Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Herliyani 21921053
FAKULTAS HUKUM
JANUARI 2023
1
PENDAHULUAN
jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah.
Tanah tidak saja sebagai tempat bermukim, tempat untuk bertani tetapi juga dipakai
sebagai jaminan mendapatkan pinjaman di bank, untuk keperluan jual beli, sewa
menyewa. Begitu pentingnya, kegunaan tanah bagi kepentingan umum bagi orang
atau badan hukum menuntut adanya jaminan kepastian hukum atas tanah tersebut.1
Kegiatan untuk mengeksploitasi tanah, baik tanah tersebut dalam status hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai akan menimbulkan persoalan
bahwa: tidak seimbangnya antara persediaan tanah dengan kebutuhan manusia itu
demikian pula hubungan antara menusia yang satu dengan manusia lainnya yang
oleh karena hak tersebut dilindungi oleh hak dasar (hak asasi) yang telah ada dan
warga masyarakat maupun sebagai warga negara diatur dengan hukum. Dengan
1
Florianus S.P Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, (Jakarta: Visi Media, 2008)
hlm. 1.
2
K. Wanjik Saleh, Hak Anda Atas Tanag, Ghalia Indonesia, (Jakarta, 1985), hal.7.
2
demikian tingkah laku warga masyarakat dan warga negara adalah merupakan
Disatu sisi berlaku hukum-hukum tanah hak kolonial belanda, tanah yang tunduk
dan diatur Hukum Perdata Barat yang sering disebut Tanah Barat atau Tanah Eropa
misalnya tanah hak eigendom, hak opstall, hak erfpacht dan lain-lainnya.
Penguasaan tanah dengan hak penduduk asli atau bumi putera yang tunduk pada
Hukum Adat yang tidak mempunyai bukti tertulis, yang dipunyai penduduk
setempat sering disebut tanah adat misalnya tanah hak ulayat, tanah milik adat,
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria bagi seluruh
penjajahan antara lain yaitu Agrarische Wet(Stb. 1870 Nomor 55), Agrarische
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta:
Djambatan, 2007), hlm. 1.
3
Kebendaan, salah satunya yang mengatur tentang masalah hak atas tanah.
ketentuan konversi hak-hak atas tanah baik yang diatur oleh hukum adat maupun
yang diatur oleh hukum barat, hal ini disebut dengan nama pembaharuan hak-hak
atas tanah. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa UUPA adalah merupakan
Sehubungan dengan hal tersebut telah dilekuarkan banyak peraturan antara lain :
(a) Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 tahun 1960; (b) Peraturan Menteri Agraria
tentang pendaftaran tanah, yang bisa menjadi objek pendaftaran tanah. Dari
ketentuan tersebut diambil kesimpulan bahwa tanah-tanah yang berasal dari hak-
hak barat tidak bisa didaftar. Jika tanah-tanah ini tidak bisa didaftarkan tentukan
akan merugikan para pemilik tanah, karena mereka tentu akan kehilangan haknya.
Oleh karena itu diperlukan suatu cara agar tanah ini dapat didaftarkan, maka cara
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan konversi terhadap tanah yang
bersumber dari hak barat tersebut. Dengan adanya konversi tanah dari hak-hak barat
mengatur tentang konversi, akan tetapi dalam kenyataanya masih terdapat hak-hak
atas tanah yang berasal dari hak barat yang belum bisa dikonversi sebagaimana
yang diharapkan oleh UUPA. Sehubungan dengan hal tersebut maka lahirlah
Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanag Asal Konversi Hak Barat.
Konversi bekas hak-hak atas tanah itu sendiri merupakan salah satu
5 Tahun 1960. Peraturan Menteri Pertanahan dan Agraria (PMPA) Nomor 2 Tahun
1962 mengatur ketentuan mengenai penegasan konversi dan pendaftaran bekas hak-
hak Indonesia atas tanah secara normatif. Peraturan konversi tersebut merupakan
Bertitik tolak dari ketentuan tersebut, maka berkas pemegang hak yang
akan diberikan hak baru atas tanah tersebut, kecuali apabila tanah tersebut
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah atau menghasilkan Surat
Tanda Bukti Hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.4
4
Agung Raharjo, “Pendaftaran Konversi Tanah Hak Milik Adat oleh Ahli Waris”, Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang, 2010, hlm. 14.
