Anda di halaman 1dari 9

CATUR TERTIB PERTANAHAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Mata kuliah Hukum Tanah Dan Tata Guna Tanah
yang Diampu oleh Dr. Soediro SH, LL.M.

Disusun oleh

Rizky Sangaji

2110010053

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan begitu
banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat
yang telah di dapatkan dari Allah Swt. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena
telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
sebagai tugas mata kuliah Hukum Lingkungan dengan judul inti “CATUR TERTIB
PERTANAHAN”. Kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Soediro, SH, LL.M. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Tanah Dan Tata Guna
Tanah serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik
isinya maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharap kritik dan
saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini memberikan
manfaat umumnya pada para pembaca.

Purbalingga, 13 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tata nilai yang menyebabkan meningkatnya pencemaran dan perusakan lingkungan


adalah masih dianutnya etika lingkungan yang anthropocentric. Etika ini menempatkan
kepentingan manusia di atas kepentingan makhluk lainnya. Kepedulian manusia untuk
menjunjung keberlanjutan hidup dan alam yang tercermin dalam nilai-nilai kearifan lokal
yang menjunjung konsep pemeliharaan lingkungan, juga mulai pudar seiring dengan
meningkatnya tuntutan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun penelitian
dan penulisan hukum ini memusatkan pada permasalahan yakni: (1) Menemukan kerangka
pemikiran filsafat etika lingkungan (environmental ethics) dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan hidup; (2) Mengkaji bagaimana paradigma perkembangan etika lingkungan dapat
digunakan sebagi arah politik hukum lingkungan Indonesia. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian doctrinal (normative) dengan pendekatan konseptual dan pendekatan
historis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa lingkungan hidup menurut aliran
ekosentrime apabila dikaitkan dengan teori keadilan korektif  oleh Aristoteles, dapat
dimaknai sebagai adanya suatu ‘hak’ yang diberikan kepada lingkungan hidup. Sedangkan
untuk menentukan arah ius constituendum hukum lingkungan Indonesia diperlukan fokus
perbaikan budaya hukum daripada semata-mata peningkatan substansi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mencegah terjadi nya kebakaran alam?
2. Bagaimana penjabaran peranan hukum lingkungan ?
3. Bagaimana dinamika pengelolaan hukum lingkungan ?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui cara mencegah terjadinya kerusakan terhadap lingkungan hidup
2. Mengetahui cara penjabaran terhadap peranan hukum lingkungan
3.
BAB 11

PERMASALAHAN

Faktor Penyebab Rusaknya Lingkungan Hidup

Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup kasus kebakaran hutan di Indonesia


merupakan permasalahan yang cukup serius. Maka dari itu perlu adanya upaya penegakan
hukum yang memiliki sebuah peran yang penting. Penegakan hukum dapat dijadikan
sebagai aturan untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup dengan berpedoman pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hukum lingkungan hidup,
bentuk penegakan hukum terhadap permasalahan lingkungan hidup kasus kebakaran hutan,
dan pentingnya penegakan hukum untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Metode
yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah pendekatan yuridis normatif. Hasil dari
penelitian dapat dikatakan bahwa saat ini hukum lingkungan hidup masih dirasa lemah
dalam mengatasi berbagai permasalahan lingkungan hidup yang terjadi khususnya
kebakaran hutan di Indonesia. Penyebab tidak optimalnya hukum lingkungan karena
kurangnya bentuk penegakan hukum yang tegas dan nyata. Untuk itulah pentingnya
penegakan hukum harus terus ditegakkan demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Adanya penegakan hukum yang kuat dapat memberikan efek jera terhadap pelaku
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sebagai upaya untuk mensejahterakan
masyarakat demi terciptanya pembangunan berkelanjutan untuk kehidupan yang lebih baik.

