Anda di halaman 1dari 21

USULAN RANCANGAN

PENELITIAN UNTUK PENYUSUNAN SKRIPSI

A. JUDUL : PERBUATAN MELAWAN HUKUM INDUSTRI RUMAH


TANGGA PABRIK TAHU TERHADAP PENCEMARAN
LINGKUNGAN ATAS PEMBUANGAN LIMBAH TAHU.
(SUATU PENELITIAN DI KOTA BANDA ACEH)

B. Pelaksanaan Penelitian

a. Nama : Fauzi Maulana

b. NIM : 1203101010043

c. Angkatan Tahun : 2012

d. Program Studi : Ilmu Hukum

e. Program Kekhususan : Hukum Perdata

f. Jumlah SKS yang di peroleh : 130

g. Sudah/belum lulus mata kuliah wajib : Belum

h. Alamat : Jl.Alue Blang Lr.melati No.3

Neusu aceh.

C. Latar Belakang

Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

Perbuatan melawan hukum dalam bahasa belanda adalah onrechmatige daad,

yang mana dalam Pasal 1365 dijelaskan Perbuatan Melawan Hukum adalah

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena

kesalahannya menimbulkan kerugian bagi orang lain.1

1
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung 2013, hlm. 2

1
2

Di Indonesia perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas, yaitu

mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut :

1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain,

2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri,

3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan,

4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan

dalam pergaulan masyarakat yang baik.2

Dalam Ilmu Hukum dikenal 3 (tiga) katagori dari perbuatan melawan

hukum, yaitu sebagai berikut3 :

1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan.

2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan

maupun kelalaian).

3. Perbuatan melawan hukum karena kelalalaian.

Perbuatan melawan hukum dalam tata hukum sangat penting karena

perbuatan melawan hukum merupakan salah satu sumber utama dari suatu

perikatan selain perjanjian atau kontrak.

Gugatan terhadap perbuatan melawan hukum dalam tingkat litigasi

maupun non litigasi sering ditemukannya sengketa yang tidak hanya

menimbulkan kerugian secara individu namun juga menimbulkan kerugian ke

ruang lingkup yang lebih luas misalnya masyarakat.

Perbuatan melawan hukum itu dapat dilakukan oleh orang-perorangan,

industri rumah tangga maupun pabrik yang dapat menimbulkan kerugian materil

2
Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni, Bandung,
1982,hlm. 18
3
Munir Fuady, Op.cit, hlm. 3
3

maupun inmateril yang berdampak buruk bagi masyarakat. Perbuatan melawan

hukum yang memberikan kerugian bagi masyarakat sering tidak diperdulikan

didalam kehidupan sosial seperti halnya perbuatan yang dilakukan oleh industri

pabrik tahu yang melakukan perbuatan melawan hukum dengan unsur

kesengajaan dalam hal pencemaran lingkungan dengan cara membuang sisa

limbah dari pembuatan tahu ke sungai disekitar pemukiman masyarakat.

Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh industri pabrik tahu ini

telah melanggar Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang di sebutkan di dalam Pasal 69 Ayat (1),

huruf a dan e. Huruf a menyebutkan bahwa “ Setiap orang dilarang Melakukan

perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Sedangkan huruf e menyebutkan “Setiap orang dilarang membuang limbah ke

media lingkungan hidup”.

Di dalam Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang No 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian disebutkan kewajiban perusahan industri dalam mengelola

lingkungan, yaitu “Pemanfaatan sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) wajib dilakukan oleh: a. Perusahaan Industri pada tahap perancangan

produk, perancangan proses produksi, tahap produksi, optimalisasi sisa produk,

dan pengelolaan limbah”.

Dalam Undang-Undang No 4 Tahun 1982 Mengatur Tentang Kewajiban

Pengusaha yang harus dipenuhi, seperti yang terdapat pada Pasal 7 yang berbunyi

“Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara kelestarian

lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang

berkesinambungan”. Selanjutnya Ayat (2) disebutkan bahwa “Kewajiban


4

sebagaimana tersebut dalam Ayat (1) pasal ini dicantumkan dalam setiap izin

yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.”

