Anda di halaman 1dari 15

KAPSEL HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

HUKUM LINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPU: RISKA ALKADRI, S. H., M. H.

Oleh :

1. MUHAMMAD AZIZ MARZUKI 8111420443


2. AGUNG ANDARYANTO RAHARJO 8111420459
3. ANNISA WIDIYANTI 8111420462
4. AL FARREL ATHAYA SUKMA 8111420464
5. NADYA ROISATUL KHASANAH 8111420487
6. CLARISSA PUTRI CHANTIKA 8111420488
7. IFA RAMADHANI IRWANDA 8111420490

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 3

B. Rumusan masalah ............................................................................................... 4

C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Lingungan ............................................................................. 5

2. Macam-Macam Hukum Lingkungan................................................................... 6

3. Permasalahan Lingkungan ................................................................................... 6

4. Permasalahan Lingkungan di Indonesia .............................................................. 8

5. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lingkungan ................................................... 10

6. Contoh Kasus Hukum Lingkungan di Indonesia ........................................................... 11

BAB II PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................................... 13

B. SARAN ............................................................................................................... 13

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain. Anatara manusia dengan
manusia, antara manusia dengan hewan, anatara manusia dengan tumbuh-tumbuhan.
Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia untuk memberikan
perhatian lebih besar kepada lingkungan hidup, mengingat kenyataan bahwa lingkungan hidup
telah menjadi masalah yang perlu ditanggulangi bersama demi kelangsuangan hidup didunia ini 1.
lingkungan hidup itu sendiri adalah bagian mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia pada
dasarnya dapat bernafas dan mendapatkan cahaya karena terdapat ruang udara dan matahari,
demikian juga kebutuhan manusia dalam hal memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sehari-
hari, misalnya makan, minum, bercocok tanam, membuat rumah, mandi dan berteduh merupakan
bagian dari hakikat lingkungan. Pandangan Naughton dan Larry L. Wolf,2 mengartikan lingkungan
sebagai sesuatu yang terkait dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang
secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
organisme. Lebih lanjut menafsirkan bahwa lingkungan hendaknya dibedakan dengan habitat, yang
dalam pengertian secara luas menunjukkan tempat dimana organisme berada serta faktor-faktor
lingkungannya.

Dalam perkembangannya, eksistensi hukum hanya terbatas dalam hal mengatur hubungan
manusia dengan manusia. Prinsip-prinsip hukum lebih ditujukan kepada manusia dengan segala
perilakunya dan dalam interaksinya dengan sesama. Hal ini dikarenakan obyek hukum bersifat
terbatas kepada manusia dan belum menguasai hubungan antara manusia dengan lingkungannya,
maka manusia bisa berkuasa sepenuhnya dengan alam lingkungannya dengan cara bagaimana saja
dan tiada yang melarang dan mengendalikannya, kecuali sudah bertemu dengan kepentingan
sesama (manusia). Dalam tataran normatif, prinsip-prinsip hukum dalam konteks kedudukan
manusia terhadap lingkungan meletakkan suatu nilai-nilai luhur bahwa betapa pentingnya nilai
lingkungan dan alam dalam kehidupan manusia. Deklarasi Stockholm 1972 melahirkan prinsip-
prinsip hukum terkait dengan kedudukan manusia terhadap lingkungan. Berdasarkan pada prinsip-
prinsip hukum tersebut, dapat dipastikan kehadiran dan keberadaan hukum lingkungan

1
Koesnadi Hardjasoemantri,1999, Hukum Tata Lingkungan, Edisi kedelapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
3
menunjukkan bahwa kedudukan alam dan lingkungan begitu amat substansi dalam hubungannya
dengan manusia, untuk itu harus dihargai dan di lindungi supaya tetap eksis berdampingan secara
baik dalam kehidupan manusia. Undang-undang dan segala bentuk produk hukum tentu akan
menjadi alat pengendali hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu;
1. Jelaskan Pengertian Hukum Lingkungan ?
2. Jelaskan Macam-Macam Hukum Lingkungan ?
3. Jelaskan Peraturan Perundang-Undangan Hukum Lingkungan ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah yaitu;
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian hukum lingkungan
2. Untuk mengetahui macam-macam hukum lingkungan
3. Untuk mengetahui Peraturan Perundang-undangan tentang hukum lingkungan
4. Permasalahan Lingkungan di Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Lingkungan

