“Hukum Agraria”
MARET 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas
mata kuliah Hukum Agraria.
Namun, tugas ini tidak dapat selesai tanpa ada bantuan dari pihak lain. Maka dari
itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abd. Aziz, S.Ag., M. Pd.I. selaku Rektor UIN SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG yang telah memberikan dukungan kepada kami
dan mengijinkan kami memakai semua fasilitas yang ada di UIN SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG untuk menunjang kelancaran proses
perkuliahan kami.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Ilmu Hukum yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Bapak Muksin, M.H. selaku Koordinator Program Studi Hukum Tata Negara
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Dr. Hj Indri Hadisiswanti M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Lingkungan yang sangat tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan pembelajaran
kepada kami.
5. Civitas akademik UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG yang
telah membantu kami dalam Menyusun tugas ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan kami, maka sekiranya dapat dimaklumi
apabila nantinya di dalam tugas ini banyak terdapat kesalahan. Kami menyadari akan hal
tersebut, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila banyak kesalahan dalam penulisan
ini mohon dimaafkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah yang berfungsi ganda bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya
tanah, maka pemerintah harus mengaturnya dengan harapan dapat memberikan
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kepastian kepada pemegang hak. Untuk
melaksanakan hak diperlukan alat bukti berupa sertipikat yang dikeluarkan oleh
Kantor Pertanahan. Meskipun mekanisme penerbitan sertipikat dengan mengacu pada
sistem pendaftaran tanah dengan sistem negatif memiliki kecenderungan positif,
namun tetap menimbulkan permasalahan di bidang pertanahan.
Berawal dari permasalahan tersebut, pemerintah membentuk Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Menyeluruh (PTSL) dengan harapan dapat memberikan
kepastian kepada masyarakat yang memiliki hak atas tanah. PTSL dapat digunakan
untuk mengubah sistem pendaftaran tanah menjadi sistem positif. Status sertipikat
dalam sistem positif, yang berfungsi sebagai bukti hak atas tanah yang mutlak dan
satu-satunya bukti hak atas tanah. Ciri utama dari sistem positif adalah bahwa
pendaftaran tanah/pendaftaran hak atas tanah dijamin dengan sempurna karena nama
yang didaftarkan dalam buku tanah tidak dapat dibantah, sekalipun ternyata pemilik
tanah itu bukan pemilik yang sah.
Kita harus mengakui bahwa sistem negatif memiliki kecenderungan positif
untuk memiliki banyak kelemahan dan karenanya harus dihilangkan. Dan, ke depan,
sistem pendaftaran tanah akan bergeser ke sistem positif, dengan tujuan menciptakan
kepastian hukum dan melindungi kepentingan pemegang hak atas tanah (sertifikat).
Pemohon hak tentunya harus berdasarkan dan/atau berdasarkan itikad baik, serta
kebenaran data fisik dan data yuridis.
Kemudian alasan peneliti meneliti Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung adalah peneliti merasa tempat tersebut adalah tempat yang sesuai dan
relevan untuk dijadikan sebagai kawasan penelitian kelompok kami untuk
pelaksanaan pendaftaran tanah ini.
Setelah peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung, ditumukan beberapa temuan penelitian tentang pelaksanaan
pendaftaran tanah di Kecamatan ini, yang akan peneliti jelaskan di bab temuan
penelitian. Menurut pemerintah Kecamatan Kauman pendaftaran tanah melalui PTSL
tidak pernah ada masalah atau persengketaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung?
2. Bagaimana Penerapan pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman
Kabupaten Tulungagung.
2. Untuk mengetahui solusi dari sengketa pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman
Kabupaten Tulungagung.
BAB II
LANDASAN TEORI
1
Urip Santoso. Hukum Agraria : kajian komprehensif. (Jakarta: KENCANA. 2005), hal. 83 - 86
Pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum
dikenal dengan sebutan rechts cadaster/legal cadaster. Jaminan kepastian hukum yang
hendak diwujudkan dalam pendaftaran tanah ini, meliputi kepastian status hak yang
didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian objek hak, Pendaftaran tanah ini
menghasilkan ser tipikal sebagai tanda bukti haknya. Kebalikan dari pendaftaran
tanah yang rechts cadaster, adalah fiscaal cadaster, yaitu pendaftaran tanah yang
bertujuan untuk menetapkan siapa yang wajib membayar pajak atas ranah.