Suatu perusahaan industri dalam proses berdirinya harus memliki izin dari

pemerintah seperti yang tertera dalam Pasal 36 Ayat (1) Undang-Undang No 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

berbunyi “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-

UPL wajib memiliki izin lingkungan”. Izin ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh pelaku usaha industri

sehingga bisa mengurangi resiko rusaknya lingkungan yang dilakukan oleh

pengusaha industri yang tidak bertanggung jawab.

Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 14 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menjelaskan Bahwa

Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah

ditetapkan4.

Setiap pengusaha industri yang melakukan Perbuatan Melawan Hukum

baik karena disengaja atau tidak disengaja maka harus bertanggung jawab seperti

yang telah diatur di dalam KUHPerdata Pasal 1366 berbunyi “Setiap orang

bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau

kurang hati-hatinya”.

4
Pasal 1 angka14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, hlm. 4
5

Dengan adanya kerugian yang diakibatkan oleh Perbuatan Melawan

Hukum tersebut Undang-Undang No 32 Tahun 2009 telah menetapkan sanksi

sebagaimana diatur didalam Pasal 87 Angka 1, 3, dan 4. Yaitu ” (1) Setiap

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar

hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang

menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar

ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu. (3) Pengadilan dapat menetapkan

pembayaran uang paksa terhadap setiap hari keterlambatan atas pelaksanaan

putusan pengadilan. (4) Besarnya uang paksa diputuskan berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Namun dalam kenyataanya masih ada industri rumah tangga pabrik tahu

yang membuang limbah ke sungai. Berdasarkan hasil redaksi dari Aceh Tribun

News mengatakan “Serambi bersama warga dan tokoh masyarakat Gampong

Tanjong, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, dan Gampong Cot Mesjid,

Kecamatan Luengbata, Banda Aceh, sempat melihat langsung aliran air sungai

Krueng Tanjong yang menghitam pekat.

Selanjutnya Keuchik Tanjong Drs M Nur Husin MKes mengatakan, bau

air sudah sangat mengganggu warga. Air hitam pekat itu bahkan sudah merembes

ke sumur warga. Menurut M Nur, penyebab air tercemar karena limbah tahu yang

dibuang ke sungai. “Ada beberapa pabrik tahu yang limbahnya di buang ke

sungai. Akibatnya, air jadi tercemar”5. Sehingga pabrik tahu yang terletak di

Krueng Tanjong ini memenuhi unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum, pihak

industri tahu ini karena kesalahannya yang disengaja maupun karena kelalaiannya

5
http://aceh.tribunnews.com/2015/08/31/krueng-tanjong-tercemar-limbah, Krueng Tanjong
Tercemar Limbah, diakses pada tanggal 23-maret-2016, Pukul 20.48 WIB
6

membuang limbah tahu ke sungai sehingga hal ini dapat merugikan masyarakat

sekitar

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pertanggung jawaban industri pabrik tahu terhadap perbuatan

melawan hukum yang membuang limbah ke sungai ?

2. Apa faktor penyebab terjadinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan

oleh industri pabrik tahu ?

3. Bagaimana upaya hukum terhadap kasus perbuatan melawan hukum oleh

industri pabrik tahu ?