Manusia tumbuh dan berkembang bersama lingkungan di sekitarnya. Setiap interaksi manusia
baik sesama manusia dan dengan lingkungan akan memberikan dampak bagi lingkungan baik
positif maupun negatif. Oleh karena itu, dirancang sebuah aturan hukum untuk mengatur
keseimbangan manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. Hukum lingkungan mengatur pola
lingkungan beserta semua perangkat dan serta kondisi bersama manusia yang berada dan
mempengaruhi lingkungan tersebut. Hukum lingkungan dikenal dengan istilah environmental
law (Inggris), Milieurecht (Belanda), Umwelrecht (Jerman), Droit de Environment (Perancis),
Hukum Alam Sekitar(Melayu).
Menurut P. Gatot Soemartono hukum lingkungan adalah keseluruhan peraturan yang mengatur
tentang tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap lingkungan, yang
pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang
berwenang. menurut M Unadjat Danusaputro hukum lingkungan adalah hukum yang mendasari
penyelenggaraan perlindungan dan tata pengelolaan serta peningkatan ketahanan lingkungan 2.
Drusteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Milieurecht) adalah hukum yang
berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang
lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.
Dengan demikian hukum lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan
lingkungan. 3 Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang
mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda
dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam
ruang di mana manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia serta jasad-jasad hidup lainnya.

2
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika, 2008
3
Mohammad Taufik Makarao, Aspek-aspek Hukum Lingkungan, PT Indeks , 2006, hal. 3
5
2. Macam-Macam Hukum Lingkungan
Menurut Moenadjat hukum lingkungan ada 2 macam, yaitu Hukum Lingkungan Klasik dan
Hukum lingkungan Modern
 Hukum Lingkungan Klasik
Adalah hukum yang menetapkan dan norma-norma dengan tujuan dengan terutama sekali
untuk menjamin penggunaan dan ekploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan
berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin dalam
jangka waktu yang sesingkat singkatnya.

 Hukum Lingkungan Modern


Adalah menetapkan aturan dan norma-norma guna mengatur perbuatan manusia, dengan
tujuan melindungi dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin
kelestarian fungsinya agar dapat secara langsung terus menerus dapat digunakan oleh
generasi sekarang maupun yang akan datang.

3. Permasalahan Lingkungan
Richard Stewart dan James E Krier mengelompokkan masalah lingkungan dalam
tiga hal :
 Pencemaran lingkungan (pollution)
 Penggunaan atau pemanfaatan lahan yang salah (land misuse)
 Pengerukan secara berlebihan yang menyebabkan habisnya sumber daya alam (natural
resource depletion). Jika ditarik benang lurus, maka terganggunya kualitas lingkungan,
seperti habisnya sumber daya alam, tercemar serta rusaknya lingkungan, tidak terlepas dari
pemanfaatan sumber daya alam yang serampangan dan berlebihan (over exploitation of
natural resources).
Menurut Munadjat Danusaputro, Pencemaran adalah suatu keadaan, dalam mana suatu
zat atau energi diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya
perubahan dalam keadaan termaksud mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti

6
semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati 4.
Pencemaran lingkungan berdasarkan berat ringannya dibagi menjadi 4 macam 5, yaitu :
 Kronis, yaitu pencemaran lingkungan yang terjadi secara progresif, akan tetapi perubahan
dan dampaknya berjalan lambat,
 Kejutan atau akut, yaitu pencemaran lingkungan yang terjadi secara mendadak dan berat,
biasanya kerusakan akut ini timbul karena adanya kecelakaan,
 Berbahaya, yaitu pencemaran yang mengakibatkan kerugian biologis berat yang
mengancam kehidupan manusia dan makhluk hidup lain dalam hal adanya zat radioaktif
yang menyebabkan kerusakan genetik,
 Katastrofis, yaitu pencemaran lingkungan yang menyebabkan kematian organisme hidup
yang banyak sehingga dapat menimbulkan kepunahan.
Menurut Takdir Rahmadi, penyebab terjadinya permasalahan lingkungan yang terus
meningkat didominasi oleh 5 faktor utama6, yaitu:
 Teknologi, Adanya teknologi tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan
teknologi, manusia mengembangkan dan mengeksplorasi sumber daya sehingga mampu
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya. Terkait dengan penggunaan
teknologi dalam kehidupan manusia, Daniel Callahan dalam tulisannya The Tyranny of
Survival mengelompokkan teknologi menjadi 5 (lima) bagian berdasarkan dampak dan
potensi yang dimilikinya, yaitu: teknologi konservasi, teknologi perbaikan, teknologi
implikasi, teknologi destruktif, dan kompensatoris.
 Pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang pesat memerlukan ruang yang lebih
luas untuk rumah, lahan pertanian, serta kebutuhan hidup manusia lainnya. Untuk semua
itu perlu upaya mengelola lingkungan alamnya. Namun yang terjadi, penduduk di negara-
negara berkembang dan negara miskin, tidak mampu mengelola lingkungan untuk
mendukung kehidupannya sendiri, sehingga yang terjadi kemudian adalah kerusakan
lingkungan.
 Ekonomi. Keinginan untuk mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya
sumber daya alam, memacu negara-negara di dunia untuk mengeksploitasi sumber daya

