Anda di halaman 1dari 62

1

ANALISIS HUKUM TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT


PERBUATAN PERTAMBANGAN
(Studi Pada Putusan Nomor 352/Pid.B/LH/2021/PN.Kbu)

Skripsi

Oleh
FEBRI IBNURULLAH
1802000065

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Bimbingan Skripsi


Pada
Program Studi Hukum

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI
2023
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi kekayaan alam yang sangat

melimpah. Salah satu aset alam yang terdapat di dalam perut bumi Indonesia

adalah kekayaan alam bahan galian tambang mineral. Mineral, sebagai anugerah

Tuhan Yang Maha Kuasa, yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan

Indonesia, secara alamiah diklasifikasikan sebagai sumber daya alam yang tidak

dapat diperbarui.

Lebih lanjut, hak negara dalam menguasai tanah dijelaskan dalam Pasal 2

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria (UUPA).: Ayat (1): “atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 Ayat 3 Undang-

Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan

ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada

tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh

rakyat”. Ayat (2): “hak menguasai dari Negara termaksud dalam Ayat 1 pasal ini

memberi wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;


3

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa”.

Rencana yang telah disebutkan di atas dapat diartikan bahwa negara berkomitmen

untuk menyediakan tanah yang akan digunakan untuk keperluan pertanian,

peternakan, perikanan, industri, dan pertambangan. Penyediaan lahan ini

memberikan indikasi bahwa perlu dilakukan regulasi dan pengaturan di wilayah-

wilayah tertentu untuk mendukung perkembangan usaha dalam sektor-sektor

tersebut.

Kegiatan usaha, seperti pertambangan batubara, pada dasarnya tidak boleh

melibatkan pihak-pihak tertentu atau kelompok mayoritas (masyarakat umum).

Sumber daya alam yang menjadi penyedia bahan tambang, seperti alam, tidak

boleh terganggu karena hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan

ekosistem dan ekologi, menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan. Dampak

dari pertambangan batubara juga berkaitan dengan aspek kehidupan masyarakat,

yang dapat dilihat dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM), sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hal

ini terutama berhubungan dengan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, termasuk

hak untuk hidup dan berkehidupan yang baik, aman, dan sehat yang dijamin oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Izin Usaha Pertambangan (IUP) diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjaga keterlibatan

negara dalam pengawasan dan kontrol terhadap pelaku usaha pertambangan, serta

mencegah pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Izin Usaha


4

Pertambangan (IUP) sangat vital bagi pemegangnya karena tanpa izin tersebut,

badan usaha di bidang pertambangan tidak dapat menjalankan kegiatan usahanya.

Dampak pasca tambang mencakup perubahan morfologi dan topografi lahan,

perubahan bentang alam, dan lahan yang menjadi tidak produktif serta rawan

potensi longsor. Ini melibatkan perubahan dalam struktur lahan bekas tambang,

seperti ketidakaturan bentang alam, timbunan tanah yang terjal, dan lubang-

lubang yang dihasilkan oleh alat berat.

Contoh kasus Putusan Nomor 352/Pid.B/LH/2021/PN.Kbu, terdakwa kartinah

alias simah binti karjono bersama dengan saksi efriyani yudhistira alias yudi bin

rochmani (alm) (di ajukan dalam berkas terpisah / splitsing ), pada hari jumat

tanggal 01 oktober 2021 sekitar pukul 14.30 wib atau setidak - tidaknya pada

bulan oktober 2021 atau setidak - tidaknya pada tahun 2021 bertempat di dusun

tanjung agung rt/rw 003/012 desa kembang tanjung kec. Abung selatan kab.

Lampung utara atau setidak-tidaknya daerah hukum Pengadilan Negeri Kotabumi,

yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara penambangan tanpa

izin, sesuai dengan ketentuan Pasal 35, melibatkan pihak-pihak yang terlibat

dalam perbuatan tersebut. Hal ini mencakup pemilik Izin untuk kegiatan

pertambangan mencakup Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Usaha

Pertambangan Khusus (IUPK), Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai

kelanjutan dari kontrak perjanjian operasi, Izin Pertambangan Rakyat (IPR), Surat

Izin Penyelenggaraan Bidang Usaha (SIPB), Izin Pengangkutan dan Penjualan

(IUJP), dan Izin Usaha Pertambangan untuk kegiatan penjualan.


5

Bedasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan hasilnya

ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Putusan Hakim Terhadap

Kerusakan Lingkungan Akibat Perbuatan Pertambangan (Studi Pada Putusan

Nomor 352/Pid.B/LH/2021/PN.Kbu)”.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneitian ini difokuskan pada:

1. Analisis hukum terhadap kerusakan lingkungan akibat perbuatan

pertambangan.

2. Pertimbangan hakim dalam memutuskan Kerusakan Lingkungan Akibat

Pebuatan Pertambangan

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi masalah dalam

skripsi ini yaitu:

1. Bagaimana Analisis hukum terhadap kerusakan lingkungan akibat perbuatan

pertambangan ?

2. Bagamana Pertimbangan hakim dalam memutuskan Kerusakan Lingkungan

Akibat Pebuatan Pertambangan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian dalam skripsi ini berdasarkan rumusan masalah di atas

yaitu untuk mengetahui:

3. Untuk Mengetahui Analisis hukum terhadap kerusakan lingkungan akibat

perbuatan pertambangan.

a. Untuk Mengetahui Pertimbangan hakim dalam memutuskan Kerusakan

Lingkungan Akibat Pebuatan Pertambangan


6

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, sebagai upaya peningkatan kompetensi penelitian melalui

proses pendidikan yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah

Kotabumi dalam mengembangkan ilmu hukum khususnya bidang Hukum

Pidana.

b. Kegunaan praktis, sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada

Program Studi Hukum Universitas Muhammadiyah Kotabumi.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana dalam Pasal 12 KUHP Terbaru yang berbunyi:

(1) Tindak Pidana merupakan perbuatan yang oleh peraturan perundang-undangan

diancam dengan sanksi pidana dan/atau tindakan.

(2) Untuk dinyatakan sebagai Tindak Pidana, suatu perbuatan yang diancam

dengan sanksi pidana dan/atau tindakan oleh peraturan perundang-undangan

harus bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat.

(3) Setiap Tindak Pidana selalu bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan

pembenar.

Pengertian pencurian adalah pengambilan barang kepunyaan orang lain tanpa izin

pemiliknya dengan cara yang melanggar hukum. Pencuri yang melakukan

pencurian dikenal sebagai maling atau maling Tindakannya sering secara sosial

dikenal sebagai pencurian. Bagian dari pencurian Ada dua faktor: objektif dan

subjektif. Unsur tujuan pencurian Terdiri dari kata kerja untuk mengambil, objek

adalah objek, dan ketika objek bergabung atau bergabung dengan objek, maka

objek tersebut dimiliki seluruhnya atau sebagian oleh orang lain. Unsur subyektif

dari pencurian meliputi niat, Kepemilikan disengaja dan melawan hukum.


8

Belakangan ini banyak kasus pencurian Sementara itu dilakukan,

masyarakat juga terus berkembang. Awal Pencurian terjadi melalui cara-cara

tradisional, seperti membobol pintu dan jendela Lompati pagar dan hindari atap

rumah, tapi di dalam Dalam perkembangannya, pencurian dilakukan secara

terang-terangan dan terlebih lagi Orang-orang di keramaian, bukan di tempat sepi,

pasti menjadi sasaran pencurian.

Pencurian memiliki beberapa komponen.

1. elemen yang diinginkan, yang terdiri dari: saudaraku melakukannya

i. Benda adalah benda Elemen status yang ditautkan/dilampirkan ke suatu objek.

Artinya, benda tersebut seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh orang lain.

2. elemen diri yang terdiri dari:

memiliki tujuan

Siapa yang seharusnya

Dalam melanggar hukum, tidak ada perbuatan atau peristiwa yang merupakan

pencurian kecuali jika semua unsur di atas ada

Belakangan ini banyak kasus pencurian Sementara itu dilakukan,

masyarakat juga terus berkembang. Awal Pencurian terjadi melalui cara-cara

tradisional, seperti membobol pintu dan jendela Lompati pagar dan hindari atap

rumah, tapi di dalam Dalam perkembangannya, pencurian dilakukan secara

terang-terangan dan terlebih lagi Orang-orang di keramaian, bukan di tempat sepi,

pasti menjadi sasaran pencurian. Pertanggungjawaban pidana terdiri dari dua

suku kata yaitu crime atau criminal liability yang berarti keterlibatan atau

pertanggungjawaban. dalam hal bahasa Pertanggungjawaban pidana Indonesia


9

tidak dapat diartikan sebagai 'pertanggungjawaban'.Ini ditafsirkan sebagai

"kejahatan", tetapi ditafsirkan secara berbeda dari "tanggung jawab

pidana".Seperti kedua kata tersebut memiliki maksud dan tujuan yang berbeda

Penafsiran mendalam dilakukan untuk mendapatkan unsur-unsur di dalamnya

Kata "dosa" dan "tanggung jawab". Tapi itu sudah lama Itu terjadi di masyarakat,

pemahaman menjadi dirinya sendiri Pada hakekatnya, pertanggungjawaban

pidana adalah suatu bentuk pertanggungjawaban Tanggung jawab orang untuk

(M. Husein harun. 2011: 83).

Pencurian merupakan kejahatan yang umum terjadi di masyarakat dan

salah satu kejahatan yang paling meresahkan masyarakat. Pasal 362 KUHP

berbunyi: 900 rupee)” (Muhammad Tawfeeq Makarau dan Sahasril, 2012: 56)

Pilar Perilaku yang Dilarang menunjukkan bahwa pencurian adalah kejahatan

formal. Mengambil adalah tindakan / perilaku fisik yang positif, biasanya

dilakukan dengan gerakan otot yang disengaja menggunakan jari dan tangan, lalu

menunjuk sesuatu, menyentuhnya, meraihnya, mengangkatnya, membawanya dan

memindahkannya ke tempat lain atau dengan kekuatannya. Seperti halnya banyak

buku, aktivitas tangan dan jari di atas bukanlah prasyarat untuk tindakan akhd

(Adami Chazawi, 2013:73).

Dapat dirumuskan kembali sebagai pencurian pribadi, yang merupakan

perampokan, dan karena itu lebih serius dan karena itu lebih mungkin

menghasilkan hukuman yang lebih tinggi. Maksimum lebih tinggi dari lima tahun

penjara atau hukuman m.


10

Pencurian dengan hukuman yang diperberat sesuai dengan ketentuan

Pencurian diatur dalam pasal 363 dan 265.Hukum pidana harus disertai dengan

salah satu syarat berikut:

1. Pengertian hewan dijelaskan dalam pasal 101 KUHP dan

adalah semua hewan ternak. Pencurian hewan dianggap sangat serius karena

hewan adalah aset terpenting petani.

2. Jika pencurian dilakukan pada saat peristiwa bencana, maka orang banyak ribut

dan keadaan tidak terjaga, tetapi mereka yang mengeksploitasi orang lain tidak

terjaga, sehingga dihukum lebih berat. Kejahatan adalah orang yang rendah

hati.