D. PENELAAH KEPUSTAKAAN

Sebelum tahun 1919 perbuatan melawan hukum oleh Hoge Raad hanyalah

diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar hak subyektif orang lain atau

yang bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku perbuatan, dan dalam hal ini

harus mengindahkan hak dan kewajiban hukum legal.6

Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan bahwa “Tiap perbuatan

melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang

yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

R. Wijonom Projodikoro mengartikan kata Onrechmatgedaad sebagai

Perbuatan Melanggar Hukum. Menurutnya perkataan “Perbuatan” dalam

rangkaian kata-kata “Perbuatan Melanggar Hukum” dapat diartikan positif

melainkan juga negative, yaitu meliputi juga hal yang orang dengan berdiam diri

6
Riduan Syahrani, Seluk – Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2000, hal.274
7

saja dapat dikatakan melanggar hukum karena menurut hukum seharusnya orang

itu bertindak. Perbuatan negative yang dimaksudkan bersifat “aktif” yaitu orang

yang diam saja, baru dapat dikatakan melakukan perbuatan melanggar hukum.

yang bergerak bukan tubuhnya seseorang itu, melainkan pikiran dan perasaannya.

Jadi unsur bergerak dari pengertian “perbuatan” kini pun ada. Perkataan

“Melanggar” dalam rangkaian kata-kata “perbuatan melanggar hukum” yang

dimaksud bersifat aktif, maka menurut beliau perkataan yang paling tepat untuk

menerjemahkan onrechtimatigedaad ialah perbuatan melanggar hukum karena

istilah perbuatan melanggar hukum menurut Wirjono Projodikoro ditujukan

kepada hukum yang pada umumnya berlaku di Indonesia dan yang sebagian

terbesar merupakan hukum adat.7

Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum yang terdapat dalam Pasal 1365

KUHPerdata, adalah sebagai berikut8 :

1. Adanya suatu perbuatan

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si

pelakunya. Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini

dimaksudkan, baik berbuat sesuatu maupun tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak

berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai kewajiban hukum untuk membuatnya,

kewajiban mana yang timbul dari hukum yang berlaku (karena ada juga

kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena itu, terhadap perbuatan

melawan hukum, tidak ada unsur persetujuan atau sepakat dan tidak ada juga

unsur causa yang diperbolehkan sebagaimana yang terdapat dalam kontrak.

7
Wirjono Projodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm 1-2
8
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung 2013, hlm 10.
8

2. Perbuatan Tersebut Melawan Hukum

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun

1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni

meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.

b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan ( geode zeden ), atau

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam

bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist

tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt

ten aanzien van anders person of goed).

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku

Agar dapat dikenakan Pasal 1365 tentang Perbuatan melawan hukum

tersebut. Undang-undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku

haruslah mengandung unsur kesalahan (schuldelement) dalam melaksanakan

perbuatan tersebut. Karena itu, tanggung jawab tanpa kesalahan tidak termasuk

tanggung jawab berdasarkan kepada Pasal 1365 KUHPerdata. Jikapun dalam hal

tertentu diberlakukan tanggung jawab tanpa kesalahan tersebut. Hal tersebut

tidaklah didasari atas Pasal 1365 KUH Perdata, tetapi didasarkan kepada Undang-

Undang lain.

Karena Pasal 1365 KUH Perdata mensyaratkan adanya unsur kesalahan

dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui bagaimanakah

cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh hukum
9

mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya

secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Ada unsur kesengajaan atau

b. Ada unsur kelalaian ( negligence, culpa) dan

c. Tidak ada alasan pembenar atau pemaaf seperti keadaan overmacht,

membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

4. Adanya kerugian bagi korban

Berbeda dengan kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenal

kerugian materil, maka kerugian karena perbuatan melawan hukum disamping

kerugian materil, yurispruensi juga mengakui konsep kerugian inmatril, yang juga

akan dinilai dengan uang.

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian

Untuk memecahkan hubungan causal antara perbuatan melawan hukum

dengan kerugian, terdapat dua teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori

penyebab kira-kira. Hubungan sebab akibat secara faktual (causation in fact)

hanyalah merupakan masalah fakta atau apa yang secara faktual telah terjadi.

