Anda di halaman 1dari 7

PENGAWASAN SEBAGAI HUKUM PREVENTIF ATAS PENCEMARAN DAN KERUSAKAN

LINGKUNGAN HIDUP DI BIDANG PERTAMBANGAN


SARAH NANDA PUTRI (032111133065)
sarah.nanda.putri-2021@fh.unair.ac.id
April, 2023

ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi dan sumber daya alam yang melimpah termasuk
dengan bahan tambang seperti nikel, timah, dan lain sebagainya. Kegiatan tambang yang tidak
mendapatkan penegakkan hukum yang baik dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan tambang di Indonesia sangat di
Indonesia sangat mengkhawatirkan. Dalam perkembangannya, hukum positif di Indonesia telah mengatur
terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan lewat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup. Akan tetapi, dalam impelementasinya, terutama dalam perlindungan dan pengawasan
lingkungan hidup akibat kegiatan tambang di Indonesia, penegakkan hukum yang ada terutama di daerah-
daerah kabupaten yang menjadi tempat kegiatan tambang seperti tambang nikel menjadi rusak bahkan
sampai masyarakat yang tinggal di daerah tersebut tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena
pencemaran lingkungan. Sudah semestinya penegakkan hukum yang terdiri dari pengawasan izin,
penanganan pengaduan, dan operasi dapat berjalan untuk sesuai dengan hukum yang ada. Dalam
perkembangannya, kegiatan tambang malah lebih mementingkan keadilan ekonomi daripada keadilan
ekologi yang mementingkan aspek lingkungan hidup.

ABSTRACT
Indonesia is a country that has abundant economic potential and natural resources, including mining
materials such as nickel, tin, and so on. Mining activities that do not get good law enforcement can cause
pollution and environmental damage. Pollution and environmental damage caused by mining companies
in Indonesia is very worrying in Indonesia. In its development, positive law in Indonesia has regulated
environmental protection and management through Law Number 32 of 2009 concerning the
Environment. However, in its implementation, especially in protecting and monitoring the environment as
a result of mining activities in Indonesia, existing law enforcement, especially in regency areas where
mining activities are located, such as nickel mines, has become damaged and even the people who live in
these areas cannot carry out their duties. activities as usual due to environmental pollution. It should be
law enforcement which consists of monitoring permits, handling complaints, and operations can run in
accordance with existing law. In its development, mining activities are even more concerned with
economic justice than ecological justice which emphasizes environmental aspects.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menjadikan industri tambang sebagai sumber
kekayaan. Ketergantungan terhadap sumber daya alam yang terbatas tak tidak terbarukan sebagai sumber
pendapatan negara dapat menjadi masalah apabila terdapat penegakkan hukum yang tidak berjalan atas
pemberian izin, pengawasan, dan operasi dari kegiatan tambang. Hal ini dikarenakan hukum lingkungan
memiliki fungsi sebagai kontrol sosial (social control) dan sarana pembangunan (a tool of social
engineering) dengan menggunakan peran sebagai agen perubahan dan perkembangan (an agent of change
or development). Richard Stewart dan James E Krier mengelompokkan masalah lingkungan dalam tiga
hal, yaitu pencemaran lingkungan (pollution), penggunaan atau pemanfaatan lahan yang salah (land
misuse) dan pengerukan secara berlebihan yang menyebabkan habisnya sumber daya alam (natural
resource depletion). 

Kegiatan tambang yang tidak sesuai dengan hukum dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang dapat diberikan sanksi  menirut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan. Terdapat perbedaan definitif terkait pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Menurut Pasal 1 ayat (14) UU No. 32 Tahun 2009, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan." Selanjutnya,
menurut Pasal 1 ayat (16) UU No. 32 Tahun 2009, kerusakan lingkungan adalah tindakan orang yang
menimbulkan perubahan-perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan /atau
hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan
tambang yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dan pengawasan yang gagal
merupakan bukti penegakkan hukum terhadap lingkungan hidup perlu diperhatikan kembali. Hal ini
terbukti dari banyaknya kasus terkait pencemaran dan kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan tambang,
salah satunya adalah kasus dua sekolah di Konowe Utara yang  tidak dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar karena diterjang longsor yang dipicu kegiatan tambang di daerah sekitar.

