Anda di halaman 1dari 22

Pelaksanaan Pendaftaran Tanah diKecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Hukum Agraria”

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Indri Hadisiswati, M.H.

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Priamitra Dwieka Amnesti Rabbani (126103202177)


2. Salman
3. Imawan

HUKUM TATA NEGARA 6E

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas
mata kuliah Hukum Agraria.

Tugas ini menyajikan penjelasan Sengketa Pendaftaran Tanah di Kec Kauman,


Kabupaten Tulunggaung yang telah kami rangkum sebaik mungkin. Agar pembaca dapat
lebih jelas mengenai observasi kelompok kami.

Namun, tugas ini tidak dapat selesai tanpa ada bantuan dari pihak lain. Maka dari
itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abd. Aziz, S.Ag., M. Pd.I. selaku Rektor UIN SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG yang telah memberikan dukungan kepada kami
dan mengijinkan kami memakai semua fasilitas yang ada di UIN SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG untuk menunjang kelancaran proses
perkuliahan kami.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Ilmu Hukum yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Bapak Muksin, M.H. selaku Koordinator Program Studi Hukum Tata Negara
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Dr. Hj Indri Hadisiswanti M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Lingkungan yang sangat tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan pembelajaran
kepada kami.
5. Civitas akademik UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG yang
telah membantu kami dalam Menyusun tugas ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan kami, maka sekiranya dapat dimaklumi
apabila nantinya di dalam tugas ini banyak terdapat kesalahan. Kami menyadari akan hal
tersebut, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila banyak kesalahan dalam penulisan
ini mohon dimaafkan.

Tulungagung, 17 Maret 2024

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah yang berfungsi ganda bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya
tanah, maka pemerintah harus mengaturnya dengan harapan dapat memberikan
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kepastian kepada pemegang hak. Untuk
melaksanakan hak diperlukan alat bukti berupa sertipikat yang dikeluarkan oleh
Kantor Pertanahan. Meskipun mekanisme penerbitan sertipikat dengan mengacu pada
sistem pendaftaran tanah dengan sistem negatif memiliki kecenderungan positif,
namun tetap menimbulkan permasalahan di bidang pertanahan.
Berawal dari permasalahan tersebut, pemerintah membentuk Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Menyeluruh (PTSL) dengan harapan dapat memberikan
kepastian kepada masyarakat yang memiliki hak atas tanah. PTSL dapat digunakan
untuk mengubah sistem pendaftaran tanah menjadi sistem positif. Status sertipikat
dalam sistem positif, yang berfungsi sebagai bukti hak atas tanah yang mutlak dan
satu-satunya bukti hak atas tanah. Ciri utama dari sistem positif adalah bahwa
pendaftaran tanah/pendaftaran hak atas tanah dijamin dengan sempurna karena nama
yang didaftarkan dalam buku tanah tidak dapat dibantah, sekalipun ternyata pemilik
tanah itu bukan pemilik yang sah.
Kita harus mengakui bahwa sistem negatif memiliki kecenderungan positif
untuk memiliki banyak kelemahan dan karenanya harus dihilangkan. Dan, ke depan,
sistem pendaftaran tanah akan bergeser ke sistem positif, dengan tujuan menciptakan
kepastian hukum dan melindungi kepentingan pemegang hak atas tanah (sertifikat).
Pemohon hak tentunya harus berdasarkan dan/atau berdasarkan itikad baik, serta
kebenaran data fisik dan data yuridis.
Kemudian alasan peneliti meneliti Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung adalah peneliti merasa tempat tersebut adalah tempat yang sesuai dan
relevan untuk dijadikan sebagai kawasan penelitian kelompok kami untuk
pelaksanaan pendaftaran tanah ini.
Setelah peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung, ditumukan beberapa temuan penelitian tentang pelaksanaan
pendaftaran tanah di Kecamatan ini, yang akan peneliti jelaskan di bab temuan
penelitian. Menurut pemerintah Kecamatan Kauman pendaftaran tanah melalui PTSL
tidak pernah ada masalah atau persengketaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung?
2. Bagaimana Penerapan pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman Kabupaten
Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman
Kabupaten Tulungagung.
2. Untuk mengetahui solusi dari sengketa pendaftaran tanah di Kecamatan Kauman
Kabupaten Tulungagung.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hak Hak Atas Tanah