Penyebab yang menyebabkan timbulnya kerugian dapat merupakan penyebab

secara faktual, asalkan kerugian (hasilnya) tidak akan pernah terdapat tanpa

penyebabnya. Selanjutnya agar lebih praktis dan agar tercapainya elemen

kepastian hukum yang lebih adil, maka diciptakanlah konsep sebab kira-kira

(proximate cause), teori ini merupakan yang paling banyak pertentangan pendapat

dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum.


10

Menurut Rosa Agustina, dalam menentukan suatu perbuatan dapat

dikualifisir sebagai melawan hukum, diperlukan 4 syarat9 :

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain

3. Bertentangan dengan kesusilaan

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Wirjono Projodikoro mengatakan bahwa perbuatan melawan hukum

adalah perbuatan yang mengakibatkan kegoncangan dalam masyarakat dan

neraca keseimbangan dalam masyarakat terganggu. Kegoncangan ini tidak hanya

terjadi apabila peraturan-peraturan hukum suatu masyarakat dilanggar, melainkan

juga apabila peraturan-peraturan kesusilaan, keagamaan, dan sopan santun dalam

masyarakat dilanggar.10

Peraturan formal mengenai industri rumah tangga diatur didalam Undang-

Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Dalam Pasal 1 Angka 1

menjelaskan bahwa “Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang

bertalian dengan kegiatan industri”, sedangkan dalam Pasal 1 Angka 2

menjelaskan bahwa industri adalah “seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga

menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,

termasuk jasa industri”.

Usaha perindustrian yang saat ini berkembang di kalangan masyarakat

Indonesia salah satunya yaitu industri rumah tangga. Indutri rumah tangga

9
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum. Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia (2003),
hal. 117.
10
Wiryono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, Pembimbing Masa, Jakarta, 1989, hal.
27-28
11

adalah industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri

industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari

anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah

tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya industri tempe/tahu.11

Setiap perusahaan yang menjalankan usaha dibidang perindustrian tidak

terhindar dari kewajiban untuk menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan

hidup disekitar perusahaan tersebut, hal ini sebagaimana diatur didalam

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Pasal 1 Angka 1 menjelaskan bahwa “Lingkungan hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain”. Sedangkan dalam Pasal 1 Angka 2 dijelaskan bahwa “Perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,

pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan

hukum”. Jadi berdasarkan penjelasan pasal diatas bahwasannya setiap

perusahaan yang menjalankan perindustrian tidak boleh melakukan pencemaran

terhadap lingkungan hidup.

Timbulnya masalah-masalah lingkungan terjadi karena beberapa alasan,

Dalam literatur masalah-masalah lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam

tiga bentuk, yaitu pencemaran lingkungan (pollution), pemanfaatan lahan secara

11
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter%20II.pdf, pengertian
industry, diakses pada tanggal 23-Maret-2016 Pukul 23.15 WIB.
12

salah (land misuse), dan pengurangan atau habisnya sumber daya alam (natural

resource depeletion).12

Salah satu penyebab rusaknya lingkungan itu berasal dari limbah

produksi tahu. Limbah berdasarkan Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang No 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu

“Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan”.

Menurut Ridwan Halim Tanggung jawab hukum sebagai suatu akibat lebih

lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban

ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai

kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak

menyimpang dari peraturan yang telah ada13.

Pengusaha industri yang telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum

wajib bertanggung jawab baik karena perbuatan yang sengaja atau yang tidak

disengaja dan perbuatan yang dilakukan oleh orang lain. Dari Pasal 1365, 1366,

1367 KUHPerdata bisa di bagi (3) tiga jenis tanggung jawab, yaitu14 :

a. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian)

sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu: “Tiap-tiap

perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut”.

12
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2013,
hlm 1, dikutip dari Richard Stewart and James E. Krier, Environmental Law and Policy, (New York:
The Bobbs Co. Inc., Indianapolis, 1978), hlm. 3-5.
13
Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Citra Aditya, Bandung, 2010, hal. 35
14
Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, jakarta, 1982, hal 25-
26.
13

b. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian

sebagaimana terdapat dalam Pasal 1366 KUHPerdata yaitu: “Setiap orang

bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya,

tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.

c. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana yang terdapat di

dalam Pasal 1367 KUHPerdata yaitu: ”Seseorang tidak saja bertanggung jawab

untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk

kerugain yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah

pengawasannya.

