Anda di halaman 1dari 20

“PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN”

Dosen Pengampu : Ir.Muhtadi,M.Si

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD THORIQ YUSRON
183110123

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2019

i
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………………....……….. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………….........…...... ii

Kata Pengantar ………………………………………………………….........………….... iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………..…..........…..……..........1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………........…………..............1

BAB 2 PEMBAHASAN.….....…………………………………………………..........…… 3

2.1 Arti Penting Hukum Lingkungan.................………………........………….............4

2.2 Peraturan Perundang-undangan Tentang Lingkungan.....…........………….............5

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum lingkungan…….................6

2.4 Kendala dalam Penegakan Hukum Lingkungan….....................………….............9

2.5 Sistem Penegakan Hukum Lingkungan...................................................................10

BAB 3 PENUTUP …...……………………………………………...…….......…….….....16

3.1 Kesimpulan................…..………………………………………….........……….. 16

Daftar Pustaka ………………………………………………………........……………..... 17

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] ii


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN” ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata
kuliah Analisa Dampak Lingkungan. Selain itu, malah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Penegakan Hukum Lingkungan terhadap Analisa Dampak Lingkungan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir.Muhtadi, M.Si , selaku dosen mata kuliah
Analisa Dampak Lingkungan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 8 November 2019

Penulis

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] iii


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa kepada rakyat dan
bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan sesuai dengan
kehidupan wawasan Nusantara. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk
memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
untuk mencapai kebahagian hidup berdasarkan Pancasila. Oleh Sebab itu, perlu dilaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, berdasarkan
kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan
generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk itu dipandang perlu melaksanakan
pengelolaan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Lingkungan hidup yang terganggu keseimbangannya perlu dikembalikan fungsinya sebagai


kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan keadilan antar generasi
dengan cara meningkatkan pembinaan dan penegakan hukum.

Pada saat melakukan pembangunan dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan,


kita dihadapkan pada kasus-kasus perusakan dan pencemaran lingkungan. Hampir setiap hari
media massa memberitakan kerusakan lingkungan yang terjadi didaerah. Kasus-kasus lainnya
yang tidak sempat diberitakan, tentu masih banyak lagi. Sedang isu pokok Penegakan Hukum
Lingkungan sampai dengan sekarang ini masih berkisar pada masalah pencemaran oleh pihak
industri atau perusahaan, masalah pencemaran sungai, masalah perusakan hutan.

Hal ini menjadi sangat penting mengingat bahwa laju kerusakan lingkungan hidup dan
sumber daya alam dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini telah menunjukkan intensitas
yang sangat tinggi.

Selama tahun 1984-1997 saja misalnya laju kerusakan hutan sudah mencapai 16,57 juta
hektar pertahun. Ini berarti bahwa setiap tahun ada sekitar 2.586.500 hektar hutan yang rusak.
Selain itu kebakaran dan pembakaran hutan selang 1997-1998 telah menghabiskan kurang
lebih 10 juta hektar hutan. Belum lagi soal kasus kehutanan (illegal logging), penambangan
emas tanpa izin, pencemaran industri oleh perusahaan, perusakan hutan bakau,pencemaran
limbah rumah tangga, pertambangan liar dan masih banyak lagi yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan.

Pendirian suatu pabrik atau perusahaan dalam suatu ekosistem tertentu akan mempunyai
korban pada lingkungan hidup sekitar. Pada awal pembuatan bangunan paling tidak akan
membawa pengaruh pada perubahan lahan yang mengakibatkan perataan pohon-pohon dan
terganggunya stuktur tanah sekeliling. Dampak positif dari adanya pabrik atau perusahaan
misalnya menambah mata pencaharian sebagai tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 1


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

perkapita penduduk. Efek negatif dari kegiatan tersebut hendaknya ditekan seminimal
mungkin agar industri atau perusahaan tersebut memperhatikan lingkungan.