Pendaftaran tanah ini menghasilkan surat tanda bukti pembayaran pajak atas tanah,
yang sekarang dikenal dengan sebutan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak
Bumi dan Bangunan (SPPT PBB).
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No. 24Tahun 1997
merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah
berdasarkan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang hanya
meliputi: pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah, pendaftaran dan peralihan hak
atas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat. Dari
pengertian pendaftaran tanah tersebut dapat diuraikan unsur-unsurnya, yaitu :
1. Adanya serangkaian kegiatan
2. Dilakukan oleh Pemerintah
3. Secara terus menerus, berkesinambungan
4. Secara teratur
5. Bidang bidang tanah dan satuan rumah susun
6. Pemberian surat tanda bukti hak
7. Hak hak tertentu yang membebaninya.
1. Asas Sederhana
2. Asas aman
3. Asas terjangkau
4. Asas mutakhir
5. Asas terbuka.
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH
Dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa yang mengada kan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah Pemerintah. Namun
dalam pasal ini tidak menyebutkan instansi Pemerintah mana yang mengadakan
pendaftaran tanah tersebut. Begitu pula di dalam Pasal 1 PP No. 10 Tahun 1961 hanya
menyebutkan bah wa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Pendaftaran tanah
Pasal 19 ayat (3) UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan
dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat,keperluan lalu lintas sosial
ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri
Agraria. Pejabat-pejabat yang membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, antara lain:
Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal
3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, adalah untuk memberikan kepastian
hukum dan perlindungan hukum kepada pe- megang hak atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk memberikan
kepas- tian hukum dan perlindungan hukum, kepada pemegang hak yang
bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.
Dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA dinyatakan bahwa akhir kegiatan
pendaftaran tanah yang diadakan oleh Pemerintah adalah pemberian surat tanda bukti
hak, yang berlaku sebagai alat pembuk- tian yang kuat. UUPA tidak menyebut nama
surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar. Baru pada Pasal 13 ayat (3) Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1961 dinyatakan bahwa surat tanda bukti hak atas tanah
yang didaftar dinamakan sertipikat, yaitu salinan buku tanah dan sural ukur setelah
dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya
ditetapkan oleh Menteri Agraria.2
3
Reda manthovani, pendaftaran tanah di indonesia, Kebayoran baru, Jakarta selatan, 2017, hlm.25
4
Urip Santoso. Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011,
hlm. 31-32
beberapa pemilik tanah secara masal dengan biaya dari pemilik tanah itu
sendiri.5
E. PTSL
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) juga menawarkan pendaftaran
sertifikasi tanah tanpa birokrasi berbelit.PTSL telah diatur dalam Instruksi Presiden
(Inpres) No. 2 Tahun 2018.
7
Rusmadi Murad, Op.Cit, hal 100.
8
Jayadi setiabudi, Op. Cit, hal 16.
9
Elsa Syarief, Pensertifikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, KPG, Jakarta 2014,hal 12.
10
WWW.Bktrn.org. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
Op.Cit,hal 7.
a. Manfaat PTSL bagi Pemilik Rumah
Tanah yang tidak didaftarkan pada badan pertanahan beresiko akan
bermasalah atau terjadi sengketa. Contoh paling jelas adalah perebutan lahan
yang sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia, baik sengketa antar keluarga
maupun pengusaha, BUMN, dan pemerintah.
Untuk menghindari sengketa yang tidak diinginkan ini, dapat mengklaim
tanah yang dimiliki dengan surat-surat yang lengkap.Sehingga sah dimata hukum
sebagai pemilik tanah tersebut.Dengan kepemilikan sertifikat tanah juga
mempermudah dalam perizinan usaha dan pembangunan di tanah tersebut.
b. Pemutihan Sertifikat Tanah
Untuk mengurus pemutihan sertifikat tanah harus melalui beberapa proses.
