Anda di halaman 1dari 25

USULAN RANCANGAN

PENELITIAN UNTUK PENYUSUNAN SKRIPSI

A. JUDUL : PERBUATAN MELAWAN HUKUM INDUSTRI RUMAH


TANGGA PABRIK TAHU TERHADAP PENCEMARAN
LINGKUNGAN DI SUNGAI KRUENG TANJONG ATAS
PEMBUANGAN LIMBAH TAHU.

B. Pelaksanaan Penelitian

a. Nama : Fauzi Maulana

b. NIM : 1203101010043

c. Angkatan Tahun : 2012

d. Program Studi : Ilmu Hukum

e. Program Kekhususan : Hukum Perdata

f. Jumlah SKS yang di peroleh : 130

g. Sudah/belum lulus mata kuliah wajib : Belum

h. Alamat : Jl.Alue Blang Lr.melati No.3

Neusu aceh.

C. Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain.1 Sehingga lingkungan hidup harus dijaga

kelestariannya sebagaimana di atur dalam regulasi Peraturan Republik Indonesia

1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Pasal 1 angka 1.

1
2

yaitu Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan, Sehingga perbuatan yang merusak lingkungan akan

diberikan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu system yang saling

berhubungan dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hamir

mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Maha kuasa di bumi ini. Itulah sebab

lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan

hidup yang sangat menentukan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan

saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup

(alam) hanya sebuah benda yang diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain,

manusia merupakan penguasa lingkungan.

Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi

sekarang ini baik pada lingkup global maupun lingkup nasional sebagian besar

bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti

di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku

manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri

sendiri. Manusia adalah penyebab utama dari kerusakan dan pencemaran

lingkungan.2

Dalam Ilmu Hukum dikenal 3 (tiga) katagori dari perbuatan melawan hukum,

yaitu sebagai berikut3 :

1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan.

2
Supriadi, HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA, Sinar Grafika, Jakarta 2006, Etika
Lingkungan hl 22.
3
Munir Fuady, PERBUATAN MELAWAN HUKUM PENDEKATAN KONTEMPORER, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung 2013, hl 3.
3

2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan

maupun kelalaian).

3. Perbuatan melawan hukum karena kelalalaian.

Sehingga perbuatan yang dilakukan oleh industri rumah tangga pabrik tahu

ini dapat dikatagorikan sebagai perbuatan melawan hukum karena kesengajaan,

dimana diketahui bahwa limbah adalah salah satu zat kimia yang dapat merusak

lingkungan dan berdampak negative terhadap ekosistem dan masyarakat

disekitarnya.

Dalam tata hukum kedudukannya (Perbuatan Melawan Hukum) begitu

penting karena perbuatan melawan hukum merupakan salah satu sumber utama

dari suatu perikatan selain kontrak.4 Hampir seluruh gugatan yang berada di dalam

pengadilan adalah gugatan mengenai Perbuatan Melawan Hukum, sehingga

menimbulkan bahwasanya benar Perbuatan Melawan Hukum terjadi sangat

kompleks di dalam masyarakat.

Dalam pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam haruslah selaras,

serasi dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Semakin banyaknya industri

yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia saat ini selain

membawa dampak positif bagi pembangunan dan kelanjutan bangsa, juga

membawa dampak negative terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan

baik. Tetapi banyak perusahaan sebagai pelaku industri yang mengangap bahwa

masalah pencemaran lingkungan tersebut bukan masalah yang penting padahal

pencemaran lingkungan baik yang dilakukan perorangan, ataupun badan hukum

akan membawa dampak buruk bagi kelestarian lingkungan hidup. Dampak buruk

4
Ibid, hal 3.
4

tersebut dapat mengangu dan merusak struktur dan fungsi dasar ekosistem yang

menjadi penunjang kehidupan.5

Dampak terhadap kesehatan manusia terutama bersumber dari pencemaran

lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan seringkali baru dapat dirasakan

setelah beberapa tahun atau puluhan tahun sejak masuknya suatu zat ke dalam

lingkungan hidup. Zat-zat kimia tertentu memerlukan proses akumulatif hingga

sampai waktu tertentu yang manusia tidak dapat mengetahuinya dengan pasti

barulah dampaknya dirasakan dan dilihat oleh manusia. Dengan demikian,

pencemaran lingkungan sering kali mengandung adanya risiko terhadap kesehatan

manusia.6

Kerusakan lingkungan dapat terjadi dimana saja khususnya di Provinsi Aceh.