3. perampokan terjadi pada malam hari di rumah atau halaman yang terkunci.

4. Jika terjadi pencurian oleh dua orang atau lebih. Setidaknya dua orang

harus bertindak sebagai atau berpartisipasi dalam Kreator.

5. pencuri masuk ke TKP, mendapatkan barang yang dicuri, membongkar,

menghancurkannya dan melakukan tindakan kekerasan.

Bahwa kita mengetahui bagaimana pemberatan yang ada dalam pasal 363 dan

365 KUHP. Dalam hal ini, pemberatan dilakukan dengan mengenakan sepertiga

dari pidana pokok ditambah pidana denda. Pasalnya, aksi tersebut sebenarnya

merupakan campuran antara perampokan dan kejahatan kekerasan. Dari

penjelasan di atas jelaslah bahwa dalam hal pencurian ini, sebagaimana diatur

dalam Pasal 363 KUHP, diketahui bobot pencuriannya.

Dalam hal pencurian dengan cara dibongkar, dimusnahkan, dan sebagainya

diatur dalam Pasal 363 ayat 1 angka 5 KUHP. Pembongkaran (blaak) terjadi bila
11

dinding rumah dibuat lubang, dan perusakan (pembobolan) terjadi bila hanya

satu rantai pintu yang putus atau kunci lemari yang putus (Wirjono Prodjodikoro,

2013: 95).

Dalam Pasal 67 KUHP terbaru yang berbunyi Pidana yang bersifat khusus

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 huruf c merupakan pidana mati yang

selalu diancamkan secara alternatif.

Simons dalam Roni Wiyanto mendefinisikan tindak pidana sebagai suatu

perbuatan (handeling) yang diancam dengan pidana oleh undang-undang,

bertentangan dengan hukum (onrechtmatig) dilakukan dengan kesalahan (schuld)

oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. Rumusan pengertian tindak

pidana oleh simons dipandang sebagai rumusan yang lengkap karena akan

meliputi :

1. Diancam dengan pidana oleh hukum

2. Bertentangan dengan hukum

3. Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld)

4. Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.

2.2 Pengertian Pencemaran Nama Baik


Kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat secara lisan dan tulisan

adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Demikian pula sebagai Negara yang

berkedaulatan rakyat dan berdasarkan hukum (rechstaat), dan bukan berdasar atas

kekuasaan belaka (machstaat), Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan

menyatakan pikiran dan pendapat secara lisan dan tulisan, kebebasan berekspresi,

dan kemerdekaan pers merupakan hak-hak dasar yang harus dapat dinikmati oleh
12

seluruh lapisan masyarakat dan sekaligus sebagai dasar dari tegaknya pilar

demokrasi (Ilyas, Amir, et.al. 2012: 34).

Dalam melanggar hukum, tidak ada perbuatan atau peristiwa yang merupakan

pencurian kecuali jika semua unsur di atas ada

Pilar Perilaku yang Dilarang menunjukkan bahwa pencurian adalah kejahatan

formal. Mengambil adalah tindakan / perilaku fisik yang positif, biasanya

dilakukan dengan gerakan otot yang disengaja menggunakan jari dan tangan, lalu

menunjuk sesuatu, menyentuhnya, meraihnya, mengangkatnya, membawanya dan

memindahkannya ke tempat lain atau dengan kekuatannya. Seperti halnya banyak

buku, aktivitas tangan dan jari di atas bukanlah prasyarat untuk tindakan dapat

dirumuskan kembali sebagai pencurian pribadi, yang merupakan perampokan, dan

karena itu lebih serius dan karena itu lebih mungkin menghasilkan hukuman yang

lebih tinggi. Maksimum lebih tinggi dari lima tahun penjara atau hukuman.

Pengambilan Mengambil properti orang lain secara ilegal tanpa persetujuan dari

pemiliknya. Pencuri yang melakukan pencurian dikenal sebagai maling atau

maling Tindakannya sering secara sosial dikenal sebagai pencurian. Bagian dari

pencurian Ada dua faktor: objektif dan subjektif. Unsur tujuan pencurian Terdiri

dari kata kerja untuk mengambil, objek adalah objek, dan ketika objek bergabung

atau bergabung dengan objek, maka objek tersebut dimiliki seluruhnya atau

sebagian oleh orang lain. Unsur subyektif dari pencurian meliputi

niat,Kepemilikan disengaja dan melawan hukum. Melalui cara-cara tradisional,

seperti membobol pintu dan jendela Lompati pagar dan hindari atap rumah, tapi di

dalam Dalam perkembangannya, pencurian dilakukan secara terang-terangan dan


13

terlebih lagi Orang-orang di keramaian, bukan di tempat sepi, pasti menjadi

sasaran

Penegakan hukum adalah upaya penegakan atau penegakan norma hukum

sebagai pedoman lalu lintas dan hubungan hukum dalam masyarakat dan

kehidupan masyarakat. Dari sudut pandang subjek, hukum dapat ditegakkan oleh

subjek yang sangat beragam, dan juga dapat diartikan sebagai upaya penegakan

hukum oleh sekelompok subjek yang dibatasi atau dibatasi. Dalam arti luas,

proses penegakan hukum meliputi semua badan hukum dalam setiap hubungan

hukum. Seseorang yang menegakkan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau

tidak melakukan apa pun di bawah standar hukum umum menyiratkan penegakan

atau kepatuhan terhadap standar hukum.

Semakin sadar hukum masyarakat, semakin baik budaya hukum dapat

menciptakan dan mengubah cara berpikir masyarakat tentang hukum. Hakikat

hukum, struktur hukum dan budaya hukum semuanya saling terkait, sehingga

penegakan hukum tidak hanya merupakan fungsi hukum, tetapi juga merupakan

aktivitas birokrat administratif

Pertanggungjawaban pidana atau dalam bahasa Indonesia

pertanggungjawaban pidana ( atribusi) adalah kewajiban seseorang atau

perusahaan untuk menanggung akibat perbuatannya karena telah melakukan

kejahatan yang merugikan (Mc Kenna, 2012:43). Kata kerja dapat diklasifikasikan

Penjahat dan mereka yang bertanggung jawab harus mematuhi unsur-unsur

tersebut Mens Rea pada umumnya Setiap orang atau perusahaan yang disebutkan
14

di sini memiliki tujuan hukum untuk dilakukan Kejahatan, yaitu seseorang

melakukan kejahatan dengan sengaja.

Perbuatan pidana adalah perbuatan dengan maksud atau akibat

kejahatan,Untuk memprediksi. Menurut Raslan Saleh, pertanggungjawaban

pidana adalah: “Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai penghinaan yang

terus menerus secara obyektif terhadap mereka yang dipidana karena melakukan

perbuatan itu.Ia merupakan dasar kesalahan, artinya pelaku tindak pidana tidak

dapat dipidana kecuali ia bersalah karena melakukan kejahatan”

Tindakannya sering secara sosial dikenal sebagai pencurian. Bagian dari

pencurian Ada dua faktor: objektif dan subjektif. Unsur tujuan pencurian Terdiri

dari kata kerja untuk mengambil, objek adalah objek, dan ketika objek bergabung

atau bergabung dengan objek, maka objek tersebut dimiliki seluruhnya atau

sebagian oleh orang lain. Pencurian barang berat menunjukkan bahwa

pelaksanaan penyidikan tindak pidana pencurian barang berat didasarkan pada

ketentuan KUHP yang menjadi dasar pertimbangan yuridis hakim yang

memimpin penyidikan dan pemeriksaan. Dalam hal pencurian dalam keadaan

yang memberatkan, perbuatan tersangka mengikuti kata-kata pasal, berdasarkan

putusan berdasarkan pasal 363 alinea pertama, angka 5 dan pasal 84 KUHAP, dan

atas dasar putusan berdasarkan Pasal 183 KUHAP.

Membuktikan tapi kan kamu merasa malu adik kamu menggunakan dukun

pelet untuk mendapatkan suami orang karena wajah adik kamu tidak sama dengan

orang tebal seperti vagina badannya seperti babi, jadi kalau tidak menggunakan
15

dukun tidak akan orang mau apalagi suami saksi kalau tidak didukunkan kalau

teberak (buang air besar) melihat wajah lonte seperti itu”, berdasarkan gambar

tangkapan layar (screenshot) dari postingan pengguna dan/atau pemilik akun

media sosial FACEBOOK dengan nama akun “Yesika Hartiana”. FACEBOOK

dengan nama akun “Yesika Hartiana” telah mengirimkan beberapa tulisan di

halaman dinding akun miliknya sendiri. Dan tulisan-tulisan tersebut telah

mendapatkan tanggapan dari pengguna dan/atau pemilik akun media sosial

FACEBOOK lainnya, sehingga dapat ahli katakan bahwa pengguna dan/atau

pemilik akun media sosial FACEBOOK dengan nama akun “Yesika Hartiana”

telah mendistribusikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik

Penegakan hukum adalah upaya penegakan atau penegakan norma hukum

sebagai pedoman lalu lintas dan hubungan hukum dalam masyarakat dan

kehidupan masyarakat. Dari sudut pandang subjek, hukum dapat ditegakkan oleh

subjek yang sangat beragam, dan juga dapat diartikan sebagai upaya penegakan

hukum oleh sekelompok subjek yang dibatasi atau dibatasi. Dalam arti luas,

proses penegakan hukum meliputi semua badan hukum dalam setiap hubungan

hukum. Seseorang yang menegakkan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau

tidak melakukan apa pun di bawah standar hukum umum menyiratkan penegakan

atau kepatuhan terhadap standar hukum.

Dalam arti sempit, secara tematis, penegakan hukum hanya dimaknai

sebagai upaya sebagian aparat penegak hukum untuk menjamin dan menjaga

tegaknya hukum sebagaimana mestinya. Petugas penegak hukum diberdayakan


16

untuk menggunakan kekuatan bila diperlukan untuk memastikan penegakan

hukum.

Pengertian penerapan hukum juga dapat dilihat dari segi subjeknya, yaitu dari segi

hukumnya. Makna dalam hal ini meliputi frasa luas dan frasa sempit. Penegakan

hukum dalam arti yang seluas-luasnya Juga melibatkan prinsip-prinsip keadilan

yang ditemukan dalam peraturan umum serta prinsip-prinsip keadilan yang

berlaku di masyaraka. aturan. Oleh karena itu, dalam menerjemahkan kata

“penegakan hukum” ke dalam bahasa Indonesia, istilah “penegakan hukum”

digunakan secara luas, dan istilah “penegakan hukum” juga dapat digunakan

secara sempit.

Perbedaan bentuk norma hukum tertulis dengan himpunan nilai keadilan

yang dikandungnya adalah istilah “ negara hukum” telah diganti dengan istilah

“negara hukum ” atau “ negara hukum pengganti negara hukum”. Bertentangan

dengan istilah " rule of law", itu berarti "human rule of law" . Istilah “ negara

hukum” mencakup makna nonformal dari negara hukum, tetapi juga nilai keadilan

yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu digunakan istilah “aturan hukum

yang adil” . Dari perspektif "aturan hukum, bukan aturan manusia ", ia

berpendapat bahwa pemerintahan negara-negara hukum modern diatur hanya

sebagai alat kekuasaan dan bukan oleh rakyat tetapi oleh hukum, menempati

posisi yang strategis dan dominan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hukum sebagai suatu sistem dapat memainkan peranannya secara tepat dan sesuai

dalam masyarakat apabila sarana penegakannya diberkahi dengan kekuatan

penegakan hukum (Sudikno Mertokusumo, 2010: 109).