Hak-hak atas tanah termasuk salah satu hak perseorangan atas tanah. Hak
perseorangan atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang
haknya (perseorangan, sekelompok orang secara bersama-sama, badan hukum) untuk
memakai, dalam arti menguasai, menggunakan, dan/atau mengambil manfaat dari
tanah ter tentu. Hak-hak perseorangan atas tanah berupa hak atas tanah, wakaf tanah
Hak Milik, Hak Tanggungan, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Tanah dalam
pengertian yuridis menurut UUPA adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah
adalah hak atas permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran
panjang dan lebar.Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada
pemegang haknya untuk menggunakan tanah dan/atau mengambil manfaat dari tanah
yang dihakinya. Perkataan "menggunakan mengandung pengertian bahwa hak atas
tunah itu digunakan untuk kepentingan bangunan (non-pertanian), sedangkan
perkataan "mengambil man- faat mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu
digunakan untuk kepentingan bukan mendirikan bangunan, misalnya untuk ke
pentingan pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan.
Dasar hukum pemberian hak atas tanah kepada perseorangan atau hadan
hukum dimuat dalam Pasal 1 ayat (1) UUPA, valtu atas dasar hak menguasai dari
negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang- orang, baik seridiri maupun bedama-sama dengan orang-orang lain serta
badan-badan hukum."Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 16 UUPA,
Pasal 53 UUPA, dan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Janah, LNRJ Jahun 1996 No.
58-ILNRI No. 3643.Macam-macam hak atas tanah, yaitu lak Milik. Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak Membuka Tanah,
Hak Memungut Hasil Hutan, Hak Gadal (Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil
(Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan lak Sewa Tanah Pertanian
a. Wakaf Tanah Hak Milik
Wakat tanah Hak Milik diatur dalam Pasal 49 ayat (3) UUPA, yaitu
perwakafan tanah milik dilndungi dan diatur dengan peraturan pemerintah.
Peraturan pemerintah yang dimaksudkan di sini adalah Peraturan Pemerintah No,
28 Jahun 1977 tentang Perwakafan tanah Milik. Menurut Pasal 1 ayat (1) PP No.
28 Tahun 1977,yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum seseorang
atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang
berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk
kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
b. Hak Tanggungan
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, yang
dimaksudkan dengan Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibe bankan pada
hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utarig
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu
terhadap kreditur-kreditur lain
c. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
Secara inplisit Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun diatur dalam Pasal 4 ayat
(1) UUPA, yaitu hak atas tanah dapat diberikan kepada sekelompok orang secara
bersama-sama dengan orang lain. Pada Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,
bidang tanah yang di atasnya berdiri rumah susun, hak atas tanahnya dimiliki atau
dikuasai secara bersama oleh seluruh pemilik satuan rumah susun. Hak atas tanah
yang dapat dimiliki atau dikuasai secara bersama oleh seluruh pemilik satuan
rumah susun dapat berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai
atas tanah negara1
B. Pendaftaran Tanah
Pada tanggal 24 September 1960 disahkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, LNRI Tahun 1960 No. 104-TLNRI
No. 2043. Undang-undang ini lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA). Se- jak diundangkan UUPA, berlakulah Hukum Agraria Nasional
yang mencabut peraturan dan keputusan yang dibuat pada masa Pemerin tahan Hindia
Belanda, antara lain Agrarische Wet Stb 1870 No. 55 dan Agrarische Besluit Stb.
1870 No. 118.

1
Urip Santoso. Hukum Agraria : kajian komprehensif. (Jakarta: KENCANA. 2005), hal. 83 - 86
Pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum
dikenal dengan sebutan rechts cadaster/legal cadaster. Jaminan kepastian hukum yang
hendak diwujudkan dalam pendaftaran tanah ini, meliputi kepastian status hak yang
didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian objek hak, Pendaftaran tanah ini
menghasilkan ser tipikal sebagai tanda bukti haknya. Kebalikan dari pendaftaran
tanah yang rechts cadaster, adalah fiscaal cadaster, yaitu pendaftaran tanah yang
bertujuan untuk menetapkan siapa yang wajib membayar pajak atas ranah.
Pendaftaran tanah ini menghasilkan surat tanda bukti pembayaran pajak atas tanah,
yang sekarang dikenal dengan sebutan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak
Bumi dan Bangunan (SPPT PBB).
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No. 24Tahun 1997
merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah
berdasarkan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang hanya
meliputi: pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah, pendaftaran dan peralihan hak
atas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat. Dari
pengertian pendaftaran tanah tersebut dapat diuraikan unsur-unsurnya, yaitu :
1. Adanya serangkaian kegiatan
2. Dilakukan oleh Pemerintah
3. Secara terus menerus, berkesinambungan
4. Secara teratur
5. Bidang bidang tanah dan satuan rumah susun
6. Pemberian surat tanda bukti hak
7. Hak hak tertentu yang membebaninya.

