Anda di halaman 1dari 12

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENCEMARAN

DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

NAMA: SYILA ASSYIFA

NIM: A1012201133

KELAS: B (PPAPK)

DOSEN PENGAMPU:

1. Priyo Saptomo ,SH,M,Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia,hidayah,dan nikmatNya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.Penulisan makalah ini berjutuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Hukum Lingkungan.

Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat.Penulis mengakui bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan,kesalahan maupun predikat minim lainnya.Untuk itu kritik
dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan.

Demikian makalah ini,semoga dapat bermafaat bagi penulis dan pembaca,sehingga bisa menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Hukum Lingkungan.

Ketapang, 9 Mei 2022

Syila Assyifa

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................5
C. TUJUAN.......................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM.............................................6
B. SOLUSI YANG DILAKUKAN PEMERINTAH.........................................................................8
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................10
B. SARAN.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian lingkungan yang ditemukan diberbagai literatur berbeda-beda. Namun suatu
kebijakan dan peraturan perundang-undangan umumnya mencantumkan pengertian tertentu
bagi lingkungan untuk membatasi cakupan pengaturannya. Secara umum lingkungan hidup
adalah berupa wujud fisik selain manusia, yaitu tanah, air, udara, tumbuhan, binatang dan
lain-lain.
Definisi lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah kesatuan ruangan dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain.

Manusia tumbuh dan berkembang bersama lingkungan di sekitarnya. Setiap interaksi manusia baik
sesama manusia dan  dengan lingkungan akan memberikan dampak bagi lingkungan baik positif
maupun negatif. Oleh karena itu, dirancang sebuah aturan hukum untuk mengatur keseimbangan
manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. Hukum lingkungan mengatur pola lingkungan beserta
semua perangkat dan serta kondisi bersama manusia yang berada dan mempengaruhi lingkungan
tersebut.

Lingkungan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia, karena manusia berinteraksi
dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya,
membentuk dan terbentuk juga oleh lingkungan hidupnya. Melihat betapa pentingnya pengaruh lingk
ungan bagi manusia, maka yang harus dilakukan adalah menjaga dan melestarikan lingkungan untuk
kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dalam UU RI No. 32 Tahun 2009 Pasal 65 ayat 1
menyebutkan bahwa: “ Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.”

Berbagai kerusakan lingkungan akibat eksploitasi, penebangan kayu ilegal, dan penjarahan kekayaan
alam lainnya yang terj adi telah mengakibat berbagai kerusakan dan bencana. Bahkan membawa
kerugian yang besar bagi Indonesia, di mana diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta bahkan
milyaran rupiah. sayangnya manusia tidak pernah jera dan mau mengambil pela jaran di balik
bencana alam yang terjadi. Mereka bebal dan buta tuli terhadap tanda-tanda yang dihadirkan oleh
alam sebagai bentuk perlaw anan mereka terhadap perilaku manusia yang rakus dan serakah dalam
mengesploitasi alam.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mencoba
mengindetifikasikan mengenai:

1. Perbuatan apa saja yang dapat merusak lingkungan dan penegakkan hukumnya?

2. Solusi apakah yang dapat dilakukan oleh pemerintah terhadap korban pencemaran lingkungan di
Indonesia ?

C. TUJUAN
Berdasarkan uraian yang penulis sampakan penulis, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui apa saja perbuatan penecmaran dan kerusakan lingkungan dan penegakan
hukumnya.

2. Untuk mengetahui apa solusi pemerintah dalam menindaki kasus penecamaran lingkungan yang
semakin marak terjadi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM


Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kehidupan
makhluk di sekitarnya sehingga masalah pencemaran lingkungan ini menjadi salah satu hal yang
paling krusial. Banyak pencemaran yang marak dalam kehidupan sehari-hari yang kita temui seperti
pencemaran udara, air, tanah. Semua dari pencemaran tersebut terjadi karena beberapa faktor.
Faktor penyebab dari pencemaran itu sendiri sangatlah banyak salah satunya merupakan dari proses
alam, manusia, dan faktor lainnya. Secara mendasar dalam pencemaran terkandung pengertian
pengotoran (Costamination) dan per burukan (Deterioration). Pengotoran dan pemburukan
terhadap sesuatu semakin lama akan kian menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan sehingga
akhirnya dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.