17

Penegakan hukum bisa terjadi secara spontan atau sebagai konsekuensi

dari pelanggaran hukum. Hukum menjadi integral dalam kehidupan manusia; oleh

karena itu, pembahasan mengenai hukum tidak dapat dipisahkan dari realitas

kehidupan manusia. Pada dasarnya, hukum dianggap sebagai suatu sistem, dan

untuk memahaminya, kita perlu mengadopsi pendekatan sistem. Dalam konteks

yang paling sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai susunan atau kesatuan

dari bagian-bagian yang saling terkait. Lawrence M. Friedman, dalam

pandangannya, menyatakan bahwa hukum memiliki komponen-komponen

tertentu Menurut Friedman, suatu sistem hukum terdiri dari tiga komponen:

struktur hukum, esensi hukum dan budaya hukum interaktif (Ahmad Ali, 2009:

201).

Semakin sadar hukum masyarakat, semakin baik budaya hukum dapat

menciptakan dan mengubah cara berpikir masyarakat tentang hukum. Hakikat

hukum, struktur hukum dan budaya hukum semuanya saling terkait, sehingga

penegakan hukum tidak hanya merupakan fungsi hukum, tetapi juga merupakan

aktivitas birokrat administratif (Prodjodikoro, 2013: 34).

Itulah mengapa penting untuk berbicara Apa asal usul atau latar belakang

konsep akuntabilitas Sanksi tetap berlaku. Pertanggungjawaban pidana terdiri

dari dua suku kata yaitu crime atau criminal liability yang berarti keterlibatan

atau pertanggungjawaban. dalam hal bahasa Pertanggungjawaban pidana

Indonesia tidak dapat diartikan sebagai 'pertanggungjawaban'.Ini ditafsirkan

sebagai "kejahatan", tetapi ditafsirkan secara berbeda dari "tanggung jawab

pidana".Seperti kedua kata tersebut memiliki maksud dan tujuan yang berbeda

Penafsiran mendalam dilakukan untuk mendapatkan unsur-unsur di dalamnya


18

Kata "dosa" dan "tanggung jawab". Tapi itu sudah lama Itu terjadi di masyarakat,

pemahaman menjadi dirinya sendiri Pada hakekatnya, pertanggungjawaban

pidana adalah suatu bentuk pertanggungjawaban Tanggung jawab orang untuk

memutuskan tidak bersalah atau bersalah atas dosa yang telah dilakukannya.

Pilar Perilaku yang Dilarang menunjukkan bahwa pencurian adalah

kejahatan formal. Mengambil adalah tindakan / perilaku fisik yang positif,

biasanya dilakukan dengan gerakan otot yang disengaja menggunakan jari dan

tangan, lalu menunjuk sesuatu, menyentuhnya, meraihnya, mengangkatnya,

membawanya dan memindahkannya ke tempat lain atau dengan kekuatannya.

Seperti halnya banyak buku, aktivitas tangan dan jari di atas bukanlah prasyarat

untuk tindakan dapat dirumuskan kembali sebagai pencurian pribadi, yang

merupakan perampokan, dan karena itu lebih serius dan karena itu lebih mungkin

menghasilkan hukuman yang lebih tinggi. Maksimum lebih tinggi dari lima tahun

penjara atau hukuman.

Pertanggungjawaban pidana atau dalam bahasa Indonesia

pertanggungjawaban pidana ( atribusi) adalah kewajiban seseorang atau

perusahaan untuk menanggung akibat perbuatannya karena telah melakukan

kejahatan yang merugikan (Mc Kenna, 2012:43). Kata kerja dapat diklasifikasikan

Penjahat dan mereka yang bertanggung jawab harus mematuhi unsur-unsur

tersebut Mens Rea pada umumnya Setiap orang atau perusahaan yang disebutkan

di sini memiliki tujuan hukum untuk dilakukan Kejahatan, yaitu seseorang

melakukan kejahatan dengan sengaja.

Perbuatan pidana adalah perbuatan dengan maksud atau akibat

kejahatan,Untuk memprediksi. Menurut Raslan Saleh, pertanggungjawaban


19

pidana adalah: “Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai penghinaan yang

terus menerus secara obyektif terhadap mereka yang dipidana karena melakukan

perbuatan itu.Ia merupakan dasar kesalahan, artinya pelaku tindak pidana tidak

dapat dipidana kecuali ia bersalah karena melakukan kejahatan” (Saleh, 2012:43).

Liability atau pertanggungjawaban pidana adalah kewajiban seseorang

atau kelompok untuk memberikan ganti rugi atas perbuatan yang

melanggar hukum yang berlaku dan merugikan kepentingan orang lain.

Menurut terminologi, ganti rugi adalah perbuatan memberi/menukar sesuatu

sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatan yang menimbulkan kerugian,secara

sederhana ganti rugi adalah suatu bentuk ganti rugi atas perbuatan yang

merugikan. begitu dikodifikasikan dalam literatur, terutama yang biasanya berasal

dari ajaran ketuhanan, tanggung jawab sering disamakan dengan penyesalan dan

rasa bersalah atas tindakan yang dilakukan.

Pencuri yang melakukan pencurian dikenal sebagai maling atau maling

Tindakannya sering secara sosial dikenal sebagai pencurian. Bagian dari

pencurian Ada dua faktor: objektif dan subjektif. Unsur tujuan pencurian Terdiri

dari kata kerja untuk mengambil, objek adalah objek, dan ketika objek bergabung

atau bergabung dengan objek, maka objek tersebut dimiliki seluruhnya atau

sebagian oleh orang lain. Unsur subyektif dari pencurian meliputi niat,

Kepemilikan disengaja dan melawan hukum. Awal Pencurian terjadi melalui cara-

cara tradisional, seperti membobol pintu dan jendela Lompati pagar dan hindari

atap rumah, tapi di dalam Dalam perkembangannya, pencurian dilakukan secara

terang-terangan dan terlebih lagi Orang-orang di keramaian, bukan di tempat sepi,

pasti menjadi sasaran pencurian. Pertanggungjawaban pidana terdiri dari dua


20

suku kata yaitu crime atau criminal liability yang berarti keterlibatan atau

pertanggungjawaban. dalam hal bahasa Pertanggungjawaban pidana Indonesia

tidak dapat diartikan sebagai 'pertanggungjawaban'.Ini ditafsirkan sebagai

"kejahatan", tetapi ditafsirkan secara berbeda dari "tanggung jawab

pidana".Seperti kedua kata tersebut memiliki maksud dan tujuan yang berbeda

Penafsiran mendalam dilakukan untuk mendapatkan unsur-unsur di dalamnya

Kata "dosa" dan "tanggung jawab".

Penyidikan pencurian barang berat menunjukkan bahwa pelaksanaan

penyidikan tindak pidana pencurian barang berat didasarkan pada ketentuan

KUHP yang menjadi dasar pertimbangan yuridis hakim yang memimpin

penyidikan dan pemeriksaan. Dalam hal pencurian dalam keadaan yang

memberatkan, perbuatan tersangka mengikuti kata-kata pasal, berdasarkan

putusan berdasarkan pasal 363 alinea pertama, angka 5 dan pasal 84 KUHAP, dan

atas dasar putusan berdasarkan Pasal 183 KUHAP. KUHP. Hukum melawan

hukum, tidak ada pembenaran untuk itu, dan pelaku melakukan perbuatan itu

dengan sengaja dan tanpa sebab.

2.3 Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dan Unsur-Unsurnya

Tindakannya sering secara sosial dikenal sebagai pencurian. Bagian dari

pencurian Ada dua faktor: objektif dan subjektif. Unsur tujuan pencurian Terdiri

dari kata kerja untuk mengambil, objek adalah objek, dan ketika objek bergabung

atau bergabung dengan objek, maka objek tersebut dimiliki seluruhnya atau

sebagian oleh orang lain. Pencurian barang berat menunjukkan bahwa

pelaksanaan penyidikan tindak pidana pencurian barang berat didasarkan pada


21

ketentuan KUHP yang menjadi dasar pertimbangan yuridis hakim yang

memimpin penyidikan dan pemeriksaan. Dalam hal pencurian dalam keadaan

yang memberatkan, perbuatan tersangka mengikuti kata-kata pasal, berdasarkan

putusan berdasarkan pasal 363 alinea pertama, angka 5 dan pasal 84 KUHAP, dan

atas dasar putusan berdasarkan Pasal 183 KUHAP.

Tanggung jawab adalah salah satu bentuk kewajiban manusia , dan karena

konsep tanggung jawab begitu dikodifikasikan dalam literatur, terutama yang

umumnya berasal dari ajaran ketuhanan, maka tanggung jawab sering dikaitkan

dengan penyesalan atau rasa bersalah atas tindakan yang dilakukan.

Akuntabilitas dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Tanggung jawab pribadi

Tanggung jawab diri sendiri dilatarbelakangi oleh kehendak dan keinginan

yang bertentangan ini, jika dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, tentu

dapat merusak hubungan baik antar individu tersebut dan merugikan salah satu

pihak. Namun, tanggung jawab pribadi tersirat dalam tindakan yang dilakukan

atas kehendak sendiri, tanpa paksaan atau paksaan ( Bardah Nawawi Arif.

2011:57).

1) tanggung jawab sosia

adalah kewajiban individu atau kelompok untuk melakukan apa yang perlu

dilakukan. tanggung jawab umum Komunitas ini tidak berasal dari perilaku yang

merugikan, Hal ini diperlukan karena kegagalan untuk melakukannya akan

memiliki konsekuensi yang serius. Dilakukan sebagai pelestarian lingkungan. tapi

tanggung jawab Tanggung jawab sosial juga memanifestasikan dirinya sebagai

bentuk filantropi manusia Sebagai bentuk perhatian sosial tanpa paksaan .


22

2) tanggung jawab pidana, adalah dasar untuk menghukum mereka yang

melakukan kejahatan. Ini berarti bahwa aktor bertindak.Penjahat hanya

dihukum ketika mereka melakukan kejahatan, barangnya Hal terpenting yang

harus dicapai adalah komponen kesalahan. jika seseorang berkata Saya

khawatir telah terjadi kesalahan tanggung jawab pidana.

2.4 Pengertian Putusan Hakim dan Macam Macam Putusan Hakim


Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk

tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai

hasil dari pemeriksaan perkara gugatan (kontentius). Penetapan adalah pernyataan

hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam

sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara permohonan

(voluntair).

Putusan pembebasan , dan dalam yurisprudensi Anglo-Saxonputusan

'emansipasi'. Pada hakekatnya, inti dari suatu Putusan bebas diberikan karena

terdakwa telah secara resmi dan meyakinkan menyatakan tidak bersalah, sesuai

dengan tuduhan yang diajukan oleh Jaksa Agung atau JPU dalam surat dakwaan.

Secara spesifik, terdakwa dibebaskan dari semua klaim yang diajukan.