Dapat dilihat dari berita sebagai berikut7 :

“BANDA ACEH - Krueng Tanjong yang membelah sejumlah gampong di

Kecamatan Ingin Jaya (Aceh Besar) dan Luengbata (Banda Aceh), tercemar

limbah rumah tangga dan industri kecil. Akibatnya, air menjadi hitam pekat dan

mengeluarkan bau menyengat. Warga yang rumahnya berdekatan dengan sungai

tersebut pun terganggu akibat pencemaran.

Serambi bersama warga dan tokoh masyarakat Gampong Tanjong, Kecamatan

Ingin Jaya, Aceh Besar, dan Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Luengbata, Banda

Aceh, sempat melihat langsung aliran air sungai yang menghitam pekat, Minggu

(30/8).
5
Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014), Tanggung Jawab PT.
VANESA CORPORATION terhadap pencemaran lingkungan di sungai batang ayumi atas kebocoran
pipa pembuangan limbah ditinjau dari UU NO. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, SINTA LESHARNOTO, Fakultas Hukum Universitas Surabaya.
6
Takdir Rahmadi, HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA. PT. Raja Grafindo Persada 2011, hl 4.
7
http://aceh.tribunnews.com/2015/08/31/krueng-tanjong-tercemar-limbah, Krueng Tanjong
Tercemar Limbah, diakses pada tanggal 23-maret-2016, Pukul 20.48 WIB.
5

Keuchik Tanjong Drs M Nur Husin MKes mengatakan, bau air sudah sangat

mengganggu warga. Air hitam pekat itu bahkan sudah merembes ke sumur warga.

Menurut M Nur, penyebab air tercemar karena limbah tahu yang dibuang ke

sungai. “Ada beberapa pabrik tahu yang limbahnya di buang ke sungai.

Akibatnya, air jadi tercemar,” kata M Nur.

Ketika air tergenang lantaran tak turun hujan, bau limbah sangat menyengat.

Namun, jika air memenuhi sungai, sebagian kecil limbah terbawa arus, dan bau

pun berkurang.

Bukan cuma itu. Di beberapa titik, sungai terlihat jadi menyempit akibat

penumpukan limbah di pinggir sungai. Ada pula bangunan kecil yang kayunya

ditancapkan ke dalam sungai, yang bisa berakibat sampah yang dibawa air

tertahan. Itu sebabnya, saat musim penghujan beberapa bulan silam, sungai ini

sempat meluap dan membanjiri rumah warga, mulai dari Gampong Reuloh, Cot

Mesjid, hingga Tanjong.

“Saya berharap warga tidak membuang limbah yang mencemari sungai. Selain itu,

kayu-kayu juga tidak boleh ditancapkan ke dalam sungai. Ini butuh kesadaran

warga,” pinta Keuchik Tanjong itu.”

Berdasarkan Latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pertanggung jawaban industri pabrik tahu terhadap perbuatan

melawan hukum yang membuang limbah ke lingkungan hidup ?

2. Apa peranan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh terhadap unit indutri

rumah tangga yang melakukan perbuatan melawan hukum (pencemaran

lingkungan) ?
6

D. PENELAAH KEPUSTAKAAN

Berdasarkan pada pasal 1365 KUHperdata, dalam Buku III BW, pada bagian

“Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang”, yang

berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang

lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.”