Kasus pencemaran dan perusakan lingkungan ini adalah sangat berbahaya bagi kesejahteraan
umat manusia. Apalagi pencemaran dan perusakan lingkungan di lakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang kegiatan, baik itu pertambangan, kehutanan
dan lain-lain. Kalau ini terjadi yang rugi bukan satu dua orang saja melainkan seluruh umat
manusia dibumi ini. Oleh karena itu aspek penegakan hukum memerlukan perhatian dan aksi
pemberdayaan secara maksimal terutama pada perusahaan yang melakukan perusakan dan
pencemaran lingkungan.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 2


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

BAB II
PEMBAHASAN

ARTI HUKUM LINGKUNGAN

Hukum lingkungan merupakan hukum yang mengatur perilaku atau kegiatan-kegiatan subjek
hukum dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta
perlindungan manusia dari dampak negatif yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya
alam. Substansi hukum lingkungan mencakup ketentuan-ketentuan hukum tentang pencegahan
dan penanganan masalah-masalah lingkungan hidup. Hukum lingkungan memiliki kekhasan
dalam substansinya yang mana kepentingan-kepentingan yang diatur di dalamnya sangat luas
dan beragam sehingga hukum lingkungan tidak dapat ditempatkan pada salah satu diantara
kedua bidang hukum, yaitu hukum publik dan hukum privat. Menurut Koesnadi
Hardjasoemantri, substansi hukum lingkungan mengandung unsur-unsur hukum administrasi
negara, hukum perdata, dan hukum pidana.

Dalam konteks hukum pidana, hukum lingkungan pidana mengatur delik lingkungan yang
mana berisi perintah dan larangan undang-undang kepada subjek hukum yang apabila
dilanggar akan diancam dengan penjatuhan sanksi-sanksi pidana berupa pemenjaraan dan
denda. Subjek hukum yang dimaksud adalah individu, kelompok atau sebuah korporasi yang
melakukan kejahatan lingkungan dan dituntut oleh Pemerintah. Hukum pidana lingkungan
pada dasarnya dibuat untuk melindungi manusia dan harta benda dari dampak negatif
kerusakan dan pencemaran lingkungan.Namun, perbuatan-perbuatan lain yang tidak berkaitan
dengan manusia secara langsung dan lebih ke dampak ekosistem seperti penebangan kayu di
hutan lindung, perburuan liar, penangkapan dan jual beli satwa liar yang dilindungi, atau
perbuatan mengambil, merusak, atau memperjualbelikan tanaman yang dilindungi juga dapat
dikenakan sanksi pidanakarena prinsip jaring kehidupan yang mana mengakui adanya saling
keterkaitan dan ketergantungan di antara segala sesuatu di alam, dan prinsip keanekaragaman
tumbuhan dan satwa.Dengan demikian, sanksi pidana di dalam hukum lingkungan mencakup
dua macam kegiatan, yaitu pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 3


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

2.1 arti penting hukum lingkungan

Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah dan rakyat Indonesia dapat
memanfaatkannya, atau paling tidak ikut merasakan kemakmuran dari pemanfaatan tersebut,
sebagaimana diamanatkan dalam peraturan tertinggi, UUD 1945 Pasal 33 ayat(3) yang
menyatakan bahwa“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Hal ini berarti
Negara, yang mempunyai peran sebagai regulator dan eksekutor, harus hadir dalam menjamin
setiap pemanfaatan bumi, air dan seisinya, semata-mata untuk kemakmuran rakyat.
Kemakmuran bukan hanya tentang manfaat ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung, melainkan juga rasa nyaman dan rasa aman dari dampak pemanfaatan sumber daya
alam tersebut.

