Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

IPA DASAR
Tentang
“PENCEMARAN LINGKUNGAN”

Kelompok 14:
Dimas Zulvalen : 2214070010
Riyan Maulana : 2214070021
Al Khalid : 2214070199

Dosen Pengampu :
Media Roza, M. Si

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (A)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang mana atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah sesuai dengan rencana, guna
memenuhi tugas mata kuliah IPA Dasar MI/SD dengan judul makalah “Pencemaran
Lingkungan”. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Raulullah Saw
yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju terang benderang berupa agama
islam.

Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah
wawasan tentang geometri bangun ruang. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada
dosen mata kuliah yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Besar harapan kami kepada pembaca agar
memahami materi ini dan bisa mempelajarinya.

Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya
yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Padang, 8 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Agama....................................................................................... 2
B. Landasan Yuridik...................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN
A. Masalah Lingkungan................................................................................. 4
B. Pencemaran Lingkungan........................................................................... 4
a. Pencemaran Uadara................................................................... 5
b. Pencemaran Air......................................................................... 5
c. Pencemaran Minyak.................................................................. 6
d. Pencemaran Limbah Industri.................................................... 6
e. Pencemaran Tanah..................................................................... 6
C. Perlindingan dan Pengeloalaan Lingkungan............................................. 10
a. Perlindungan Lingkungan......................................................... 10
b. Pengelolaan Lingkungan........................................................... 15
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 17
B. Saran............................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


kualitas kehidupan makhluk di sekitarnya sehingga masalah pencemaran lingkungan
ini menjadi salah satu hal yang paling krusial. Banyak pencemaran yang marak dalam
kehidupan sehari-hari yang kita temui seperti pencemaran udara, air, tanah. Semua
dari pencemaran tersebut terjadi karena beberapa faktor. Faktor penyebab dari
pencemaran itu sendiri sangatlah banyak salah satunya merupakan dari proses alam,
manusia, dan faktor lainnya. Saat ini maraknya pencemaran yang sekarang sudah
mulai sulit dikendalikan utamanya setelah adanya revolusi perindustrian. Akibatkan
banyak sekali pabrik yang dibangun dan menyebabkan berbagai macam pencemaran
atau polusi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pencemaran Lingkungan?


2. Apa saja Pencemaran Linkungan?
3. Apa saja Perlindungan dan pengelaolaan Lingkingan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pencemaran Lingkungan


2. Untuk mengetahui apa saja Pencemaran Lingkungan
3. Untuk mengetahui Parlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

1
BAB II
LANADASAN TEORI

A. Landasan Agama

Pencemaran lingkungan yang di akbitakan manusia juga sudah diperingatkan


oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an, terdapat di dalam Surat Ar-Rum [30] ayat 41,

‫َظَه َر اۡل َف َس اُد ىِف اۡل َبِّر َو اۡل َبۡح ِر َمِبا َك َس َبۡت َاۡي ِدى الَّناِس ِلُي ِذۡي َق ُه ۡم َبۡع َض اَّل ِذۡى َعِم ُلۡو ا‬
‫َلَعَّلُه ۡم َيۡر ِج ُعۡو َن‬
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena tangan manusia,
sehingga Allah mencicipkan kepada mereka mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

(Telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan


menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak
sungainya menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia) berupa perbuatan-
perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca
liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami
merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai
hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan
maksiat.

B. Landasan Yuridis

Indonesia memiliki landasan undang-undang dalam hal mengurus dan


menindaklanjuti pencemaran lingkungan. Undang-undang pencemaran lingkungan di
Indonesia tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup.
Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan Pencemaran
lingkungan hidup, adalah “Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.

2
Sementara itu, untuk mengukur adanya suatu pencemaran ditetapkan dengan
baku mutu lingkungan hidup sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 1 Ayat (13)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, bahwa Baku mutu lingkungan hidup, adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu
sebagai unsur lingkungan hidup.

Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan:


Dilansir dari dlhk.bantenprov.go.id, Tindak Pidana Lingkungan Hidup saat ini
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu mulai dari Pasal 97 sampai dengan Pasal 120
UUPPLH.
Pasal 97 UUPPLH menyatakan bahwa tindak pidana yang diatur dalam
ketentuan Pidana UUPPLH, merupakan kejahatan, sehingga level perbuatan
tercelanya di atas pelanggaran.
Secara umum, perbuatan yang dilarang dengan ancaman sanksi pidana bagi
yang melanggarnya dalam UUPPLH yaitu perbuatan Pencemaran lingkungan hidup
dan perusakan lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 14 UUPPLH).
Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPPLH menyatakan bahwa
penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu
lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai
unsur lingkungan hidup.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Lingkungan