Unsur-unsur dari perbuatan melawan hukum sesuai dari pasal 1365 KUH

Perdata, maka mengandung sebagai berikut8 :

1. Adanya suatu perbuatan

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si

pelakunya. Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini

dimaksudkan, baik berbuat sesuatu maupun tidak berbuat sesuatu,

misalnya tidak berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai kewajiban hukum

untuk membuatnya, kewajiban mana yang timbul dari hukum yang berlaku

(karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena itu,

terhadap perbuatan melawan hukum, tidak ada unsur persetujuan atau

sepakat dan tidak ada juga unsur causa yang diperbolehkan sebagaimana

yang terdapat dalam kontrak.

2. Perbuatan Tersebut Melawan Hukum

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejakt

tahun 1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-

luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut :

8
Ibid, hal 10.
7

a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.

b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan ( geode zeden ), atau

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam

bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist

tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt

ten aanzien van anders person of goed).

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku

Agar dapat dikenakan Pasal 1365 tentang Perbuatan melawan hukum

tersebut. Undang-undag dan yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku

haruslah mengandung unsur kesalahan ( schuldelement ) dalam

melaksanakan perbuatan tersebut. Karena itu, tanggung jawab tanpa

kesalahan tidak termasuk tanggung jawab berdasarkan kepada pasal 1365

KUH perdata. Jikapun dalam hal tertentu diberlakukan tanggung jawab

tanpa kesalahan tersebut. Hal tersebut tidaklah didasari atas pasal 1365

KUH Perdata, tetapi didasarkan kepada undang-undang lain.

Karena Pasal 1365 KUH Perdata mensyaratkan adanya unsur

kesalahan dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui

bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan

dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat

dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur

sebagai berikut :

a. Ada unsur kesengajaan atau


8

b. Ada unsur kelalaian ( negligence, culpa) dan

c. Tidak ada alasan pembenar atau pemaaf seperti keadaan overmacht,

membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

4. Adanya kerugian bagi korban

Berbeda dengan kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenal

kerugian materil, maka kerugian karena perbuatan melawan hukum

disamping kerugian materil, yurispruensi juga mengakui konsep kerugian

inmatril, yang juga akan dinilai dengan uang.

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian

Untuk memecahkan hubungan causal antara perbuatan melawan

hukum dengan kerugian, terdapat dua teori yaitu :

 Condition sine qua non, dimana menurut teori ini orang yang

melakukan perbuatan melawan hukum selalu bertanggung jawab

jika perbuatannya condition sine qua non menimbulkan kerugian

(yang dianggap sebagai sebab dari pada suatu perubahan adalah

semua syarat-syarat yang harus ada untuk timbulnya akibat).

 Adequate veroorzaking, dimana menurut teori ini si pembuat hanya

bertanggung jawab untuk kerugian yang selayaknya dapat

diharapkan sebagai akibat dari pada perbuatan melawan hukum.

Terdapat hubungan causal jika kerugian menurut aturan pengalaman

secara layak merupakan akibat yang dapat diharapkan akan timbul

dari perbuatan melawan hukum.

Jadi secara singkat dapat diperinci sebagai berikut :


9

 Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh organ badan

hukum, pertanggungjawabannya didasarkan pada pasal 1364 BW.

 Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang

wakil badan hukum yang mempunyai hubunga kerja dengan badan

hukum, dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan pasal 1367 BW.

 Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh organ yang

mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, pertanggung

jawabannya dapat dipilih antara pasal 1365 dan pasal 1367 BW.

Menurut Rosa Agustina,dalam menentukan suatu perbuatan dapat

dikualifisir sebagai melawan hukum, diperlukan 4 syarat9 :

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain

3. Bertentangan dengan kesusilaan

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

9
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum. Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia (2003),
hal. 117.
10

Perbuatan dalam istilah Perbuatan melawan hukum adalah :10

 Nonfeasance, yakni merupakan tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan

oleh hukum.

 Misfeasance, yakni merupakan perbuatan yang dilakukan secara salah,

perbuatan mana merupakan kewajibannya atau merupakan perbuatan

yang dia mempunyai hak untuk melakukannya.