Lingkungan, dalam pemanfaatannya, memiliki batas, yang mana dalam istilah ekologi disebut
sebagai daya dukung lingkungan. Batasan ini yang membuat segala bentuk eksploitasi perlu
diatur sedemikian rupa melalui aturan yang mengikat. Dalam ilmu ekologi, pembangunan dan
pemanfaatan teknologi adalah suatu upaya untuk memperbaiki kualitas hidup manusia
menjadi lebih baik, namun hal yang perlu diingat bahwa dampak lingkungan akan selalu ada.
Seiring dengan peningkatan kualitas hidup manusia, akan tiba saatnya lingkungan sudah tidak
mampu lagi menahan dampak yang terjadi sehingga pada akhirnya menimbulkan pencemaran
dan kerusakan lingkungan. Dampak pencemaran dan kerusakan tersebut berujung pada
penurunan kualitas hidup manusia serta berbagai bentuk kerugian.
Indonesia termasuk negara berkembang yang masih memiliki berbagai persoalan seperti krisis
pangan, krisis air bersih, kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Salah satu cara
untuk mengatasi hal tersebut yaitu melalui gencarnya pembangunan dan pemanfaatan sumber
daya alam yang optimal. Pembangunan memiliki tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup
manusia. Namun seiring dengan hal itu, korporasi akan selalu menjadi biang dari berbagai
permasalahan lingkungan.Sebab itulah korporasi perlu diatur, dibatasi dan diawasi melalui
hukum mengingat tujuan utama dari korporasi ialah untuk mendapatkan profit yang sebesar-
besarnya. Namun, hukum yang mengikat korporasi masih belum efektif, baik dari segi
penegakkan maupun ketentuan-ketentuan yang mengatur. Menurut data dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia, sejak 2010 sampai 2015, Indonesia
menempati urutan kedua tertinggi kehilangan luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar
tiap tahunnya karena pembalakan liar, kebakaran hutan, perambahan hutan dan alih fungsi
hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa korporasi. Kegiatan

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 4


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

usaha korporasi juga seringkali menimbulkan masalah lingkungan yang besar, baik disengaja
atau tidak sengaja, dan dampaknya berkepanjangan apabila dilakukan secara tidak hati-hati
seperti persitiwa tumpahan minyak milik Pertamina yang pernah terjadi di Teluk Balikpapan
yang menimbulkan efek lingkungan yang sangat luas dan berkepanjangan bagi biota laut dan
masyarakat sekitar.Oleh karena itu, sangat penting adanya pembaharuan hukum dalam arti
penguatan hukum lingkungan yang mampu menghasilkan efek jera dan menimbulkan kehati-
hatian bagi para pelaku korporasi dalam menjalankan usahanya.

2.2 peraturan perundang-undangan tentang lingkungan

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang lingkungan dan ruang lingkupnya


sangat banyak, baik itu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Surat
Keputusan Menteri, Peraturan Menteri, dan seterusnya. Peraturan perundang-undangan
tersebut, antara lain:

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eklusif.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
7. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Penggunaan Air.
8. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan.
9. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri.
10. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, LNRI Tahun
2004 No. 29 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan.

11. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) No.:
Kep02/MENKLH/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 5


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

Fungsi dari Undang-Undang Lingkungan Hidup dan Undang-undang Pengelolaan


Lingkungan Hidup/Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup tersebut harus mampu menjadi dasar dan landasan bagi pembentukan peraturan
perundang-undangan tentang lingkungan hidup, di samping secara khusus
memberikan arah serta ciri-cirinya terhadap semua jenis tata pengaturan lingkungan
hidup. Sehingga semua peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup
dapat terangkum dalam satu sistem Hukum Lingkungaan Indonesia.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Lingkungan

Dalam penegakan hukum lingkungan menurut Benjamin van Rooij, ada 6 faktor penting yang
menentukan proses penegakan hukum yakni:[67]
1.) Faktor-faktor sosial, ekonomi, politik tingkat makro.
2.) Faktor-faktor undang-undang yang berlak
3.) Faktor-faktor antar kelembagaan
4.) Faktor-faktor internal kelembagaan
5.) Faktor-faktor kasus terkait
6.) Faktor terkait dengan lembaga individual

Selain faktor-faktor diatas, faktor lain yang sangat penting dalam penegakan hukum
lingkungan adalah masalah pembuktian. Dalam penegakan hukum lingkungan faktor-faktor
tersebut saling terkait dan tidak bisa berdiri sendiri. Keterkaitan tersebut tampak sebagai
berikut:

1. Faktor-faktor Sosial, Ekonomi, Politik pada Tingkat Makro.


Ada lima faktor pada tingkat makro yang mempunyai pengaruh utama terhadap keputusan
penegakan hukum, yaitu:

a.) kebijakan umum, melihat kepada otoritas dan prioritas penegakan hukum lingkungan
dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan hidup.
b.) Kinerja ekonomi negara akan mempengaruhi penegakan hukum lingkungan.
c.) Ketidakstabilan sosial dan kondisi keamanan dalam negara akan mempengaruhi
penegakan hukum lingkungan.
d.) Birokrasi, struktur birokrasi baik yang bersifat sentralisasi, desentralisasi maupun