Soedikno Mertokusumo menyatakan ada dua asas dalam pendaftaran tanah


yaitu : Asas specialiteit dan Asas openbaarheid(asa publisitas), Berdasarkan pasal 2
PP No.24 Tahun 1997 pendaftaran tanah berdasarkan asas :

1. Asas Sederhana
2. Asas aman
3. Asas terjangkau
4. Asas mutakhir
5. Asas terbuka.
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH

Dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa yang mengada kan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah Pemerintah. Namun
dalam pasal ini tidak menyebutkan instansi Pemerintah mana yang mengadakan
pendaftaran tanah tersebut. Begitu pula di dalam Pasal 1 PP No. 10 Tahun 1961 hanya
menyebutkan bah wa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Pendaftaran tanah
Pasal 19 ayat (3) UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan
dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat,keperluan lalu lintas sosial
ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri
Agraria. Pejabat-pejabat yang membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, antara lain:

a. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Peran PPAT dalam pelaksanaan


pendaftaran tanah ialah dalam hal pembuatan akta pemindahan hak dan akta
pemberian Hak Tanggungan atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun.
b. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). Peran PPAIW dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah adalah dalam hal pembuatan Akta Ikrar Wakaf
tanah Hak Milik.
c. Pejabat dari Kantor Lelang.Peran pejabat dari Kantor Lelang dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah adalah dalam hal pembuatan Berita Acara
Lelang atas hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.
d. Panitia Ajudikasi.Peran Panitia Ajudikasi dalam pelaksanaan pendaftaran
tanah adalah dalam hal pendaftaran tanah secara sistematik. Semua kegiatan
dalam pendaftaran tanah secara sistematik dari awal hingga penandatanganan
sertifikat hak atas tanah dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi.

SERTIPIKAT SEBAGAI TANDA BUKTI HAK

Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal
3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, adalah untuk memberikan kepastian
hukum dan perlindungan hukum kepada pe- megang hak atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk memberikan
kepas- tian hukum dan perlindungan hukum, kepada pemegang hak yang
bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.

Dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA dinyatakan bahwa akhir kegiatan
pendaftaran tanah yang diadakan oleh Pemerintah adalah pemberian surat tanda bukti
hak, yang berlaku sebagai alat pembuk- tian yang kuat. UUPA tidak menyebut nama
surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar. Baru pada Pasal 13 ayat (3) Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1961 dinyatakan bahwa surat tanda bukti hak atas tanah
yang didaftar dinamakan sertipikat, yaitu salinan buku tanah dan sural ukur setelah
dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya
ditetapkan oleh Menteri Agraria.2

