3. Jelaskan apa saja kewenangan yang terkandung dalam HMN? Menurut UUPA
dan contohnya!
Pasal 2 ayat (2) UUPA:
→ mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; menentukan dan mengatur
hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa,
→ cara memperoleh alas kewenangan yang akan menjadi bukti adanya hubungan
hukum antara orang dengan BARAKA yang legal. Contoh: pengaturan mengenai
cara membuat sertifikat tanah/balik nama bagi orang yang ingin memiliki tanah.
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
→ hubungan hukum apa saja yang mungkin untuk dilakukan terhadap SDA yang
mereka kuasai (bolehkah menjual, menyewakan, menjadikan objek jaminan,
menukar, dll). Contoh: pengaturan mengenai apakah suatu tanah boleh dijual
disewakan, dll.
4. Jelaskan apa saja kewenangan yang terkandung dalam HMN menurut Putusan
MK!
TUGAS 2
b. Pemilikan tanah : kegiatan di atas tanah, ruang di bawah atau di atas tanah yang
didasarkan pada hubungan hukum tertentu antara orang dengan tanah (sudah ada hak)
c. Penggunaan Tanah : wujud tutupan permukaan bumi yang merupakan hasil kegiatan
manusia/terbentuk secara alamiah. Contoh : perumahan pada tanah pekarangan, bangunan
pasar untuk perdagangan, hamparan pasir di kawasan pesisir
d. Pemanfaatan Tanah : kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tambah dari
penggunaan tanah melalui rekayasa tertentu tanpa merubah wujud fisik penggunaan tanah
dan sesuai dengan rencana peruntukan dalam tata ruang. Contoh : pertambangan, pariwisata
→ Contoh : surat keputusan pemberian hak atas tanah, peralihan hak atas tanah,
pendaftaran tanah, pembebanan hak atas tanah
4. Hukum Pertanahan memiliki 4 bidang yakni, Pengurusan Hak Atas Tanah (PHT),
Pendaftaran Tanah (PT), Reformasi Agraria (RA), dan Penatagunaaan Tanah (TGT).
Keempat bidang tersebut memiliki hubungan fungsional yang dapat diartikan bahwa
keempatnya saling terikat satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dalam melaksanakan kegiatan dalam 1 bidang, diperlukan dukungan dari ketiga
bidang lainnya sehingga tujuan yang ingin dicapai yakni demi kemakmuran rakyat indonesia
dapat diwujudkan secara maksimal.
Contoh dari Hubungan Fungsional dari Keempat bidang pertanahan adalah : Dalam
pelaksanaan pemerataan pemilikan dan pemanfaatan tanah yang merupakan program
Reformasi Agraria (RA), diperlukan dukungan dari ketiga bidang lain, bentuk dukungan
berupa :
a. Pengurusan Hak Atas tanah (PHT) memberikan surat keputusan pemberian hak
yang didalamnya memuat hak dan kewajiban bagi subjek yang diberikan surat
keputusan tsb
b. Pendaftaran Tanah (PT) membukukan dan menerbitkan sertifikat hak atas tanah
sehingga penerima memiliki tanda bukti yang kuat atas haknya
c. Penatagunaan Tanah (TGT) memastikan bahwa penggunaan tanah yang diterima
subyek telah disesuaikan dengan rencana peruntukan yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang
5. Hukum Pertanahan mengandung dimensi hukum privat dan publik, hukum privat
berkaitan dengan hubungan antarindividu sedangkan hukum publik berkaitan dengan hukum
yang mengatur negara, pemerintahan, dan lembaga negara. Dimensi hukum privat yang
terkandung dalam hukum pertanahan meliputi hukum perjanjian. Sementara dimensi hukum
publik dalam hukum pertanahan berasal dari :
a. Hukum Administrasi Negara yaitu terkait dengan perizinan dan penerbitan surat
keputusan
b. Hukum Tata Negara, terkait lembaga negara (pusat dan daerah) yang berwenang
mengurus pertanahan
c. Hukum Adat, terkait asas hukum, nilai sosial, dan lembaga adat yang digunakan
sebagai sumber pembentukan hukum pertanahan
PENGABDIAN PEKARANGAN
Dalam hukum Belanda, pengabdian pekarangan merupakan suatu hak yang menimbulkan
beban kepada sebidang tanah yang kemudian beban tersebut mendatangkan keuntungan
bagi sebidang tanah yang lain. Dalam pengabdian pekarangan terdapat dua pihak, yaitu
tanah bawahan dan tanah atasan. Tanah bawahan merupakan tanah yang diberikan beban
oleh hak pengabdian pekarangan. Sementara tanah atasan merupakan tanah yang
mendapatkan keuntungan atas hak pengabdian pekarangan.
Pengabdian pekarangan mengakibatkan pemilik tanah bawahan untuk tidak melakukan atau
mentoleransi. Contoh dari “tidak melakukan” adalah pemilik tanah bawahan tidak boleh
membangun bangunan di atas tanahnya terlalu tinggi karena akan menghalangi
pemandangan pemilik tanah atasan. Sementara contoh dari “mentoleransi” yaitu jika ada
tanah atasan yang terletak di belakang tanah bawahan sementara tanah bawahan tersebut
berbatasan langsung dengan jalan. Pemilik tanah bawahan harus mentoleransi dengan cara
memberi sedikit tanahnya untuk digunakan sebagai jalan masuk dari jalan utama ke tanah
belakangnya.
Hak pengabdian pekarangan merupakan hak kebendaan. Artinya, jika salah satu tanah, baik
tanah bawahan maupun atasan dialihkan, maka pemilik yang baru memiliki beban ataupun
hak atas pengabdian pekarangan tersebut. Contohnya, jika suatu tanah bawahan yang
digunakan untuk jalan masuk dialihkan kepada orang lain, maka pemilik baru tersebut terikat
dengan beban untuk memberikan jalan masuk. Pemilik baru tidak bisa melarang pemilik
tanah atasan untuk menggunakan jalan masuk di atas tanahnya.
Menurut hukum Belanda, terkadang ada pemberian kompensasi berupa uang dari pemilik
tanah atasan kepada pemilik tanah bawahan atas beban yang ditanggungnya. Agar
pengaturannya jelas dan dapat diketahui oleh siapapun yang akan menerima pengalihan
tanah yang memiliki hak pengabdian pekarangan, maka pengabdian pekarangan harus
didaftarkan ke notaris. Notaris yang kemudian akan mengurusi detail seperti persyaratan,
sejauh mana pengabdian pekarangan tersebut dilakukan, dan sebagainya. Notaris juga
yang akan mendaftarkan akta pembentukannya ke arsip publik.
Dalam hukum Indonesia, pengabdian pekarangan secara tidak langsung ditemukan dalam
Pasal 6 UUPA yang berbunyi “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Asas fungsi
sosial berarti setiap pemegang tanah selain memiliki wewenang atas tanahnya, juga
berkewajiban agar orang lain dapat merasakan manfaatnya. Contohnya dengan memberi
sebagian tanah sebagai jalan masuk kepada pemilik tanah yang tanahnya terletak di
belakang. Untuk melihat sejauh mana pemilik tanah telah melaksanakan kewajibannya
untuk menerapkan asas fungsi sosial, dapat diukur dengan RTGT (Rencana Tata Guna
Tanah). RTGT dibuat oleh Pemerintah Daerah untuk membuat Rencana Kota. Jika suatu
tanah telah sesuai dengan RTGT, artinya pemilik tanah tersebut telah memenuhi
kewajibannya.