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 6


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

dekosentrasi akan mempengaruhi efektifitas, efisiensi penegakan hukum lingkungan


hidup dan kontrol terhadap administrasi baik pusat maupun daerah.
e.) Kesadaran lingkungan pada level negara lebih tinggi di negara maju dibandingkan di
negara berkembang. Hal ini dipengaruhi oleh para pembuat keputusan yang tidak
memihak pada perlindungan lingkungan hidup.

2. Faktor Undang-undang.
Merupakan kerangka normatif sebagai basis penegak hukum dalam membuat keputusan dan
juga merupakan aturan substantif untuk menentukan apakah sudah terjadi pelanggaran dan
aturan prosedural untuk sanksi sebagai reaksi dari pelanggaran.

3. Faktor eksternal kelembagaan (Antar Lembaga)

a.) Institusi Kepemimpinan, wibawa seorang penegak hukum memberi pengaruh terhadap
tegaknya hukum.
b.) Lembaga Pelengkap
Dalam penegakan hukum dan penerapan sanksi diperlukan kerjasama dengan badan
dan organisasi lain.
c.) Si pengadu atau korban
Dalam hal ini pengadu adalah korban dari pencemaran atau perusakan lingkungan.
Pengadu bervariasi, muali dari masyarakat sampai LSM atau organisasi pemerintahan.
Tingkat keberhasilan pengaduan ditentukan oleh pengalaman pengadu. Semakin parah
tingkat kerusakan yang diajukan pengadu semakin tertarik pula lembaga penegak hukum
untuk mengambil tindakan secara serius.

d.) Pelanggar
Status pelanggar mempengaruhi penegakan hukum lingkungan. Semakin tinggi status
pelanggar semakin besar tekanan pada lembaga untuk tidak melakukan penegakan hukum.
Besar kesalahan yang diadukan oleh pengadu bisa dipengaruhi oleh pelanggar karena ada
interaksi antara pelanggar dengan penegak hukum.

e.) Lembaga Kembaran


Mempengaruhi penegakan hukum karena adanya interaksi dengan lembaga lain yang
berfungsi sebagai lembaga penegak hukum di daerah lain.
[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 7
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

f.) Publik Umum Lokal


Apabila pengaduan sudah menarik perhatian publik lokal dan bisa membuat tindakan
yang berbeda dengan lembaga penegak hukum, maka keterlibatan publik lokal mungkin akan
mempolitisir pengaduan.

4. Faktor Interen Kelembagaan

Faktor interen kelembagaan dipengaruhi oleh:

a.) sumber-sumber, suatu lembaga memerlukan sumber-sumber untuk mencapai


tujuannya. Sumber tersebut sangat dipengaruhi oleh bagaimana tujuan tersebut
ditranslasikan dalam tugas. Sumber yang dimaksud tidak hanya dari segi finansial
tetapi juga sumber daya manusia.
b.) Stuktur internal, menetapkan siapa yang akan melakukan atau yang mempunyai
otoritas terhadap apa yang akan dilakukan dan siapa yang mempunyai otoritas untuk
membuat keputusan atas pengaduan. Dalam struktur internal juga digariskan
hubungan pembuat keputusan hubungan tersebut dikontrol melalui manajemen
internal.
c.) Kepemimpinan
Dalam lembaga publik terdapat dua kepemimpinan yaitu manajer eksekutif dan
manajer personalia. Masing-masing memiliki tugas dan otoritas yang berbeda.

d.) Budaya organisasi, merupakan cara yang terpola yang tepat dari pertimbangan tentang
tugas inti dan hubungan manusia dengan organisasi. Budaya organisasi dapat
membangkitkan semangat kerja dari aparat tanpa perlu dipaksa oleh pimpinan.