Atau, sederhananya, tertuduh "bersalah". Berdasarkan ketentuan Pasal

191 ayat 1 KUHP, Majelis Kehakiman dapat menjatuhkan putusan bebas

dengan cuma-cuma. Alasannya (RM, Suharto. 2012:74):

a. Dari hasil interogasi di pengadilan.

b. Kesalahan terdakwa atas perbuatan yang dituduhkan tidak terbukti secara sah

dan tidak konklusif menurut hukum.


23

Komentar untuk setiap pasal Pasal 191(1) KUHP menunjukkan bahwa

tindakan tersebut tidak terbukti secara hukum, meyakinkan atau cukup

terbukti. Penilaian hakim berdasarkan pembuktian dengan menggunakan alat

bukti dalam ketentuan KUHAP.

- Pengabaian semua tuntutan hukum Ketentuan Pasal 191(2) KUHP secara tegas

menetapkan "keputusan untuk mencabut semua tuntutan" atau

"pemberhentian semua proses hukum". Ketentuan klausul ini menyatakan

putusan untuk menghentikan semua proses sebagai berikut: Oleh karena itu,

dari awal ketentuan Pasal 191(2) KUHP, kita sampai pada kesimpulan yang

mendasar bahwa dalam putusan bebas, kejahatan yang dituduhkan oleh

peradilan sudah terbukti. Meskipun secara hukum benar dan persuasif,

tindakan terdakwa bukanlah "kriminal" dan tidak dapat dipidana.

2. Veloder -cincin_

Putusan atau “ pengaturan” pada prinsipnya dapat ditemukan dalam

Pasal 193(1) KUHP sebagai berikut: Ketika hakim menjatuhkan putusan

bersalah, ia merasa puas dengan pembuktian bahwa terdakwa telah memenuhi

fakta dan fakta yang tertera dalam dakwaan dan melakukan fakta-fakta yang

benar selama persidangan.


24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini mencakup pendekatan normatif dan

empiris. Pendekatan normatif melibatkan analisis dan kajian terhadap norma-

norma atau aturan hukum yang berlaku serta terkait dengan isu yang sedang

diselidiki oleh penulis. Pendekatan ini fokus pada pemahaman teoritis terhadap

landasan hukum dan peraturan yang relevan dengan masalah penelitian

Sedangkan pendekatan empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara

wawancara secara langsung dengan beberapa pihak yang berkaitan dengan objek

dari penelitian ini.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Bahan hukum yang akan dikaji atau dijadikan acuan dalam penelitian ini

mencakup dua kategori utama, yaitu:


25

a. Sumber Hukum Primer pada materi hukum yang memiliki kekuatan

mengikat secara luas, seperti peraturan perundang-undangan. Ini

mencakup dokumen-dokumen yang berlaku sebagai hukum (undang-

undang dan peraturan peraturan hukum) atau berlaku secara mengikat bagi

pihak-pihak tertentu, seperti perjanjian, kesepakatan, dokumen hukum,

referensi yudisial, dan sumber-sumber hukum lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder melibatkan materi yang memberikan penjelasan

atau interpretasi terhadap bahan hukum primer. Ini mencakup berbagai

sumber seperti publikasi buku, koran, artikel, informasi online, temuan

penelitian terbaru, dan pandangan dari para ahli atau akademisi hukum.

Bahan hukum sekunder ini bertujuan untuk memberikan wawasan

tambahan dan dukungan dalam menganalisis dan memahami pemecahan

masalah yang menjadi fokus penelitian.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk terhadap

bahan hukum primer dan bahan sekunder, yang lebih dikenal dengan nama

bahan acuan bidang hukum atau rujukan bidang hukum.

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Pustaka:

 Studi pustaka dilakukan melalui penyelidikan, penelitian, dan pengutipan

data dari berbagai sumber literatur buku dan peraturan perundang-


26

undangan yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

Pendekatan ini memberikan dasar teoretis dan konseptual untuk

mendukung analisis.

b. Studi Lapangan:

 Observasi: Melibatkan pengamatan langsung dan pencatatan data di

lokasi penelitian. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi

yang diperlukan secara visual dan langsung dari situasi atau objek yang

diamati.

 Wawancara: Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan

keterangan atau informasi secara langsung dari narasumber. Narasumber

yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Hengky Alexander Yoa,

SH. MH selaku Hakim Pengadilan Negeri dan Hery Surrya, SH, MH

Selaku Panitra Pengadilan Negeri Kotabumi. Wawancara membuka

peluang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu

yang diteliti.

Dengan kombinasi teknik studi pustaka, observasi, dan wawancara, penulis

berharap dapat mengumpulkan data yang komprehensif untuk mendukung analisis

dan temuan dalam penelitian ini.MH selaku Hakim Pengadilan Negeri dan Hery

Surrya, SH, MH Selaku Panitra Pengadilan Negeri Kotabumi.

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah pengumpulan seluruh data, baik data sekunder maupun data

primer, langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut:


27

1. Editing atau Pemeriksaan Data:

Tahap ini mencakup pengecekan terhadap kelengkapan, kebenaran,

kejelasan, dan kekurangan data. Setiap data diperiksa untuk memastikan bahwa

informasi yang diperoleh lengkap, akurat, dan jelas. Jika ada data yang kurang

atau tidak jelas, langkah-langkah perbaikan atau klarifikasi dapat diambil.

2. Coding atau Penandaan Data:

Pada tahap ini, data diberi tanda atau kode untuk mempermudah analisis

dan klasifikasi. Penandaan bisa berupa simbol, angka, atau kata tertentu yang

menunjukkan golongan atau klasifikasi data berdasarkan jenis dan sumbernya.

Coding membantu dalam pengelompokan dan identifikasi data secara sistematis.

3. Penyusunan Data:

Data disusun dengan menempatkannya dalam kerangka bahasan sesuai

dengan susunan yang sistematis. Penyusunan ini memungkinkan pengelolaan data

dengan lebih mudah dan memastikan bahwa data dapat diakses dan dianalisis

secara efisien.

Dengan melalui tahapan-tahapan tersebut, diharapkan data yang telah terkumpul

dapat diolah dengan baik, sehingga mendukung analisis dan temuan dalam

penelitian ini.

3.4. Analisis Data


28

Analisis data yang dilakukan yaitu menggunakan metode deskriptif

kualitatif, ialah menggambarkan atau menceritakan secara tertulis objek

penelitian, antara lain suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi secara formal,

sistematis dan akurat. Pendekatan ini fokus pada pemahaman menyeluruh latar

belakang individu, melibatkan pandangan bahwa individu atau institusi tidak

boleh diisolasi sebagai variabel atau hipotesis, melainkan harus dipandang sebagai

bagian integral dari keseluruhan. Dalam membuat kesimpulan, penulis

mengadopsi metode deduktif. Metode deduktif merupakan pendekatan di mana

kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum menuju pernyataan yang lebih

spesifik.
29

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan Hasil Penelitian Terhadap Putusan Nomor

352/Pid.B/LH/2021/PN Kbu, Hasil penelitian penulis sebagai berikut:

1. Nama lengkap : Kartinah Alias Simah Binti Karjono

2. Tempat lahir : Kotabumi

3. Umur/Tanggal lahir : 42 Tahun / 10 Agustus 1979

4. Jenis kelamin : Perempuan

5. Kebangsaan : Indonesia;

6. Tempat tinggal : Dusun tanjung agung rt/rw 003/012 desa kembang


tanjung kec. Abung selatan kab. Lampung utara

7. Agama : Islam;

8. Pekerjaan : Wiraswasta

Pada Jumat, 1 Oktober 2021, sekitar pukul 14.30 WIB, atau setidaknya

pada bulan Oktober 2021, atau paling tidak pada tahun 2021, kejadian tersebut
30

terjadi di dusun tanjung agung rt/rw 003/012 desa kembang tanjung kec. Abung

selatan kab. Lampung utara atau paling tidak di wilayah yang masih termasuk

dalam yurisdiksi Pengadilan Negeri Kotabumi yang memiliki kewenangan untuk

menyelidiki dan mengadili perkara ini, melibatkan pihak yang melakukan,

memberikan perintah, dan turut serta dalam penambangan tanpa izin, termasuk

operasi kontrak perjanjian, IPR, SIPB, izin penugasan, izin pengangkutan, dan

dengan metode sebagai berikut:

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas , ketika saksi

Sahatma Tua Simamora , S.H dan saksi Miko Zaliandi selaku anggota polres

Lampung Utara sedang melakukan patrol Hunting disekitar kecamatan Abung

Selatan Kab. Lampung Utara dan saat melintas di jalan sukarno hatta tempatnya di

sebelah kantor Radar Kotabumi melihat 1(satu) unit mobil truck merk DYNA

RINO warna merah dengan nopol BE 8850 JS yang dikendarai oleh saksi

Purnomo bermuatan tanah urug , dan setelah diintrogasi saksi PURNOMO

mengatakan bahwa tanah urung tersebut di peroleh saksi purnomo dengan cara

membeli dengan terdakwa dan Sdr. EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI bin

ROCHMANI (alm) yang beralamat di Tanjung Agung RT/RW 003/012 Ds.

Kembang Tanjung Kec. Abung Selatan Kab. Lampung Utara dan sesampainya di

lokasi saksi Sahatma Tua Simamora ,S.H dan saksi Miko Zaliandi melihat satu

unit EXSKAVATOR merk KOMATSU warna kuning dan 1(SATU) unit mobil

truck model No. Pol. : BE 9115 JB warna merah sedang beroperasi mengeruk

tanah di sebuah lubang dengan kedalaman 3 (tiga) meter , selanjutnya terdakwa

dan Sdr. EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI bin RACHMANI (ALM)


31

(dilanjutkan dalam berkas terpisah / splitsing ), di bawa ke polres Lampung Utara

untuk di proses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Bahwa terdakwa dan saksi EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI bin

ROCHMANI (ALM) telah menjalankan kegiatan penambangan tersebut selama

kurang lebih 8 (delapan ) bulan sejak bulan maret 2021 , dimana terdakwa sebagai

istri dari sdr. Yahmin (telah meninggal pada bulan maret 2021 ) pemilik lokasi

penambangan Galian C (tanah urug) sekitar 20 M X 80 M = 1600 M2 dan

meneruskan kegiatan penambangan yang telah di jalankan oleh Alm. Yahmin,

Bahwa terdakwa bersama saksi EFRIYANI YUDHISTIRA melakukan

kegiatan penambangan tersebut dengan cara saksi EFRIYANI YUDHISTIRA

sebagai operator mengoprasikan alat berat berupa 1(satu) unit EXCAVATOR

merk KOMATSU warna kuning miliknya untuk mengeruk tanah dengan

kedalaman penggalian sedalam 1 setengah M (SATU SETENGAH METER)

hingga 3 m (tiga meter), kemudian apabila ada orang hendak membeli tanah

tersebut selanjutnya tanah yang telah digali kemudian dimuat ke dalam bak

kendaraan pembeli lalu terdakwa mencatat kendaraan pembeli yang keluar dari

lokasi pertambangan serta menerima pembayaran dari pembeli , dimana tanah

hasil galian tersebut dijual seharga Rp 130.000,- (seratus tiga puluh ribu rupiah )

hingga Rp 140.000 (seratus empat puluh ribu rupiah) per mobil dan dari penjualan

tanah tersebut, terdakwa memperoleh bagian sejumlah 40% sementara saksi

EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI Bin ROCHMANI mendapat bagian

sebesar 60%;