C. Asas Asas Pendaftaran Tanah


Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa asas-asas pendaftaran tanah
yaitu:
1. Asas Sederhana
Asas ini dimaksudkan agar ketentuan- ketentuan pokonya maunpun
prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak- pihak yang
berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah
2. Asas Aman
Asas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah
perludiselenggarakan secara teliti dan cerat sehingga hasilnya dapat memberikan
jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri
3. Asas Terjangkau
Asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan,
khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi
lemah. Pelayanan yan diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
harus bisa terjangkau oleh pihak yang memerlukan.
4. Asas Mutakhir
Asas ini dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan
berkesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus
menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu diikuti kewajiban mendaftar dan
pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Asas ini
menuntuk dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan
2
Urip Santoso. Hukum Agraria : kajian komprehensif. (Jakarta: KENCANA. 2005), hal. 277 - 315
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu
sesuai dengan keadaan nyata dilapangan.
5. Asas Terbuka
Asas ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau memperoleh
keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap saat di Kantor
Pertanahan Kabupatan/Kota.3
D. Sistem Pendaftaran Tanah
Menurut Boedi Harsono, ada 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah yaitu
sistem pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak
(registration of titles). Dalam sistem pendaftaran hak, setiap penciptaan hak baru dan
perbuatan-perbuatan hukum yang menimbulkan perubahan, kemudian juga harus
dibuktikan dengan suatu akta. Tetapi dalam penyelenggaraan pendaftarannya, bukan
aktanya yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan dan perubahan-
perubahannya kemudian. Akta hanya merupakan sumber datanya. Sistem pendaftaran
hak tampak dengan adanya Buku Tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis
dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertipikat sebagai
surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar.4
Kegiatan pendaftaran tanah dilaksanakan melalui dua cara yaitu :
1. Pendaftaran tanah secara sistematik. Pendaftaran tanah secara sistematik
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran yang belum didaftar dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara
sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu
rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-
wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
2. Pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sporadik adalah
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa
obyek pendaftaran tanah dalam wilayah suatu desa/kelurahan secara individual
atau masal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan
atau inisiatif dari pemilik tanah secara individual atau juga dilakukan oleh

3
Reda manthovani, pendaftaran tanah di indonesia, Kebayoran baru, Jakarta selatan, 2017, hlm.25
4
Urip Santoso. Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011,
hlm. 31-32
beberapa pemilik tanah secara masal dengan biaya dari pemilik tanah itu
sendiri.5

Terjadinya hak milik atas tanah melalui beberapa cara yaitu :

1. Terjadi karena hukum adat ;


Dasar ketentuan tersebut bersumber pada, Pasal 56 yang menentukan
bahwa; Selama Undang-undang mengenai Hak Milik sebagai tersebut dalam
Pasal 50 Ayat (1) belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan-
ketentuan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan lainnya mengenai
hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan
yang dimaksud dalam Pasal 20, sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan
ketentuan-ketentuan Undang- undang ini.6 Terjadinya hak atas tanah menurut
hukum adat biasanya bersumber pada pembukaan hutan yang merupakan
tanah ulayat suatu masyarakat hukum adat. Cara-cara tersebut kemudian akan
di atur supaya tidak terjadi hal-hal yang merugikan kepentingan umum, sebab
pembukaan hutan yang tidak teratur dan membabibuta tentu pada gilirannya
akan menyebabkan akibat yang sangat merugikan.
Pemerintah tidak menentukan dalam bentuk undang-undang melainkan
baru memberikan pedoman untuk dapat menentukan bahwa suatu hukum adat
tersebut masih ada dan berlaku di daerah setempat yaitu berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Negara Agraria/ BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, yaitu
bahwa penentuan masih adanya hak ulayat dan pengaturan lebih lanjut
pelaksanaannya ditentukan lebih lanjut didalam Peraturan Daerah (Perda),
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yang bersangkutan untuk melakukan
penelitian dan penentuan oleh Pemerintah Daerah dengan mengikut sertakan
para pakar hukum adat, masyarakat hukum adat yang ada di daerah yang
bersangkutan, lembaga Swadaya masyarakat dan Instansi yang mengelola
sumber daya alam ( Pasal 6 dan Pasal 5 ayat (1) ).
2. Terjadi karena penetapanpemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang
ditetapkan ;
5
Adrian Sutedi (b), Kekuatan Hukum Berlakunya Sertipikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah,
(Jakarta: Cipta Jaya, 2006), hlm. 29
6
WWW.Bktrn.org. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
Op.Cit, hal 16.
pemerintah diberikan oleh instansi yang berwenang menurut cara dan
dengan syarat-syarat yang ditetapkan dengan peraturan-peraturan pemerintah.
Pemberian hak atas tanah menurut penetapan pemerintah ini diberikan dari
tanah yang semula berstatus tanah negara, atas dasar Peraturan Menteri
Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan
kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah Negara.7 Peraturan ini mencabut ketentuan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian
Hak Atas Tanah.
3. Terjadi karena ketentuan Undang-undang8
Pasal 1 ketentuan konversi, yang menyatakan; Hak Eigendom atas
tanah yang ada pada mulai berlakunya undang- undang ini sejak saat tersebut
menjadi hak milik, kecuali jika yang mempunyai tidak memenuhi syarat
sebagai yang tersebut dalam Pasal 12.9 Untuk memperoleh hak- hak milik atas
tanah tersebut dilaksanakan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1961, sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan tentang kewajiban bagi
Pemerintah dan pemegang hak, untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia di atur dalam Pasal 19 ayat ( 2 ) Undang-
undang Pokok Agraria, Pasal ini meliputi;
a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah;
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat10

E. PTSL
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) juga menawarkan pendaftaran
sertifikasi tanah tanpa birokrasi berbelit.PTSL telah diatur dalam Instruksi Presiden
(Inpres) No. 2 Tahun 2018.