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan semua dokumen yang
perlukan dalam mengurus sertifikat tersebut. Diantaranya KK, KTP, Surat tanah,
Batas tanah yang telah disepakati, BPHTB, PPh, dan surat permohonan.
Sebelumnya, pastikan sudah masuk ke dalam kategori masyarakat yang berhak
mengikuti program sertifikasi tanah gratis. Penerbitan sertifikat akan dilakukan
apabila telah melalui proses penyuluhan, pendataan, pengukuran, sidang panitia,
dan pengumuman serta pengesahan persetujuan sertifikat tanah.
c. SyaratPengajuanPTSL
1. Dokumen Kependudukan berupa Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP)
2. Surat tanah yang bisa berupa letter C, Akte Jual Beli, Akte Hibaah atau Berita Acara
Kesaksian, dll.
3. Tanda batas tanah yang terpasang. Perlu diingat, tanda batas tanah ini harus sudah
mendapat persetujuan pemiliki tanah yang berbatasan.
4. Bukti setor Bea Perolehan atau Surat Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
Pajak Penghasilan (PPh) .
F. PRONA
Proyek Operasi Nasional Agraria atau Prona adalah proses sertifikasi tanah
secara massal yang dilakukan secara terpadu. Sertifikat Hak Milik adalah bukti
kepemilikan tanah yang akan memberikan manfaat besar bagi pemiliknya.
Pada dasarnya, sasaran dari proyek ini adalah seluruh lapisan masyarakat,
tetapi yang diutamakan adalah masyarakat ekonomi lemah.Tentu saja, tujuannya agar
urusan kepemilikan tanah dan sengketa dapat diselesaikan dengan tuntas.
a. Undang-Undang yang Mengatur Prona
Prona juga melayani para istri atau suami veteran, istri atau suami Pegawai
Negeri Sipil (PNS), istri atau suami prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri
atau suami anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dibuktikan
dengan fotokopi Surat Keputusan pangkat terakhir dan akta nikah. Sedangkan
untuk pensiunan PNS, pensiunan TNI, dan pensiunan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia bisa mendapat layanan Prona asalkan dibuktikan dengan
fotokopi surat keputusan pensiun.
KTP asli dan fotokopi yang sudah dilegalisasi oleh pejabat yang
Tanah negara
berwenang
Kartu Keluarga
Bukti pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) tahun berjalan
Kartu kavlin
Advis planing
Program pemerintah ini juga memiliki ketentuan, terutama mengenai kondisi tanah, yaitu:
1) Ada pemilik tanah, dalam hal ini Anda adalah pemilik tanahnya.
2) Tanah yang Anda ajukan memang benar ada dan lokasinya jelas.
8) Maksimal dua bidang tanah yang bisa diajukan atas nama satu orang
atau satu peserta Prona.
Setelah mengerti kondisi tanah yang lolos program ini, Prona juga mengatur
ketentuan lokasi tanah atau wilayah yang menjadi lokasi prioritas pelayanan, yaitu:
Setelah semua data dan dokumen telah dilengkapi, selanjutnya bisa mengurus
melalui Kantor Pertanahan di kota tempat tinggal.Keputusan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 1995 mengatur biaya
Prona, yaitu Tentang Perubahan Besarnya Pungutan Biaya Dalam Rangka
Pemberian Sertifikat Hak Tanah yang Berasal Dari Pemberian Hak Atas Tanah
Negara, Penegasan Hak Tanah Adat, dan Konversi Bekas Hak Tanah Adat, yang
Menjadi Obyek Proyek Operasi Nasional Agraria.Dalam keputusan tersebut
ditegaskan bahwa lokasi Prona dibebaskan dari kewajiban membayar uang
pemasukan kepada negara dan penerima hak Prona hanya perlu membayar
kewajiban biaya administrasi.
BAB III
PENUTUP