Orang tua dan wali bertanggung jawab tentang kerugian, yang disebabkan

oleh anak-anak belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa

mereka melakukan kekuasaan orang tua dan wali.

Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk

mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang

diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam

melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakainya.

Guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang bertanggung jawab tentang

kerugian yang diterbitkan oleh murid-murid dan tukang-tukang mereka selama

waktu orang-orang ini berada dibawah pengawasan mereka.

Tanggung jawab yang disebutkan diatas berkahir, jika orangtua, wali, guru

sekolah dan kepala-kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat

mencegah perbuatan untuk mana mereka seharusnya bertanggung jawab”.


14

E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan masalah terarah, tujuan, dan setiap pertanyaan penelitian

terjawab, maka ruang lingkup penulisan ini dalam bidang Hukum Perdata

yaitu Perbuatan Melawan Hukum yang pembahasannya dibatasi mengenai

“PERBUATAN MELAWAN HUKUM INDUSTRI RUMAH

TANGGA PABRIK TAHU TERHADAP PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI KOTA BANDA ACEH”

2. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya tulis ini adalah :

a. Untuk mengetahui pertanggung jawaban industri pabrik tahu terhadap

Perbuatan Melawan Hukum yang mencemari lingkungan

b. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Perbuatan Melawan

Hukum oleh industri pabrik tahu

c. Untuk mengetahui Upaya hukum terhadap kasus Perbuatan Melawan

Hukum oleh industri pabrik tahu

3. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diberikan dari karya tulis ini adalah

sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sebuah informasi, menambah

wawasan berfikir dan kesadaran bersama dalam bidang keilmuan,

khususnya berkenaan dengan Perbuatan Melawan Hukum yang

mencemari lingkungan.
15

b. Manfaat praktis, adapun manfaat penelitian ini sendiri adalah untuk

meningkatkan kesadaran dan rasa untuk melakukan upaya perlindungan

Lingkungan. Serta untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengembangkan wawasan dan pengetahuan dibidang disiplin ilmu yang

sedang di tempuh. Selain itu, juga sebagai salah satu acuan kepustakaan

Hukum Perdata, terutama dalam hal Hukum Perdata terkait dengan

Perbuatan Melawan Hukum.

F. METODE PENELITIAN

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Guna untuk menghindari berbagai hal yang tidak berhubungan dengan

ruang lingkup skripsi ini, maka ada beberapa hal yang harus dijelaskan:

a. Perbuatan melawan hukum adalah Tiap perbuatan melanggar hukum,

yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut.15

b. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri

tempe/tahu, dan industri makanan ringan. 16

15
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1365 atau Burgerlijk Wetboek (BW), dalam
Buku III BW
16
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter%20II.pdf, pengertian
industry, diakses pada tanggal 28-Maret-2016 Pukul 22.05 WIB.
16

c. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.17

d. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu

lingkungan hidup yang telah ditetapkan.18

e. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.19

f. Pertanggung jawaban adalah suatu tanggung jawab hukum yang harus

dibebankan kepada pelaku perbuatan melawan hukum tanpa melihat

apakah yang bersangkutan dalam melakukan perbuatannya mempunyai

unsur kesalahan ataupun tidak.20

2. Lokasi dan populasi penelitian

a. Lokasi

Untuk pengumpulan data maka dilakukan penelitian lapangan yang

bertempat di tempat usaha industri rumah tangga pabrik tahu yang

berlokasi di Banda Aceh khusunya di Krueng Tanjong di daerah Lueng

Bata.

b. Populasi

Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan usaha industri pabrik tahu didaerah pemukiman


17
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, pasal 1, angka 1.
18
Ibid, pasal 1, angka 14.
19
Ibid, pasal 1, angka 20.
20
Marwan, Kamus Hukum, Reality Publisher, Surabaya, 2009, hal 588
17

warga beserta pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat pendirian usaha

industri pabrik tahu tersebut.