Bahwa terdakwa dan saksi EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI Bin

ROCHMANI tidak memiliki dokumen perizinan berupa izin usaha pertambangan


32

(IUP) DAN/atau Izin Usaha Pertambangan Khusus ( IUPK) dan/atau Izin

Pertambangan Rakyat (IPR) , Izin Pengangkutan dan Penjualan sebagaimana

syarat yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penambangan serta penjualan

tanah urug;

Bahwa kegiatan yang terdakwa dan Saksi EFRIYANI YUDHISTIRA

Alias YUDI Bin ROCHMANI lakukan dalam usaha penambangan liar tersebut

adalah kegiatan usaha melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku

di negara RI serta dapat menimbulkan dapat menimbulkan tanah longsor;

Tindakan yang dilakukan oleh terdakwa sejalan dengan ketentuan dan

dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur menurut Pasal 158 Jo. Pasal 35

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan

Atas Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan Dakwaannya Penuntut Umum

telah memgajukan saksi-saksi sebagai berikut:

Sahatma Tua Simamora , S.H , Di bawah sumpah, saksi memberikan keterangan

sebagai berikut:

 Saksi telah memberikan informasi kepada Penyidik dan keterangan

tersebut sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

 Pada hari Jumat, tanggal 01 Oktober 2021, sekitar pukul 16.30 WIB, saksi

memberikan keterangan. di Dsn. Tanjung Agung RT/RW : 003/012 Ds.

Kembang Tanjung Kec. Abung Selatan Kab. Lampung Utara telah


33

berhasil melakukan penangkapan terhadap pelaku yang melakukan

kegiatan Penambangan Galian C (Tanah ) tanpa izin ;

- Bahwa yang melakukan kegiatan Penambangan Galian C (Tanah) yang

berhasil diamankan atau di tangkap tersebut yaitu Kartinah, Dan

EFRIYANI YUDHISTIRA;

- Bahwa barang bukti yang berhasil diamankan dalam kegiatan

penambangan Galian C (Tanah) tersebut yaitu : 1 (satu) unit Excavator

merk Toyota / Dyna Rino By 43 (6 Ban) No Pol BE 9115 JB warna

Merah tahun pembuatan 1997, No Rangka : MHF31BY4300045662,

No Mesin : 14B-1515769 AN. ROCHMANI berikut Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Uang tunai sejumlah Empat

ratus lima puluh ribu rupiah (Rp 450.000,00), satu lembar, Surat Ijin

pembangunan kolam Nomor : 145/ / KTJ.02/ 2021 tanggal 26

Februari 2021 yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Kembang Tanjung

Kec. Abung Selatan Kab. Lampung Utara ; dan 1(satu) lembar surat

pernyataan persetujuan tetangga, tanggal 26 Februari 2021; dan 1

(satu) buah buku catatan pembelian tanah;

- Bahwa saksi melakukan penangkapan tersebut bersama dengan

anggota Unit Tipiter dan Unit Resmob Sat Reskrim Polres Lampung

Utara, di antaranya Brigpol Miko Zalindi;

- Bahwa kegiatan usaha penambangan galian C tanah urug tersebut tidak

memiliki Izin penambangan sesuai dengan perundangan yang berlaku;

- Bahwa cara Kartinah Dan Efriyani Yudhisthira Dalam menjalankan

aktivitas penambangan, dilakukan dengan menggunakan satu unit


34

Excavator merek Komatsu berwarna kuning, kemudian hasilnya

dituangkan ke dalam bak kendaraan, yaitu satu unit mobil truck model

Light Truck merek Toyota/Dyna Rino. By 43 (6 Ban) No. Pol. : BE

9115 JB warna Merah untuk kemudian dijual kepada orang –orang

yang memerlukan;

Bahwa kronologis kejadian pada hari jumat tanggal 01 Oktober 2021 Unit

Unit Tipiter serta Unit Resmob Sat Reskrim Polres Lampung Utara sedang patroli

disekitar Kec. Abung Selatan Kab. Lampung Utara dalam pelaksaan patroli

tersebut melihat 1 (satu) unit truck yang bermuatan tanah timbun , mobil tersebut

dikendarai oleh Sdr. Purnomo , setelah itu Purnomo menunjukkan lokasi

penambangan mineral dan batubara tanpa izin tersebut yang bertempat pada Dsn.

Tanjung Agung RT/RW 003/012 Ds. Kembang Tanjung Kec. Abung Selatan

Kab. Lampung Utara dan setelah sampai di lokasi , terdapat 1(satu) Unit

Excavator Merk Komatsu warna kuning dan 1 (satu ) Unit mobil truck model No.

Pol.: BE 9115 JB warna Merah sedang beroperasi mengeruk tanah, kemudian

berdasarkan interogasi dari para saksi bahwa kegiatan penambangan Galian C

tersebut tidak memiliki izin penambangan dan kegiatan yang di kelolah oleh

Kartini Dan Efriyani Yudhistira tersebut sudah berjalan selama kurang lebih 8

(delapan ) bulan dan pada lokasi penambangan galian C tersebut terlihat lubang

hasil tambang dengan kedalaman kurang lebih 5 (lima) meter yang dibiarkan

begitu saja , dan tampak juga area yang rawan terhadap terjadinya tanah longsor ,

kemudian 2 (dua) orang pelaku usaha kegiatan penambangan galian C tanpa Izin

atas nama Kartinah Dan Efriyani Yudhistira.

Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya sebagai berikut:


35

1. Menyatakan terdakwa Efriyani Yudhistira Alias Yudi Bin Rochmani (Alm)

terbukti bersalah secara syah dan meyakinkan, melakukan tindak pidana turut

serta melakukan usaha penambangan tanpa izin sebagaimana dalam dakwaan

Tunggal kami, melanggar Pasal 158 Jo. Pasal 35 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Baturaja Jo. Pasal 55

Ayat (1) ke-1 KUHP .

2. Menjatuhkan pidana pennjara selama 4 (empat) tahun dikurangi selama

terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan

denda sebesar Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan

kurungan.

3. Menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) unit Exavator merk Komatsu warna kuning;

2 Satu unit mobil truk dengan model Light Truck merk Toyota/Dyna Rino By

43 (6 Ban) No Pol BE 9115 JB warna merah tahun pembuatan 1997, No

Rangka : MHF31BY4300045662, No Mesin : 14B-1515769 AN.

ROCHMANI berikut Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNKB);

3 Jumlah uang tunai sebesar Rp. 450.000 (Empat Ratus Lima Puluh Ribu

Rupiah) disita untuk tujuan pemusnahan.

4. Menetapkan bahwa terdakwa diwajibkan membayar biaya perkara sejumlah

Rp. 5.000,- (Lima Ribu Rupiah).

Putusan hakim dalam perkara Nomor 351/Pid.B/LH/2021/PN Kbu sebagai

berikut:
36

1) Menyatakan bahwa Terdakwa, Efriyani Yudhistira alias Yudi Bin

Rochmani, seperti yang disebutkan di atas, telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah atas tindak pidana "secara bersama-sama melakukan

penambangan tanpa izin" sebagaimana diuraikan dalam dakwaan Tunggal.

2) Menjatuhkan hukuman penjara kepada Terdakwa selama 3 (tiga) tahun

dan 6 (enam) bulan sebagai akibat dari perbuatannya.

3) Menetapkan bahwa masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

oleh terdakwa akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4) Menetapkan bahwa terdakwa tetap harus ditahan.

5) Menetapkan barang bukti yang terdiri dari:

a. 1 (satu) unit Excavator merk Komatsu berwarna kuning;

b. 1 (satu) unit Mobil Truck model Light Truck merk Toyota/Dyna

Rino By 43 (6 Ban). No Pol BE 9115 JB warna merah tahun

pembuatan 1997, No Rangka: MHF31BY4300045662, No Mesin:

14B-1515769 AN. ROCHMANI berikut Surat Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor (STNKB);

6) Uang tunai sejumlah Rp. 450.000 (Empat Ratus lima puluh ribu rupiah);

Dinyatakan dirampas untuk negara;

1. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah

Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah);

4.2 Analisis Hukum Terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Perbuatan


Pertambangan
37

Dengan adanya regulasi hukum yang mengatur pelaksanaan kegiatan

penggalian tambang, para pelaku usaha tambang menjadi terikat pada prosedur

yang diizinkan. Untuk dapat menjalankan usaha tambang, pelaku usaha wajib

mengurus perizinan usaha. Selain itu, kewajiban pelaku usaha pertambangan juga

mencakup melakukan reklamasi pascatambang. Reklamasi pascatambang

merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang Izin Usaha

Pertambangan (IUP) dengan cara menata kembali daerah bekas tambang sehingga

dapat menjadi daerah yang bermanfaat dan berdaya guna.

Kegiatan pertambangan jenis galian C juga memberikan dampak positif pada

masyarakat, dengan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan

perekonomian lokal. Dampak positif ini mencakup pelibatan warga setempat

sebagai pekerja tambang atau pembukaan lapangan kerja baru, seperti usaha

penyediaan makanan bagi pekerja tambang. Meskipun demikian, penting untuk

memastikan bahwa aspek positif ini tidak mengakibatkan kelalaian terhadap

penegakan aturan tambang.

Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan seharusnya diikuti dan

didukung oleh pelaku usaha tambang dan masyarakat sekitar. Adanya produk

hukum yang mengatur pelaksanaan penggalian tambang diharapkan dapat

menjaga kelestarian lingkungan di sekitar tambang. Namun, masih ditemukan

kasus pelanggaran aturan, seperti penambangan ilegal di area terlarang dan

pengabaian terhadap izin usaha serta lingkungan sekitar.

Produk hukum yang belum diterima dengan baik dapat disebabkan oleh

ketidakjelasan isi aturan, potensi interpretasi ganda, dan rendahnya pemahaman


38

masyarakat terhadap istilah dan aturan yang digunakan. Oleh karena itu,

diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hukum

pengelolaan tambang galian C ini.

Strategi pemerintah dalam menerapkan produk hukum dapat melibatkan

penetapan kriteria kerusakan lingkungan sebagai batas toleransi yang diizinkan.

Hal ini dapat membantu menjaga daya dukung lingkungan dan mencegah

kerusakan yang signifikan. Selain itu, sosialisasi produk hukum, terutama di

tingkat desa atau nagari, perlu dilakukan secara intensif untuk meningkatkan

pemahaman dan partisipasi masyarakat.

Pemerintah juga harus aktif melakukan pengawasan, menegakkan hukum, dan

melakukan rehabilitasi terhadap kerusakan lingkungan yang timbul akibat

kegiatan tambang. Rehabilitasi lahan bekas tambang dapat mencakup pelestrasian

sumber daya lahan dan tanah, serta biorehabilitasi dengan menanam tumbuhan

penutup tanah.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan tambang galian C di

Indonesia telah diatur melalui produk hukum yang baik. Namun, masih terdapat

kelalaian dan rendahnya pengawasan, yang dapat diatasi dengan perjelasan

indikator pelanggaran, sosialisasi yang intensif, dan penegakan hukum yang lebih

ketat.