Pencemaran lingkungan tidak terlepas dari perbuatan manusia itu sendiri, Dalam perkara penggunaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (vide PP No. 74 Tahun 2001), dengan sengaja melepaskan atau
membuang zat, energi dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke
dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor,
memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya,
padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat
menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
umum atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling banyak Rp. 300.000. 000 (tiga ratus juta rupiah) vide pasal 43 UULH, karena kealpaannya
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, diancam dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) vide pasal 44
UULH.

Akhir-akhir ini kerusakan lingkungan menjadi isu penting di dunia, khususnya di Indonesia kerusakan
yang paling sering terjadi adalah pembakaran hutan atau lahan, pembakaran hutan atau lahan ini
termasuk pencemaran dan kerusakan lingkungan yang paling sering terjadi di Indonsia terkhusus
Kalimantan. Kebakaran/pembakaran Hutan dan Lahan menimbulkan dampak terhadap kerusakan
lingkungan tidak hanya sekedar musnahnya ekosistem tapi kabut asap yang ditimbulkannya menjadi
monster yang merusak kehidupan, Pembakaran hutan atau lahan merupakan kejahatan yang harus
diperangi secara komprehensif oleh setiap pihak. Kebakaran hutan atau kebakaran lahan juga dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup dan kerusakan lingkungan hidup sehingga dapat
dikenai sanksi berdasarkan UU PPLH sebagai berikut:
Pasal 69 ayat (1) huruf h UUPPLH:

5
Setiap orang dilarang melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
Pasal 108 UUPPLH :
Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf
h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 69 ayat (2) UUPPLH :


Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf h memperhatikan dengan sungguh sungguh kearifan lokal di daerah masing masing.
Penjelasan Pasal 69 ayat
(2) :Kearifan lokal yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah melakukan pembakaran lahan dengan
luas lahan maksimal 2 hektare per kepala keluarga untuk ditanami tanaman jenis varietas lokal dan
dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya.
Pasal 98 ayat (1) UUPPLH
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

Penegakan hukum lingkungan tidak hanya ditujukan untuk memberikan hukuman kepada
perusak atau pencemar lingkungan hidup. Tetapi, juga ditujukan untuk mencegah terjadinya perbuatan
atau tindakan yangdapat menimbulkan perusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup. Oleh
karena itu, penegakan hukum lingkungan tidak hanya bersifat represif, tetapi juga bersifat preventi
Penegakan hukum lingkungan yang bersifat repres/f ditujukan untuk menanggulangi
perusakan dan atau pencemaran lingkungan dengan menjatuhkan atau memberikan sanksi (hukuman)
kepada perusak atau pencemar lingkungan yang dapat berupa sanksi pidana (penjara dan denda),
sanksi perdata (ganti kerugian dan atau tindakan tertentu), dan atau sanksi administrasi (paksaan
pemerintahan, uang paksa, dan pencabutan izin). Sedangkan penegakan hukum lingkungan yang
bersifat preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya perbuatan atau tindakan yang dapat
menimbulkan perusakan atau pencemaran lingkungan. Dewasa ini, instrumen hukum yang ditujukan
untuk penegakan hukum lingkungan yang bersifat preventif ini adalah AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) dan Perizinan.

6
B. SOLUSI YANG DILAKUKAN PEMERINTAH
Pencemaran lingkungan hidup, bukan hanya akan berdampak buruk bagi kehidupan
masyarakat yang ada sekarang, namun juga mengancam pada kelangsungan hidup anak cucu kita
kelak. Oleh karena itu baik masyarakat, maupun pemerintah berhak dan wajib secara aktif berperan
serta aktif dalam pelestrian lingkungan hidup, negara sudah berupaya memberikan perlindungan
melalui berbagai peraturan perundang-undangan. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PPLH) No. 23 tahun 1997, adalah suatu produk negara (pemerintah dan
legislatif) untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, sekaligus memberi perlindungan hukum bagi
masyarakat agar selalu dapat terus hidup dalam lingkungan hidup yang layak dan sehat.

Untuk menghadapi berbagai bencana baik bencana alam, bencana non-alam hingga bencana sosial,
diperlukan upaya penanggulangan bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Kegiatan pencegahan
bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau
mengurangi ancaman bencana.
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana bertujuan untuk:

- Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

- Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

- Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan


menyeluruh.

- Menghargai budaya lokal.

- Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

- Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan.

- Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7
Menurut UU No. 24 Tahun 2007, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung
jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
1. Pemerintah Pusat

Berikut ini tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai UU
tersebut, meliputi:
-Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program
pembangunan.

-Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.

-Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai
dengan standar pelayanan minimum.

-Pemulihan kondisi dari dampak bencana.

-Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang memadai.

-Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai.

-Pemeliharaan arsip atau dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana.

2. Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana


meliputi:

-Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar
pelayanan minimum.

-Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.

-Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program
pembangunan.

-Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang memadai.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia memberikan dampak yang lebih besar dari
pencemaran yang disebabkan oleh alam. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya populasi
manusia. Kegiatan-kegiatan manusia adalah faktor utama penyebab meningkatnya pencemaran
lingkungan. Manusia merupakan salah satu komponen ekosistem dalam lingkungan yang memiliki
peran fungsional ekologis. Di satu sisi, manusia berpotensi merusak dan mencemari bahkan
memusnahkan lingkungan. Di sisi lain, manusia berpotensi sebagai pelestari lingkungan.

Hal ini tergantung pada tingkat kesadaran dan kearifan lingkungan yang dimiliki dan
dikembangkannya. Termasuk juga tergantung pada visi pembangunan yang diyakininya.Kesadaran
lingkungan tampa- knya terdapat beberapa tingkat. Dimulai dari tingkat kesadaran ilmiah ekologis,
yang bersifat individual, kesadaran komunal sosial, kesadaran politik pendidikan dan hukum,
kesadaran kultural dan kesadaran spiritual. Kesadaran spiritual merupakan kesadaran puncak
tertinggi.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan juga termasuk masalah yang sangat sering dibicarakan secara
global, seperti contohnya pencemarah sungai oleh lmbahh pabrik dan rumah tangga, kemudian
kerusakanlingkungan yang paling besar dan yang aling sering terjadi yaitu pembakaran lahan atau
hutan oleh perusahaan, karna sebagaimana kita tahu bahwa Indonesia yang disebut sebagai jatung
dunia karna banyaknya hutan lebat. Maka jika semakin banyak huta yang dibakar dan ditebang maka
semakin sedikitlah populasi hewan primata yang mendiami hutan terebut.

Maka dari itu Peranan pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup adalah ikut membantu
dan mensosialisasikannya kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan dengan
kebisaan kebisaan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya dan membuatkan program
penghijauan dan reboisasi untuk hutan hutan yang gundul, serta melakukan pengawasan berupa
mengadakan kegiatan patroli hutan untuk mengawasi agar tidak terjadi pencuruan kayu dan
penebangan pohon sembarangan.

Dan sesuai denagn dikeluarkannya Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. 32 Tahun 2009 adalah dalam rangka memperkuat prinsip-prinsip dan materi muatan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan. Tindak pidana pembakaran lahan merupakan salah satu bagian dari
hukum pidana khusus yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

9
B. SARAN
Kerusakan dan pencemaran Lingkungan bukanlah hal yang asing lagi ditelinga masyarakat
Indonesia,karna semakin tahun semakin banyak Kerusakan Lingkungan yang terjadi dan itu terjadi
oleh tangan dan ulan manusi itu sendiri. Pencemaran lingkungan adalah masalah kita bersama. Jadi,
kita perlu melakukan berbagai langkah untuk mencegah keparahannya. Kita bisa memulai dari yang
paling sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi sampah plastik

Prinsip dan materi muatan tersebut memadukan prinsip perlindungan HAM, prinsip pembangunan
berkelanjutan atau keberlanjutan ekosistem, dan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah
serta perkembangan isu lingkungan global. Melalui keterpaduan ketiga prinsip dan antisipasi isu
lingkungan global tersebut, diharapkan tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan akan tercapai
dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. https://dinastirev.org/JIHHP/article/download/639/403/

2. https://media.neliti.com/media/publications/85166-ID-penegakan-hukum-lingkungan-menurut-
uuplh.pdf

3. https://www.dslalawfirm.com/id/hukum-lingkungan/

4.https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4780/1/AHMAD%20FAQIH
%20SYARAFADDIN-FSH.pdf

5. https://hulondalo.id/sanksi-pencemaran-lingkungan-hidup/

6. https://lhs-lawfirm.com/jasa-hukum/kasus-pencemaran-lingkungan-hidup/

11

Anda mungkin juga menyukai