4
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan dalam Pencemaran Lingkungan Melandasi Sistem Hukum Pencemaran, Buku V:
Sektoral (Bina Cipta, Bandung, 1986) h. 77.
5
Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia (PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 1990) h. 99.
6
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Rajawali Pers: Jakarta, 2011) h. 6-10.
7
alam yang dimiliki, yang secara kumulatif mengakibatkan penurunan kualitas dan
kuantitas sumber daya tersebut. Sehingga, faktor ekonomi suatu negara dapat dikatakan
sebagai salah satu pemicu terjadinya perusakan lingkungan.
 Politik. Pada faktor ini masih erat kaitannya dengan kepentingan-kepentingan yang ada
antara negara-negara maju dan negara berkembang dan negara miskin. Di negara maju,
permasalahan lingkungan yang menonjol adalah pencemaran akibat dari berkembangnya
industri, sedangkan negara berkembang dan/atau negara miskin, yang menonjol adalah
perusakan lingkungan akibat eksplorasi besar-besaran terhadap sumber daya alam.
Menjadi masalah apabila sistem politik dari negara-negara tersebut tidak mendukung
terhadap rehabilitasi lingkungan, di mana masalah utama dari negara berkembang dan
negara miskin adalah keterbatasan anggaran/ kurangnya dana rehabilitasi lingkungan.
 Tata nilai. Kehidupan manusia selalu bertalian dengan tata nilai yang dianggap baik serta
dipahami sebagai cara berpikir yang diwujudkan dalam etika dan tindakan manusia. Ada
sejumlah kebiasaan dan nilai di Indonesia dan negara lain yang memiliki tata nilai yang
sangat bersahabat dengan lingkungan. Ajaran agama juga selalu mengajarkan nilai untuk
menghormati dan tidak merusak alam dan lingkungan.

4. Permasalahan Lingkungan di Indonesia


Kondisi lingkungan di Indonesia makin hari makin meningkat kerusakan yang
dihasilkan dan menyebabkan timbulnya bencana yang dahsyat. Ada beberapa sektor
pembagiannya yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, yaitu :
a. Sektor Perhutanan
Dari hari ke hari perusak hutan kian bertambah banyak, yang akhirnya menyebabkan
hutan-hutan di Indonesia menjadi rusak ekosistemnya. Ada beberapa penyebab utama yang
menyebabkan hutan di Indonesia itu rusak :
1. pembalakan liar (illegal logging)
2. konsensi lahan untuk logging dan perkebunan (di atas kertas legal)
3. penambang liar
4. konsensi hutan untuk pertambangan, (di atas kertas legal)
5. perambahan hutan oleh masyarakat sekitar.
Selain itu, Hutan Indonesia juga rusak akibat tidak patuhnya para pengusaha sektor
8
kehutanan dan masyarakat pada umumnya akan hukum yang berlaku di Indonesia, sehingga
kejahatan kehutanan seperti illegal logging, perambahan kawasan hutan, dan pembakaran
hutan oleh masyarakat dan pengusaha perkebunan sawit hampir selalu lolos dari jeratan
hukum.