Terdapat kecenderungan yang signifikan dalam memanfaatkan hukum pidana

sebagai solusi utama dalam penyelesaian masalah lingkungan, lebih menonjol

daripada memberikan prioritas pada upaya hukum lainnya, padahal pelanggaran


39

administrasi lebih dominan daripada pelanggaran materiil. Undang-Undang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) menekankan lebih

pada pidana penjara untuk pelanggar hukum administrasi, yang belum tentu

melakukan pencemaran atau perusakan lingkungan.

Pelaksanaan tindak pidana terhadap pelanggaran lingkungan hidup seringkali

menjadi pilihan terakhir, padahal hal tersebut bisa mengakibatkan pelanggaran

terus menerus. Upaya penyelesaian hukum lainnya seharusnya diutamakan,

mengingat pidana sering kali tidak memberikan efek jera kepada pembuat

kerusakan. Kejahatan lingkungan, seperti pencemaran dan perusakan lingkungan,

di Indonesia cenderung meningkat, sebagaimana tercermin dari laporan, liputan

media, dan observasi langsung di lapangan.

Pendekatan terhadap penyelesaian masalah lingkungan hidup harus mencakup

tindakan preventif dan represif, dan tidak bisa terlepas dari instrumen penegakan

hukum, seperti penerapan sanksi administratif berupa teguran tertulis, paksaan

pemerintah, atau melalui penyelesaian sengketa dan hukum perdata. Peran Pejabat

Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) juga penting dalam implementasi hukum

administratif lingkungan.

Berdasarkan Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi

merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.


40

Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar

dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak

positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan

langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak

positif.

Analisis Hukum Terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Perbuatan

Pertambangan, Tindakan pidana terkait dengan lingkungan hidup harus

memperhatikan prinsip ultimum remedium yang diakui dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Meskipun asas ini terfokus pada baku mutu air limbah, baku mutu emisi, dan baku

mutu gangguan, tidak dijelaskan mengapa legislator hanya membatasi

penggunaan asas ultimum remedium pada bidang-bidang tersebut. Sementara itu,

delik formil yang baru terbentuk dapat dianggap sebagai pelanggaran

administrasi, seperti pelanggaran syarat atau izin yang telah ditetapkan. Wilayah

operasi pertambangan yang seringkali tumpang tindih denga wilayah hutan serta

wilayah hidup masyarakat adat dan lokal telah menimbulkan konflik atas hak

kelola dan hak kuasa masyarakat setempat.

4.3 Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Kerusakan Lingkungan


Akibat Pebuatan Pertambangan

Hakim pada dasarnya membuat pertimbangannya berdasarkan dakwaan dari Jaksa

Penuntut Umum, alat bukti yang sah, serta syarat subyektif dan obyektif yang

diperlukan untuk menjatuhkan pidana terhadap seseorang, yang kemudian disebut

sebagai Putusan hakim. Putusan hakim, atau sering disebut Putusan pengadilan,
41

merupakan pernyataan yang diucapkan oleh hakim dalam sidang pengadilan

terbuka. Putusan tersebut dapat mencakup pemidanaan atau pembebasan dari

segala tuntutan hukum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang.

Hakim tidak mengambil keputusan hukuman dengan mudah tanpa

mempertimbangkan aspek-aspek yuridis, sosiologis, psikologis, filosofis, dan

umur pelaku, meskipun semua pertimbangan tersebut mungkin tidak dijelaskan

secara rinci dalam putusan. Pertimbangan yuridis dari tindak pidana yang

didakwakan juga harus mencakup aspek teoritis, pandangan doktrin,

yurisprudensi, dan posisi kasus yang sedang ditangani, sebelum akhirnya

ditetapkan dalam batas yang jelas.

Setelah unsur-unsur ini dicantumkan, dalam praktik putusan hakim,

dipertimbangkan juga hal-hal yang dapat memberatkan atau meringankan

terdakwa. Faktor-faktor yang dapat memberatkan termasuk riwayat pidana

sebelumnya (recidivis), jabatan terdakwa, dan penggunaan bendera kebangsaan.

Putusan Hakim memiliki peran penting sebagai penutup suatu perkara yang

sedang disidangkan dan diadili. Dalam putusan tersebut, terdapat syarat formil

yang harus dipenuhi, salah satunya adalah pertimbangan. Pertimbangan hakim,

atau yang dikenal sebagai Ratio Decidendi, merujuk pada argumentasi atau alasan

hukum yang digunakan oleh hakim sebagai dasar sebelum mengambil keputusan

terhadap suatu perkara.


42

Dalam praktiknya, sebelum hakim menyusun pertimbangan hukum, mereka akan

merangkum fakta-fakta yang muncul dalam persidangan. Fakta-fakta ini

merupakan hasil kesimpulan dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan

barang bukti. Pasal 183 KUHAP mengatur sistem pembuktian secara negatif.

Pertimbangan disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan berserta alat

bukti yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang, dan ini menjadi dasar penentuan

kesalahan terdakwa. Sebelum putusan dijatuhkan, hakim memberikan argumentasi

terhadap suatu perkara. Argumentasi ini menjadi dasar bagi hakim dalam

menentukan kesalahan terdakwa dan menjatuhkan pidana atas kesalahan tersebut.

Mengingat bahwa terdakwa dibawa ke pengadilan oleh penuntut umum melalui

surat dakwaan dengan rincian sebagai berikut: Bahwa terdakwa, Efriyani

Yudhistira alias Yudi Bin Rochmani (alm), bersama dengan saksi Kartinah alias

Simah binti Karjono (diajukan dalam berkas terpisah/splitsing), pada hari Jumat,

tanggal 01 Oktober 2021, sekitar pukul 14.30 WIB, atau setidaknya pada bulan

Oktober 2021, atau paling tidak pada tahun 2021, di tempat yang sama pada

dusun tanjung agung rt/rw 003/012 desa kembang tanjung kec. Abung selatan

kab. Lampung utara atau Paling tidak, di wilayah yang masih berada dalam

yurisdiksi Pengadilan Negeri Kotabumi yang memiliki kewenangan untuk

menyelidiki dan mengadili kasus ini, melibatkan pihak yang melakukan,

memberikan perintah, dan turut serta dalam kegiatan penambangan tanpa

memiliki izin operasi kontrak, perjanjian, IPR, SIPB, izin penugasan, dan izin

pengangkutan. dengan cara-cara sebagai berikut:


43

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas , ketika saksi

Sahatma Tua Simamora, S.H dan saksi Miko Zaliandi selaku anggota polres

Lampung Utara sedang melakukan patrol Hunting disekitar kecamatan Abung

Selatan Kab. Lampung Utara dan saat melintas di jalan sukarno hatta tempatnya di

sebelah kantor Radar Kotabumi melihat 1 (satu) unit mobil truck merk DYNA

RINO warna merah dengan nopol BE 8850 JS yang dikendarai oleh saksi

Purnomo bermuatan tanah urug, dan setelah diintrogasi saksi PURNOMO

mengatakan bahwa tanah urung tersebut di peroleh saksi purnomo dengan cara

membeli dengan terdakwa efriyani yudhistira alias yudi bin rochmani (alm)

bersama dengan saksi kartinah alias simah binti karjono yang beralamat di

Rejosari RT/RW 003/001 Kec. Kotabumi Kab. Lampung Utara dan sesampainya

di lokasi saksi Sahatma Tua Simamora ,S.H dan saksi Miko Zaliandi melihat satu

unit EXSKAVATOR merk KOMATSU warna kuning dan 1(SATU) unit mobil

truck model No. Pol. : BE 9115 JB warna merah sedang beroperasi mengeruk

tanah di sebuah lubang dengan kedalaman 3 (tiga) meter , selanjutnya terdakwa

EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI bin RACHMANI (ALM) (dilanjutkan

dalam berkas terpisah / splitsing ), di bawa ke polres Lampung Utara.

Bahwa terdakwa efriyani yudhistira alias yudi bin rochmani (alm)

bersama dengan saksi kartinah alias simah binti karjono telah menjalankan

kegiatan penambangan tersebut selama kurang lebih 8 (delapan ) bulan sejak

bulan maret 2021, dimana terdakwa sebagai istri dari sdr. Yahmin (telah

meninggal pada bulan maret 2021)

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Majelis Hakim

mengambil kesimpulan bahwa semua elemen yang diatur dalam Pasal 158 Jo.
44

Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara telah terpenuhi. Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP telah

terpenuhi, maka Terdakwa harus diakui bersalah secara sah dan meyakinkan

atas tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan. Dengan

mempertimbangkan bahwa Terdakwa telah mengalami penangkapan dan

penahanan yang sah, masa penangkapan dan penahanan tersebut harus

dikurangkan sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Mengingat Terdakwa ditahan dengan alasan yang cukup, maka perlu

ditegaskan agar Terdakwa terus berada dalam tahanan. Untuk menjatuhkan pidana

kepada Terdakwa, diperlukan pertimbangan terlebih dahulu mengenai faktor-

faktor yang dapat memberatkan atau meringankan. Keadaan yang dapat

memberatkan mencakup perbuatan Terdakwa yang meresahkan masyarakat.

Adapun dalam hal yang meringankan, Terdakwa mengakui secara jujur atas

perbuatannya, bersikap sopan selama persidangan, menunjukkan penyesalan atas

tindakannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Putusan Hakim pada dasarnya mengambil dasar pertimbangan dari dakwaan

Jaksa Penuntut Umum, alat bukti yang sah, serta syarat subyektif dan obyektif

agar seseorang dapat dijatuhi pidana, yang kemudian diwujudkan dalam Putusan

hakim atau yang sering disebut sebagai Putusan Pengadilan. Pernyataan hakim ini

diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, dan dapat berupa pemidanaan bebas

atau pembebasan dari segala tuntutan hukum, sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang.
45

Hakim tidak sembarangan menjatuhkan hukuman tanpa melakukan pertimbangan

yang komprehensif, melibatkan aspek yuridis, sosiologis, psikologis, filosofis, dan

umur pelaku, meskipun tidak seluruhnya dijabarkan dalam Putusan. KUHP secara

tegas menetapkan bahwa hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila terdapat

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, memberikan keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa adalah pelaku yang

bersalah.

Dalam menjatuhkan pidana, hakim harus merujuk pada dua alat bukti yang sah,

yang kemudian membentuk keyakinan bahwa tindak pidana yang didakwakan

benar-benar terjadi dan terdakwa yang melakukannya, sesuai dengan ketentuan

Pasal 183 KUHAP.

Selain itu, hakim juga harus memastikan bahwa pelaku dapat dipidanakan dengan

mensyaratkan bahwa tindak pidana yang dilakukannya memenuhi unsur-unsur

yang ditentukan dalam Undang-undang. Penentuan pertanggungjawaban atas

tindakan yang melawan hukum dilakukan melalui sudut pandang terjadinya

tindakan yang dilarang, dan seseorang hanya akan dipertanggungjawabkan jika

tindakan tersebut melawan hukum dan tanpa alasan pembenar atau peniadaan sifat

melawan hukum untuk pidana yang dilakukannya.