Mengkaji dalam aspek fundamentalnya merupakan hak asasi seluruh warga negara Indonesia untuk me
Undang-Undang Dasar pasal 28H yaitu hak atas lingkungan hidup yang layak. Hal ini menimbulkan
pertanyaan tentang hukum lingkungan yang tidak memenuhi fungsinya, yaitu sebagai social control yaitu
sarana perlindungan dan kepastian hukum. Padahal dalam hukum positif Indonesia yaitu Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah
dijelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk menjamin
keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia dan menjamin kelangsungan kehidupan mahluk hidup
dan kelestarian ekosistem. Akan tetapi, sering sekali keselataman, hak fundamental atas lingkungan yang
layak, kesehatan dan kelangsungam ekosistem menjadi aspek yang dinomor duakan dibandingkan aspek
ekonomi negara. Mengkaji hal ini suatu hal yang menarik dan perlu kita ketahui bersama.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pengawasan merupakan salah satu upaya perlindungan atas lingkungan hidup. Sesuai dengan Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Hal ini juga tertera pada
pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.

Hal serupa juga diatur dalam pasal 63 terkait perlindungan dan pengeloaan lingkungan daerah. Akan
tetapi sekali hak fundamental untuk mendapatkan lingjungan hidup yang layak dikesampingkan untuk
hak ekonomi dan pembangunan negara. Padahal, menurut Siti Sundari Rangkuti bahwa pengelolaan
lingkungan hanya dapat berhasil menunjang pembangunan berkelanjutan apabila pemerintahan berfungsi
efektif dan terpadu. Pengawasan dan koordinasi untuk menciptakan pemerintahan yang berfungsi secara
efektif dan terpadu harus sesuai dengan UUPH Pasal 70. Penegakkan hukum yang sering sekali dinilai
tidak dapat berjalan dengan baik perlu dievaluasi. Perlu adanya pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar sebagai bentuk kontrol dan alat untuk menambah kesadaran untuk setiap orang tentang
lingkungan hidup, pengelolaana lingkungan hidup, dan perannya untuk kehidupan manusia karena hal
tersebut merupakan hak asasi manusia yang fundamental bagi semua orang. Hal ini sebenarnya sudah
diatur di dalam pasal 70 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, tetapi sering sekali dikesampingkan
untuk kepentingan ekonomi daerah. Padahal, seharusnya hak asasi manusia yang fundamental tertuang di
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H yang menyatakan bahwa, setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak asasi manusia yang fundamental ini seharusnya
mengkesampingkan hak asasi manusia yang lain. Dalam artian, tidak hanya ditujukkan atas penggunaan
terhadap lingkungan, tetapi juga hak asasi alam untuk tidak dirusak dan dicemari. (Butar-Butar, 2019)

Pengawasan yang optimal sangat diperlukan untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang baik.
Pengawasan yang baik harus sejalan dengan good mining practice serta turut melaksanakan upaya seperti
perlunya pembentukkan sisem perizinan yang terpadu, dan koordinasi selaras dengan adanya pengawasan
yang optimal. Sistem pengawasan yang baik juga perlu memperhatikan unsur masyarakat di dalamnya
sebagai pengawas eksternal untuk kelangsungan hidup ekosistem dan keberlangsungan hidup manusia di
daerah industri tambang yang rawan akan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sehingga, perlu adanya
pembentukan sistem perizinan yang terpadu serta keterlibatan masyarakat yang aktif dalam pengawasan
yang ideal guna mencegah adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Penegakkan hukum dan pengawasan dengan pemberian perizinan yang baik dan sesuai dengan hukum
juga merupakan aspek yang penting. Dalam buku Escaping The Resource Curse memperkenalkan istilah
spoilitation sebagai salah satu curse atau kutukan terhadap negara yang memiliki sumber daya alam dan
memiliki ketergantungan ekonomi atas sumber daya alamnya. Spilitation jilka diterjemahkan adalah
tindakan yang menghancurkan sesuatu atau merusak sesuatu. Dalam bukunya, Joseph berpendapat bahwa
eksploitasi ekonomi sering dilakukan oleh oknum yang memiliki kekuasaan terhadap sumber daya alam
dan oknum tersebut pada akhirnya menggunakan kekayaan tersebut untuk menjaga posisinya dalam
kekuasaan untuk tetap bisa melakukan eksploitasi dan monopoli ekonomi atas sumber daya alam yang
ada. Dengan pemusatan birokrasi dan monopoli kekuasaan, akan semakin sulit untuk meningkatkan
transparansi terhadap publik dan ketimpangan ekonomi akan terus ada di masyarakat. Menurut studi yang
dilakukan oleh Leita dan Weidman, sumber daya alam merupakan salah satu indikator kuat atas
banyaknya korupsi yang ada di suatu negara. Pertambangan memiliki kecendurungan atas tindak pidana
korupsi berupa suap karena sektor ini sangat rentan terhadap campur tangan pemerintah terkait pemberian
izin. Selain itu, apabila merujuk pada keuntungan yang didapat terkait proyek sektor pertambangan tentu
nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya (Satria, 2020).
Terdapat banyak bentuk masalah terutama pelanggaran dalam proses pertambangan, antara lain prosedur
yang tidak sesuuai atas pemberian kuasa pertambangan, partisipasi dan pengawasan masyarakat yang
kurang dalam pertambangan, kurangnya transparansi atas industri pertambangan, pemberian sanksi yang
minim atas dugaan efek industri pertambangan terhadap keberlangsungan hidup masyarakat sekitar,
penegakkan hak asasi manusia yang masih minim, kurangnya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat sekitar industri pertambangan, serta enam belas modus pelanggaran kuasa pertambangana
yang tidak sesuai dengan ketentuan secara formal (Zulkarnain dkk, 2021).