Akibat hal-hal di atas, hampir setiap musim hujan seluruh Indonesia dilanda banjir
bandang, khususnya di Jawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku dan bahkan Papua tidak
luput dari banjir bandang akibat penggundulan hutan di hulu dan sepanjang sungai-sungai
besar dan kecil. Tanah longsor juga semakin sering terjadi dan mengakibatkan kerugian
nyawa dan materiil yang sangat besar.
Kerusakan sektor kehutanan juga diakibatkan oleh praktek perkebunan besar (big
plantation) seperti kelapa sawit yang selalu menggunakan api dalam pembersihan lahan (land
clearing). Praktek ini tidak dibenarkan oleh UU Kehutanan dan UU Pelindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, tapi masih saja dilakukan sehingga tidak saja merusak
biodiversity hutan-hutan Indonesia bahkan sampai mencemari negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Oleh karena itu, isu pembakaran lahan dan kabut
asap ini dimasukkan pada bagian global di atas karena memiliki daya rusak yang signifikan.
b. Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan tak kalah parahnya dengan sektor kehutanan. Hampir semua
pertambangan di Indonesia tidak patuh pada peraturan hukum yang berlaku di negeri ini,
Menurut Greenpeace, sekitar 70 persen kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh
pertambangan. Jumlah izin pertambangan yang telah diberikan oleh pemerintah mencapai
lebih dari 10.000 perizinan dan ini belum termasuk perizinan tambang lainnya. Contoh
kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh pertambangan besar :
 Kasus Pencemaran Teluk Buyat
PT Newmont Minahasa Raya menandatangani Kontrak Karya dengan Pemerintah
tanggal 6 November 1986 dengan persetujuan Presiden No.B-3/Pres/11/1986. Perusahaan
tambang ini mempunyai izin untuk mengolah emas dan mineral, kecuali migas, batu bara,
uranium dan nikel di areal dengan luas wilayah 527.448 hektare dengan masa pengolahan 30
tahun. Selama kurun waktu 1996-1997, terjadi pencemaran yang diperkirakan karena
penambangan dan aktivitas pembuangan limbah 2000-5000 kubik ton limbah setiap hari

9
dibuang oleh PT Newmont Minahasa Raya ke perairan Teluk Buyat. Sejak aktivitas
pembuangan limbah tersebut, banyak nelayan yang protes karena sekitar akhir Juli 1996,
nelayan mendapati banyak ikan mati mengapung dan terdampar di pinggir pantai. Kasus
kematian ikan ini berulang sampai dengan bulan juli 1997.
 Lumpur Lapindo Brantas
Kasus lumpur Lapindo Brantas mengakibatkan 10.426 rumah di 16 desa (tiga
kecamatan Porong, Sidoarjo) terendam lumpur. Total warga yang dipindahkan lebih dari
8.200 jiwa dan tak kurang 25.000 jiwa mengungsi. Selain itu, jalan tol Porong-Gempol
ditutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Penyebab kejadian diperkirakan karena
kesalahan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006.
 Pencemaran Freeport
Pertambangan Freeport tidak saja mencemari lingkungan tapi telah banyak
menimbulkan derita dan kematian bagi warga di sekitar pertambangan. Di samping itu,
sejumlah kekerasan antara aparat dan penduduk sekitar juga sering terjadi bahkan sampai
menimbulkan korban jiwa baik dari kalangan penduduk, pekerja, bahkan aparat kepolisian
dan tentara.
c. Sektor Pencemaran Industri dan Transportasi
Di samping kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam seperti
tambang, hutan, ikan dan lain-lain, sumber permasalahan lingkungan di Indonesia juga
disebabkan oleh industri, dunia usaha dan limbah domestik.
Dari semua permasalahan lingkungan di Indonesia, baik di laut, di darat, di sungai, di
udara, dan di hutan, permasalahannya dapat dikerucutkan ke dalam dua akar masalah yakni:
kurangnya kesadaran masyarakat, dan semrawutnya tata kelola (governance) lingkungan dan
sumber daya alam di Indonesia.

5. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lingkungan

7
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang lingkungan dan ruang lingkupnya
sangat banyak, baik dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Surat
Keputusan Menteri, Peraturan Menteri, dan sebagainya. Peraturan perundang-undangan tersebut,

7
Santosa Budi Nur-Al Umar,Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia.(Wacana Hukum; Vol. IX, 2 Oktober 2011) h 28.
10
antara lain:

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eklusif.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
7. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Penggunaan Air.
8. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan.
9. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.
10. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, LNRI Tahun 2004
No. 29 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan.
11. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) No. :
Kep02/MENKLH/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