7
Rusmadi Murad, Op.Cit, hal 100.
8
Jayadi setiabudi, Op. Cit, hal 16.
9
Elsa Syarief, Pensertifikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, KPG, Jakarta 2014,hal 12.
10
WWW.Bktrn.org. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
Op.Cit,hal 7.
a. Manfaat PTSL bagi Pemilik Rumah
Tanah yang tidak didaftarkan pada badan pertanahan beresiko akan
bermasalah atau terjadi sengketa. Contoh paling jelas adalah perebutan lahan
yang sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia, baik sengketa antar keluarga
maupun pengusaha, BUMN, dan pemerintah.
Untuk menghindari sengketa yang tidak diinginkan ini, dapat mengklaim
tanah yang dimiliki dengan surat-surat yang lengkap.Sehingga sah dimata hukum
sebagai pemilik tanah tersebut.Dengan kepemilikan sertifikat tanah juga
mempermudah dalam perizinan usaha dan pembangunan di tanah tersebut.
b. Pemutihan Sertifikat Tanah
Untuk mengurus pemutihan sertifikat tanah harus melalui beberapa proses.
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan semua dokumen yang
perlukan dalam mengurus sertifikat tersebut. Diantaranya KK, KTP, Surat tanah,
Batas tanah yang telah disepakati, BPHTB, PPh, dan surat permohonan.
Sebelumnya, pastikan sudah masuk ke dalam kategori masyarakat yang berhak
mengikuti program sertifikasi tanah gratis. Penerbitan sertifikat akan dilakukan
apabila telah melalui proses penyuluhan, pendataan, pengukuran, sidang panitia,
dan pengumuman serta pengesahan persetujuan sertifikat tanah.
c. SyaratPengajuanPTSL

No. Syarat Pengajuan PTSL

1. Dokumen Kependudukan berupa Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP)

2. Surat tanah yang bisa berupa letter C, Akte Jual Beli, Akte Hibaah atau Berita Acara
Kesaksian, dll.

3. Tanda batas tanah yang terpasang. Perlu diingat, tanda batas tanah ini harus sudah
mendapat persetujuan pemiliki tanah yang berbatasan.

4. Bukti setor Bea Perolehan atau Surat Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
Pajak Penghasilan (PPh) .

5. Surat Permohonan atau Surat Pernyataan Peserta.


d. Tahapan Pelaksanaan PTSL

1) Penyuluhan : Tahapan ini dilakukan oleh petugas BPN di wilayah


desa atau kelurahan.Penyuluhan wajib diikuti oleh peserta PTSL.

2) Pendataan : Pada tahap ini, petugas akan menanyakan riwayat


kepemilikan tanah, seperti pemilik sebelumnya, dasar kepemilikan
(apakah warisan, hibah, atau jual beli) dan riwayat pajak (BPHTB
dan PPh)

3) Pengukuran : Petugas akan mengukur dan meneliti batas-batas


kepemilikan lahan. Pada tahap ini, pemohon harus dapat
menunjukkan letak, bentuk bidang, luas tanah, serta batas bidang
tanah.Selain itu, pengukuran lahan harus juga memerlukan
persetujuan dari pemilik tanah yang berbatasan.

4) Sidang Panitia A : Petugas akan meneliti data yuridis dan


melakukan pemeriksaan lapangan. Selain itu, petugas yang terdiri
tiga anggota BPN dan satu orang petugas desa/kelurahan, akan
mencatat sanggahan, kesimpulan dan meminta keterangan
tambahan.

5) Pengumuman dan Pengesahan : Selama 14 hari pengumuman


persetujuan pengajuan sertifikat tanah akan ditempel di kantor desa,
kelurahan atau kantor pertanahan setempat.

