Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMETER

HUKUM AGRARIA

NAMA PEBRIYANA
NIM 2017303088
KELAS 6 HTN B

Jawaban:

1. Politik hukum pertanahan di indonesia pasca reformasi menempatkan tanah sebagai


objek landreform yang memiliki tujuan untuk pemerataan kepemilikan tanah pertanian
/ perkebunan, pada realitanya menjadi tidak efektf karena adanya kekuatan instansi
sektoral yang mendukung libralisme yang mempunyai kekuatan dan berpengaruh
cukup besar terhadap kebijakan yang di buat pemerintah. Semangat kebijkan
kapitalistik dan liberal sangat berpengaruh terhadap politik pertanahan yang di hasilkan
di Indonesia, kebijakan yang dihasilkan seolah masih melanjutkan praktik yanhg sudah
ada pada masa orde baru, bahkan kebijakan tersebut semakin meningakat dengan
adanya kebijakan pertanahan sektoral. Meskipun arah politik hukum dan pertanahan
di satu sisi telah menimbulkan kemajuan pembangunan perkebunan dan property
namun di pihak lain politik pertanahan tersebut telah menimbulkan dampak negatif
yakni terjadinya kesenjangan terhadap kepemilikan, penguasaan dan pemanfaatan dari
tanah.
Sepertihalnya kebijakan Food Estate yang mebuka jutaan tanah pertanian
pangan baru, yang dalam pengeolaanya di serahkan kepada perusahaan sekala besar
bukanya di serahkan kepada petani yang jelas-jelas mengetahuin seluk beluk dari tanah
tersebut. Akibatnya banyak tanaman yang gagal panen di lahan foot estate karena
kurangnya pengetahuan perusahan terhadap struktur tanah. Adapun koreksi terhadap
politik hukum agraria yakni dengan mengurangi kebijakan yang bersifat sektoral dan
berorientasi kepada pertumbuhan.
2. Pasal 33 UUD 1945 merupakan salah satu sumber hukum formil agraria, pasal 33 ayat
3 yang berbunyi “ bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamya di
kusai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pada pelaksanaanya undang-undang tersebut belumlah maksimal, dikarenakan adanya
multitafsir dari pemaknaan HMN (hak menguasai negara) yang sesuai dengan
kepentingan masing-masing, yang seolah-olah negara memiliki bumi, air dan kekayaan
alam. pada dasranya HMN bukan dalam makna negara memiliki melainkan seharusnya
di maknai bahwa negara hanya merumuskan kebijakan, melakukan pengaturan,
pegawasan dan pengelolaan. Yang terjadi saat ini banyak kebijakan dari pemerintah
yang merampas tanah-tanah masyarakat lokal untuk kepentingan investor dengan dalih
hak menguasai negara, hal inilah yang seharusnya mendapat pengawasan yang lebih
dalam pelaksanaan HMN.
3. Gagasan utama buku Konstiusionlaisme Agraria Bab IX mengenai Tiga Konsepsi
Penguasaan Negara atas Tanah dan Sumber Daya Alam Lainya.
Adapun gagasan utama dari pembahasan bab ini yakni mengenai perkembangan
dan perbedaan konsepsi penguasaan negara atas tanah dan sumber daya alam lainya,
yang pernah di kembangkan di Indonesia ke dalam tiga konsepsi. Pertama, prinsip
Domein Verklaring yang merupakan sebuah konsepsi yang di kembangkan pada masa
Kolonial, Prinsip Domein Verklaring merupakan sebuah konsepsi dimana barang siapa
yang tidak bisa membuktikan kepemilikan tanah secara tertulis ( masyarakat pribumi)
maka tanah itu menjadi milik negara/domein Negara. Kedaan ini berbanding terbalik
dimana seharusnya pemerintahlah yang harus membuktikan suatu tanah menjadi
domein negara bukanya orang pribumi yang mempunyai hak atas tanah yang harus
membuktikan bahwa orang tersebut benar-benar pemilik tanah yang sah. Prinsip ini
digunakan kolonial untuk memperluas penguasaan kolonial terhadap rakyat pribumi.