6. Contoh Kasus Hukum Lingkungan Di Indonesia

Kasus Lumpur beracun yang ada di pemukiman Desa Darawolong , Kecamatan Purwasari.
Kejadian ini terjadi pada Oktober 2019 terdapat puluhan ton lumpur beracun yang terkubur di
lahan pemukiman warga. Lumpur beracun itu berasal dari 3 perusahaan yang ada di Bandung
yaitu PT. FJ, PT. BCP dan PT. TB. Menurut keterangann dari pihak berwajib limbah beracun itu
seharusnya dibawa ke PT WI di Tangerang unntuk dimusnahkan. Namun, untuk mendapat
keuntungan lebih pihak PT RPW dan PT LSA selaku pihak ke-3 yang mengantar limbah
melakukan penyelundupan limbah. PT RWP dan PT LSA merupakan perusahaan transporter yang
membuat kesepakatan dengan tiga pabrik tekstil penghasil limbah. NH (inisial), direktur PT RPW
dan PT LSA, kemudian bersekongkol dengan koordinator lapangan, SI (inisial), untuk tidak

11
memproses uang tersebut. Dan teah ditetapkan bahwa NH dan SI sebagai tersangka dalam kasus
ini. SI disini berperan menggiring para sopir membuang limbah ke Karawang. Pada 29 Oktober
2019, Puluhan ton lumpur beracun dibawa dengan 5 buah dump truk dari Bandung ke Karawang.
Para pelaku dijerat pasal 104 UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Perbuatan tersebut di atas tentu sangatlah merugikan baik dari segi materil
maupun immateril. Pencemaran atau perusakan lingkungan tersebut merupakan suatu perbuatan
melawan hukum karena perbuatan tersebut merugikan, melanggar undang-undang serta
melanggar kepentingan umum. Tentunya setiap perbuatan yang merugikan orang lain tersebut
haruslah dipertanggungjawabkan secara hukum oleh pelaku pencemaran atau perusakan
lingkungan. Pertanggung jawaban tersebut dapat diberikan kepada siapa saja yang mengalami
dampak akibat pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan. Pertanggung jawaban perusahaan
berupa pertanggung jawaban perdata, pidana maupun administrasi dan harus sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 8

8
Mig Irianto Legowo, Tanggung Jawab Hukum Secara Perdata Pada Perusahaan Terhadap Pencemaran Dan Atau Perusakan
Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol. 19, No. 2, Oktober
2021.
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum lingkungan mengatur pola lingkungan beserta semua perangkat dan serta kondisi
bersama manusia yang berada dan mempengaruhi lingkungan tersebut. Dengan demikian hukum
lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan.
Menurut Moenadjat hukum lingkungan ada 2 macam, yaitu Hukum Lingkungan Klasik dan
Hukum lingkungan Modern. Dalam pengertian secara moderrn, hukum lingkungan lebih
berorientasi pada lingkungan atau Environment Oriented Law, sedangkan hukum lingkugan klasik
lebih menekankan pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use Oriented Law. Upaya
pemerintah untuk melindungi lingkungan baik dari sektor perhutanan, pertambangan, atupun dari
sektor Pencemaran Industri dan Transportasi telah Diatur salah satunya dalam UU NO 32 Tahun
2009 Tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Di Indonesia diketahui bahwa
masih terdapat banyak permasalahan terkait masalah lingkungan hidup yang terjadi diberbagai
sektor lingkungan hidup, mulai dari sektor perhutanan, sektor pertambangan, sektor perairan dan
bahkan sektor udara sekalipun. Adapun berbagai permasalahan tersebut tentu terjadi atas berbagai
faktor, namun faktor keserakahan manusia, tingkat kesadaran masyarakat yang minim, rendahnya
literasi terkait masalah lingkungan hidup, serta kurangnya perhatian pemerintah menjadi pemicu
utama terjadinya berbagai permasalahan lingkungan hidup di Indonesia.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan atas hasil pembahasan analisis dalam
makalah kami, yakni:
1. Bagi masyarakat, perlu ditingkatkannya lagi kesadaran akan pentingnya menjaga
kelestarian lingkungan sekitar yang telah sepatutnya dijaga bersama.
2. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dan khusus dalam menegakkan segala
peraturan dan hukum terkait dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
3. Pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama perlu untuk terus berkontribusi
meningkatkan tingkat kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hardjasoemantri. K. 1999. Hukum Tata Lingkungan. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Supriadi. 2008. Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Sinar Grafika.

Makarao Taufik. 2006. Aspek-aspek Hukum Lingkungan. PT Indeks.

Danusaputro, Munadjat. (1986) Hukum Lingkungan dalam Pencemaran Lingkungan


Melandasi Sistem Hukum Pencemaran, Buku V: Sektoral. Bandung: Bina Cipta.

Abdurrahman. (1990) Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung: Citra Aditya


Bakti.

Rahmadi, Takdir. (2011) Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

14
15

Anda mungkin juga menyukai