Pada praktiknya, aktivitas pertambangan di Indonesia menimbulkan dampak

negatif, seperti bencana lingkungan. Operasi pertambangan yang dilakukan secara

terbuka seringkali menyebabkan kerusakan permanen pada wilayah yang telah

dibuka, terutama dengan pembuangan limbah langsung ke sungai, lembah, atau

laut. Dampak merusak ini mendorong pemberlakuan Undang-Undang No. 4


46

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, serta Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang mengatur penambangan di

kawasan hutan. Untuk mengatasi penambangan tanpa izin dan kerusakan

ekosistem hutan, pemerintah juga memberlakukan Undang-Undang No. 18 Tahun

2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

Wilayah operasi pertambangan yang seringkali tumpang tindih denga

wilayah hutan serta wilayah hidup masyarakat adat dan lokal telah menimbulkan

konflik atas hak kelola dan hak kuasa masyarakat setempat. Kelompok

masyarakat harus terusir dan kehilanga sumber kehidupannya, baik akibat tanah

yang dirampas maupun akibat tercemar dan rusaknya lingkungan akibat limbah

operasi pertambangan.

Setelah diketahui bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana, langkah

selanjutnya adalah meminta pertanggungjawaban pidana dari individu tersebut.

Pertanggungjawaban pidana memiliki dua syarat, yakni syarat eksternal dan syarat

internal. Syarat eksternal dari pertanggungjawaban pidana adalah melakukan

tindak pidana, sementara syarat internalnya adalah memiliki kesalahan. Oleh

karena itu, seseorang tidak hanya diminta pertanggungjawaban pidana karena

telah melakukan tindak pidana, tetapi juga karena melakukan kesalahan.

Kesalahan didefinisikan sebagai keadaan di mana seseorang dapat dicela karena

seharusnya dapat berperilaku berbeda, jika dilihat dari perspektif masyarakat.

Dalam proses penentuan putusan terhadap pelaku tindak pidana, hakim membuat

keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan. Pertimbangan hakim tersebut

mencakup fakta-fakta yang terungkap selama pemeriksaan di persidangan,


47

termasuk keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, petunjuk, dan keterangan

terdakwa yang dihubungkan dengan dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap

terdakwa.

Penulis setuju dengan pertimbangan hakim terkait barang bukti yang dirampas

untuk negara, terutama jika barang tersebut memiliki nilai ekonomis.

Penulis juga setuju dengan pertimbangan hakim mengenai barang bukti, seperti 1

(satu) unit Excavator merk Komatsu berwarna kuning dan 1 (satu) unit Mobil

Truck model Light Truck merk Toyota/Dyna Rino By 43 (6 Ban). Pemahaman

dan penilaian hakim terhadap signifikansi barang bukti tersebut dalam konteks

kasus sepertinya sesuai dengan pertimbangan hukum yang relevan. Barang bukti

tersebut dapat menjadi bukti yang penting untuk menentukan kesalahan dan

pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana yang bersangkutan. No

Pol BE 9115 JB warna merah tahun pembuatan 1997, No Rangka:

MHF31BY4300045662, No Mesin: 14B-1515769 AN. ROCHMANI berikut

Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNKB), Uang tunai sejumlah Rp.

450.000 (Empat Ratus lima puluh ribu rupiah); Pada satu sisi, hakim menetapkan

agar barang bukti berupa kapal yang merupakan satu-satunya alat mencari nafkah

bagi Terdakwa dan teman-temannya dikembalikan kepada Terdakwa. Keputusan

ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kapal tersebut merupakan sarana

mencari nafkah Terdakwa sebagai operator alat berat yang dapat membantu

mengatasi kemiskinan. Meskipun kapal tersebut digunakan dalam tindak pidana

pertambangan, hakim mempertimbangkan keadaan sosial ekonomi Terdakwa


48

sebagai nelayan, sebagai tulang punggung keluarga, dengan tanggungan istri dan

anak-anak yang masih kecil. Terdakwa juga belum pernah dihukum.

Pertimbangan tersebut mencakup konsekuensi sosial ekonomi terhadap teman-

teman Terdakwa, yang kehilangan pekerjaan jika kapal dirampas untuk negara.

Hal ini dapat menimbulkan dampak emosional dan kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Selain itu, setelah pembebasan Terdakwa, kesulitan dalam

mencari nafkah dapat mengakibatkan kondisi emosional yang memungkinkan

Terdakwa terjerumus kembali ke dalam tindak pidana.

Meskipun pemertahanan hakim melibatkan pertimbangan terhadap masa depan

Terdakwa dan teman-temannya, penulis berpendapat bahwa hakim juga

seharusnya mempertimbangkan dampak dari tindakan Terdakwa terhadap

lingkungan dan masyarakat. Keterangan saksi dan keterangan masyarakat

setempat menunjukkan bahwa tindakan Terdakwa menyebabkan abrasi atau

pengikisan lahan, merugikan masyarakat dan nelayan di sekitar dusun. Sehingga,

keputusan hakim sebaiknya juga memperhitungkan dampak kerugian pada

masyarakat dan upaya untuk pengembangan kesejahteraan mereka.

Bahwa terdakwa dan saksi EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI bin

ROCHMANI (ALM) telah menjalankan kegiatan penambangan tersebut selama

kurang lebih 8 (delapan ) bulan sejak bulan maret 2021 , dimana terdakwa sebagai

istri dari sdr. Yahmin (telah meninggal pada bulan maret 2021 ) pemilik lokasi

penambangan Galian C (tanah urug) sekitar 20 M X 80 M = 1600 M2 dan

meneruskan kegiatan penambangan yang telah di jalankan oleh Alm. Yahmin,


49

Bahwa terdakwa bersama saksi EFRIYANI YUDHISTIRA melakukan

kegiatan penambangan tersebut dengan cara saksi EFRIYANI YUDHISTIRA

sebagai operator mengoprasikan alat berat berupa 1(satu) unit EXCAVATOR

merk KOMATSU warna kuning miliknya untuk mengeruk tanah dengan

kedalaman penggalian sedalam 1 setengah M (SATU SETENGAH METER)

hingga 3 m (tiga meter), kemudian apabila ada orang hendak membeli tanah

tersebut selanjutnya tanah yang telah digali kemudian dimuat ke dalam bak

kendaraan pembeli lalu terdakwa mencatat kendaraan pembeli yang keluar dari

lokasi pertambangan serta menerima pembayaran dari pembeli , dimana tanah

hasil galian tersebut dijual seharga Rp 130.000,- (seratus tiga puluh ribu rupiah )

hingga Rp 140.000 (seratus empat puluh ribu rupiah) per mobil dan 40%

sementara saksi EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI Bin ROCHMANI

mendapat bagian sebesar 60%;

Bahwa terdakwa dan saksi EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI Bin

ROCHMANI tidak memiliki dokumen perizinan berupa izin usaha pertambangan

(IUP) DAN/atau Izin Usaha Pertambangan Khusus ( IUPK) dan/atau Izin

Pertambangan Rakyat (IPR) , Izin Pengangkutan dan Penjualan sebagaimana

syarat yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penambangan serta penjualan

tanah urug;

Bahwa kegiatan yang terdakwa dan Saksi EFRIYANI YUDHISTIRA

Alias YUDI Bin ROCHMANI lakukan dalam usaha penambangan liar tersebut

adalah kegiatan usaha melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku

di negara RI serta dapat menimbulkan dapat menimbulkan tanah longsor;


50

Tindakan yang dilakukan oleh Terdakwa, sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 158 Jo. Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP;

Bahwa kronologis kejadian pada hari jumat tanggal 01 Oktober 2021 Unit

Unit Tipiter serta Unit Resmob Sat Reskrim Polres Lampung Utara sedang patroli

disekitar Kec. Abung Selatan Kab. Lampung Utara dalam pelaksaan patroli

tersebut melihat 1 (satu) unit truck yang bermuatan tanah timbun , mobil tersebut

dikendarai oleh Sdr. Purnomo , setelah itu Purnomo menunjukkan lokasi

penambangan mineral dan batubara tanpa izin tersebut yang bertempat pada Dsn.

Tanjung Agung RT/RW 003/012 Ds. Kembang Tanjung Kec. Abung Selatan

Kab. Lampung Utara dan setelah sampai di lokasi , terdapat 1(satu) Unit

Excavator Merk Komatsu warna kuning dan 1 (satu ) Unit mobil truck model No.

Pol.: BE 9115 JB warna Merah sedang beroperasi mengeruk tanah, kemudian

berdasarkan interogasi dari para saksi bahwa kegiatan penambangan Galian C

tersebut tidak memiliki izin penambangan dan kegiatan yang di kelolah oleh

Kartini Dan Efriyani Yudhistira tersebut sudah berjalan selama kurang lebih 8

(delapan ) bulan dan pada lokasi penambangan galian C tersebut terlihat lubang

hasil tambang dengan kedalaman kurang lebih 5 (lima) meter yang dibiarkan

begitu saja , dan tampak juga area yang rawan terhadap terjadinya tanah longsor ,

kemudian 2 (dua) orang pelaku usaha kegiatan penambangan galian C tanpa Izin

atas nama Kartinah Dan Efriyani Yudhistira.

Memperhitungkan bahwa Terdakwa dibawa ke persidangan oleh penuntut umum

melalui surat dakwaan berikut: Bahwa Terdakwa, Efriyani Yudhistira alias Yudi
51

Bin Rochmani (alm), bersama dengan saksi Kartinah alias Simah binti Karjono

(diajukan dalam berkas terpisah/splitsing), pada hari Jumat, tanggal 01 Oktober

2021, sekitar pukul 14.30 WIB, atau setidaknya pada bulan Oktober 2021, atau

paling tidak pada tahun 2021, di Dusun Tanjung Agung RT/RW 003/012 Desa

Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara.

Tempat ini masih berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kotabumi yang

memiliki yurisdiksi untuk mengadili perkara ini. Perkara ini melibatkan pihak

yang terlibat, memberikan perintah, dan turut serta dalam kegiatan penambangan

tanpa izin operasi, kontrak perjanjian, Izin Pertambangan Rakyat (IPR), Surat Izin

Penyelenggaraan Bidang Usaha (SIPB), izin penugasan, izin pengangkutan, dan

sejenisnya, dengan metode-metode sebagai berikut:

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas , ketika saksi

Sahatma Tua Simamora, S.H dan saksi Miko Zaliandi selaku anggota polres

Lampung Utara sedang melakukan patrol Hunting disekitar kecamatan Abung

Selatan Kab. Lampung Utara dan saat melintas di jalan sukarno hatta tempatnya di

sebelah kantor Radar Kotabumi melihat 1 (satu) unit mobil truck merk DYNA

RINO warna merah dengan nopol BE 8850 JS yang dikendarai oleh saksi

Purnomo bermuatan tanah urug, dan setelah diintrogasi saksi PURNOMO

mengatakan bahwa tanah urung tersebut di peroleh saksi purnomo dengan cara

membeli dengan terdakwa efriyani yudhistira alias yudi bin rochmani (alm)

bersama dengan saksi kartinah alias simah binti karjono yang beralamat di

Rejosari RT/RW 003/001 Kec. Kotabumi Kab. Lampung Utara dan sesampainya

di lokasi saksi Sahatma Tua Simamora ,S.H dan saksi Miko Zaliandi melihat satu

unit EXSKAVATOR merk KOMATSU warna kuning dan 1(SATU) unit mobil
52

truck model No. Pol. : BE 9115 JB warna merah sedang beroperasi mengeruk

tanah di sebuah lubang dengan kedalaman 3 (tiga) meter , selanjutnya terdakwa

EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI bin RACHMANI (ALM) (dilanjutkan

dalam berkas terpisah / splitsing ), di bawa ke polres Lampung Utara.

