PENGERTIAN HUKUM
Apakah sebenarnya hukum itu?
Menurut Prof.van Apeldoorn adalah sangat sulit untuk dibuat, karena tidak
mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan.
Pendapat Para Sarjana tentang Hukum
Sebagai gambaran Prof. Sudiman Kartohadiprodjo, S.H. lalu memberikan
contoh-contoh tentang definisi Hukum yang berbeda-beda sebagai berikut :
a. Prof. Mr. E.M.Meyers; hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang
menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa Negara dalam melakukan tugasnya.
b. Leon Duguit ; Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat aturan
yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi
bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
c. Imannuel Kant : ”hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan”.
DEFINISI HUKUM SEBAGAI PEGANGAN
Utrecht memberikan batasan Hukum sebagai berikut : hukum itu adalah
himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat
itu.
UNSUR-UNSUR HUKUM
Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana
hukum Indonesia tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa Hukum itu meliputi
beberapa unsur, yaitu :
a. peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. peraturan itu bersifat memaksa
d. sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
CIRI-CIRI HUKUM
Untuk dapat mengenal hukum itu kita harus dapat mengenal ciri-ciri hukum
yaitu:
a. adanya perintah dan/atau larangan
b. perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang
Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata tertib
dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Hukuman atau
pidana itu bermacam-macam jenisnya, yang menurut pasal 10 pasal KUHP ialah :
a. Pidana pokok, yang terdiri dari:
1. Pidana pokok, yang terdiri dari :
2. Pidana penjara :
-seumur hidup
-sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya satu tahun) atau
pidana penjara selama waktu tertentu
- pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya satu tahun
- pidana denda (sebagai pengganti hukuman kurungan)
-pidana tutupan
b. Pidana Tambahan, yang terdiri dari :
-pencabutan hak-hak tertentu.
-perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.
-pengumuman keputusan hakim.
Sifat Dari Hukum
Dengan demikian hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Ia
merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa orang
supaya mentaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas
terhadap siapa yang tidak mau patuh mentaatinya.
TUJUAN HUKUM
Hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan yaitu asas-asas keadilan dari
masyarakat itu.
TEORI ETIS
Teori ini mengajarkan bahwa isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh
kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
Hukum menetapkan peraturan-peraturan umum yang menjadi petunjuk untuk
orang-orang dalam pergaulan masyarakat.
Dengan demikian hukum harus menentukan peraturan umum, harus
menyamaratakan.
GENY
Geny mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan. Dan sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya ” kepentingan daya
guna dan kemanfaatan”.
BAB II
SUMBER-SUMBER HUKUM
BAB III
MAZHAB-MAZHAB ILMU PENGETAHUAN HUKUM
BAB IV
PENEMUAN HUKUM
BAB V
PEMBIDANGAN ILMU PENGETAHUAN HUKUM
KODIFIKASI HUKUM
Menurut bentuknya, hukum itu dapat dibedakan antara :
1. Hukum tertulis, yakni hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan
perundangan.
2. Hukum tak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat,
tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan.
Mengenai hukum tertulis, ada yang telah dikodifikasikan dan yang belum
dikodifikasikan.
Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-
undang secara sistematis dan lengkap.
Unsur-unsur kodifikasi ialah:
a. jenis-jenis hukum tertentu
b. sistematis
c. lengkap
Tujuan kodifikasi daripada hukum tertulis ialah untuk memperoleh:
a. kepastian hukum
b. penyederhanaan hukum
c. kesatuan hukum
3. Contoh Kodifikasi Hukum :
a. di Eropa : Corpus Iuris Civilis dan Code Civil tahun 1604.
di Indonesia : Kitab Undang-undang Hukum Sipil (1 Mei 1848)
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (1 Mei 1848)
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (1 Januari 1918)
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (31 Desember
1981
MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM
1. Pembagian Hukum Menurut Atas Pembagiannya
a. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam :
-hukum undang-undang
-hukum kebiasaan (Adat) yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-
peraturan kebiasaan (adat).
-hukum traktat
-hukum Jurisprudensi
b. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :
1. Hukum tertulis, yakni hukum yang dicantumkan dalam berbagai
peraturan perundangan. Hukum ini dapat pula merupakan :
* Hukum tertulis yang dikodifikasikan
* Hukum tertulis yang tak dikodifikasikan
2. Hukum tak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat,
tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan
(Hukum kebiasaan).
c. Menurut tempat berlakunya hukum dapat dibagi dalam :
1. Hukum Nasional
2. Hukum Internasional
3. Hukum Asing
4. Hukum Gereja
d. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
1. Ius Constitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang
bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
2. Ius Constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada
waktu yang akan datang.