5. Faktor Kasus Terkait

Ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembuatan keputusan. Pertama, tingkat keparahan
atau kerusakan yang dihasilkan dari suatu pelanggaran pada resiko tertinggi dan kerusakan
aktual. Di sini aparat cendrung menggunakan sanksi penegakan hukum tertinggi pula. Faktor
kedua adalah bukti-bukti yang dapat dikumpulkan terhadap suatu pelanggaran. Jika bukti
lemah maka penegakan hukum kurang bisa dilakukan.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 8


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

6. Faktor Aparat Individual

Aparat harus membuat keputusan berdasarkan sistem hukum yang berlaku sehingga
diharapkan dapat membatu tegaknya hukum lingkungan.

2.4 Kendala Dalam Penegakan Hukum Lingkungan

Andi Hamzah menyebutkan adanya hambatan atau kendala terhadap penegakan hukum
lingkungan di Indonesia:

1.) Hambatan yang bersifat alamiah


jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tersebar di beberapa pulau serta beragam suku
dan budaya memperlihakan persepsi hukum yang berbeda, terutama mengenai
lingkungannya.

2.) Kesadaran hukum masyarakat masih rendah


kendala ini sangat terasa dalam penegakan hukum lingkungan Indonesia. Untuk itu sangat
diperlukan pemberian penerangan dan penyuluhan hukum secara luas.

3.) Peraturan hukum menyangkut penanggulangan masalah lingkungan belum lengkap,


khususnya masalah pencemaran, pengurasan, dan perusakan lingkungan.
Undang-undang tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup belum dilengkapi
seluruhnya dengan peraturan pelaksanaannya sehingga sebagai kaderwet belum dapat
difungsikan secar maksimal. Misalnya tentang penentuan pelanggaran yang mana dapat
diterapkan sebagai pertanggung jawaban mutlak (strict liability) secara perdata. Sudah ada
ketentuan mengenai AMDAL, baku mutu, tetapi belum ada ketentuan tentang arti apa yang
dimaksud dengan merusak atau rusak lingkungan di dalam ketentuan pidana. Begitu pula
halnya dengan pengertian korporasi, korporasi dapat dipertanggungjawabkan pidana.

4.) Para penegak hukum belum mantap khususnya untuk penegakan hukum lingkungan
Para penegak hukum belum menguasai seluk beluk hukum lingkungan. Hal ini dapat diatasi
dengan memberikan pendidikan dan pelatihan. Disamping itu juga belum adanya spesialisasi
penegak hukum di bidang lingkungan.

5.) Masalah pembiayaan

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 9


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

penanggulangan masalah lingkungan memerlukan biaya yang besar disamping penguasaan


teknologi dan manajemen. Perlu diketahui bahwa peraturan tantang lingkungan mempunyai
dua sisi. Sisi yang pertama adalah kaidah atau norma, sedangkan sisi yang lain adalah
instrumen yang merupakan alat untuk mempertahankan, mengendalikan, dan menegakkan
kaidah atau norma itu.

2.5 Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Sistem penegakan Hukum Lingkungan telah diatur segala bentuk pelanggaran maupun
kejahatan, bagi pelaku baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badang dengan upaya
pencegahan (preventif) maupun penindakannya (represif). Di dalam praktik perselisihan
mengenai lingkungan, penyelesainnya dapat melalui Hukum Administrasi Negara, Hukum
Perdata dan Hukum Pidana.

1. Penyelesaian Perselisihan Lingkungan Berdasarkan Hukum Administrasi Negara

Pendekatan Hukum Administrasi Negara untuk menyelesaikan perselisihan lingkungan


hanya dapat dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara atau
pencabuan izin dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sanksi
administratif, diatur dalam Pasal 71. Pasal 71 ayat (1), menyatakan: “Gubernur/Kepala
Daerah TK 1 berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah atau mengakhiri terjadinya pelanggaran serta
menanggulanginya akibat ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindak
penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan atas beban biaya penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan undangundang”.
WACANA HUKUM VOL.IX, 2 OKT.2011 32 Pasal 71
a.) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
dilakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

b. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya


dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung
jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 10


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

c. Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota


menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat
fungsional. Dalam undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
sanksi administratif ini diatur dalam pasal 80.