6) Penerbitan Sertifikat : Pada tahap ini, pemohon akan menerima


sertifikat. Sertifikat tanah akan diserahkan oleh petugas dari
ATR/BPN kepada pemilik.2

F. PRONA
Proyek Operasi Nasional Agraria atau Prona adalah proses sertifikasi tanah
secara massal yang dilakukan secara terpadu. Sertifikat Hak Milik adalah bukti
kepemilikan tanah yang akan memberikan manfaat besar bagi pemiliknya.
Pada dasarnya, sasaran dari proyek ini adalah seluruh lapisan masyarakat,
tetapi yang diutamakan adalah masyarakat ekonomi lemah.Tentu saja, tujuannya agar
urusan kepemilikan tanah dan sengketa dapat diselesaikan dengan tuntas.
a. Undang-Undang yang Mengatur Prona

Selain diselenggarakan oleh instansi pemerintahan, Prona


juga diatur dalam Kepmendagri No. 189 Tahun 1981 tentang Proyek
Operasi Nasional Agraria. Selain itu, juga diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4
tahun 1995 dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nnomor 12 Tahun 2017. Jadi, sudah jelas bahwa ini
adalah program yang dilindungi oleh pemerintah.
b. Manfaat Ikut Prona
Sebagai pemilik tanah, Anda adalah pihak yang paling diuntungkan dalam
Prona.Berikut manfaat yang bisa Anda rasakan dari program ini.

7) Kepastian hak kepemilikan

8) Kepastian hukum dan perlindungan hukum

9) Meningkatkan nilai ekonomi tanah

10) Ketertiban dan perlindungan administrasi


c. Prioritas Penerima Prona

Meskipun Prona berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat, prioritas Prona


adalah masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah yang
berpenghasilan tidak tetap. Menurut Kantor Pertanahan, contohnya adalah petani,
nelayan, pedagang, peternak, pengrajin, pelukis, buruh musiman, dan lain-lain.
Selain itu, program ini juga berlaku untuk pegawai swasta atau BUMN atau BUMD
yang berpenghasilan di bawah UMR setiap bulannya.

Selain golongan berpenghasilan dan bekerja, Prona juga diprioritaskan kepada


veteran, Pegawai Negeri Sipil pangkat sampai dengan Penata Muda Tk.I (III/d),
prajurit Tentara Nasional Indonesia pangkat sampai dengan Kapten, dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia pangkat sampai dengan Komisaris Polisi.
Tentunya, semua profesi di atas harus dibuktikan dengan surat keterangan asli dari
perusahaan atau instansi terkait.

Prona juga melayani para istri atau suami veteran, istri atau suami Pegawai
Negeri Sipil (PNS), istri atau suami prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri
atau suami anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dibuktikan
dengan fotokopi Surat Keputusan pangkat terakhir dan akta nikah. Sedangkan
untuk pensiunan PNS, pensiunan TNI, dan pensiunan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia bisa mendapat layanan Prona asalkan dibuktikan dengan
fotokopi surat keputusan pensiun.

Pemerintah juga menjamin kepemilikan tanah melalui program ini kepada


janda atau duda pensiunan Pegawai Negeri Sipil, janda atau duda pensiunan
Tentara Nasional Indonesia, janda atau duda pensiunan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang harus dibuktikan dengan fotokopi surat keputusan pensiun
janda atau duda dan akta nikah.

d. Syarat dan Ketentuan Prona

 KTP asli dan fotokopi yang sudah dilegalisasi oleh pejabat yang
Tanah negara
berwenang
 Kartu Keluarga
 Bukti pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) tahun berjalan

 Kartu kavlin

 Advis planing

 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

 Akta jual beli

 Surat Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

 Pajak Penghasilan (PPH)


Tanah adat  KTP asli dan fotokopi yang sudah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang
 Kartu Keluarga

 Bukti pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) tahun berjalan

 Surat riwayat tanah

 Letter C atau girik

 Surat pernyataan tidak sengketa

 Akta jual beli.

 Surat Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

 Pajak Penghasilan (PPH)

Program pemerintah ini juga memiliki ketentuan, terutama mengenai kondisi tanah, yaitu:

1) Ada pemilik tanah, dalam hal ini Anda adalah pemilik tanahnya.

2) Tanah yang Anda ajukan memang benar ada dan lokasinya jelas.