Naughton dan Larry L, Wolf mengartikan linkungan sebagaisuatu yang terkait


dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang secara langsung
dapat mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
organisme. Sedangkan menurut menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan hidup
merupakan semua benda dan kondisi termasuk manusia dan perbuatannya yang
terdapat dalam ruang tempat manusia dan mempengaruhi serta berkaitan dengan
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya (Dyah Widoo, 2021)1.
Pencemaran lingkungan merupakan kata yang setiap hari dibicarakan.
Diketahui bahwa pencemaran adalah sesuatu yang buruk atau yang tidak diinginkan.
Kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan seperti menebang hutan
sembarangan, penggunaan pestisida, dan pupuk kimia yang berlebih, membuang
sampah sembarangan, limbah industri, pola produksi dan konsumsi yang berlebihan.
Pencemaran lingkingan menurut UU No. 32/2009 merupakan proses masuk ataupun
dimasukannya makhluk hidup, zat energi atau komponen lainnya kedalam lingkungan
sehingga kualitas turun hingga ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkangan
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Catur Puspawati,
Dkk, 2009)2.

B. Pencemaran Lingkungan

Jenis Bahan Pencemar


Dilihat dari sudut pandang biologi, polutan (bahan pencemar) dapat
digolongkan dalam dua kelompok besar polutan, yaitu degradable dan nondegradable.
Pencemaran kelompok degradable adalah polutan yang dapat diuraikan kembali
(decomposed), atau dapat dihilangkan (removed), atau dapat dikonsumsi (consumed),
dan dapat diturunkan sifat bahaya atau sifat racunnya ke tingkat yang bisa diterima
oleh proses alam sendiri, maupun dapat diproses dengan teknologi yang

1
Zairinayati, dkk, Pencemaran Lingkungan (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), hal. 1.
2
Muhammad Ali, dkk. Pencemaran Lingkungan (Padang: PT Global Eksekutif Teknologi, 2022) hal. 107.

4
dikembangkan manusia (seperti instalasi pengolahan kotoran, instalasi pengolahan air
limbah, pembuatan pupuk kompos)3. Jenis bahan Pencemar terdiri dari sebagai
berikut,

1. Pencemaran Udara
Perkins (1974) mengatakan bahwa pencemaran udara berarti hadirnya suatu
kontminan dalam udara (atmosfir) seperti debu, asap gas, kabut, bau-bauan, dan uap
dalam kuantitas yang banyak dengan sifat dan laam keberlangsungannya diudara,
sehingga mendatangakan gangguan kepada manusia dan makhluk hidup lainnya.
Peavey (1985) mangatakan Pencemaran udara didefenisikan masuk satu atau
lebihnya kontaminan/polutan seperti debu, asap, bau, gas, dan uap ke atmosfir dalam
jumlah tertentu dan karakteristik tertentu serta dalam waktu tertentu pula yang dapat
membahayakan kehidupan. Selain polutan-polutan itu tersebut, aktivitas manusia
berperan besar dalam polusi udara.

Terdapat dua jenis sumber pencemar udara yaitu sebagai berikut:


a. Zat Pencemar premier, yaitu zat kimia yang berlangsung yang
mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut
berasal dari komponen udara alamiah seperti karbon dioksida yang meningkat
diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya ditemukan dalam
udara, misalnya timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer
melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara4.

2. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah adanya pencemaran di air. Pencemaran air merupakan
kualitas kimia, fisika, daya hantar listrik, mikroorganisme di air, dan tingkat radiasi
sesuai dengan peruntukan air tersebut. Insektisida dan herbisida merupakan bahan
pencemar yang paling banyak dijumpai di lingkungan permukiman, lingkungan
pertanian, dan lingkungan perkebunan. Insektisida jenis Chlorinated Hydrocarbons
merupakan penyebaran bahan kimia sintetik yang membahayakan kehidupan. Tingkat

3
Subardan Rochmad, MModul 1: Ruang Lingkup Pencemaran (BIOL4420). hal 1.8
4
Zairinayati, dkk, Pencemaran Lingkungan (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), hal. 23-25.

5
racun dari insektisida ini sangat potensial untuk memberikan akibat biologis pada
semua makhluk hidup, bukan hanya pada serangga5.

3. Pencemaran Minyak
Pencemaran minyak merupakan konsekuensi logis dari cepatnya pertumbuhan
penduduk dunia yang membutuhkan minyak mentah. Mengapa? BBM, beberapa
bahan kimia, bahan sintetis, kontainer plastik, dan banyak lagi lainnya dibuat dari
bahan baku minyak mentah. Sumber-sumber atau sumur-sumur minyak semakin jauh
dari hunian manusia. Karenanya perlu kapal-kapal tanker pengangkut untuk jarak jauh
dan tentu sangat berisiko kecelakaan. Pencemaran perairan oleh tumpahan minyak
sangat merusak ekosistem dan tidak mudah ditanggulangi. Efluen dari proses
pengilangan minyak sangat berpotensi mencemari lingkungan kehidupan. Pencemaran
panas juga diakibatkan oleh instalasi penyulingan, oleh proses pendinginan instalasi
pembangkit listrik, dan oleh proses pendinginan industri logam dan indu stri lainnya6.