Dalam konteks pengelolaan lingkungan, eksistensi hukum lingkungan diperlukan sebagai alat
pergaulan sosial dalam masalah lingkungan. Perangkat hukum lingkungan dibutuhkan dalam
kerangka menjaga agar supaya lingkungan dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan sesuai
dengan daya dukung atau kondisi kemampuan lingkungan itu sendiri. Dalam hukum
lingkungan diatur tentang obyek dan subyek, yang masing-masing adalah lingkungan dan
manusia. Lingkungan hidup sebagai obyek pengaturan dilindungi dari perbuatan manusia
supaya interaksi antara keduanya tetap berada dalam suasana serasi dan saling mendukung.
Dalam perspektif ilmu ekologi, semua benda termasuk semua makhluk hidup, daya, dan juga
keadaan memiliki nilai fungsi ekosistem, yakni berperan dalam mempengaruhi kelangsungan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Lingkungan hidup memberi fungsi yang amat
penting dan mutlak bagi manusia. Begitu juga, manusia dapat membina atau memperkokoh
ketahanan lingkungan melalui budi, daya dan karsanya. Dengan demikian tidak ada yang
tidak bernilai dalam pengertian lingkungan hidup karena satu dengan lainnya memiliki
kapasitas mempengaruhi dalam pola ekosistem. Dalam kehidupan manusia, lingkungan hidup
adalah merupakan salah satu aspek kebutuhan mendasar, dimana dalam memenuhi kebutuhan
tersebut manusia berhadapan atau melibatkan baik secara perorangan maupun antar manusia
dan kelompok. Dalam interaksinya, manusia, baik terhadap lingkungan hidupnya maupun
dengan sesamanya (antar manusia) dengan sasaran lingkungan atau sumber-sumber alam,
memerlukan hukum sebagai sarana pengaturan masyarakat. Pengaturan dapat berwujud
dalam bentuk apa yang boleh diperbuat, yang dalam hal ini disebut dengan hak, dan apa pula
yang terlarang atau tidak boleh dilakukan, yang disebut dengan kewajiban oleh setiap subyek
hukum. Pengaturan hukum selain sebagai alat pengatur ketertiban masyarakat (law as a tool
of social order), juga sebagai alat merekayasa atau membarui masyarakat (law as a tool of
social engineering).30 Berdasarkan pada gambaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
hukum lingkungan disini adalah mengandung manfaat sebagai sarana pengatur interaksi
manusia dengan lingkungan agar supaya tercapai suatu keteraturan dan ketertiban (social
order). Hal ini tentu sejalan dengan tujuan hukum yang tidak hanya semata-mata sebagai
suatu.

Cara Mencegah Terjadinya Kerusakan Terhadap Lingkungan Hidup

Kerusakan alam oleh Alam merupakan sumber utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup.
Segala kebutuhan dan keperluan hidup makhluk hidup di dunia ini berasal dari alam.
Kerusakan alam akan menjadi kerugian yang sangat besar di kemudian hari.

Oleh sebab itu, menjaga alam merupakan hal yang sangat penting agar kehidupan
berlangsung tanpa krisis dan berkecukupan.

Kerusakan alam terjadi karena dua faktor, yakni cuaca dan manusia. Faktor cuaca ekstrim
dapat mengakibatkan kerusakan alam seperti pohon tumbang, kebakaran hutan, dsb. Namun,
pada dasarnya kelalaian manusialah yang menjadi penyebab utama kerusakan alam.

manusia didasari karena eksploitasi berlebihan terhadap alam. Kebutuhan manusia dengan
memanfaatkan alam sebagai lahan industri seperti menebang pohon secara besar-besaran
tanpa diikuti dengan reboisasi mengakibatkan hutan menjadi gundul.
Hutan gundul akan mengakibatkan bencana alam seperti longsor yang dapat merugikan dan
merenggut nyawa apabila tidak dicegah sejak dini.

Selain itu, industri pabrik juga dapat menyebabkan pencemaran air. Pencemaran air terjadi
akibat limbah dibuang sembarangan ke aliran sungai dan laut sehingga berdampak pada
kesehatan biota sungai dan laut.

Pencemaran air juga terjadi karena perilaku manusia dalam membuang sampah sembarangan
ke aliran sungai atau selokan yang mengakibatkan terhambatnya aliran sehingga terjadi
banjir.

Untuk itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam mencegah kerusakan alam
yang dapat merugikan bagi keberlangsungan hidup. Pencegahan dapat dimulai dari hal
terkecil sekalipun.

Berikut adalah 5 cara dalam mencegah kerusakan alam.

1.  Pemilahan sampah dengan cara memisahkan antara sampah yang dapat didaur ulang dan
pupuk dapat mengurangi limbah sampah yang dibuang. Selain itu, buang sampah pada
tempatnya agar terhindar dari bencana banjir dan kebersihan lingkungan terjaga.

2.  Reboisasi atau penanaman kembali pada hutan atau tanah yang gundul dapat mencegah
dari bencana longsor.

3.  Tidak membuang limbah ke sungai dan laut. Pabrik harus memaksimalkan pemanfaatan
limbah agar tidak terjadi pembuangan secara sembarang dan merusak ekosistem.

4.  Membuat perencanaan terasering terhadap tanah yang memiliki kemiringan agar tidak
terjadi erosi akibat kurangnya resapan air dan tanah mudah terkikis.