 Malfeasance. yakni merupakan perbuatan yang dilakukan padahal

pelakunya tidak berhak untuk melakukannya.

Industry rumahan diatur didalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN adalah :

 Pasal 1 angka 1, Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang

bertalian dengan kegiatan industri.

 Pasal 1 angka 2. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri

sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat

lebih tinggi, termasuk jasa industri.

 Pasal 1 angka 9, Perusahaan Industri adalah Setiap Orang yang melakukan

kegiatan di bidang usaha Industri yang berkedudukan di Indonesia.

Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja Berdasarkan jumlah tenaga

kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi : 11

10
Munir Fuady, PERBUATAN MELAWAN HUKUM PENDEKATAN KONTEMPORER, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung 2013, Kata Pengantar hl 5.
11
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter%20II.pdf, pengertian
industry, diakses pada tanggal 23-Maret-2016 Pukul 23.15 WIB.
11

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri

tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5

sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif

kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada

hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan

industri pengolahan rotan.

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup

besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan

perusahaan memiliki kemapuan manajerial Universitas Sumatera Utara 23

tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki

keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji

kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil,

industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.


12

Lingkungan hidup diatur didalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059) adalah :

Pasal 1 angka 1, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Pasal 1 angka 2, Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah

upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,

pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Pasal 1 angka 5, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang

merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam

membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Pasal 1 angak 6, Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya

untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup.

Pasal 1 angka 7, Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan

lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup

lain, dan keseimbangan antarkeduanya.


13

Pasal 1 angka 8, Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan

lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang

masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

Pasal 1 angka 9, Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang

terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan

membentuk kesatuan ekosistem.

Pencemaran lingkungan juga di sebutkan dalam UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP yaitu

dalam pasal :

 Pasal 1 angka 13, Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau

kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus

ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam

suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

 Pasal 1 angka 14, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke

dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui

baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Pasal 1 angka 15, Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran

batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang

dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan

fungsinya.
14

Pasal 1 angka 16, Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang

menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik,

kimia,dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup.

Pasal 1 angka 17, Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung

dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan

hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Limbah juga terdapat di dalam undang-undang yang sama yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009

TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP yang termuat dalam pasal :

Pasal 1 angka 20, Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 2 angka 21, Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3

adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,

dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk

hidup lain.

Pasal 1 angka 22, Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya

disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang

mengandung B3.

Pasal 1 angka 23, Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi

pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,

pengolahan, dan/atau penimbunan.


15

Pasal 1 angka 24, Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang,

menempatkan, dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah,

konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media

lingkungan hidup tertentu.

Pasal 1 angka 25, Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua

pihak atau lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi dan/atau telah

berdampak pada lingkungan hidup.

Pasal

1 angka 26, Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada

lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Limbah tidak hanya diatur didalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN

DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP tetapi juga diatur dalam

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN,

sebagai berikut :

- Pasal 1 angka 1, Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya

disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena

sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan

hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta

kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

- Pasal 1 angka 2, Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.


16

- Pasal 1 angka 3, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang

selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau

kegiatan yang mengandung B3.

E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan masalah terarah, tujuan, dan setiap pertanyaan penelitian

terjawab, maka ruang lingkup penulisan ini dalam bidang khusus Hukum

Perdata yaitu Perbuatan Melawan Hukum yang pembahasannya dibatasi

mengenai “PERBUATAN MELAWAN HUKUM UNIT INDUSTRI

RUMAHAN PABRIK TAHU TERHADAP PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI SUNGAI KRUENG TANJONG ATAS

PEMBUANGAN LIMBAH TAHU”

2. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya tulis ini adalah :

a. Untuk mengetahui ketentuan pertanggung jawaban terhadap Perbuatan

Melawan Hukum yang mencemari lingkungan sebagaimana tersebut

dalam KUH Perdata, Buku-Buku Perbuatan Melawan Hukum Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Untuk mengetahui ketentuan Perbuatan Melawan Hukum yang

mencemari lingkungan sebagaimana tersebut dalam Perbuatan Melawan

Hukum yang mencemari lingkungan sebagaimana tersebut dalam KUH


17

Perdata, Buku Perbuatan Melawan Hukum Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diberikan dari karya tulis ini adalah

sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sebuah informasi, menambah

wawasan berfikir dan kesadaran bersama dalam bidang keilmuan,

khususnya berkenaan dengan Perbuatan Melawan Hukum yang

mencemari lingkungan.

b. Manfaat praktis, adapun manfaat penelitian ini khususnya bagi penulis

sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran dan rasa rasa untuk

melakukan upayah perlindungan Lingkungan. Serta untuk meningkatkan

kemampuan penulis dalam mengembangkan wawasan dan pengetahuan

dibidang disiplin ilmu yang sedang penulis tempuh. Selain itu, juga

sebagai salah satu acuan kepustakaan Hukum Perdata, terutama dalam

hal Hukum Perdata terkait dengan Perbuatan Melawan Hukum.

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian


18

Guna untuk menghindari berbagai hal yang tidak berhubungan dengan

ruang lingkup skripsi ini, maka ada beberapa hal yang harus dijelaskan:

a. Perbuatan melawan hukum adalah Tiap perbuatan melanggar hukum,

yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut.12

b. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau

anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan,

industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. 13

c. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.14

d. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku

mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.15

12
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1365 atau Burgerlijk Wetboek (BW), dalam
Buku III BW
13
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter%20II.pdf, pengertian
industry, diakses pada tanggal 28-Maret-2016 Pukul 22.05 WIB.
14
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, pasal 1, angka 1.
15
Ibid, pasal 1, angka 14.
19

e. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.16

f. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(KUH Perdata)

g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, penulisan ini

menggunakan penelitian normatif (normative legal research) bagi ketentuan-

ketentuan mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang mencemari lingkungan,

khususnya ketentuan dalam KUH Perdata, Buku-Buku Perbuatan Melawan

Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Metode penelitian hukum

normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.17

Metode ini melakukan pengumpulan data melalui cara Library Research yaitu

dengan mencari berbagai informasi baik berita analisis, konsep-konsep hasil

pemikiran para ahli yang dimuat dalam buku-buku, jurnal, dan karya tulis

ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dan secara juga empiris yaitu pengumpulan data melalui surve ke lapangan,

memewancarai pihak-pihak yang berwenang, dimana penelitian ini berfokus

pada daerah Provinsi Aceh.

3. Sumber Data

16
Ibid, pasal 1, angka 20.
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta , PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 13–14.
20

Sesuai dengan tipe penelitian ini yaitu menggunakan penelitian hukum

normatif dan empiris dimana normatif kajian utamanya adalah data sekunder,

maka data-data yang diperoleh adalah melalui penelitian kepustakaan (Library

Research) yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan

bahan hukum tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

terdiri dari 18:

a. Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia; dan

b. Buku mengenai Perbuatan Melawan Hukum.

c. Yurisprudensi.

d. Doktrin

Penelitian pendukung yaitu penelitian empiris dimana kajian utamanya

adalah Survei Lapangan, maka data-data yang diperoleh adalah melalui

survey lapangan dan wawancara pihak yang berwenang.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, jurnal, tulisan-tulisan

ilmiah serta berbagai bahan bacaan lainnya yang diperoleh melalui media

elektronik, baik dari dalam atau luar negeri dan berhubungan dengan

penelitian ini.

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

18
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Gravindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm 31.
21

kamus hukum, kamus Black Law Dictionary, kamus bahasa Indonesia dan

ensiklopedia.