4. Pencemaran Limbah Industri


Pencemaran limbah industri kertas (paper) dan bubur kertas (pulp) yang belum
menerapkan “clean industry” masih terus berlangsung di berbagai daerah. Industri ini
banyak menggunakan air dalam prosesnya. Limbah cair tersebut masih banyak yang
dibuang begitu saja di suatu hamparan ekosistem dan mencemari tanah di lahan
tersebut. Atau langsung dibuang ke sungai, danau, atau laut yang mengakibatkan
bertambahnya akumulasi bahan pencemar di perairan7.

5. Pencemaran Tanah
Sama halnya dengan pencemaran pada udara, maka di tanah pun bisa terjadi
pencemaran oleh bahan bahan pencemar yang keberadaannya melebihi batas toleran
daya dukung lingkungan.

1. Pencemaran Tanah Karena Aplikasi Pestisida


Pestisida adalah bahasa yang paling akrab dengan pertanian. Ilmu pertanian
tidak merekomendasikan penggunaan pestisida sebagai satu- satunya cara dalam
teknik budi daya pertanian.
5
Subardan Rochmad, MModul 1: Ruang Lingkup Pencemaran (BIOL4420). hal 1.8
6
.Ibid hal. 1.8
7
.Ibid hal. 1.9

6
Paling tidak ada tiga cara dalam pengembangan teknik budi daya pertanian
untuk suatu hasil yang diharapkan tanpa mencemari lingkungan. Dalam praktisnya,
hal ini jarang dilakukan. Kecenderungan terhadap pestisida dan pupuk sintetis lebih
mendominasi di kalangan petani, karena di samping kurangnya pengetahuan, juga
karena fanatik terhadap merek dan hasil instan dari penggunaan bahan kimia tersebut.
Ketiga cara budi daya itu ialah sebagai berikut.
a. Kultur teknis, seperti pengolahan tanah berupa perbaikan struktur tanah,
rotasi tanaman dan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa, dan lain
sebagainya.
b. Penanaman bibit unggul dari induk yang sehat yang dapat dikenali dari
morfologis (tampak luar) tanaman induk.
c. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu, berupa (a) teknik
fisika, (b) teknik biologis, (c) teknik kimia.
Posisi aplikasi pestisida berada pada poin ketiga dan itu pun terletak pada sub
poin (c) teknik pengendalian kimia. Di poin (c) inilah digunakan pestisida dari sekian
banyak metode yang dikembangkan.
Pestisida berasal dari kata pest = pengganggu dan sida = racun. Pestisida =
bahan beracun sintetis yang membunuh hama dan penyakit tanaman. Dari dua kata
itu saja sudah dapat dimengerti maksudnya sebagai bahan yang beracun, walaupun
diarahkan terhadap hama dan penyakit tanaman, tapi bukan berarti tidak beracun bagi
manusia.
Dampak pestisida tidak hanya mencemari lingkungan tanah dan air
sebenarnya. Tapi sesungguhnya mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan.
Dalam konsep PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) memang
dibedakan antara pencemaran lingkungan dengan perusakan lingkungan.
Tapi dalam praktisnya, peristiwa pencemaran dan atau kerusakan itu, sering
terjadi bersamaan di salah satu atau lebih komponen lingkungan. Pencemaran di air,
sering mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tanah.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh dampak pestisida terhadap tanah ialah
perubahan tekstur dan struktur tanah. Akumulasi residu pestisida memengaruhi
agregat tanah. Apalagi residu pupuk sintetis.
Pestisida berdasarkan kegunaannya dibagi atas beberapa golongan yaitu (1)
insektisida, untuk membasmi serangga (insekta), (2) herbisida, untuk membasmi gula
atau tumbuh-tumbuhan yang dianggap pengganggu, (3) fungisida, untuk membasmi

7
pertumbuhan dan perkembangan jamur (fungi), (4) nematisida, untuk membasmi
family cacing halus (nematode), (5) rodentisida, untuk membasmi tikus (rodentia),
(6) bakterisidam untuk membasmi perkembangan bakteri.
Ke semua jenis pestisida digunakan hampir di seluruh lahan pertanian di
tanah air. Bisa kita bayangkan efek residu dan akumulasi bahan berbahaya yang
tinggal dan menetap di tanah. Tanah yang diharapkan subur untuk lahan pertanian,
akan mengalami degradasi secara perlahan.
Istilah degradasi ini, dapat dimaknai sebagai penurunan fungsi lingkungan
karena terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan. Degradasi sumber
daya lahan karena efek pestisida ternyata juga berdampak pada pencemaran air.
Lebih dari itu, bahkan terjadinya hujan asam karena penguapan uap air yang
mengandung residu pestisida dari tanah, akan dibawa turun oleh air hujan ke bumi.