3) Tanah tersebut belum pernah tersertifikasi.

4) Tanah tidak dalam proses sengketa dengan pihak keluarga, negara,


perusahaan, atau pihak manapun.
5) Tanah tidak termasuk dalam kawasan yang dilarang, contohnya jalur hijau,
hutan lindung, taman pemerintah.
6) Ada surat bukti riwayat kepemilikan tanah, seperti surat jual beli, hibah, atau surat
7) Lokasi tanah berada dalam wilayah program yang dibuktikan dengan KTP.

8) Maksimal dua bidang tanah yang bisa diajukan atas nama satu orang
atau satu peserta Prona.

Setelah mengerti kondisi tanah yang lolos program ini, Prona juga mengatur
ketentuan lokasi tanah atau wilayah yang menjadi lokasi prioritas pelayanan, yaitu:

1) Desa miskin atau tertinggal

2) Daerah pertanian subur atau berkembang

3) Daerah penyangga kota, pinggiran kota, atau daerah miskin kota

4) Daerah pengembangan ekonomi rakyat

5) Daerah lokasi bencana alam

6) Daerah permukiman padat penduduk

7) Daerah sekeliling area transmigrasi

8) Daerah penyangga area taman nasional

9) Daerah permukiman baru yang terkena relokasi akibat bencana alam

e. Biaya Prona dan Cara Mengurus Prona

Setelah semua data dan dokumen telah dilengkapi, selanjutnya bisa mengurus
melalui Kantor Pertanahan di kota tempat tinggal.Keputusan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 1995 mengatur biaya
Prona, yaitu Tentang Perubahan Besarnya Pungutan Biaya Dalam Rangka
Pemberian Sertifikat Hak Tanah yang Berasal Dari Pemberian Hak Atas Tanah
Negara, Penegasan Hak Tanah Adat, dan Konversi Bekas Hak Tanah Adat, yang
Menjadi Obyek Proyek Operasi Nasional Agraria.Dalam keputusan tersebut
ditegaskan bahwa lokasi Prona dibebaskan dari kewajiban membayar uang
pemasukan kepada negara dan penerima hak Prona hanya perlu membayar
kewajiban biaya administrasi.
BAB III

PEMAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

Setelah Peneliti melakukan penelitian, ditemukan beberapa temuan penelitian serta


pembahasan sesuai dengan landasan teori sebagai acuan penelitian, temuan dan pembahasan
tersebut sebagai berikut :

1. Prosedur Pendaftaran Tanah di Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung


Menurut Ibu Tri Selaku Staff Kasi Pemerintahan yang mengurus masalah
pertanahan di Kecamatan Kauman, Tulungagung, Pendaftaran tanah di Kecamatan
Kauman menggunakan metode PTSL, yang mana warga akan mendaftarkan sertifikat
tanahnya harus menemui pihak sekda Desanya masing masing, kemudian sekda
mendatangi tanah lokasi guna mengukur luas tanah. Setelah selesai melakukan
pengukuran, sekda meminta data berkas yang pertama adalah C – Desa pemilik awal
tanah tersebut atas nama siapa, kemudian KTP, KK, ahli waris, surat kematian jika
pemilik sudah meninggal, SPPT, Pelunasan tahun berjalan. Kemudian yang kedua
adalah sertifikat yang sudah dipisah dari C desa. Jika masih hidup langsung sertifikat
tas nama orangnya dan jika sudah meninggal memakai surat pernyataan warisan yang
harus dibalik nama ke ahli waris kemudian dijual.
Menurut peneliti langkah langkah pendaftaran tanah tersebut sudah sesuai
dengan aturan dan prosedur yang berlaku, yaitu mengajukan permohonan dengan
syarat syarat KTP, KK, Letter C dari desa dan lain sebagainya.
2. Kendala kendala yang dialami selama proses pendaftaran tanah
Menurut Ibu Tri, kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah ini tidak ada
yang sampai menimbulkan sengketa, hanya saja kendala dalam pelaksanaan ini
biasanya terhambat oleh kurangnya pengetahuan pihak yang ingin mendaftarakan
tanah tentang syarat syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga mengakbatkan proses
yang begitu lama untuk mendaftarkan tanahnya dari letter C-desa ke pemilik baru atau
ahli waris.
BAB V

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai