Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : SUBHANI
NIM : 2001472
MATA KULIAH : HUKUM PERKEBUNAN KEHUTANAN
DOSEN : Dr. H. AKHMAD SYAUFI, S.H., M.H.
MAGISTER ILMU HUKUM
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SULTAN ADAM BANJARMASIN

SOAL !
1. Apa makna dari asas manfaat dan lestari dalam UU Kehutanan?
Jelaskan!
2. Permasalahan perusakan hutan akibat legal logging dan illegal
logging di Indonesia bukanlah hal yang baru. Sejak awal
reformasi isu di sektor kehutanan itu telah menjadi kejahatan
yang sedemikian marak. Bagaimana bentuk pelanggaran
hukum kehutanan dan berikan minimal satu contoh konkrit!
3. Bagaimana proses peradilan terhadap pelanggaran hukum
kehutanan ?
4. Apa yang menjadi pokok pikiran dalam tugas makalah yang
saudara kerjakan?

JAWABAN:
1. Makna daari asas manfaat dan lestari
Pasal 2 Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang
kehutanan menyatakan asas-asas dalam penyelenggaraan
kehutanan di Indonesia salah satunya adalah asas manfaat
dan lestari yang bermakna agar setiap pelaksanaan
penyelenggaraan kehutanan memperhatikan keseimbangan
dan kelestarian unsur lingkungan, sosial, budaya, dan
ekonomi atau pemanfaatan sumber daya hutan harus dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Selain itu juga agar setiap pelaksanaan
penyelenggaraan kehutanan memperhatikan keseimbangan
dan kelestarian unsur lingkungan, sosial dan budaya, serta
ekonomi.

2. Bentuk pelanggaran hukum kehutanan adalah sebagai


berikut :
a) Merusak sarana dan prasarana
perlindungan hutan serta menimbulkan
kerusakan hutan (Pasa178 (1) UU No. 41 Tahun
1999.
b) Membakar Hutan (Pasa178 ayat 2 dan 3 UU No. 41
Tahun 1999).
c) Menebang pohon dan memiliki hasil hutan secara
ilegal (Pasal 78 (3) UU No. 41 Tahun 1999).

Contoh Kongkrit adalah


a) Kebakaran lahan yang dilakukan secara sengaja
atau pun dikarenakan kelalaian.
b) Pembalakan liar atau penebangan liar (bahasa
Inggris: illegal logging) adalah kegiatan penebangan,
pengangkutan dan penjualan kayu yang merupakan
bentuk ancaman faktual disekitar perbatasan yang
tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas
setempat.
3. proses peradilan terhadap pelanggaran hukum kehutanan
adalah sebagai berikut:
Tahap yang terpenting dari suatu proses peradilan adalah
pemeriksaan di persidangan. Untuk memberikan efek jera
kepada pelaku atau calon pelaku yang lain, maka pidana yang
diterapkan terhadap tindak pidana di bidang kehutanan
harus dijatuhkan secara optimal dan syukur jika bisa
dijatuhkan secara maksimal. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa kejahatan di bidang kehutanan
menimbulkan dampak yang sangat luas, tidak saja
menimbulkan kerusakan hutan dan lingkungan, tetapi juga
merugikan negara dalam skala yang sangat besar. Di samping
itu khusus untuk kejahatan illegal logging yang dilakukan
secara terorganisir oleh sindikat yang sangat rapi, dampak
yang ditimbulkan tidak hanya merugikan negara tetapi juga
memberikan kerugian pada merosotnya kepercayaan
internasional.
Hal ini terjadi karena banyak kayu-kayu yang berasal dari
Indonesia yang dicuri dan diselundupkan (dijual) ke luar
negeri dengan harga yang sangat murah, sehingga
memerosotkan nilai jual kayu Indonesia yang diekspor secara
resmi. Upaya pemberantasan tindak pidana di bidang
kehutanan harus dilakukan melalui koordinasi yang erat
antara aparat penegak hukum, dalam arti mereka
bersungguhsungguh untuk memberantas kejahatan jenis ini
karena menimbulkan kerugian yang sangat besar dan luas.
4. Pokok pikiran dalam tugas makalah yang saya kerjakan
adalah
Bahwa supremasi hukum belum berdiri tegak dalam
penegakan hukum terhadap pelanggaran atau tindak pidana
pembakaran lahan/hutan. Bahwa banyak faktor politis,
sosial, dan ekonomi yang menjadi penghambat supremasi
hukum dalam berdiri kokoh. Bahwa esensi prefentif dari
aturan hukum dalam penerapan sanksi bagi para pelanggar
tidak dapat dirasakan mengingat masih belum tegaknya
secara utuh aturan hukum itu sendiri.
Bahwa andil terbesar dalam belum tegak lurusnya aturan
hukum diterapkan diemban oleh instansi dan aparat penegak
hukum itu sendiri yang tidak menjalankan amanah dan
tanggung jawab tugasnya sebagaimana yang diamanahkan
oleh undang-undang dan peraturan lainnya.
Bahwa efek domino dari tidak hadirnya marwah hukum
dan penegakan hukum serta aparatus berkaitan
menyebabkan dimungkinkannya pelanggaran-pelanggaran
dan tindak pidana serupa terus terjadi dan sulit
ditanggulangi.
Bahwa tindak pidana yang berdampak buruk sangat luas
bagi masyakarat secara umum, khususnya dalam aspek
kesehatan, menjadikan hal ini merupakan sebuah kejahatan
laten yang harus kita perangi bersama-sama. Bahwa sangat
diperlukan penguatan cengkraman aturan hukum dan
pendisiplinan aparatus penegaknya dalam rangka perang
terhadap kejahatan laten ini.

Anda mungkin juga menyukai