Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 ADMINISTRASI PERTANAHAN

NAMA : PIMA TAMARA

NIM : 049019334

1. Menurut analisis saudara, apakah administrasi pertanahan dapat mencegah


dan menyelesaikan terjadinya konflik dalam agraria ?

Jawaban :

Administrasi pertanahan dapat memainkan peran penting dalam mencegah dan


menyelesaikan terjadinta konflik dalam agrarian. Berikut beberapa alasan mengapa
administrasi pertanahan dapat berkontribusi dalam mencegah dan menyelesaikan
konflik agrarian.

a. Meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas tanah


Upaya ini sebagai perlindungan terhadap hak-hak atas tanah dan
penggunaannya agar terdapat ketentraman masyarakat dan mendorong gairah
pembangunan. Dengan kepastian hukum hak atas tanah dapat meminimalisir
adanyakan konflik agraria akibat ketidakjelasan atau ketidakpastian terkait
tanah.
b. Penyedian informasi yang akurat
Administrasi pertanahan dapat menyediakan informasi yang akurat dan
terverifikasi mengenai kepemilikan, penggunaan dan status hukum tanah.
dengan informasi yang jelas dan dapat diakses, potensi konflik agrarian dapat
diminimalisir.
c. Pendaftaran dan sertifikasi tanah.
Administrasi pertanahan dapat melakukan pendaftaran dan sertifkasi tanah
yang dapat menghasilkan sertifikat tanah yang sah secara hukum, serifikat
tanah yang sah dapat menjadi bukti kepemilikan sehingga mampu mengurangi
potensi konflik yang muncul akibat adanya klaim ganda atau tumpang tindik
kepemilikan tanah
d. Penyelesaian sengketa tanah.
Administrasi pertanahan dapat melakukan penyelesaian sengketa tanah yang
efektif termasuk lewat pengadilan atau mekanisme alternatif seperti mediasi.
Dengan mekanisme yang efektif konflik agrarian dapat diatasi sebelum
membezsar menjadi konflik yang lebih kompleks dan merugikan.

Namun dapat diingat bahwa administrasi pertanahan hanyalah salah satu


faktor dalam mencegah dan menyelesaikan konflik agrarian. Faktor-faktor lain
seperti kebijakan public, partisipasi masyarakat, pengelolan sumber daya alam
yang berkelanjutan dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat juga
memiliki peran penting dalam mencegah dan menyelesaikan konflik agrarian.

2. Apa akibat hukum jika mendirikan bangunan namun tidak sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah ?
Jawaban :

Kebijakan penatagunaan tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16


Tahun 2004 secara umum menyatakan bahwa penatagunaan tanah dapat
dilaksanakan pada tanah perorangan, tanah negara ataupun tanah ulayat.
Kebijakan penatagunaan tanah yang juga didasari oleh rencana tata ruang wilayah
yang telah ditetapkan. Artinya baik dalam penggunaan ataupun pemanfaatan tanah
harus mengacu pada tata rencana tata ruang wilayah yang telah diterapkan.

Akibat hukum jika mendirikan bangunan namun tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah ialah Pengenaan Sanksi.

Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan


ruang. Pengenaan sanksi dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban
atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi. Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat
ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi
dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif,
sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

Setiap orang yang melanggar kewajiban dalam pemanfaatan ruang, dikenai


sanksi administrative, berupa :
a. Peringatan Tertulis;
b. Penghentian Sementara Kegiatan;
c. Penghentian Sementara Pelayanan Umum;
d. Penutupan Lokasi;
e. Pencabutan Izin;
f. Pembatalan Izin;
g. Pembongkaran Bangunan;
h. Pemulihan Fungsi Ruang; Dan/Atau
i. Denda Administrati

Sanksi pidana bagi orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang adalah pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta. Jika tindak pidana
tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.5 miliar. Jika mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar.

3. Menurut analisis saudara, bagaimanakah konsep pengaturan mengenai


hubungan hak ulayat masyarakat hukum adat dengan hak menguasai
negara?
Jawaban :
Hak ulayat diatur dalam Pasal 3 UUPA yang berbunyi “dengan mengingat
ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2, pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak
yang serupa dari masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih
ada, harus sedemikan rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan
negera yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang dan peraturan peraturan yang lebih tinggi”.
Hak menguasi dari negera diatur dalam pasal 2 UUPA.
Konsep pengaturan mengenai houngan antara hak ulayat dengan hak
menguasi dari negera dapat berbeda-beda dalam setiap negara atau wilayah,
tergantung pada sistem hukum dan kebijakan yang berlaku. Namun konsep
tersebut mengacu pada prinsip-prinsip berikut :
1. Pengakuan dan penghormatan terhadap hak ulayat masyarakat hukum
adat. Prinsip ini mengakui hak ulayat atau hak-hak tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat hukum adat atas tanah dan sumber daya alam yang ada di wilayah
mereka. Hak ulayat masyarakat hukum adat diakui dan dihormati sebagai bagian
dari warisan budaya dan keberagaman hukum.
2. Harmonisasi antara hak ulayat dan hak menguasi dari negera. Prinsip ini
menekankan pentingnya mengupayakan harmonisasi antara hak ulayat
masyarakat hukum adat dan hak menguasai dari negera atau hak-hak
pemerintah terkait pengelolan sumber daya alam. Hal ini dapat dilakukan melalui
dialog, konsultasi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat hukum adat
untuk mencapai kesepahaman bersama.
3. Pertisipasi masyarakat hukum adat dalam pengambilan keputusan. Prinsip
ini mengakui pentingnya partisipasi aktif masyarakat hukum adat dalam
pengambilan kebijakan terkait pengelolaan sumber daya alam di wilayah
mereka. Partisipasi masyarakat hukum adat dapat melibatkan proses konsultasi,
pengambilan keputusan bersama dan pemahaman terhadap pengetahuan lokal
dan kearifan lokal masyarakat hukum adat.
4. Perlindungan terhadap hak ulayat masyarakat hukum adat. Prinsip ini
menggarisbawahi perlunya perlindungan hukum terhadap hak ulayat
masyarakat hukum adat dari ancaman atau pelanggaran, termasuk perlindungan
terhadap kepemilikan, penggunaan dan pengelolaan tanah dan sumber daya
alam yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat.

Konsep pengaturan ini dapat bervariasi dalam implementasinya diberbagai


negera atau wilayah, tergantung pada konteks lokasi, kebijakan pemerintah, dan
peraturan hukum yang berlaku. Upaya harmonisasi antara hak ulayat dan hak
menguasi dari negera menjadi penting untuk mencapai keseimbangan antara
perlindungan hak masyarakat hukum adat dan kepentingan negera atau
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam.

Anda mungkin juga menyukai