Dengan adanya pemberian izin usaha, yang wewenang dipegang secara luas oleh pemerintah sesuai
dengan pasal 73 UU PPLH yang menyebutkan bahwa menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawaban usaha dan atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh
pemerintah daerah jika pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Pelanggaran yang serius di bidang pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup adalah tindakan melanggar hukum yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang menimbulkan kereseahan dan mengganggu aktivitas masyarakat. Dalam
implementasinya, dengan banyaknya pelanggaran pemberian izin usaha dan adanya aktifitas tambang
yang tidak hanya menyebabkan pencemaran dan kerusakan tetapi juga mengganggu aktifitas masyarakat
karena pengawasan yang tidak optimal, salah satu contohnya adalah kejadian tanah longsor yang
menyebabkan dua sekolah di Konowe Utara, Sulawesi Tenggara di daerah industri pertambangan yang
diduga disesbabkan oleh aktivitas pertambangan, menanggapi hal ini pemerintah daerah hanya
memberhentikan sementara aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan tambang
yaitu PT. Bumi Nikel Nusantara. Dengan adanya peran pemerintah daerah yang gagal dalam
menginvestigasi kasus tanah longsor yang jika terbukti dapat dikategorikan sebagai pelanggaran serius
tidak juga menarik perhatian pemerintah pusat dalam hal ini pemerintah juga gagal dalam melakukan
pengawasan lingkungan hidup dan tidak menggunakan kewenangannya terhadap perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

Pengawasan diperlukan sebagai upaya preventif atas kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh
perusahaan pertambangan hal ini bertujuan agar pemegang izin usaha lebih terarah dalam melakukan
aktivitas pertambangan sehingga operasinya tidak melanggar hukum formal yang ada Dan tidak ada
pelanggaran terhadap tidak dan kerusakan yang terjadi oleh pemegang izin usaha pertambangan.

Pengawasan juga dimaksudkan untuk menentukan apa yang telah dicapai melakukan evaluasi dan
melakukan tindakan korektif untuk memastikan hasil sesuai dengan hukum yang berjalan. Pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat diperlukan dalam rangka
pengelolaan usaha pertambangan dan perlindungan atas lingkungan hidup. Pemberian izin yang sesuai
dengan hukum formal, pengawas atas penerima izin usaha pertambangan, dana peran aktif masyarakat
sebagai pengawas eksternal pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidupmerupakan alngkah hukum
preventif yang harus dioptimalkan guna pencegahan dan pengurangan pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009


J. Stiglitz, dkk (2006), Escaping the Resource Curse

F. Butar Butar (2010), Penegakkan Hukum Lingkungan di Bidang Pertambangan

Siti Sundari Rangkuti, 2006, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional, Edisi Ketiga,
Surabaya: Airlangga University Press, h. 126.

Y. Tresia, dkk (2021) Pemberantasan Tindak Pidana Sup di Sektor Pertambangan Melalui Penguatan
Kerja Sama Lembaga Penegak Hukum di Indonesia

F. Pulawa (2011) Pengawasan Sebagai Instrumen Penegakkan Hukum Pada Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara

R. Kusumo, dkk (2021) Model Pembinaan Pengawasan Perizinan dalam Pengelolaan Minerba

Detiksulsel (2023) 2 Sekolah di Sultra Diterjang Longsor, Diduga Dipicu Aktivitas Tambang,
<https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6619889/2-sekolah-di-sultra-diterjang-longsor-diduga-dipicu-
aktivitas-tambang/amp>

Anda mungkin juga menyukai