4. Metode Analisa Data

Data-data yang dihasilkan dari penelitian kepustakaan (Library

Research) dan penelitian lapangan selanjutnya diolah dengan menggunakan

metode penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu dengan mempelajari

instrument hukum internasional yang terkait dan menganalisa permasalahan

berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan untuk mendapat gambaran

yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini dan kemudian

diinterpretasikan dan disusun sehingga dapat diperoleh analisa yang objektif

untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

5. Jadwal Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis memperkirakan waktu yang

diperlukan dengan perincian sebagai berikut:

a. Pengumpulan data : 25 hari

b. Pengolahan data : 15 hari

c. Analisis data : 10 hari

d. Penulisan skripsi : 50 hari

Jumlah hari lamanya penelitian : 100 hari

G. SISTEMATIKA PENULISAN
22

Dalam rangka mempermudah dalam pemahaman terhadap penulisan

skripsi ini, maka pembahasannya dibagi dalam 4 bab sebagai berikut :

Pada bab pertama dengan judul Pendahuluan yang terdiri daari latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian,

Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua dengan judul perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

pengusaha industry rumahan yang membuang limbah tahu ke Lingkungan air.

Bab ini merupakan teori-teori yang berisikan sub judul Pengertian Perbuatan

Melawan Hukum,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan perundang-

undangan nasional.

Bab ketiga dengan judul Peranan Pemerintah Indonesia Khususnya

Pemerintahan Daerah Provinsi Aceh Untuk Melindungi Lingkungan air khusunya

sungai dari bahaya limbah. Bab ini menjelaskan bagai mana upaya pemerintah

untuk melindungi sungai dalam bentuk pelestarian lingkungan hidup.

Bab keempat merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan

saran yang sesuai dan berhubungan dengan permasalahan.

KERANGKA PENULISAN SKRIPSI


23

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
B. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian.
C. Metode Penelitian
D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERBUATAN MELAWAN


HUKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum


B. Pengaturan Nasional Mengenai Perbuatan Melawan Hukum Pencemaran
Lingkungan.
C. Kedudukan Provinsi Aceh Dalam Melakukan Upaya Perlindungan
Lingkungan dikarenakan Perbuatan Melawan Hukum.

BAB III UPAYAH YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH ACEH


DALAM MEAKUKAN PERLINDUNGAN TERHADAP pencemaran
lingkungan YANG TERDAPAT DI ACEH.

1. Pertanggung jawaban unit industry rumahan pabrik tahu terhadap


perbuatan melawan hukum yang membuang limbah ke lingkungan hidup?
2. Peranan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh terhadap unit indutri rumahan
yang melakukan perbuatan melawan hukum (pencemaran lingkungan)?

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
24

Munir Fuady, PERBUATAN MELAWAN HUKUM PENDEKATAN

KONTEMPORER, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2013.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta , PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal.

13–14.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Gravindo

Persada, Jakarta, 2004, hlm 31.

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Divisi Buku Perguruan

Tinggi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014), Tanggung

Jawab PT. VANESA CORPORATION terhadap pencemaran

lingkungan di sungai batang ayumi atas kebocoran pipa

pembuangan limbah ditinjau dari UU NO. 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, SINTA

LESHARNOTO, Fakultas Hukum Universitas Surabaya.

B. PERUNDANG-UNDANG

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1365 atau Burgerlijk Wetboek (BW).

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP. (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5059)
25

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANG PERINDUSTRIAN (Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5492)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5617)

C. WEBSITE

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38204/3/Chapter%20II.pdf,

KAJIAN HUKUM PERBUATAN MELAWAN HUKUM

MATERIL DALAM HUKUM PIDANA, diakses pada tanggal 23-

Maret-2016 Pukul 23.15 WIB

http://aceh.tribunnews.com/2015/08/31/krueng-tanjong-tercemar-limbah, Krueng

Tanjong Tercemar Limbah, diakses pada tanggal 23-maret-2016,

Pukul 20.48 WIB.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter%20II.pdf,

pengertian industry, diakses pada tanggal 28-Maret-2016 Pukul

22.05 WIB.

http://aceh.tribunnews.com/2015/08/31/krueng-tanjong-tercemar-limbah, Krueng

Tanjong Tercemar Limbah, diakses pada tanggal 23-maret-2016,

Pukul 20.48 WIB.

Anda mungkin juga menyukai