2. Penyelesaian Perselisihan Lingkungan Berdasarkan Hukum Perdata

Dalam Hukum Perdata, persoalan lingkungan hidup tidak menutup kemungkinan


mengajukan gugatan perdata. Misalnya, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pasal 1365, menyatakan: Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut. Dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diatur secara khusus
mengenai penyelesaian sengketa lingkungan hidup, yang secara lengkap yakni Pasal
84:
a.) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau
di luar pengadilan.
b.) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka rela oleh
parapihak yang bersengketa.
c.) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu
atau para pihak yang bersengketa.
3. Penyelesaian Perselisihan Lingkungan Berdasarkan Hukum Pidana

Penyelesaian pelanggaran hukum lingkungan hidup secara pidana, diatur dalam


UndangUndang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup WACANA HUKUM VOL.IX, 2 OKT.2011 33 antara lain dinyatakan, bahwa
sebagai penunjang hukum administrasi, berlakunya hukum pidana tetap
memperhatikan azas subsidiaritas, yaitu bahwa hukum pidana hendaknya
didayagunakan apabila sanksi bidang hukum lain, seperti sanksi administrasi dan sanksi
perdata, dan alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak efektif dan/atau

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 11


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

tingkat kesalahan pelaku relatif berat dan/atau akibat perbuatannya relatif besar
dan/atau perbuatannya menimbulkan keresahan masyarakat. Dengan mengantisipasi
kemungkinan semakin munculnya tindak pidana yang dilakukan oleh suatu korporasi,
dalam undangundang ini diatur pula pertanggungjawaban korporasi. Sanksi pidana
terdapat pula dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
hukum lingkungan, diantaranya:

a. Saksi Pidana Lingkungan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Sanksi pidana ini tercantum dalam KUHP, khususnya Pasal 187, 188, 202, 203, 502
dan 503. Pasal 187 KUHP, menyatakan:
Barangsiapa dengan sengaja membakar, menjadikan letusan atau mengakibatkan
kebanjiran, dihukum :
• penjara selama-lamanya dua belas tahun, jika perbuatan itu dapat mendatangkan
bahaya umum bagi barang;
• penjara selama-lamanya lima belas tahun, jika perbuatannya itu mendatangkan
bahaya maut bagi orang lain; Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat
ditempuh melalui dua cara, yaitu:
1. Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (Pasal 85 s/d 86)
Pasal 85, menyatakan:
a. (Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan
untuk mencapai kesepakatan mengenai:
➢ bentuk dan besarnya ganti rugi;
➢ tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
➢ tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan; dan/atau
➢ tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
b. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak
pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
WACANA HUKUM VOL.IX, 2 OKT.2011 34
c. Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 12


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan


sengketa lingkungan hidup.
Pasal 86, menyatakan:
a. Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak.
b. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan
lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2) Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan (pasal 87)


Kaitannya dengan ganti rugi, dinyatakan: Ayat (1) Setiap perbuatan melanggar
hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab
usaha dan/atau melakukan tindakan tertentu. Ayat (2) Selain pembebanan untuk
melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim dapat
menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian
tindakan tertentu tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, juga diatur secara khusus penyelesaian sengketa kehutanan, yaitu
pasal 74, pasal 75, dan pasal 76.

3) Penjara seumur hidup dan penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun,
jika perbuatannya itu dapat mendatangkan bahaya maut bagi orang lain dan ada
orang mati akibat perbuatan itu.

b. Sanksi Pidana Lingkungan di Bidang Pertambangan Sanksi pidana ini diatur


dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Pokok
Pertambangan, Bab XI Ketentuan-Ketentuan Pidana Pasal 31 s/d Pasal 34, beratnya
hukuman bervariasi, dari enam tahun, satu tahun dan enam bulan hukuman
kurungan/penjara; serta denda dari lima ratus ribu rupiah, lima puluh ribu rupiah

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 13


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

sampai kepada sepuluh ribu rupiah. WACANA HUKUM VOL.IX, 2 OKT.2011 35

c. Sanksi Pidana Lingkungan di Bidang Perairan Diatur dalam 8 s/d Pasal 15 Bab XI
Pasal Ketentuan Pidana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
dengan diancam hukuman penjara/kurungan selama-lamanya tiga bulan dan lima
tahun serta denda lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juga rupiah.

