Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arif Ramadhan

NIM : 8111418382
Mata Kuliah : Hukum Lingkungan
SKS :2
Semester/Tahun : Gasal/2019
Prodi/Jurusan : Ilmu Hukum
Pengampu : Dr. Suhadi, S.H., M.Si.

1. Negara memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan untuk mewujudkan


pembangunan berkelanjutan. Asas tanggung jawab negara (state responsibility)
demikian, sebagaimana ditentukan pada Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, memiliki
pengertian yang cukup luas, termasuk pula dengan mengkaitkan paradigma yang
melibatkan peran serta masyarakat (community based management) tersebut.
Karena itu, tanggung jawab negara dapat dikaitkan dengan tugas-tugas dan fungsi
semua aparat dalam menjalankan pemerintahan yang baik (good governance). Good
governance hanya bisa dicapai apabila pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
berpedoman kepada konsep rule of law, yang mempunyai lima karakteristik sebagai
berikut:

1. pemerintah melaksanakan kewenangannya berdasarkan supremasi hukum;

2. pemerintah menjamin kepastian hukum;

3. pemerintah harus menciptakan hukum yang responsif yang mampu menyerap


aspirasi masyarakat;

4. pemerintah harus melaksanakan hukum secara konsisten dan non diskriminatif


melalui penciptaan mekanisme menjalankan sanksi;

5. pemerintah harus menciptakan dan menjamin terlaksananya independen


peradilan.

Sebagai contoh negara harus mengusut tuntas masalah kebakaran lingkungan yang
terjadi hampir setiap tahun di pulau sumatra dan kalimantan dengan menerapkan
karakteristik good governance di atas.

(Jurnal Hukum No. 2 Vol. 18 April 2011: 212 - 228)

2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Amdal


adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Ada beberapa sektor usaha yang wajib memiliki amdal sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2019 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yaitu:

Bidang Multi Sektor

Bidang Multisektor berisi jenis kegiatan yang bersifat lintas sektor. Jenis kegiatan
yang tercantum dalam bidang multisektor merupakan kewenangan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Nonkementerian terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.

Bidang Pertahanan

Secara umum, kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas militer dengan


skala/besaran tertentu berpotensi menimbulkan dampak penting antara lain potensi
terjadinya ledakan serta keresahan sosial akibat kegiatan operasional dan
penggunaan lahan yang cukup luas.

Bidang Pertanian

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan
kualitas air akibat kegiatan pembukaan lahan, persebaran hama, penyakit dan gulma
pada saat beroperasi, serta perubahan kesuburan tanah akibat penggunaan
pestisida/herbisida. Di samping itu sering pula muncul potensi konflik sosial dan
penyebaran penyakit endemik.

Bidang Perikanan dan Kelautan

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak udang
dan ikan adalah perubahan ekosistem perairan dan pantai, hidrologi, dan bentang
alam. Pembukaan hutan mangrove akan berdampak terhadap habitat, jenis dan
kelimpahan dari tumbuh tumbuhan dan hewan yang berada di kawasan tersebut.
Pembukaan hutan mangrove dimaksud wajib sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan, seperti memperhatikan kelestarian sempadan pantai mangrove, tata
cara konversi mangrove yang baik dan benar untuk meminimalisasi dampak, dan lain
sebagainya.
Bidang Kehutanan

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap


ekosistem hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama penyakit, bentang alam
dan potensi konflik sosial.

Bidang Pekerjaan Umum

Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum mempertimbangkan


skala/besaran kawasan perkotaan (metropolitan, besar, sedang, kecil) yang
menggunakan kriteria yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku yang
mengatur tentang penyelenggaraan penataan ruang (Peraturan Pemerintah Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang) atau penggantinya.

Bidang Ketenaganukliran

Secara umum, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan


penggunaan teknologi nuklir selalu memiliki potensi dampak dan risiko radiasi.
Persoalan kekhawatiran masyarakat yang selalu muncul terhadap kegiatankegiatan
ini juga menyebabkan kecenderungan terjadinya dampak sosial

Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

Kegiatan yang menghasilkan limbah B3 berpotensi menimbulkan dampak terhadap


lingkungan dan kesehatan manusia, terutama kegiatan yang dipastikan akan
mengkonsentrasikan limbah B3 dalam jumlah besar sebagaimana tercantum dalam
tabel. Kegiatan-kegiatan ini juga secara ketat diikat dengan perjanjian internasional
(konvensi basel) yang mengharuskan pengendalian dan penanganan yang sangat
seksama dan terkontrol.

(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:


P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2019 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)

Tidak semua usaha diwajibkan untun memiliki amdal seperti jenis usaha yang tertera
dalam Pasal 35 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik yang
berbunyi :

“(1)Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c


tidak dipersyaratkan untuk penerbitan Izin Usaha dalam hal: a. lokasi usaha
dan/atau kegiatan berada dalam kawasan ekonomi khusus, kawasan industri,
atau kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; atau b. usaha
dan/atau kegiatan merupakan usaha mikro dan kecil, usaha dan/atau kegiatan
yang tidak wajib memiliki Amdal, atau usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
memiliki UKL-UPL.

(2) Pelaku Usaha yang lokasi usaha dan/atau kegiatan berada dalam kawasan
ekonomi khusus, kawasan industri, atau kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menyusun RKL-
RPL rinci berdasarkan RKL-RPL kawasan.”

Dan sebagai gantinya pelaku usaha wajib menyusun RKL-RPL rinci berdasarkan
RKL-RPL kawasan sesuai ketentuan ayat 2.

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 Tentang


Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik)

3. penegakan hukum lingkungan yang paling efektif adalah melalui hukum pidana,
dengan penegakan melalui hukum pidana pelaku kejahtan lingkungan memiliki efek
jera yang lebih ketimbang penegakan menggunakan hukum administrasi dan hukum
perdata. Pemberian pidana juga memberikan pembelajaran dan ancaman bagi
masyarakat agar tidak melakukan perusakan lingkungan maupun kejahatan
lingkungan. Penegakan hukum pidana dalam penegakan hukum lingkungan sudah
memiliki dasar hukum yang jelas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga ketentuan-ketentuan
pidana yang dirumuskan ke dalam peraturan perundang-undangan lain sepanjang
rumusan ketentuan itu ditujukan untuk melindungi lingkungan hidup secara
keseluruhan atau bagianbagiannya.

(Jurnal Mercatoria Vol. 8 No. 2, Desember 2015 : 107-131)

4. Holil Sulaiman membagi bentuk partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan


linbgkungan dan perlindungan lingkungan hidup ke dalam lima macam, yaitu:
Pertama, partisipasi langsung dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka,
seperti contoh melakukan kerja bakti rutin dalam membersihkan selokan dan sungai.
Kedua, partisipasi dalam bentuk iuran, seperti contoh melakukan iuran ru tin untuk
pengadaan alat kebersihan rt atau rw. Ketiga, partisipasi dalam bentuk dukungan,
seperti contoh mendukung program sungai bersih dengan cara tidak membuang
sampah disungai. Keempat, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
seperti contoh melakukan diskusi-diskusi dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan. Kelima, partisipasi representatif dengan memberikan
kepercayaan dan mandat kepada wakil yang duduk dalam organisasi atau panitia,
seperti contoh percaya pada jajaran pejabat desa dalam melaksanakan program
kebersihan desa.

(Jurnal RISALAH, Vol. 28, No. 1, Juni 2017: 1-9)

Anda mungkin juga menyukai