Kedua, konsepsi Hak Menguasai Negara yang di perkenalkan melalui UUPA 1960
dan sejumlah peraturan perundang-undangan setelahnya. Hak Menguasai Negara
memberikan kuasa kepada negara untuk mengatur peruntukan dan hubungan-hubungan
hukum berkaitan dengan tanah dan sumber daya alam lainya, yang berlaku baik di atas
tanah yang sudah ada pemiliknya maupun tidak ada pemiliknya di Republik Indonesia.
Serta penguasaan masyarakat hukum adat di batasi sepanjang masih ada dan tidak
pertentangan dengan kepentingan nansional. Dan yang ketiga, konsepsi Konstitusional
Penguasaan Negara atas tanah dan sumber daya alam lainya yang berkembang dalam
putusan Mahkamah Konstitusi. konsepsi Konstitusional Penguasaan Negara, yang di
bentuk dari prinsip-prnsip putusan Mahkamah Konstitusi dimana penguasaan negara
di batasi oleh keberadaan hak individu dan hak masyarakat hukum adat.
Analisis:
Berawal dari konsepsi Domein Verklaring yang penguasaan tanah hak milik
dan tanah sisa oleh kolonial, dan beralih menjadi Hak Menguasai Negara yang dimana
menguasai semua tanah dan sumber daya alam lainya, serta penguasaan masyarakat
hukum adat di batasi sepanjang masih ada dan tidak pertentangan dengan kepentingan
nansional, serta konsepsi Konstitusional Penguasaan Negara, yang di bentuk dari
prinsip-prnsip putusan Mahkamah Konstitusi, dimana penguasaan negara di batasi
oleh keberadaan hak individu dan hak masyarakat hukum adat. Pada dasarnya
penguasaan tanah yang dimiliki oleh negara yang dilakukan untuk mengatur
peruntukan dan penggunaan dari tanah untuk memberikan manfaat dan kesejahteraan
masyarakat banyak, pada praktiknya hak menguasai negara menjadi biang
permasalahan dari konflik-konflik agraria yang terjadi di Indonesia saat ini.
Perampasan-perampasan tanah rakyat untuk pembangunan maupun konservasi dengan
dalih hak menguasai negara nyatanya dilakukan hanya untuk kepentingan penguasa itu
sendiri.
Konflik agraria yang kerap terjadi terkait konflik sektoral, yang muncul akibat
dari kebijakan negara yang mendorong terjadinya kesenjangan sosial ekonomi dan
kemiskinan di daerah yang kaya akan sumber daya alam. Para pelaku ekonomi dan
investor yang dengan mudahnya memperoleh akses dan asset yang bersekala besar atas
kebijakan yang di berikan pemerintah maupun pemerintah daerah. Yang tentunya hal
tersebut sangat merugikan bagi masyarakat lokal yang pada akhirnya konflik tersebut
berujung pada tindakan kekerasan sebagai salah satu upaya penolakan dari masyarakat
lokal. Hal tersebut terjadi karena pada implementasinya hak menguasai negara
mengalami multitafsir sesuai dengan kepentingan dari masing-masing bidang, serta
makna dan substansi hak menguasai negara yang belum seluruhnya tercemin dalam
undang-undang sehingga penyelenggara negara tidak maksimal dalam melaksanakan
kewenangan tersebut, dan lemahnya pelaksanaan peraturan yang masih kuat akan
politik razim. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah yakni dengan memfokuskan
penyelesaian sengketa agraia dengan merevisi UUPA yang di harapkan menjadi
penguatan institusi rakyat.

Refrensi:

Arizona, Yance. (2014). Konstitusionalisme Agraria. Yogyakarta: STPN Press

Triningsih, Anna. (2020). Penguasaan Negara atas Sumber Daya Air Sebagai Upaya
Mendukung Ekonomi. Jurnal Legalisasi Indonesia, 17(3), 353.
Silviana, Ana. (2018). Politik Hukum Pertanahan Prismatik Mewujudkan
Kesejahteraan Rakyat dalam Kepemilikan Tanah. hal. 10-13.

Anda mungkin juga menyukai