d. Sanksi Pidana Lingkungan di Zona Eksklusif (ZEE) Diatur dalam Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif, Bab VII Ketentuan Pidana,
Pasal 16 dan Pasal 17.

e. Sanksi Pidana Lingkungan Dalam Bidang Perindustrian Diatur dalam undangundang


Nomor 5 Tahun 1985 tentang Perindustrian,Bab X Ketentuan Pidana, Pasal24 s/d Pasal28.

f. Sanksi Pidana Lingkungan dalam Bidang Perikanan Diatur dalam Undang-


Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, Ketentuan Pidana Pasal 24 s/d Pasal
28

g. Sanksi Pidana Lingkungan dalam Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Pahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, khususnya Pasal 40 dengan
sanksi pidana penjara satu tahun, lima tahun dan sepuluh tahun; dan denda seratus juta
rupiah dan dua ratus juta rupiah.
h. Sanksi Pidana Lingkungan dalam Bidang Benda Cagar Budaya Diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Bab VIII
tentang Ketentuan Pidana, Pasal 26 dengan sanksi pidana penjara selama-lamanya
sepuluh tahun dan/atau dengan setinggi-tingginya seratus juta rupiah.

i. Sanksi Pidana Lingkungan dalam Bidang Kehutanan Diatur dalam UndangUndang


Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab XIV Ketentuan Pidana,khususnya Pasal 78
danPasal79.Berdasarkan beberapa peraturan perundang undangan diatas,maka perusak atau
pencemar lingkunganm enghadapi tiga tuntutan sekaligus,yaitu :

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 14


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

1) Membayar ganti rugi penderita/obyek


2) Membayar ganti rugi
kepada negara dan sanksi administratif berupa penghentian sementara atau
pencabutan izin usaha, dan WACANA HUKUM VOL.IX, 2 OKT.2011 36
3) Sanksi
pidana penjara dan/atau denda.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 15


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum lingkungan adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tingkah laku
orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap lingkungan, yang pelaksanaan
peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.

Faktor kendala dan hambatan dalam penegakan hukum terdiri dari beberapa faktor yaitu :
Sarana Hukum, Aparat Penegak Hukum, Fasilitas dan Sarana, Perizinan, Sistem AMDAL,
Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Lingkungan.

Dalam sistem penegakan hukum lingkungan di Indonesia perangkat peraturan


perundangundangan tentang lingkungan sudah memadai, namun penegakan hukum di
Indonesia oleh dinas/instansi dan aparat penegak hukum belum berjalan secara profesional
dan optimal. WACANA HUKUM VOL.IX, 2 OKT.2011 38 Supaya penegakan hukum
lingkungan di Indonesia agar optimal, diharapkan dinas/instansi dan aparat penegak
hukum mempunyai kapabilitas moral dan bersikap profesional dalam menyelesaikan
permasalahan lingkungan hidup, sesuai dengan hukum dan peraturan perundangundangan
yang berkaitan langsung dengan masalah lingkungan tersebut.

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 16


PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
TERHADAP ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

DAFTAR PUSTAKA

https://rickypardede1988.blogspot.com/2014/07/makalah-hukum-lingkungan.html

http://lawdisfor.blogspot.com/2012/05/peran-amdal-dalam-penegakan-hukum.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_lingkungan_di_Indonesia

https://media.neliti.com/media/publications/23492-ID-penegakan-hukum-lingkungan-di-
indonesia.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/82383-aspek-aspek-yang-terkait-dalam-
penegakan-6ffa730a.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/114749-ID-pengembangan-hukum-lingkungan-
hidup-mela.pdf

https://www.gatra.com/detail/news/423761/politic/aturan-hukum-lingkungan-masih-
tumpang-tindih

https://medium.com/@farizaibrahim7/kontraproduktif-penegakan-hukum-lingkungan-di-
indonesia-8a36ff7b6858

https://staff.blog.ui.ac.id/andreas.pramudianto/2012/12/17/modul-hukum-lingkungan-untuk-
pelatihan-amdal/

https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/350/309

https://newberkeley.wordpress.com/tag/peraturan-perundang-undangan-terkait-lingkungan/

[M.THORIQ YUSRON / 18311023] 17

Anda mungkin juga menyukai