PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat Hukum secara mendalam yaitu dengan kajian filsafat hukum,
yang dimaksud bukan mengartikan hukum sesuai dengan definisinya, tetapi
lebih mendalami hukum secara filosofinya dan hakikatnya. Kajian filsafat
hukum menghendaki suatu penelitian mengenai unsur-unsur apa saja yang
terkandung dalam pengetahuan hukum, atau dengan kata lain adanya suatu
pertanyaan mengenai apa yang diketahui oleh semua orang mengenai hukum
itu.
Hampir setiap orang pasti mengetahui dan meyakini bahwa di dalam
dirinya melekat adanya hukum dalam arti hak untuk melakukan dan berbuat
sesuatu. Hak merupakan hukum dalam arti sempit, sebab sebagai imbalannya
akan terlihat kewajiban dari para subjek hukum itu. Jika membicarakan
hukum dan hak tidak lepas dengan kewajiban, karena keduanya merupakan
masalah yang tidak dapat dipisahkan. Dari segi pengertiannya hukum dan hak
itu dapat dibedakan bahwa hukum atau disebut juga hukum objektif ialah
segala ketentuan yang mengatur hubungan antara orang-orang di masyarakat,
sedangkan hak atau hukum ialah sesuatu yang menjadikan tuntutan seseorang
sesuai menurut ketentuan hukum objektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat hukum?
2. Perlunya Dibuat Norma Hukum Sebagai Berikut?
3. Pengertian Hukum dan Negara Hukum
4. Unsure hokum dan sifat-sifat hukum?
5. Dalam Kehidupan Bermasyarakat Dan Bernegara ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT HUKUM
1. Hakikat Manusia
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang
paling mulia dan memiliki derajat yang tertinggi dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Sebagai makhluk tertinggi manusia diberi akal, rasa, dan
kehendak sehingga dapat hidup yang layak, bermartabat, dan berbeda
dengan manusia lainnya.
Akibat kelebihan tersebut manusia ditakdirkan sebagai makhluk
individu, makhluk sosial, dan makhluk politik. Sebagai makhluk individu
manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan berusaha
untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera, sebaw i makhluk sosial
manusia selalu hidup bersama-sama orang lain dalam masyarakat, sebagai
makhluk politik manusia hidup berbangsa dan bernegara.
Aristoteles menjelaskan bahwa, manusia itu adalah Zoon Politikon,
yang dijelaskan lebih lanjut oleh Hans Kelsen "man is a social and
political being" artinya manusia itu adalah makhluk sosial yang
dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya dalam
masyarakat, dan makhluk yang terbawa oleh kodrat sebagai makhluk
sosial itu selalu berorganisasi. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara diperlukan norma yang bersifat memaksa cengan tegas yaitu
norma hukum.
2. Perlunya Norma Hukum
Beberapa alasan perlunya dibuat norma hukum sebagai berikut.
a. Tidak semua orang menaati dan patuh pada norma kesopanan,
kesusilaan atau agama, dan lain-lain (selain norma hukum).
b. Masih banyak kepentingan manusia yang tidak dijamin oleh normanorma agama, kesopanan, kesusilaan, dan lain-lain (selain norma
hukum).
c. Masih adanya kepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan
norma seperti norma agama, kesopanan, kesusilaan, dan lain-lain
(selain norma hukum) padahal masih memerlukan perlindungan.
Misalnya pemberian surat keterangan dad majikan kepada buruh yang
diberhentikan karena mencuri, yaitu dengan tidak menyebutkan alasan
sebenarnya mengapa ia diberhentikan. Hal ini dikarenakan untuk
menjaga agar ia dalam mencari pekerjaan yang baru tidak mengalami
kesulitan.
3. Pengertian Hukum dan Negara Hukum
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat yang
seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu,
pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh
pemerintah/penguasa.
Beberapa pendapat dari para ahli hukum tentang pengert an hukum:
a.
Grotius, dalam "De Jure Belli ac Facis tahun 1625" "Hukum adalah
peraturan tentang moral yang menjamin keadilan".
b.
Utrecht dalam bukunya yang berjudul "PENGANTAR DALAM HUKUM
INDONESIA", "Hukum adalah himpunan-himpunan peraturanperaturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu".
c. Van Vollenhoven, dalam "Het Adatrecht van Nederlandsch India".
Hukum adalah suatu gejala dalam keadaan bentur dan membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya.
d. Van Apeldoorn bahwa "definisi tentang hukum adalah sangat sulit
untuk dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakannya sesuai
kenyataan". Akan tetapi, meskipun sulit merumuskan definisi yang
baku mengenai hukum, di dalam hukurn terdapat beberapa unsur, di
antaranya:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat.
2. Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang
berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Sanksi hukum bermacam-macam. Menurut pasal 10 KUHP, sanksi
hukum berupa sanksi pokok dan sanksi tambahan. Sanksi pokok terdiri
atas hukuman mati, penjara dan kurungan, serta denda. Sanksi tambahan
terdiri atas pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang
tertentu, dan pengumuman keputusan hakim.
Suatu negara dapat disebut negara hukum apabila memenuhi syarat-syarat
antara lain:
a. Memiliki undang-undang dan peraturan yang digunakan untuk
mengatur hak dan kewajiban warga negaranya.
b. Memiliki alat-alat negara, seperti kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan.
c. Harus ada bantuan rakyat terhadap alat-alat negara.
d. Ada pembagian kekuasaan dalam negara.
e. Diakuinya Hak Asasi Manusia yang dituangkan di dalam konstitusi
dan peraturan perundang-undangan.
f. Ada dasar hukum bagi kekuasaan pemerintahan (asas legalitas).
g. Ada peradilan yang bebas dan merdeka, serta tidak memihak.
h. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
i. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
j. Ada kewajiban pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ketentuan bahwa Indonesia negara hukum:
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui perbandingan hukum kita dapat mendalami dan memperluas
bidang ilmu pengetahuan hukum antara lain;
a.dapat mengetahui bahwa dalam system hukum yang berbeda melahirkan
lembaga-lembaga hukum yang berbeda pula.
b.Dapat mengetahui adanya serta sebab-sebab dari persamaan dalam system
hukum yang sama sekali berbeda.
c.Melalui perbandingan hukum dapat mendalami bidang-bidang filsafat
hukum, sosiologi hukum dan sejarah hukum sekaligus.
B. Saran
Pahami dan patuhilah semua hukum dengan baik agar kehidupan kita pun
dapat berjalan dengan baik.
12
Daftar pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas VIII Edisi 1.
Dadang Sundawa, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan Kela: VIII. Pusat Perbukuan
Departemen. Pendidikan Nasional Tahun 2008.
Gunawan, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/M Ts Kelas VIII.
Surakarta: PT Hamuda Prima Media.
Gino. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs Kela 3 VIII. Jakarta: PT
Yudhistira.
Salikun, Lukman Surya Saputra, dan Wahyu Nugroho. 2014. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikt urn dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan Amandemen I, II, III,
dan IV
13