5
PEMBAHASAN
Hak barat merupakan hak atas tanah bagi orang asing yang diatur dalam
berdampingan dua perangkat hukum tanah yaitu, hukum tanah adat dan hukum
tanah barat.6
penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak milik pribadi yang disebut hak
eigendom.7 Hak eigendom atas tanah dinyatakan dalam Pasal 571 Bab Ketiga
mengandung di dalamnya kepemilikan atas segala apa yang ada di atasnya dan
5
N. Karina, Silviana, A., dan Triyono. “Penyelesaian sengketa tanah bekas hak barat (Recht
van verponding) dengan tanah hak pakai di Kota Tegal (Studi kasus Putusan MA Nomor:
1097k/Pdt/2013),” Diponegoro Law Review, (2016): 2.
6
M. Bakri, Unifikasi Dalam Pluralisme Hukum Tanah Di Indonesia (Rekonstruksi Konsep
Unifikasi Dalam UUPA), (Kertha Patrika, 2008), hlm 1.
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia; Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan
Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2003), hlm 184.
8
Elza Syarief, Pensertifikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, (Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia (KPG), 2014), hlm 15.
6
Buku II KUHPerdata sepanjang mengenai bumi, air, dan kekayaan alam yang
Agraria khusus untuk tanah bekas hak eigendom yang dihapus diatur dalam
Kebijaksanaan dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi
Hak-Hak Barat. Sebagai tindak lanjut atas Keputusan Presiden tersebut telah
menegaskan status tanah sebagai tanah yang langsung dikuasai oleh negara,
pada saat berakhirnya hak atas tanah asal konversi hak barat, juga dimaksudkan
Dalam hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 ayat
(1) UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari Negara atas tanah sebagai
yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas tanah
permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan
orang lain serta badan-badan hukum”. Hak penguasaan atas tanah adalah hak
9
S. Nur, “Aspek hukum pendaftaran tanah bekas milik asing sebagai aset pemerintah
daerah. Hasanuddin,” Law Review, (April 2015), hlm. 92.
7
untuk berbuat sesuatu mengenai hak yang dihaki. “Sesuatu” yang boleh, wajib
“penguasaan” dan “menguasai” dapat dipakai dalam arti fisik dan yuridis yang
kewenangan pada subyek pemegang hak atas tanah (pemilik tanah) untuk
yang boleh mempunyai hubungan yang penuh dengan bumi, air, ruang angkasa
perwakilan perusahaan asing, hanya dapat mempunyai hak atas tanah yang
kembali hak atas tanah yang terdapat di Indonesia, di mana sewaktu berlaku
BW dikenal hak hak Barat seperti Hak Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstall.
10
A.P Parlindungan., Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, (Bandung: CV
Mandar Maju, 1998), hlm. 87.
8
Hak Eigendom adalah hak untuk membuat suatu barang secara leluasa
dan untuk berbuat terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak
oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu hak-hak orang lain Hak
Eigendom dapat dikonversi menjadi hak milik, hak guna bangunan atau hak
pakai. Namun apabila terhadap hak eigendom tersebut dibebani hak postal atau
hak erfpacht, maka konversinya harus atas kesepakatan antara pemegang hak
bergerak milik orang lain, dengan kewajiban akan membayar upeti tahunan
orang lain. Hak Opstal menurut Pasal 711 KUHPerdata merupakan hak
bagian kedua yang terdiri dari Pasal I sampai dengan Pasal IX. Salah satu yang
diatur dalam ketentuan konversi adalah keberadaan tanah bekas hak eigendom.
11
Helga Cahyaningrum, “Penguasaan Tanah Bekas Hak Eigendom di Kecamatan
Gombong Kabupaten Kebumen”, Prosiding Ilmu Hukum, Volume 6, No. 2, (2020): 590.
