Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : SUBHANI
NIM : 2001472
MATA KULIAH : HUKUM PERTANAHAN
DOSEN : Dr. H. ABDUL HALIM, S.H., M.H.
MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM
SULTAN ADAM BANJARMASIN

SOAL !
1. Jelaskan makna konsep menguasai negara terhadap tanah ?
2. Jelaskan definisi sengketa pertanahan, konflik pertanahan,
serta bagaimana pendapat dan analisis saudara melihat
sengketa, konflik dan perkara pertanahan di Indonesia saat ini?

JAWABAN:
1. Makna dan Substansi Hak Menguasai Negara atas Tanah
Hak menguasai negara menurut UUD 1945 harus dilihat
dalam konteks hak dan kewajiban negara sebagai pemilik
kekuasaan yang mengemban tugas menciptakan
kesejahteraan rakyat. Kedudukan negara sebagai badan
penguasapemilik kekuasaan itu adalah pengejawantahan dari
faham pola hubungan antara perseorangan dengan
masyarakat dalam konsepsi hukum adat yang kristalisasi
nilai-nilainya terumuskan dalam Pembukaan UUD 1945,
sehingga hak menguasai negara mengandung didalamnya
untuk melaksanakan hak dan kewajibannya yang melahirkan
kekuasaan, wewenang bahkan daya paksa.
Dengan demikian pengertian hak menguasai negara
adalah kewenangan yang dimiliki oleh negara yang
berisiwewenang, mengatur, merencanakan,
mengelola/mengurus serta mengawasipengelolaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah baik dalam hubungan
antaraperseorangan, masyarakat dan negara dengan tanah
maupun hubungan antaraperseorangan, masyarakat dan
negara satu dengan lainnya yang berkaitan dengan tanah.
Kewenangan negara untuk mengatur, mengurus dan
mengawasi hak atas tanahbaik yang ada pada perseorangan,
masyarakat dan negara berhubungan erat dengan konsep
keseimbangan antara hak dan kewajiban yang didalamnya
mengandung unsur bahwa setiap hak terdapat di dalamnya
kewajiban, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian tiap
perseorangan, masyarakat maupun negara berdasar
hakmasing-masing pada hakekatnya mempunyai kewajiban
untuk : a) memanfaatkan tanah secara nyata bagi peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, b) melindungi
dan menjamin segala hak-hak rakyat atas tanah, c) mencegah
segalatindakan yang menyebabkan rakyat tidak mempunyai
kesempatan atau kehilanganhak atas tanah.
Negara dalam kedudukannya sebagai badan penguasa
mempunyai kekuasaan untuk dipaksakan, melaksanakan
segala ketentuan tersebut di atas. Dengan demikian makna
dari hak menguasai negara adalah tuntutan negara terhadap
perseorangan, masyarakat dan negara sendiri untuk
melaksanakan haksesuai dengan kewajiban yang dibebankan
kepadanya dalam bentuk memanfaatkan tanah, melindungi
dan menjamin hak-hak pihak lain serta mencegah tindakan
yang menyebabkan pihak lain kehilangan kesempatan atau
hak atas tanah.Dasar struktur hubungan penguasaan atas
tanah antara perseorangan, masyarakat dan negara tersebut
di atas diyakini merupakan dasar yang akan mengantarkan
bangsa Indonesia kepada kejayaan di masa depan.
Oleh karena itu negara sebagai organisasi kekuasaan
bangsa serta kedudukannya sebagai badan penguasa dalam
menjalankan fungsi mengatur, mengurus dan mengawasi
didalamnya mengandung substansi yakni tercapainya sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Tanpa kekuasaan negara yang
demikian maka mustahil kesejahteraan rakyat berkaitan
dengan tanah akan tercapai. Namun demikian, kekuasaan
negara jugaharus dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip
yang terkandung dalam pokokpikiran pembukaan UUD 1945,
konstitusi maupun peraturan perundang-undangan yang
berlaku sehingga sikap tindak negara melalui
pemerintahannya tidak saja mempunyai legitimasi yang sah
namun juga sesuai dengan tahap-tahapperkembangan
kesejahteraan yang diharapkan.

2. Sengketa Pertanahan, Konflik Pertanahan


Sengketa atau konflik pertanahan menjadi persoalan yang
kronis dan bersifat klasik serta berlangsung dalam kurun
waktu tahunan bahkan puluhan tahun dan selalu ada dimana-
mana. Sengketa dan konflik pertanahan merupakan bentuk
permasalahan yang sifatnya komplek dan multi dimensi1.
Sudah merupakan fenomena yang inheren dalam sejarah
kebudayaan dan peradaban manusia, terutama sejak masa
agraris dimana sumber daya berupa tanah mulai memegang
peranan penting sebagai faktor produksi untuk memenuhi
kebutuhan manusia2.

1 Sumarto, “Penanganan dan Penyelesaian Konflik Pertanahan dengan

Prinsip Win-Win Solution oleh Badan Pertanahan nasional RI” Disampaikan pada
Diklat Direktorat Konflik Pertanahan Kemendagri RI tanggal 19 September, 2012.
Hlm 2
2 Hadimulyo, “Mempertimbangkan ADR, Kajian Alternatif Penyelesaian

Sengketa di Luar Pengadilan” ELSAM : Jakarta. 1997. Hlm 13.


Berkaitan dengan pengertian Sengketa Pertanahan dapat
dilihat dari dua bentuk pengertian yaitu pengertian yang
diberikan para ahli hukum dan yang ditegaskan oleh peraturan
perundang-undangan.
Menurut Rusmadi Murad3 sengketa hak atas tanah, yaitu:
timbulnya sengketa hukum adalah bermula dari pengaduan
sesuatu pihak (orang/badan) yang berisi keberatan-keberatan
dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah,
prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat
memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.Lebih lanjut menurut
Rusmadi Murad, sifat permasalahan sengketa tanah ada
beberapa macam, yaitu :
1. Masalah atau persoalan yang menyangkut prioritas
untuk dapat diterapkan sebagai pemegang hak yang
sah atas tanah yang berstatus hak, atau atas tanah
yang belum ada haknya.
2. Bantahan terhadap suatu alas hak/bukti perolehan
yang digunakan sebagai dasar pemberian hak (perdata).
3. Kekeliruan atau kesalahan pemberian hak yang
disebabkan penerapan peraturan yang kurang atau
tidak benar.
4. Sengketa atau masalah lain yang mengandung aspek-
aspek sosial praktis/bersifat strategis.
Menurut Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 1
Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa
Pertanahan, Pasal 1 butir 1 : Sengketa Pertanahan adalah
perbedaan pendapat mengenai, keabsahan suatu hak,

3 Rusmadi Murad, “Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah” Bandung :

Alumni, 1999. Hlm 22-23.27


pemberian hak atas tanah, dan pendaftaran hak atas tanah
termasuk peralihannya serta penerbitan bukti haknya, anatara
pihak yang berkepentingan maupun antara pihak-pihak yang
berkepentingan dengan instansi dilingkungan Badan
Pertanahan Nasional4.
Dalam memberi pengertian sengketa pertanahan ada dua
istilah yang saling berkaitan yaitu sengketa pertanahan dan
konflik pertanahan. Walaupun kedua istilah ini merupakan
kasus pertanahan, namun dalam Peraturan Kepala BPN Nomor
3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan, jelas membedakan pengertian
kedua istilah tersebut. Dalam Pasal 1 butir 2 diterangkan
bahwa5: Sengketa pertanahan yang disingkat dengan sengketa
adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan,
badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas
secara sosio-politis. Sedangkan Konflik pertanahan yang
disingkat konflik adalah perselisihan pertanahan antara orang
perseorangan, kelompok, golongan, oeganisasi, badan hukum,
atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah
berdampak luas secara sosio-politis.
Selanjutnya dalam Petunjuk Teknis Nomor
01/JUKNIS/D.V/2007 tentang Pemetaan Masalah dan Akar
Masalah Pertanahan, disebutkan bahwa : Sengketa adalah
perbedaan nilai, kepentingan, pendapat dan atau persepsi
antara orang perorangan dan atau badan hukum (privat atau
publik) mengenai status penguasaan dan atau status
kepemilikan dan atau status penggunaan atau pemanfaatan

4 Lihat Pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 1

Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan.


5 Lihat Pasal 1 butir 2 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan


atas bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu, atau status
keputusan Tata Usaha Negara menyangkut penguasaan,
pemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan atas bidang
tanah tertentu.
Sedangkan Konflik adalah nilai, kepentingan, pendapat
dan atau persepsi antara warga atau kelompok masyarakat
dan atau warga atau kelompok masyarakat dengan badan
hukum (privat atau publik), masyarakat dengan masyarakat
mengenai status penguasaan dan atau status kepemilikan dan
atau status pengguanaan atau pemanfaatan atas bidang tanah
tertentu oleh pihak tertentu, atau status penggunaan atau
pemanfaatan atas bidang tanah tertentu serta mengandung
aspek politik, ekonomi dan sosial budaya.

Analisis Permasalahan Sengketa, Konflik Dan Perkara


Pertanahan Di Indonesia
Permasalahan pertanahan menjadi isu yang selalu
muncul dan selalu aktual dari masa ke masa, seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi,tuntutan pembangunan, peningkatan kesadaran
masyarakat tentang hukum dan hak-hak asasi, serta semakin
meluasnya akses berbagai pihak untk memperoleh tanah
sebagai modal dasar dalam berbagai kepentingan. Mengingat
isu yang menjadikan bertambahnya konflik pertanahan selalu
muncul dengan bertambahnya jumlah penduduk, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi,tuntutan pembangunan,
peningkatan kesadaran masyarakat tentang hukum.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Negara (ATR/BPN) mencatat hingga Oktober 2020, sengketa
konflik dan perkara pengadilan mengenai pertanahan
berjumlah 9.000 kasus. Jumlah kasus konflik pertanahan ini
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam membantu mengurangi akar masalah dan
menekan angka kasus sengketa, konflik dan perkara
pertanahan, diperlukan strategi dalam pencegahan dan
penanganan kasus pertanahan. Di samping itu, dibutuhkan
keseriusan dengan memberikan perhatian khusus dalam
penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang
terjadi di Indonesia.
Agar tidak terjadi konflik pertanahan, langka pencegahan
yang harus dilakukan adalah:
1. Penertiban administrasi pertanahan yang berkaitan
dengan sumber konflik;
2. Tindakan proaktif untuk mencegah dan menangani
potensi konflik;
3. Penyuluhan hukum dan atau sosialisasi program
pertanahan;
4. Pembinaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;
5. Pemetaan tanah-tanah yang rawan konflik, baik tanah
milik Negara, milik pengusaha, maupun milik
masyarakat hukum adat.

Anda mungkin juga menyukai