Reaksi sederhananya ialah sebagai berikut.


SO3 + H2O → H2SO4

SO3 merupakan residu pestisida yang bersama uap air naik ke atas, dan
dibawa turun lagi oleh air hujan (H2O) yang telah mengandung asam sulfat (H2SO4).
Inilah yang menyebabkan terjadinya cat bangunan yang terkelupas, karena hujan
mengandung asam sulfat.
Sastrawijaya (1991) melaporkan golongan, nama dan unsur yang dikandung
pestisida yang ada di Indonesia, pencemaran tanah akibat residu pestida tidak hanya
berhenti sampai di tanah saja. Bisa dimakan oleh manusia melalui bahan tanaman
hasil panen, bisa diuapkan melalui penguapan dan bereaksi dengan air hujan
membentuk hujan asam, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dan bisa mengalir
ke badan-badan air dan lain sebagainya.
Segumpal tanah seberat 0,5 kg mengandung sekitar 1 triliun bakteri, 200 juta
jamur, 25 juta algae, 15 juta protozoa, serta cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya.
Apabila penyemprotan dilakukan berlebihan maka semua makhluk penyubur tanah
akan ikut lenyap (Sastrawijaya, 1991).
Palar (2004) melaporkan bahwa salah satu keracunan pestisida dengan bahan
aktif DDT (Dichloro Diphenyl Trikhloroetana) pernah terjadi di Jepang. Pada awal
pemakaian pestisida di negeri Sakura itu, telah meningkatkan jumlah lumbung beras

8
sampai 33%. Sementara itu, tercatat pemakaian phenyl mercury sebagai bahan
pestisida sebesar 140.000 ton.
Keadaan tersebut kemudian ternyata menimbulkan kerugian lain, yaitu
punahnya populasi Bangau Putih (ciconia ciconia) yang banyak hidup di area
persawahan di Jepang.

2. Pencemaran Tanah Karena Sampah Anorganik


Pencemaran tanah karena keberadaan sampah anorganik secara umum lebih
banyak disebabkan karena limbah domestik dewasa ini. Karena semakin padatnya
pemukiman di kota besar, sehingga timbulan sampah dari rumah tangga pun
meningkat. Di samping itu, aktivitas manusia selain di dunia industri seperti di
perkantoran, di pasar dan lain sebagainya telah berkontribusi terhadap pencemaran
tanah karena keberadaan sampah anorganik.
Di samping menurunkan kualitas lingkungan, terutama aspek estetika,
keberadaan sampah anorganik juga bisa sebagai vektor dari berbagai penyakit pada
manusia dan hewan peliharaan.

3. Pencemaran Tanah Karena Sampah Organik


Sama halnya dengan pencemaran tanah karena sampah anorganik, maka pada
sampah organik yang berasal dari makhluk hidup ini juga sering berada dalam
lingkungan hidup.
Keberadaan sampah organik yang disebabkan oleh manusia ini tak lepas dari
aktivitas ekonomi manusia, seperti di pasar dan pertokoan yang memiliki barang
dagangan berupa makhluk hidup seperti ayam potong dan lain sebagainya.

4. Pencemaran Tanah Karena Deterjen


Deterjen memiliki senyawa kimia. Deterjen yang digunakan oleh domestik
maupun industri berupa limbah cair sering langsung dialirkan ke badan air. Hal
tersebut membuat terjadinya pencemaran air yang kemudian terakumulasi pada
tanah8.
C. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

8
Indang Dewata, Yun Hendri Danhas. Pencemaran Lingkungan (Depok: PT. Raja Grafindo Persda,
2018), hal. 87-91.

9
1. Perlindungan lingkungan
Istilah perlindungan lingkungan lebih praktis dan popular diwarisi dan
dipahami sebagai pelestarian lingkungan hidup. Konsep pelestarian lingkungan
sebenarnya merupakan upaya pelestarian dari fungsi lingkungan hidup itu sendiri.
Dengan demikian, secara langsung telah mengandung makna perlindungan terhadap
lingkungan (environment protection).
Sebelum lebih jauh membahas tentang konsep dan upaya pelestarian
lingkungan, yang secara implisit adalah perlindungan lingkungan, mari kita telaah
terlebih dahulu tentang maksud melestarikan lingkungan tersebut. Hal ini akan
memberi alasan yang mendasari pemahaman konsep pelestarian lingkungan.
Di samping itu, agar lebih mempertegas pemahaman dalam relevansi dan
eksistensi pencemaran lingkungan dalam konsep perlindungan lingkungan yang
sedang dipelajari.
Dasar dari pelestarian lingkungan, selaras dengan upaya perlindungan dan
upaya pengelolaan lingkungan. Secara yuridis, konseppelestarian lingkungan di
Indonesia dituang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dilampirkan pada Lampiran 2. Upaya
pelestarian lingkungan merupakan bagian dari apa yang disebut dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan.
Lingkungan perlu dilindungi dan dikelola. Sehingga dalam Undang-Undang
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di ayat 2 dinyatakan bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, dan penegakan hukum.
Di jelaskan pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan Pelestarian fungsi lingkungan hidup
dijelaskan pada Pasal 1 ayat 6 sebagai rangkaian upaya untuk memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Pada ayat 7
dijelaskan pula tentang daya dukung lingkungan hidup merupakan kemampuan

10
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan
keseimbangan antarkeduanya. Sementara itu, yang dimaksud dengan daya tampung
lingkungan hidup dijelaskan pada Ayat 8 sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
Sebelumnya, manusia pernah tidak menyadari bahwa lingkungan perlu
dilestarikan. Manusia menganggap lingkungan menyediakan segala kebutuhan
mereka. Komponen lingkungan yang ada, berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Hanya itu
Sementara itu, lingkungan mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang lagi, setelah manusia memanfaatkan salah satu atau lebih komponen
lingkungan. Dengan alasan itu, manusia lantas seolah berbuat semena-mena terhadap
lingkungan.
Hasan (1988) menyatakan bahwa sebenarnya manusia ialah pendatang baru di
bumi yang sudah tua. Manusia muncul di masa glasial dalam sejarah geologis, yang
disebut zaman pleistosein. Artinya, lingkungan sudah menyediakan kebutuhan untuk
manusia dalam menjalankan fungsi biologisnya untuk berkembang biak dan bertahan
hidup (survive) serta menyesuaikan diri (adaptation).Dengan segala apa yang dimiliki
oleh manusia, akal dan kemampuan adaptasi biologisnya, kemudian manusia
menempati posisi teratas dalam mata rantai ekosistem. Pemanfaatan lingkungan pun
tetap senantiasa terjadi. Penebangan pohon, pembakaran hutan tanpa ada upaya
pemulihan terjadi di semua belahan bumi. Manusia kala itu hanya hidup mengikuti
binatang gembalaannya, sehingga lahirlah pola peradaban nomanden.
Pada kondisi manusia belum terlalu banyak, daya dukung lingkungan cukup
memadai untuk senantiasa menyediakan kebutuhan manusia kala itu. Tindakan
berpindah dan mencari sumber daya yang baru dan meninggalkan sumber daya yang
sudah terkuras saat itu, tidak signifikan untuk disebut dengan istilah terjadinya
degradasi lingkungan.Apabila satu lingkungan telah menurun kualitasnya, manusia
segera berpindah mencari lingkungan baru. Lingkungan baru selalu tersedia.
Lingkungan lama kembali melakukan suksesi dan membentuk keseimbangan alami
kemudian. Hal ini memungkinkan kala itu. Tapi sekarang? Ruang yang tersedia untuk
dapat disebut sebagai lingkungan yang baru sudah tidak ada. Lingkungan yang
mengalami penurunan kualitas, hampir terjadi di semua lingkungan di mana manusia
menempatinya.

11
Berpijak pada teori Ilmu Ekonomi Mikro bahwa munculnya Ilmu Ekonomi
berawal dari keadaan di mana kebutuhan manusia yang tidak terbatas telah
berhadapan dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas. Dengan kata lain, telah
terjadi keterbatasan sumber daya dari segi jumlah dan mutunya, karena manusia telah
lama memanfaatkan komponen lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seiring
dengan perkembangan populasi manusia tersebut.
Oleh karena itu, lahirlah konsep-konsep yang bertema pelestarian lingkungan.
Akal dan kemampuan adaptasi manusia, mulai diarahkan terhadap pelestarian
lingkungan. Hal ini menjadi mutlak diperlukan karena populasi manusia sudah
banyak dan hampir menempati semuapermukaan bumi. Sementara itu, bumi yang ada
sekarang, tetap bumi yang satu yang dulu juga.
Dalam bukunya yang berjudul Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, yang
diterbitkan tahun 2010, Emil Salim secara eksplisit mengungkapkan kekecewaannya
terhadap ulah manusia mengeksploitasi besar-besaran lingkungannya di mulai sejak
dulu kala sampai pada masa industrialisasi dan hari ini. Dampak dari perbuatan itu
sangatlah luas dan panjang.
Manusia di dunia baru bisa membangun bagi kepentingan nasional, bangsa
dan negaranya. Tetapi belum memperhitungkan dampak pembangunan pada
kerusakan bumi ini. Gas rumah kaca, memanasnya bumi, dan perubahan iklim adalah
contoh gamblang betapa egosentrisnya manusia membangun negaranya, sehinga tak
memperdulikan lagi dampak buruknya pada hanya satu bumi di alam sejagat ini
(Salim, 2010).
Keseimbangan alam telah dirusak oleh aktivitas manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Akibatnya, terjadi perubahan keseimbangan lingkungan dan
penurunan kualitas lingkungan, sehingga diperlukan upaya pelestarian.
Demikianlah secara historis, manusia melahirkan gagasan dan konsep tentang
pentingnya melestarikan lingkungan. Komponen lingkungan yang telah mengalami
kepunahan, bermakna keanekaragaman hayati telah berkurang dalam istilah ekonomi
memunculkan kelangkaan (scalcity).Selain kelangkaan sumber daya yang dapat
dihitung secara kuantitas, ternyata lingkungan juga mengalami penurunan fungsi.
Penurunan fungsi lingkungan sebenarnya dilukiskan oleh telah terjadinya
pengurangan jumlah komponen yang ada pada lingkungan sehingga menurunkan
fungsi komponen tersebut yang berimbas langsung pada penurunan fungsi lingkungan
tersebut.

12
Konsep pelestarian secara eksplisit merujuk pada fungsi ekologis. Artinya,
yang dilestarikan tak lain tak bukan adalah komponen lingkungan yang dijadikan
sumber daya bagi manusia untuk tujuan ekonomis.Di sisi lain, terkait persoalan
pelestarian lingkungan atau mempertahankan keseimbangan alam dalam konteks
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, Somarwoto (2001)
menjelaskan bahwa tidaklah mungkin kita melakukan pembangunan yang tidak
mengganggu keseimbangan lingkungan, yaitu pembangunan yang melestarikan
lingkungan, seperti yang banyak dianjurkan.
Menurut Kamus Purwadarminta (1976) arti “lestari” ialah tetap selama-
lamanya, kekal, tidak berubah seperti sedia kala. Melestarikan berarti menjadi
(membiarkan) tetapi tidak berubah. Dengan demikian, dalam pembangunan kita tidak
dapat melestarikan lingkungan atau melestarikan keseimbangan lingkungan. Yang
harus kita lestarikan bukanlah lingkungannya itu sendiri atau keseimbangan
lingkungan, melainkan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan dan
tingkat hidup yang lebih tinggi.
Perlahan, makna pelestarian lingkungan pun meluas. Sehingga dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009, pada Pasal 1 Ayat 6 digunakan kata “pelestarian fungsi
lingkungan” bukan “pelestarian lingkungan”.Kita dapat juga melihat arti lestari dari
sudut pandang yang lain yaitu kekal atau tetap ada, walaupun sifatnya berubah. Dari
sudut pandang ini lingkungan akan tetap ada atau lestari selama ada bumi dan alam
semesta. Tetapi lingkungan itu belum tentu tetap sesuai untuk kehidupan manusia.
Baik dari sudut pandang pertama maupun yang kedua, substansialnya ialah bahwa
yang harus dilakukan ialah peningkatan kualitas lingkungan. Dengan demikian,
konsep pelestarian lingkungan sebenarnya mempunyai makna implisit untuk
terjadinya peningkatan kualitas lingkungan untukmenopang kesejahteraan umat
manusia menuju tatanan yang lebih tinggi.
Dari pembahasan tentang latar belakang dari pelestarian lingkungan
sebelumnya, dan dari kajian pendapat tiga tokoh terkemuka seperti yang diutarakan
Prof. Emil Salim (2010), Muhammad Hassan (1988) dan Otto Soemarwoto (2001)
sudah bisa kita pahami bahwa pelestarian lingkungan lahir dari bentuk penyadaran
manusia terhadap ulah manusia sebelumnya yang menguras sumber daya lingkungan.
Padahal, sepanjang hidupnya manusia tetap membutuhkan lingkungan dan sumber
daya. Kenyataannya, kondisi lingkungan yang terdegradasi, akan mengakibatkan
manusia menjadi tidak bisa mendapatkan kebutuhan hidupnya lagi. Sehingga tindakan

13
pelestarian perlu dilakukan.Pengurasan sumber daya lingkungan telah menggiring
manusia membidani lahirnya konsep pelestarian lingkungan. Sementara itu, manusia
mesti juga harus memenuhi kebutuhannya dan melanjutkan pembangunan yang
berimplikasi terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu, konsep pelestarian
lingkungan pun mesti diletakkan pada makna yang benar. Bahwa pelestarian
lingkungan bukan berarti membiarkan lingkungan seimbang menurut alamiah, tapi
manusia mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan untuk tetap berada pada
tingkat yang kondusif dan daya dukung optimal terhadap kebutuhan dan kesejahteraan
manusia.
Ruang lingkup pelestarian lingkungan secara konseptual adalah lingkungan
fisis berupa abiotik dan biotik. Masing-masing komponen berinteraksi membentuk
siklus di alam dan menjalankan fungsi masing-masing membentuk keseimbangan
alami. Pelestarian lingkungan, berarti meningkatkan fungsi ekologis.
Dalam pelaksanaan pelestarian lingkungan ternyata tidak semudah dan
sesederhana mengucapkannya. Ia kemudian dirasa semakin rumit dan kompleks.
Tentu saja demikian, karena masing-masing komponen lingkungan yang dilingkupi
oleh konsep pelestarian lingkungan itu, juga mempunyai persoalan masing-masing,
sehingga terakumulasi di dalam lingkungan semua persoalan tersebut. Tidak jarang
terjadi persoalan lintas dimensi mensintesa wujud persoalan baru. Persoalan baru
tidak bisa diatasi dengan cara yang lama dan parsial.
Oleh karena itu, diperlukan lagi suatu konsep yang lebih mampu mewadahi
pelestarian lingkungan dalam menghadapi persoalan lingkungan yang berdinamika
sebegitu cepat dan tanggap. Lahirlah beberapa pemikiran dan konferensi, baik di
tingkat global maupun di tingkat lokal yang mengusung isu lingkungan. Isu-isu
lingkungan sejak dulu sampai hari ini tak akan lepas dari pencemaran dan kerusakan
lingkungan.Muara dari perkembangan konsep pelestarian lingkungan ialah bahwa
lingkungan dengan segala komponen dan potensinya, memerlukan upaya pengelolaan.
Upaya pengelolaan ini tak lepas dari cara pandang yang komprehensif terhadap upaya
pelestarian lingkungan. Konsep pelestarian lingkungan mesti dipayungi oleh konsep
pengelolaan lingkungan.Bahwa persoalan lingkungan ke depan lebih ditekankan pada
peran manusia sebagai manajer terhadap lingkungan. Hal ini sebenarnya sudah
diwariskan dari tradisi dan nilai-nilai budaya. Begitu juga dalam agama yang dianut
apa pun jenis agamanya selalu mengajarkan bagaimana manusia hidup untuk tidak
mencemari lingkungannya.

14
Fungsi pengelolaan manusia terhadap lingkungannya kemudian menjadi
stressing point di setiap wacana pencemaran dan kerusakan lingkungan. Inilah yang
memunculkan serangkaian program-program lingkungan di tingkat global, regional,
dan lokal.
Dengan kata lain, manusia harus lebih arif terhadap lingkungan. Mencemari
lingkungan adalah perbuatan tak bermoral dan tidak beretika.

2. Pengelolaan Lingkungan
Secara yuridis historis global, lahirnya konsep pengelolaan lingkungan,
diawali dengan sebuah konferensi pada tahun 1972 di Stockholm – Swedia. Institusi
internasional United Nations Organization(UNO) atau Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) menggelar konferensi tentang lingkungan hidup. Kegiatan itu diselenggarakan
pada tanggal 5-16 Juni 1972.
Konferensi ini merupakan cikal bakal dari tumbuh dan berkembangnya hukum
lingkungan internasional maupun nasional. Pada kegiatan itu melahirkan suatu
dokumen yakni Deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia atau biasa disebut
Deklarasi Stockholm yang terdiri atas preambule dan 26 asas serta dokumen-dokumen
lainnya.Inilah momentum sejarah di mana secara global manusia mulai menyadari
untuk melakukan pengelolaan lingkungan. Manusia mesti dan harus melakukan fungsi
pengelolaan terhadap lingkungan yang di dalamnya meliputi banyak hal, salah
satunya ialah pelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas lingkungan serta
peningkatan ekonomi.
Pengelolaan lingkungan dapat diartikan sebagai upaya manusia dalam
mengelola lingkungan hidupnya, sehingga kualitas lingkungan memberikan daya
dukung optimal untuk tatanan kehidupan manusia mencapai derajat yang lebih tinggi.
Berkaitan dengan pengertian ini, maka ruang lingkup dari pengelolaan
lingkungan itu tak lepas dari dua aspek pada mulanya, yakni (a) aspek ekonomis, dan
(b) aspek ekologis. Sebelumnya, pelestarian lingkungan tidak menyebut-nyebut aspek
ekonomis, tapi lebih pada aspek ekologis. Walaupun tujuan dan latar belakang
lahirnya konsep pelestarian lingkungan itu adalah alasan ekonomis. Tanpa ada upaya
pengelolaan, sudah barang tentu aspek ekonomis tidak akan tersentuh kalau hanya
kita stagnan pada pelestarian lingkungan fisis sebagai fungsi ekologis.
Tujuan pengelolaan lingkungan ialah mengkondisikan lingkungan menjadi
kondusif dan optimal dalam memberi daya dukung pada tatanan kehidupan manusia.