5.  Menghargai dan mencintai alam sepenuh hati

Dengan menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian alam secara tidak langsung
menjadikan lingkungan kita aman ditinggali dan meminimalisir risiko krisis kesehatan akibat
bencana karena lingkungan yang rusak
Penjabaran Peranan Hukum Lingkungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar Efektifitas pengelolaan dana desa
terhadap kesejahteraan masyarakat pada Desa-desa di Indonesia dan pengelolaan tersebut
apakah sudah sesuai dengan perspektif hukum dan bagaimana pengelolaan Dana Desa
melalui BUMDes. Melalui pendekatan yuridis normatif, penelitian ini meneliti berkaitan
dengan Efektifitas PEngelolaan Dana Desa. Bagaimana pengelolaan SDA skala desa menurut
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Lalu, apa peran hukum dalam mengelola
Sumber Daya Alam (SDA) dan Kearifan Lokal skala desa oleh BUMDesa dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa. Dan, seperti apakah konsep manajemen
BUMDesa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan  tetap mengedepankan dan
menjaga kearifan lokal yang tengah hidup di masyarakat.

Kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa atau yang
di jamak dikenal sebagai UU Desa telah menjadi dasar hukum bagi desa untuk mengelola
serta mengatur Sumber Daya Alam (SDA) (SDA) dan Kearifan Lokal skala desa baik di
wilayah pesisir ataupun daerah pegunungan. Dalam UU Desa telah di berikan peluang bagi
sebuah desa agar pengengelola SDA melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), guna
membuat desa lebih mandiri dalam pengelolaan SDA sehingga tetap dapat melestarikan
aspek kearifan lokal sebagai nilai-nilai yang tidaklah dapat dipisahkan dari aspek
kesejahteraan. Terlebih dengan adanya dukungan atas dana desa. Didalam Undang-Undang
No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang yuridikasi, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat.
Dana desa digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang pemberdayaan
masyarakat yang diajukan untuk meningkatakan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dengan
menggunakan potensi dan sumberdayanya sendiri. Dalam kehidupan manusia, lingkungan
hidup adalah merupakan salah satu aspek kebutuhan mendasar, dimana dalam memenuhi
kebutuhan tersebut manusia berhadapan atau melibatkan baik secara perorangan maupun
antar manusia dan kelompok. Dalam interaksinya, manusia, baik terhadap lingkungan
hidupnya maupun dengan sesamanya (antar manusia) dengan sasaran lingkungan atau
sumber-sumber alam, memerlukan hukum sebagai sarana pengaturan masyarakat. Pengaturan
dapat berwujud dalam bentuk apa yang boleh diperbuat, yang dalam hal ini disebut dengan
hak, dan apa pula yang terlarang atau tidak boleh dilakukan, yang disebut dengan kewajiban
oleh setiap subyek hukum. Pengaturan hukum selain sebagai alat pengatur ketertiban
masyarakat (law as a tool of social order), juga sebagai alat merekayasa atau membarui
masyarakat (law as a tool of social engineering).

Dinamika Hukum Lingkungan Hidup

Konferensi Lingkungan Hidup Sedunia I yang diselenggarakan di Stockholm, Swedia pada


bulan Juni 1972, mendorong Pemerintah Indonesia untuk berkomitmen mengarahkan
pembangunan untuk mencapai peningkatan kesejahteraan berkelanjutan dan mewujudkan
Indonesia yang asri dan lestari sesuai sasaran dan arah pembangunan Lingkungan Hidup yang
digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam harus
berorientasi kepada konservasi sumberdaya alam untuk menjamin kelestarian dan
keberlanjutan fungsi sumberdaya alam, dengan menggunakan pendekatan yang bercorak
komprehensif dan terpadu. Namun dalam implementasinya terdapat beberapa fakta seperti
masih rendahnya pemahaman akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup secara berkesinambungan, lemahnya penegakan hukum sehingga
menyebabkan tekanan yang berlebihan terhadap fungsi lingkungan hidup, bahkan sampai
mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, masih tingginya tingkat pencemaran lingkungan
hidup, serta kurang adanya keselarasan pengaturan antara pemerintah pusat dan daerah, serta
antarsektor terkait. Dengan pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis
melalui pengkajian hukum doktrinal, maka disimpulkan bahwa permasalahan lingkungan
hidup pada substansinya hanya terfokus pada “pengendalian lingkungan” dan dalam
implementasinya di daerah cenderung bersifat administratif-kewilayahan dan berorientasi
ekonomi. Oleh karena itu harus ada perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya
alam agar supaya kebijakan keputusan yang diambil menggunakan perspektif jangka panjang
dengan mengedepankan pembangunan yang berkelanjutansecara terintegral serta
mempertimbangan aspek sosial masyaraka

Anda mungkin juga menyukai