3. Cara pengambilan sampel

Sampel adalah himpunan bagian dari populasi. Pengambilan sampel

dari penelitian ini dilakukan secara kelayakan (purporsive sampling) atau teknik

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Dimana dari seluruh

populasi diambil beberapa orang sebagai sampel yang diperkirakan akan dapat

mewakili seluruh populasi yang terdiri dari responden dan informan.

Yang menjadi responden adalah :

1. 2 pengusaha industri tahu.

2. 6 penduduk setempat yang bertempat tinggal disekitar pabrik.

Yang menjadi informan adalah :

1. Keuchik Gampong Tanjong kecamatan Lueng Bata.

2. Bagian pengawas lingkungan hidup

4. Cara pengumpulan data

a. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan yaitu dengan cara

melakukan wawancara dengan responden dan informan, tujuannya untuk

memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

terhadap masalah yang akan diteliti.

b. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yaitu dilakukan

dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, teori-teori dan

buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Cara analisi data


18

Dari keseluruhan bahan dan data yang telah diperoleh baik dari

penelitian lapangan maupun dari hasil penelitian kepustakaan akan diolah dan

dianalisa dengan metode kualitatif terhadap apa yang dinyatakan oleh responden

dan informan secara tertulis atau lisan yang dipadukan untuk dipelajari dan

diteliti, disertai uraian dasar hukum yang berlaku dan mengaitkannya dengan data

kepustakaan, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan saran dari

keseluruhan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan analisis

yang mampu menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

6. Jadwal Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis memperkirakan waktu yang

diperlukan dengan perincian sebagai berikut:

a. Pengumpulan data : 25 hari

b. Pengolahan data : 15 hari

c. Analisis data : 10 hari

d. Penulisan skripsi : 50 hari

Jumlah hari lamanya penelitian : 100 hari


19

Banda Aceh, 31 Mei 2016


Peneliti

Fauzi Maulana

KERANGKA PENULISAN SKRIPSI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
B. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian.
C. Metode Penelitian
D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERBUATAN MELAWAN


HUKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum


B. Dasar hukum Mengenai Perbuatan Melawan Hukum Pencemaran
Lingkungan.
C. Ganti kerugian dan sebab akibat dari perbuatan melawan hukum.
D. Tanggung jawab industri rumah tangga terhadap pembuangan limbah ke
sungai.
20

BAB III UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH ACEH


DALAM MEAKUKAN PERLINDUNGAN TERHADAP
PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG TERDAPAT DI ACEH.

1. Pertanggung jawaban industri pabrik tahu terhadap perbuatan melawan


hukum yang membuang limbah ke sungai
2. Faktor penyebab terjadinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh industri pabrik tahu
3. Upaya hukum terhadap kasus perbuatan melawan hukum oleh industri
pabrik tahu

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Gravindo

Persada, Jakarta, 2004.

Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014), Tanggung

Jawab PT. VANESA CORPORATION terhadap pencemaran

lingkungan di sungai batang ayumi atas kebocoran pipa

pembuangan limbah ditinjau dari UU NO. 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, SINTA

LESHARNOTO, Fakultas Hukum Universitas Surabaya.

Marwan, Kamus Hukum, Reality Publisher, Surabaya, 2009.


21

Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta,

1982.

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung 2013.

Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Citra Aditya, Bandung, 2010.

Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni,

Bandung, 1982.

Riduan Syahrani, Seluk – Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,

2000.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta , PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Divisi Buku Perguruan

Tinggi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Wiryono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, Pembimbing Masa, Jakarta,

1989.

Wiryono Projodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Mandar Maju, Bandung,

2000.

Anda mungkin juga menyukai