15
Tentu kondisi ini adalah kondisi di mana lingkungan tidak tercemar. Pencemaran
lingkungan sudah diketahui menyebabkan penurunan kualitas hidup manusia.
Terdapat 2 (dua) tujuan utamanya, yakni
1. Tujuan ekonomis meliputi kesejahteraan manusia, dan
2. Tujuan ekologis yang menerapkan wawasan lingkungan dan pelestarian
lingkungan hidup.

Dari dua tujuan di atas, secara eksplisit dapat dipahami di mana dan
bagaimana serta untuk apa pencemaran lingkungan yang sudah dipelajari melalui
buku ini.
Terkait tentang upaya pencegahan pencemaran lingkungan domestik, di satu
kota disediakanlah sarana dan prasarana. Bisakah sarana itu berfungsi tanpa dikawal
dengan aturan dan kebijakan?Bisakah aturan dan kebijakan berjalan tanpa adanya
penegakan hukum? Mungkinkah penyelesaian masalah pencemaran lingkungan
diakhiri dengan menyediakan sarana dan prasarana saja?
Genangan air terjadi di jalan raya, karena saluran drainage yang bermasalah.
Tampaknya masalah lingkungan tidak selesai apabila mengandalkan satu aspek saja
bukan?
Sekali lagi, masalah dalam lingkungan hidup adalah sangat kompleks dan
saling terkait. Banyak komponen di dalamnya yang berperan dan membentuk satu
kesatuan rona lingkungan. Perubahan salah satu komponen akan menyebabkan
perubahan rona lingkungan secara menyeluruh. Sehingga, pendekatan dalam
pencemaran lingkungan, adalah pendekatan sistem, yang menganalisis satu per satu
komponen yang dipandang sebagai sub-sub sistem. Rona lingkungan yang real, harus
dipotret dan direpresentasikan dalam sebuah miniatur yang disebut sebagai model
lingkungan terlebih dahulu. Baru bisa dianalisis satu persatu sub sistem yang ada,
sesuai dengan tujuan penelitian dan lingkup penelitian9.

9
Indang Dewata, Yun Hendri Danhas. Pencemaran Lingkungan (Depok: PT. Raja Grafindo Persda,
2018), hal. 107-115

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pencemaran merupakan suatu keadaan yang bisa kita temukan seharihari.


Pencemaran adalah masuknya benda asing yang tidak dikehendaki ke dalam suatu
lingkungan. Pencemaran disebabkan oleh adanya bahan pencemar di suatu
lingkungan, dalam jumlah yang melebihi batas yang bisa diterima oleh lingkungan.
Harga pencemaran bisa diukur dari biaya akibat dari eksploitasi sumber daya, biaya
pengendalian pencemaran, dan biaya penyehatan.Terjadinya masalah pencemaran
dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup di alam ini.
Secara umum, para ahli membuat klasifikasi pencemaran didasarkan pada
objek di mana bahan pencemar itu berada atau media pencemaran menjadi
pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah. Pencemaran udara adalah
adanya bahan pencemar di udara, baik berupa bahan gas, debu, maupun bising.
Pencemaran air adalah adanya pencemaran di perairan, baik berupa bahan kimia,
fisika, maupun biota. Pencemaran tanah atau terminal bahan pencemar merupakan
hamparan tanah yang menerima bahan pencemar, baik yang berupa bahan padat , gas,
maupun bahan cair

B. Saran

Penulis menyarankan pembaca untuk memahami tentang bangun ruang kubus,


balok, prisma, dan tabung dengan baik agar nantinya dapat memahami materi
tersebut. Karena keterbatasan materi dan pengetahuan dalam menyusun makalah ini,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari pembaca.

17
DAFTARPSTAKA

Indang Dewata, Yun Hendri Danhas. 2018. Pencemaran Lingkungan. Depok: PT.
Raja Grafindo Persda
Muhammad Ali, dkk. 2022. Pencemaran Lingkungan. Padang: PT Global Eksekutif
Teknologi
Subardan Rochmad, Modul 1: Ruang Lingkup Pencemaran (BIOL4420).
Zairinayati, dkk. 2022. Pencemaran Lingkungan Bandung: Media Sains Indonesia,
2022

18

Anda mungkin juga menyukai