9
KUHPerdata harus memindahkan hak tersebut kepada WNI dalam waktu satu
tahun, bila lalai haknya gugur tanahnya menjadi tanah yang kembali dikuasai
negara.12
menyatakan hak eigendom atas tanah yang ada pada mulai berlakunya undang-
undang ini sejak saat tersebut menjadi hak milik, hanya dimungkinkan jika
subjek hak telah menjadi WNI pada tanggal 24 September 1960. Orang asing,
kewarganegaraan ganda dan badan hukum tidak dapat mempunyai hak milik,
hanya dapat dikonversi menjadi hak guna bangunan dengan jangka waktu 20
tahun. Jika hak eigendom dibebani dengan hak opstal atau hak erfpacht, maka
hak opstal dan hak erfpacht itu menjadi hak guna bangunan, yang membebani
hak milik yang bersangkutan selama sisa waktu hak opstal atau hak erfpacht
Berikut ini akan diuraiakan landasan hukum konversi terhadap hak atas
tanah yang berasal dari tanah hak barat, sebagaimana diuraikan dalam
PASAL I:
(1) Hak Eigendom atas tanah yang ada pada mulai berlakunya Undang-
undang ini sejak saat tersebut menjadi hak milik, kecuali jika yang
12
Dian Aries Mujiburohman, “Legalisasi Tanah-Tanah Bekas Hak Eigendom (Kajian
Putusan Nomor 17/Pdt.G/2014/PN.Pkl),” Jurnal Yudisial, Vol. 14 No. 1 (April 2021): 124.
13
Dian Aries, 124.
10
Pasal 21.
(3) Hak Eigendom kepunyaan orang asing, seorang warga negara yang
(4) Jika hak eigendom tersebut dalam ayat (1) pasal ini dibebani dengan hak
opstal atau hak erfpacht, maka hak opstal dan hak erfpacht itu sejak
tersebut dalam Pasal 35 ayat (1), yang membebani hak milik yang
bersangkutan selama sisa waktu hak opstal atau hak erfacht tersebut
(5) Jika hak eigendom tersebut dalam ayat 3 Pasal ini dibebani dengan hak
opstal atau hak erfpacht, maka hubungan antara yang mempunyai hak
Menteri Agraria
membebani hak eigendom tetap membebani hak milik dan hak guna
bangunan tersebut dalam ayat (1) dan ayat (3) pasal ini, sedang hak-hak
per 24 September 1960, hak eigendomnya dikonversi menjadi hak milik. Jika
14
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum
Tanah, (Jakarta: Djambatan, 1989), hlm. 45.
12
September 1960 dan haknya dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan maka
menjadi Hak Milik atas tanah tersebut. UUPA mengatur hukum pertanahan di
siapa membeberkan bahwa ia mempunyai hak atas kebendaan milik orang lain,
maka ia harus dapat membuktikan hak itu. Kebebasan atas hak milik individu
yang dianut bangsa Barat tidak dapat diterima bangsa Indonesia. Sebab, kultur
bersama.15
Dinyatakan, “Tuhan memberi dunia ini kepada manusia sebagai milik bersama,
15
Elza Syarief, 15.
13
kenyamanan terbesar dari hidup yang dapat mereka peroleh dari-Nya, tidak
bisa diandaikan bahwa Ia maksudkan agar dunia ini harus tetap milik bersama
dan tidak diolah. Ia memberikannya untuk digunakan oleh orang yang rajin dan
Barat tersebut sebagai hukum positif. Namun, di sisi lain, masyarakat Indonesia
(UUPA)
berkaitan dengan tanah. Tanah tidak saja sebagai tempat bermukim, tempat
bank, untuk keperluan jual beli, sewa menyewa. Begitu pentingnya, kegunaan
16
John Locke, The Second Treatise on Civil Government. (New York: Prometheus Books,
1986), hlm. 22
17
Elza Syarief, 15.
14
tanah bagi kepentingan umum bagi orang atau badan hukum menuntut adanya
yang berlaku pada zaman penjajahan antara lain yaitu Agrarische Wet (Stb.
18
Florianus, S.P Sangsun, 1.
19
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta:
Djambatan, Jakarta, 2007), hlm. 1.
20
John M. Echols dan Hassan Shadaly, Kamus Inggris–Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1987), hlm.146.
15
menghasilkan Surat Tanda Bukti Hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.22
Tahun 1960
berlaku tidak serta merta hapus dan tetap diakui, akan tetapi untuk dapat
menjadi hak milik atas tanah sesuai dengan sistem yang diatur oleh UUPA,
21
Bachsab Mustafa, Hukum Agraria Dalam Perspektif, (Bandung: Remaja Karya, 1985),
hlm. 46.
22
Agung Raharjo, 14.
16
atas Tanah, antara lain : Bank-bank yang didirikan oleh Oleh Negara,
mengambil sikap yang human atas masalah hakhak atas tanah sebelum
yang pernah tunduk kepada Hukum Barat dan Hukum Adat harus
tak bergerak milik orang lain, dengan kewajiban akan membayar upeti
tanah milik orang lain. Hak Opstal menurut Pasal 711 KUHPerdata
Menurut Pasal 756 KUHPerdata, Recht van Gebruik adalah suatu hak
23
Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria (Pertanahan) Indonesia Jilid 1, (Prestasi Pustaka
Raya, Jakarta, 2004), hlm. 80.
