Anda di halaman 1dari 3

Definisi Hukum Acara Pidana

Dalam buku Hukum Acara Pidana oleh Didik Endro Purwoleksono (2019), berikut beberapa
definisi hukum acara pidana menurut para ahli:

Moeljatno: hukum acara pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
negara yang memberikan dasar-dasar dan aturan-aturan yang menentukan dengan cara dan
prosedur macam apa ancaman pidana yang ada pada suatu perbuatan pidana dan
dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa orang telah melakukan delik tersebut.
Simons: hukum acara pidana adalah mengatur bilamana negara dengan alat-alat
pelengkapannya mempergunakan haknya untuk memidana.
De Bos Kemper: hukum acara pidana adalah sejumlah asas dan peraturan undang-undang
yang mengatur bilamana undang-undang hukum pidana dilanggar, negara menggunakan
haknya untuk memidana.
Dari beberapa definisi tersebut, secara singkat hukum acara pidana adalah:

Dalam arti sempit mengandung pengertian jika ada pelanggaran hukum pidana materiil, maka
hukum acara pidana berlaku atau berfungsi.

o Dalam arti luas, hukum acara pidana merupakan ketentuan-ketentuan yang digunakan
untuk mencari dan mendapatkan kebenaran yang selengkap-lengkapnya. Walaupun
belum atau bahkan tidak ada pelanggaran terhadap hukum pidana materiil, hukum
acara pidana sudah berjalan atau berfungsi apabila sudah ada sangkaan telah terjadi
suatu tindak pidana.

Hukum Pidana Adalah Apa? Ini Pengertian Menurut Para Ahli


Tujuan Hukum Acara Pidana
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum oleh Herlina Manullang, hukum acara pidana
bertujuan:

Mencari dan mendapatkan kebenaran materil


Melakukan penuntutan
Melakukan pemeriksaan dan memberikan keputusan.
Melaksanakan putusan hakim

Fungsi Hukum Acara Pidana


Adapun berikut fungsi dari adanya hukum acara pidana:

Melaksanakan dan menegakkan hukum pidana. Fungsi ini disebut represif terhadap
hukum pidana di mana jika ada perbuatan yang tergolong sebagai hukum acara pidana
harus diproses agar ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam hukum pidana itu
dapat diterapkan kepada pelaku.
Mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan. Fungsi ini dapat terlihat ketika hukum
acara pidana dioperasikan dalam berbagai kegiatan penyelenggaraan peradilan melalui
bekerjanya sistem peradilan pidana
Asas-asas Hukum Acara Pidana
Ada beberapa asas yang dipakai dalam hukum acara pidana, antara lain:
Asas-Asas Hukum Acara Pidana
Untuk mencapai tujuan melindungi keluhuran martabat manusia, maka asas-asas penegakan
hukum dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan
pokok peradilan yang ditegaskan kembali dalam KUHAP untuk menghidupkan setiap pasal atau
alinea agar senantiasa mencerminkan perlindungan hak asasi manusia. Asas-asas ini adalah:

1. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan


Hal tersebut tertuang dalam Pasal 2(4) UU Kehakiman No. 48 Tahun 2009 yang menyatakan
bahwa: “Keadilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan dengan biaya lebih rendah.”
“Sederhana” di sini berarti pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan secara efektif dan
efisien. “Biaya rendah” berarti bahwa biaya suatu kasus dapat ditanggung oleh masyarakat
umum.

10 Istilah “cepat” sendiri berarti “segera”. Secara khusus, peradilan yang cepat diperlukan untuk
menghindari penahanan yang lama sebelum putusan hakim diambil, yang tidak dapat dipisahkan
dari pelaksanaan hak asasi manusia. Begitu pula dengan peradilan yang bebas, adil dan tidak
memihak bagi semua pihak, sebagaimana ditegaskan oleh undang-undang.11 Namun dalam
prakteknya, prinsip ini sulit dicapai. Berikut adalah contoh kasusnya:

Umumnya, orang yang memiliki kasus di pengadilan buta secara hukum, sehingga mereka sering
menyerahkan kasusnya kepada pengacara untuk menangani segala sesuatu yang berkaitan
dengan kasusnya di pengadilan. Jika ini terjadi, biaya perkara yang ditanggung tidak murah,
sehingga asas “biaya rendah” tidak akan tercapai.

2. Asas in praesentia
Pada dasarnya pengadilan memeriksa terdakwa di hadapan hakim, namun dengan syarat dan
pertimbangan tertentu, pengadilan dapat memeriksa terdakwa tanpa kehadiran terdakwa (in
absentia).

3. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum


Prinsip ini menyatakan bahwa pada hakikatnya masyarakat dapat mengunjungi pengadilan.
Artinya, masyarakat dapat mengikuti setiap proses persidangan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan putusan hakim. Ini juga memastikan kemampuan untuk mencapai
kesepakatan antara pihak-pihak yang bermasalah.

Namun, dalam beberapa kasus atau keadaan, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum.
Kasus yang diperiksa di kamera melibatkan pertanyaan tentang moralitas atau peristiwa yang
dituduhkan oleh anak-anak.
4. Asas Persamaan di Muka Hukum (equality before the law)
Hukum memberikan jaminan dan kepastian tentang hak dan kewajiban warga negara. Hukum
juga tidak bisa membedakan warga kaya dan miskin, berkuasa atau tidak, namun di mata hukum,
semua warga negara memiliki hak yang sama.

Karena itu, lambang keadilan adalah dewi dengan mata tertutup. Artinya, seorang dewi harus
menghakimi tanpa harus mempertimbangkan keadaan warga negara yang bermasalah. Sama
halnya dengan seorang hakim tidak boleh membeda-bedakan orang.

Dalam Ayat 1 Pasal 5 Undang-Undang Pokok Keadilan No. 4 Tahun 2004 disebutkan bahwa
“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.

5. Asas Pengawasan
Interogasi publik di persidangan bersifat akuator, artinya terdakwa menempati posisi “berpihak”
sejajar dengan pihak lawan, yaitu Jaksa Penuntut Umum. Seolah-olah kedua belah pihak sedang
“berdebat” di hadapan seorang hakim, yang akan memutuskan “perselisihan” itu nanti.
Kejaksaan di sini adalah untuk mengawasi pelaksanaan putusan Pengadilan dalam perkara
pidana.Keahlian pengadilan adalah untuk mempertimbangkan dan menyaring apakah kejahatan
itu benar atau tidak, apakah bukti yang diajukan sah atau tidak, dan apakah syarat dan ketentuan
KUHP sesuai dengan kata-kata dari tindak pidana itu terjadi atau tidak.

Pemeriksaan pra persidangan terbuka untuk umum, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan,
misalnya dalam hal pemeriksaan pelanggaran etik, dsb

Pihak-pihak dalam Hukum Acara Pidana


Dalam proses pelaksanaan hukum acara pidana, berikut adalah beberapa pihak yang turut
serta, yaitu:

Tersangka dan terdakwa


Penuntut Umum (jaksa)
Penyidik dan penyelidik
Penasihat hukum

Anda mungkin juga menyukai