3. Hukum Asasi (Hukum Alam) yaitu hukum yang berlaku di mana-
mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
Ketiga macam hukum ini merupakan Hukum Duniawi.
e. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi :
1. Hukum yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan
bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.
2. Hukum yang mengatur yaitu hukum yang dapat dikesampingkan
apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
suatu perjanjian.
BAB VI
ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KAEDAH HUKUM
HAKEKAT KAEDAH
1. Tata Tertib Masyarakat
Norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud :
a. perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik.
b. larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna norma itu ialah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana seorang
harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus
dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
Norma-norma itu dapat dipertahankan dengan sanksi-sanksi yaitu dengan ancaman
hukuman terhadap siapa saja yang melanggarnya.
2. Kaedah Dalam Kenyataan
Keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bilamana tiap warga
masyarakat itu tidak mengganggu sesamanya. Norma hukum disertai sanksi berupa
hukuman yang sifatnya memaksa, jika peraturan hidup itu dilanggar.
KAEDAH HUKUM DAN KAEDAH LAINNYA.
Kehidupan manusia di dalam pergaulan masyarakat diliputi oleh norma-norma, yaitu
peraturan hidup yang mempengaruhi tingkah laku manusia di dalam masyarakat.
BAB VII
ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN HUKUM
MASYARAKAT HUKUM
Macam-macam Pembagian Penduduk Indonesia
Warganegara ialah setiap orang yang menurut Undang-undang
Kewarganegaraan adalah termasuk warganegara. Orang asing ialag orang yang bukan
warganegara.
Menurut I.S. pasal 163 ayat 1 penduduk Indonesia dibagi dalam 3 golongan
penduduk, yaitu :
1. Golongan Eropa, ialah:
Bangsa Belanda;
Bukan bangsa Belanda, tetapi orang yang asalnya dari Eropa
Bangsa Jepang (untuk kepentingan hubungan perdagangan)
Orang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum keluarganya sama
dengan Hukum Keluarga Belanda(Amerika, Australia, Rusia)
Keturunan mereka yang tersebut di atas
2. Golongan Timur Asing, yang meliputi :
Golongan Cina (Tionghoa)
Golongan Timur Asing bukan Cina (Orang Arab, India, Pakistan, Mesir dan
lain-lain)
3. Golongan Bumiputra, ialah:
a. Orang-orang Indonesia asli serta keturunannya yang tidak memasuki
golongan rakyat lain.
b. Orang yang mula-mula termasuk golongan-golongan rakyat lain, lalu
masuk dan menyesuaikan hidupnya dengan golongan Indonesia asli.
Dwi Kewarganegaraan.
Dalam menentukan kewarganegaraannya beberapa negara memakai asas ius
soli, sedang di negara lain berlaku asas ius sanguinis. Hal demikian itu menimbulkan
dua kemungkinan yaitu :
a. apatride yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
b. bipatride yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap).
Pewarganegaraan (Naturalisasi)
a. Cara Pewarganegaraan
Negara RI memberi kesempatan kepada orang asing (bukan warga negara
RI) untuk menjadi warganegara Caranya ialah pewarganegaraan atau naturalisasi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon ialah :
1. Sudah berumur 21 tahun.
2. Lahir dalam wilayah RI, atau bertempat tinggal sedikit-dikitnya 5 tahun berturut-
turut atau selama 10 tahun tidak berturut-turut di wilayah RI.
3. Apabila ia seorang laki-laki yang sudah kawin, ia perlu mendapat persetujuan dari
istrinya.
4. Dapat berbahasa Indonesia dan mempunyai sekedar pengetahuan tentang sejarah
Indonesia, serta tidak pernah dihukum.
5. Dalam keadaan sehat rohaniah dan jasmaniah.
6. Bersedia membayar kepada Kas Negara uang sejumlah antara Rp 500,-sampai Rp
10.000,- bergantung kepada penghasilan setiap bulan.
7. Mempunyai mata pencaharian yang tetap.
8. Tidak mempunyai kewarganegaraan lain, atau pernah kehilangan kewarganegaraan
RI.
Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Seorang warganegara Indonesia dapat kehilangan kewarganegaraannya
karena hal-hal berikut:
a. Kawin dengan seorang laki-laki asing, mengangkat sumpah kepada negara asing.
b.Putusnya perkawinan seorang wanita asing dengan warganegara Indonesia.
c. Anak seorang orangtua yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia.
d. Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauannya sendiri.
e. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain.
f. Diakui oleh seorang orang asing sebagai anaknya.
g. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Menteri Kehakiman dengan
persetujuan Dewan Menteri, mempunyai paspor dari negara asing.
h. Masuk dalam dinas asing tanpa izin terlebih dahulu dari Menteri Kehakiman RI.
BAB VIII
POLITIK HUKUM DI INDONESIA