat dilanggarnya hukum
kefarmasian baik oleh tenaga kefarmasian maupun oleh orang yang
tidak punya keahlian dan kewenangan dalam bidang Kefarmasian
termasuk tenaga kesehatan lainnya.
Keterkaitan Hukum Kefarmasian
PRAKTIK TEMPAT
PASIEN/ KEFARMASIAN PEKERJAAN
MASYARAKAT KEFARMASIAN
SEDIAAN TENAGA
FARMASI
HUKUM KESEHATAN
DAN ALKES KEFARMASIAN DAN MEDIS
2023
2009 UU No 17
1992 Tahun 2023
UU No 36
1963 UU No 23 Tahun 2009 Kesehatan
Tahun Kesehatan
UU No 7
1960 Tahun 1963
1992
Farmasi Kesehatan
UU No 9 Tahun 1960
Pokok Pokok Kesehatan
UU NO 17 TAHUN 2023: KESEHATAN
▪ Merupakan landasan legal konstitusional dan penjabaran dari ketentuan UUD
1945 yang berkaitan dengan hak asasi dan pelayanan Kesehatan/kefarmasian
(Pembukaan, Pasal 28H ayat 1, Pasal 34 ayat 3)
▪ Landasan hukum untuk tenaga medis dan tenaga Kesehatan termasuk tenaga
kefarmasian, praktik kefarmasian, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta ketentuan pidananya.
▪ Baru diundangkan dan disahkan pada tanggal 8 Agustus 2023 dan dicatat dalam
Lembaran Negara Tahun 2023 Nomor 1105.
▪ Peraturan pelaksanaan UU No 17 tahun 2023 harus ditetapkan paling lama 1
tahun terhitung sejak UU ini diundangkan (Pasal 456).
▪ Sebagai pengganti UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
UU No 17 Tahun 2023: Kesehatan-2
▪ Penyusunan UU No. 17 Tahun 2023 menggunakan metode Omnibus Law,
yaitu dengan cara menambah materi aturan baru dan merevisi materi aturan
terkait serta mencabut UU yang dibahas dalam UU yang baru tersebut.
▪ Revisi UU No 36 Tahun 2009 ini menjadi UU No 17 Tahun 2023 yang berisi 20
Bab, 458 Pasal dan mencabut 11 UU yang terkait.
▪ Memerlukan peraturan turunannya berupa:
1. 100 pasal yang mengamanatkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah.
2. 2 Pasal yang mengamanatkan dalam bentuk Peraturan Presiden
3. 5 Pasal yang mengamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
UU No 17 Tahun 2023: Kesehatan-3
▪ Kesehatan adalah keadaan sehat seseorang, baik, secara fisik, jiwa,
maupun social dan bukan sekedar terbebas dari penyakit untuk
memungkinkannya setiap hidup produktif (pasal 1 ayat 1).
▪ Sediaan Farmasi adalah Obat, Bahan obat, Obat Bahan Alam termasuk
bahan Obat Bahan Alam, kosmetika, Suplemen Kesehatan dan Obat kuasi
(pasal 1 ayat 12).
▪ Obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan Kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia (pasal 1 ayat 15).
UU No 17 Tahun 2023: Kesehatan-4
▪ Alat Kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, peralatan, implant, reagen
dan kalibrator in vitro, perangkat lunak serta material atau sejenisnya yang
digunakan pada manusia untuk tujuan medis dan tidak mencapai kerja utama
melalui proses farmakologis, imunologi atau metabolism. (pasal 1 ayat 13).
▪ Obat Bahan Alam adalah bahan, ramuan bahan atau produk yang berasal dari
sumber daya alam berupa tumbuhan, hewan, jasad renik, mineral atau bahan
lain dari sumber daya alam atau campuran dari bahan tersebut yang telah
digunakan secara turun temurun atau sudah dibuktikan berkhasiat, aman, dan
bermutu digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, peningkatan Kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan, dan atau pemulihan Kesehatan berdasarkan
pembuktian secara empiris dan/atau ilmiah (pasal 1 ayat 17).
▪ Pasien adalah setiap orang yang memperoleh pelayanan Kesehatan dari tenaga
medis dan/atau tenaga Kesehatan.
Undang-Undang Yang Dicabut Karena Terbitnya UU
No 17 Tahun 2023 Kesehatan
1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014
tentang Ordonansi Obat Keras tentang Kesehatan Jiwa
(Staatsblad 1949 Nomor 419);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Tenaga Kesehatan
tentang Wabah Penyakit Menular
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Praktik Kedokteran tentang Keperawatan
▪ Pasal 138 ayat 1: Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan PKRT harus aman,
berkhasiat/ bermanfaat, bermutu dan terjangkau serta memenuhi ketentuan
jaminan produk halal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
▪ Pasal 138 ayat 2: Setiap Orang dilarang mengadakan, memproduksi, menyimpan,
mempromosikan dan/atau mengedarkan Sediaan Farmasi yang tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat/bermanfaat dan mutu.
▪ Pasal 138 ayat 3: Setiap Orang dilarang mengadakan, memproduksi,
menyimpan, mempromosikan, mengedarkan dan/atau mendistribusikan Alat
Kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat/bermanfaat dan mutu.
Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan PKRT - 2
▪ Pasal 142 ayat 5: Bahan Baku yang digunakan dalam Sediaan Farmasi
berupa Obat Bahan Alam , Suplemen Kesehatan, Obat Kuasi, dan
Kosmetika sediaan tertentu berdasarkan kajian risiko harus memenuhi
standar dan/atau persyaratan mutu sebagai bahan baku farmasi.
▪ Pasal 142 ayat 6: Alat Kesehatan dan PKRT harus memenuhi standar
dan/atau persyaratan yang ditentukan
▪ Pasal 142 ayat 7: Ketentuan mengenai standar dan/atau persyaratan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
▪ Pasal 142 ayat 8: Standar dan/atau persyaratan PKRT dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan Produsen dan Distributor Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan PKRT
SARJANA SARJANA
AMD FARMASI FARMASI
SMA
Pendidikan Apoteker Berbasis Kompetensi
PENGALAMAN PRAKTIK
(KETERAMPILAN)
KOMPETENSI APOTEKER
(LEARNING OUTCOMES)
Standar Kompetensi Apoteker
AREA KOMPETENSI DESKRIPSI KOMPETENSI
1. Optimalisasi Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
keamanan penggunaan yang terkait obat berlandaskan prinsip-prinsip ilmiah
obat untuk mengoptimalkan terapi.