19
tanah, berasal dari tanah hak barat. Konversi hak atas tanah, berasal dari
hak Indonesia. Konversi hak atas tanah, berasal dari tanah bekas Swapraja.
Khusus konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah hak barat terdapat
3 (tiga ) hak yang dikonversi ke dalam UUPA, yaitu; Hak Eigendom, Hak
Erfpacht, Hak Opstall. Apabila kita cermati arti konversi diatas, bahwa ada
suatu peralihan atau perubahan dari hak tanah tertentu kepada hak tanah
yang lain, yaitu perubahan hak lama yang secara yuridis adalah hak-hak
pasal 16 ayat (1) antara lain hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan,
atas tanah yang berasal dari tanah hak barat, sebagaimana diuraikan dalam
PASAL I:
(1) Hak Eigendom atas tanah yang ada pada mulai berlakunya Undang-
undang ini sejak saat tersebut menjadi hak milik, kecuali jika yang
24
A.P. Parlindungan, Konversi Hak-Hak Atas Tanah, (Mandar Maju, Bandung, 1990), hlm.
21.
20
Pasal 21.
(3) Hak Eigendom kepunyaan orang asing, seorang warga negara yang
(4) Jika hak eigendom tersebut dalam ayat (1) pasal ini dibebani dengan
hak opstal atau hak erfpacht, maka hak opstal dan hak erfpacht itu
bangunan tersebut dalam Pasal 35 ayat (1), yang membebani hak milik
yang bersangkutan selama sisa waktu hak opstal atau hak erfacht
(5) Jika hak eigendom tersebut dalam ayat 3 Pasal ini dibebani dengan
hak opstal atau hak erfpacht, maka hubungan antara yang mempunyai
hak eigendom tersebut dan pemegang hak opstal atau hak erfpacht
21
Menteri Agraria.
membebani hak eigendom tetap membebani hak milik dan hak guna
bangunan tersebut dalam ayat (1) dan ayat (3) pasal ini, sedang hak-
PASAL III:
(1) Hak Erfpacht untuk perusahaan perkebunan besar, yang ada pada
Tahun.
(2) Hak Erfpacht untuk pertanian kecil yang ada pada mulai berlakunya
Agraria.
PASAL V:
Hak Opstall dan hak Erfpacht untuk perumahan, yang ada pada mulai
bangunan tersebut dalam Pasal 35 ayat (1) yang berlangsung selama sisa
PASAL VIII:
22
(2) Terhadap Hak-guna-usaha tersebut Pasal II ayat 2, Pasal III ayat 1 dan
penggolongan konversi hak atas tanah yang bersumber dari hak barat
sebagai berikut:
(Pasal IV ayat 1)
3).
yang berasal dari hak barat sebagaimana diatur dalam UUPA, pendaftarn
hak atas tanah sepanjang pemegang haknya pada saat ketentuan konversi
berlaku adalah Warga Negara Indonesia tunggal maka hak itu akan
kepemilikan sebelum berlakunya UUPA harus diubah status hak atas tanah
status hak atas tanah tersebut yaitu dengan mendaftarkan tanah tersebut
untuk diberikan bukti kepemilikan yang baru, yaitu sertifikat hak atas
tanah, dengan catatan hal itu dilakukan sebelum jangka waktu yang
pendaftaran hak atas tanah tidak dilakukan maka hak atas tanah akan
a. Jika pemohon memiliki bukti hak atas tanah yang diakui berdasarkan
tanah, yaitu:
Sedangkan jika bukti tertulisnya senuanya tidak ada lagi maka harus
fisik, yaitu selama 20 tahun demikian disebutkan didalam pasal 24 ayat (2)
menguasainya.
3) Penguasaan tanah itu tidak pernah diganggu gugat dan diakui serta
tersebut.
palsu.
sebagai berikut:
b. Hak atas tanah yang bukti kepemilikannya tidak ada tetapi telah
girik/ letter
waris.
5) Kartu keluarga.
8) Surat ukur/ gambar situasi (bila sudah ada dan masih dapat
digunakan).
adalah:
3) Kartu Keluarga.
