HKUM4211.73
HUKUM AGRARIA
NIM : 049315713
Nama : Ryan Nobel Agastya
Program Studi : Ilmu Hukum – S1
UPBJJ : Bandar Lampung
TUTON
SESI 3
Soal :
Jawaban :
3. Dalam upaya perbaikan tersebut Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN perlu
mengupayakan penggalangan dukungan institusi secara internal maupun eksternal
(lintas sektor) yang meliputi dukungan politik, legal maupun sumberdaya.
Jawaban :
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi
administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Sanksi pidana bagi orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang adalah pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta.
Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 tahun
dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar. Jika mengakibatkan kematian orang,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling
banyak Rp. 5 miliar.
3. Aturan pertanahan di Indonesia mencakup berbagai macam hak atas tanah.
Hak-hak tersebut tersebar luas di berbagai peraturan. Akan tetapi, tetap yang
utama untuk diketahui adalah hak-hak atas tanah yang langsung diatur di
UUPA. Pasal 16 Ayat (1) UUPA menyatakan bahwa terdapat hak-hak atas
tanah antara lain sebagai berikut: hak milik; hak guna usaha; hak guna
bangunan; hak pakai; hak sewa; hak membuka tanah; dan hak memungut hasil
hutan. Selain itu, diakui pula hak-hak lain yang diatur pada peraturan lain dan
hak lain yang memiliki sifat sementara. Negara juga mengatur mengenai hak
ulayat. Menurut analisis saudara, bagaimanakah konsep pengaturan mengenai
hubungan hak ulayat masyarakat hukum adat dengan hak menguasai negara?
Jawaban :
Tanah Ulayat adalah tanah bersama para warga masyarakat hukum adat yang
bersangkutan. Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal
dengan Hak Ulayat. Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan
kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah
yang terletak dalam lingkungan wilayahnya. UU No. 5 Tahun 1960 atau UU
Pokok Agraria (UUPA) mengakui adanya Hak Ulayat. Pengakuan itu disertai
dengan 2 (dua) syarat yaitu mengenai eksistensinya dan mengenai
pelaksanaannya. Berdasarkan pasal 3 UUPA, hak ulayat diakui “sepanjang
menurut kenyataannya masih ada”.
Dengan demikian, tanah ulayat tidak dapat dialihkan menjadi tanah hak milik
apabila tanah ulayat tesebut menurut kenyataan masih ada, misalnya
dibuktikan dengan adanya masyarakat hukum adat bersangkutan atau kepala
adat bersangkutan maka.
Sebaliknya, tanah ulayat dapat dialihkan menjadi tanah hak milik apabila tanah
ulayat tersebut menurut kenyataannya tidak ada atau statusnya sudah berubah
menjadi “bekas tanah ulayat”.
Sumber :
4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang
Tata Cara Pemberian dan Pendaftaran Hak Atas Negara dan Hak Pengolahan