7) Surat ukur/ gambar situasi (apabila sudah ada dan masih dapat
digunakan).
tanah asal konversi hak barat, pasal 1 ayat (1); “Tanah Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan hak pakai asal konversi hak barat,
29
b. Surat pengantar.
e. Identitas pemohon
Badan Keagamaan, dan Badan Sosial yang ditunjuk pemerintah. Hak ini
bersifat turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah, dengan mengingat fungsi sosial tanah, maka jangka waktu
berlakunya hak milik dalah untuk waktu yang tidak ditentukan. Terhadap
hak ini juga dapat hapus, apabila; (1) Karena pencabutan hak, (2) Karena
30
Sementara itu terhadap hak guna usaha, hak guna bangunan, dan
25
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
26
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Dan Hak Pakai Atas Tanah.
31
langsung oleh negara atau milik orang lain, jangka waktu berlakunya
e. Hak milik atas satuan rumah susun; hak milik ini diberikan atas
KESIMPULAN
Hak barat merupakan hak atas tanah bagi orang asing yang diatur dalam
di mana sewaktu berlaku BW dikenal hak hak Barat seperti Hak Eigendom, Hak
siapa membeberkan bahwa ia mempunyai hak atas kebendaan milik orang lain,
maka ia harus dapat membuktikan hak itu. Kebebasan atas hak milik individu yang
dianut bangsa Barat tidak dapat diterima bangsa Indonesia. Sebab, kultur bangsa
berlakunya UUPA untuk masuk kedalam sistem dari UUPA, atau dengan kata lain
adanya peralihan, perubahan (omzetting) dari suatu hak kapada suatu hak lain.
Adapun yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan konversi hak atas tanah
adalah bagian kedua UUPA tentang ketentuan-ketentuan konversi yang terdiri atas
9 (sembilan) pasal yang mengatur tiga jenis konversi yaitu; konversi hak atas tanah
yang bersumber dari hak-hak Indonesia, konversi hak atas tanah bekas Swapraja
dan konversi hak atas tanah yang berasal dari hak-hak barat. Khusus mengenai hak
atas tanah yang berasal dari hak-hak barat seperti, hak eigendom, hak opstal, hak
UUPA dinyatakan bahwa semua hak yang ada sebelum berlakunya UUPA beralih
menjadi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. Dengan
hak-hak lama, juga sebagai maksud penyederhanaan hukum dan upaya untuk
konversi bagi hak-hak barat telah berakhir sejak tanggal 24 September 1980, berarti
telah diberikan jangka waktu yang relatif lama sampai 20 tahun sejak
dimaksudkan untuk mengakhiri sisa-sisa hak barat atas tanah di Indonesia dengan
segala sifatnya yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dengan
demikian setiap hak atas tanah barat hanya dapat dikonversi sesuai jangka waktu
yang telah ditetapkan, apabila lewat jangka waktu tersebut maka hak atas tanah
tersebut akan dibawah kekuasaan negara. Selanjutnya bukti hak atas tanah yang
muncul setelah jangka waktu tersebut, maka kepada pemegang hak diharuskan
pendaftaran tanah.
Untuk selanjutnya akan di proses sebagai pemegang hak yang sah atas
tanah. Pemberlakuan ketentuan konversi terhadap hak-hak atas tanah yang berasal
dari hak barat meliputi 2 kondisi yakni; (1) hak-hak yang dapat dikonversi
langsung, (2) pengakuan hak/ penegasan konversi, jadi setiap hak-hak atas tanah
35
perlu dilakukan legalisasi kepemilikan hak baik secara fisik maupun yuridis,
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Perundang-undangan
Agraria
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak
2. Buku
Gramedia, 1987.
Locke, John. The Second Treatise on Civil Government. New York: Prometheus
Books, 1986.
1985.
37
1990.
Saleh, K. Wanjik. Hak Anda Atas Tanag, Ghalia Indonesia. Jakarta, 1985.
Sangsun, Florianus, S.P. Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah. Visi Media,
Jakarta, 2008.
3. Jurnal
Karina, N., dkk. “Penyelesaian Sengketa Tanah Bekas Hak Barat (Recht Van
(2016).
Nur, S. “Aspek Hukum Pendaftaran Tanah Bekas Milik Asing Sebagai Aset
4. Lain-lain
38
Raharjo, Agung. “Pendaftaran Konversi Tanah Hak Milik Adat oleh Ahli