Bahwa terdakwa efriyani yudhistira alias yudi bin rochmani (alm)

bersama dengan saksi kartinah alias simah binti karjono telah menjalankan

kegiatan penambangan tersebut selama kurang lebih 8 (delapan ) bulan sejak

bulan maret 2021 , dimana terdakwa sebagai istri dari sdr. Yahmin (telah

meninggal pada bulan maret 2021 ).

Bahwa terdakwa bersama kartinah alias simah binti karjono melakukan

kegiatan penambangan tersebut dengan cara terdakwa sebagai operator

mengoprasikan alat berat berupa 1(satu) unit EXCAVATOR merk KOMATSU

warna kuning miliknya untuk mengeruk tanah dengan kedalaman penggalian

sedalam 1 setengah M (SATU SETENGAH METER) hingga 3 m (tiga meter),

kemudian apabila ada orang hendak membeli tanah tersebut selanjutnya tanah

yang telah digali kemudian dimuat ke dalam bak kendaraan pembeli lalu terdakwa

mencatat kendaraan pembeli yang keluar dari lokasi pertambangan serta

menerima pembayaran dari pembeli , dimana tanah hasil galian tersebut dijual

seharga Rp 130.000,- (seratus tiga puluh ribu rupiah ) hingga Rp 140.000 (seratus

empat puluh ribu rupiah) per mobil dan 40% sementara saksi EFRIYANI

YUDHISTIRA Alias YUDI Bin ROCHMANI mendapat bagian sebesar 60%;

Bahwa terdakwa EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI Bin

ROCHMANI tidak memiliki dokumen perizinan berupa izin usaha pertambangan

(IUP) DAN/atau Izin Usaha Pertambangan Khusus ( IUPK) dan/atau Izin


53

Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Pengangkutan dan Penjualan sebagaimana

syarat yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penambangan serta penjualan

tanah urug;

Bahwa kegiatan yang terdakwa EFRIYANI YUDHISTIRA Alias YUDI

Bin ROCHMANI lakukan dalam usaha penambangan liar tersebut adalah kegiatan

usaha melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku di negara RI serta

dapat menimbulkan dapat menimbulkan tanah longsor;

Perbuatan Terdakwa, Sesuai dengan ketentuan dan ancaman pidana yang

diatur dalam Pasal 158 Jo. Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1. Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), merupakan suatu pelanggaran hukum

yang terkait dengan tindakan pertambangan mineral dan batubara tanpa izin yang

sah atau melanggar ketentuan hukum yang berlaku di sektor pertambangan. Pasal-

pasal yang disebutkan memberikan dasar hukum untuk menuntut dan mengadili

pelanggaran tersebut, dengan ancaman pidana sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim, diketahui Terdakwa dihadapkan

pada dakwaan alternatif oleh Penuntut Umum. Setelah mempertimbangkan fakta-

fakta hukum yang telah diungkapkan, Majelis Hakim memutuskan untuk

mengadopsi Dakwaan Alternatif Kedua sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 158

Jo. Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


54

Mineral dan Batubara Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP berbunyi :

“Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi

yang menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP,

IUPK, atau izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal

43 ayat (2), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), Pasal 81 ayat (2), Pasal

103 ayat (2), Pasal 104 ayat (3), atau Pasal 105 ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

Dalam Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP Pasal 55 KUHP Ayat 1: Dipidana

sebagai pelaku tindak pidana mereka yang melakukan, yang menyuruh

melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan;

Elemen-elemen yang terkandung dalam Pasal 158 Jo. Pasal 35 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 mengenai Modifikasi Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Jo.

Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hukum

Pidana (KUHP) melibatkan:

1. Setiap Orang

Bahwa yang dimaksud setiap orang adalah siapa saja yang menjadi subyek

hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban, dimana perbuatan tersebut

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Kedepan persidangan telah

diajukan Terdakwa yang telah mengaku sehat jasmani dan rohani ia terdakwa

efriyani yudhistira alias yudi bin rochmani (alm) bersama dengan saksi kartinah

alias simah binti karjono dimana didepan persidangan Terdakw membenarkan


55

identitas dirinya sebagaimana tertera dalam surat dakwaan, di dalam persidangan

Terdakwa mampu menjawab seluruh pertanyaan Majelis Hakim, Jaksa Penuntut

Umum dengan baik dan lancar, dapat mengingat serta menerangkan yang benar

sesuai dengan perbuatan Terdakwa telah dilakukan, hal tersebut menunjukan

bahwa perbuatan Terdakwa telah maupun saat memberikan keterangan dimuka

persidangan adalah berada dalam kondisi sehat jasmani dan rohani serta tidak

ditemukan adanya alasan pembenar dan atau alasan pemaaf sehingga kepada

Terdakwa dipandang mampu bertanggungjawab atas seluruh perbuatan pidana

yang telah dilakukannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas Majelis

Hakim berkesimpulan unsur ini telah terpenuhi.

2. Unsur Dengan Sengaja Memberikan Kesempatan, Sarana, Atau Keterangan

Untuk Melakukan Kejahatan Menampung, Memanfaatkan, Melakukan

Pengolahan Dan Pemurnian, Pengangkutan, Penjualan Mineral Dan Batu Bara

Yang Bukan Dari Pemegang IUP, IUPK, Atau Izin. Terdakwa adalah orang yang

ditugaskan oleh Limanto, yang bertempat pada Dsn. Tanjung Agung RT/RW

003/012 Ds. Kembang Tanjung Kec. Abung Selatan Kab. Lampung Utara dan

setelah sampai di lokasi , terdapat 1(satu) Unit Excavator Merk Komatsu warna

kuning dan 1 (satu ) Unit mobil truck model No. Pol.: BE 9115 JB warna Merah

sedang beroperasi mengeruk tanah, kemudian berdasarkan interogasi dari para

saksi bahwa kegiatan penambangan Galian C tersebut tidak memiliki izin

penambangan dan kegiatan yang di kelolah oleh Kartini Dan Efriyani Yudhistira

tersebut sudah berjalan selama kurang lebih 8 (delapan ) bulan dan pada lokasi

penambangan galian C tersebut terlihat lubang hasil tambang dengan kedalaman

kurang lebih 5 (lima) meter yang dibiarkan begitu saja , dan tampak juga area
56

yang rawan terhadap terjadinya tanah longsor , kemudian 2 (dua) orang pelaku

usaha kegiatan penambangan galian C tanpa Izin dalam pengangkutan, agar

seolah olah batubara yang diangkut dari hasil pertambangan resmi ;

Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, Majelis Hakim menyimpulkan

bahwa elemen ini telah terpenuhi. Oleh karena itu, karena semua unsur dari Pasal

158 Jo. Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara telah terpenuhi. Seiring terpenuhinya Jo.

Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP, maka Terdakwa wajib diakui secara sah dan

meyakinkan bersalah atas tindak pidana yang didakwakan dalam surat dakwaan.

Dengan mempertimbangkan bahwa dalam perkara ini, Terdakwa telah ditahan dan

ditangkap secara sah, durasi penangkapan dan penahanan tersebut haruslah

dihapuskan sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Menurut analisis penulis Pertimbangan hakim dalam memutuskan

Kerusakan Lingkungan Akibat Pebuatan Pertambangan dimana Hakim

memberikan putusan pengadilan dengan pertimbangan keterangan saksi,

keterangan terdakwa, barang bukti yang dihadirkan, fakta hukum di dalam

persidangan dan dengan dakwaan dimana terdakwa Kartinah Alias Simah Binti

Karjono tidak memiliki dokumen perizinan berupa izin usaha pertambangan

(IUP) dan/atau Izin Usaha Pertambangan Khusus ( IUPK) dan/atau Izin

Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Pengangkutan dan Penjualan sebagaimana

syarat yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penambangan serta penjualan

tanah urug dan eadaan Faktor yang memperberat adalah perilaku Terdakwa yang

menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat. Sementara itu, hal-hal yang


57

memberikan kemeringankan termasuk pengakuan dan keterbukaan Terdakwa

mengenai perbuatannya, sikap sopan Terdakwa dalam persidangan, dan

penyesalan Terdakwa terhadap tindakannya. dan berjanji tidak akan

mengulanginya. aparatur pemerintah yang memahami secara benar pelaksanaan

dan penegakan hukum lingkungan sebagai hukum fungsional. Keberaadan hukum

lingkungan memiliki peran penting dalam rangka menanggulangi berbagai

kerusakan lingkungan yang terjadi selama ini. Tidak cukup dengan aturan hukum,

penegak hukum lingkungan juga bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam rangka

memberikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa Putusan Hakim Dalam kasus Tindak

Pidana Pertambangan Ilegal Galian C, Putusan Nomor

352/Pid.B/LH/2021/PN.Kbu menyatakan bahwa Terdakwa, Kartinah alias Simah

Binti Karjono, Telah dapat dipastikan secara resmi dan meyakinkan bersalah atas

tuduhan melakukan tindak pidana "secara bersama-sama melakukan

penambangan tanpa izin," sebagaimana yang diuraikan dalam dakwaan tunggal.

Akibatnya, Terdakwa dihukum dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dan 6

(enam) bulan.
58

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Analisis Hukum Terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Perbuatan

Pertambangan, khususnya dalam konteks tindak pidana lingkungan hidup,

tidak dapat terlepas dari asas ultimum remedium yang dianut dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Asas ini sebenarnya tidak menjelaskan


59

secara rinci mengapa legislator hanya menerapkannya pada baku mutu air

limbah, baku mutu emisi, dan baku mutu gangguan. Walaupun demikian,

karakteristik delik formil baru dalam hal ini lebih condong kepada

pelanggaran administrasi, yang melibatkan pelanggaran terhadap syarat

atau izin yang telah ditetapkan.

2. Penting untuk dicatat bahwa kerusakan lingkungan akibat pertambangan

tanpa izin menjadi perhatian serius. Pemerintah merespons dengan

menerapkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan sebagai langkah untuk memberantas

kegiatan penambangan ilegal yang merugikan ekosistem hutan. Hal ini

mencerminkan upaya hukum yang lebih tegas dan spesifik terhadap

perbuatan yang dapat merusak lingkungan, khususnya di sektor

pertambangan Wilayah operasi pertambangan yang seringkali tumpang

tindih denga wilayah hutan serta wilayah hidup masyarakat adat dan lokal

telah menimbulkan konflik atas hak kelola dan hak kuasa masyarakat

setempat.

3. Pertimbangan hakim dalam memutuskan Kerusakan Lingkungan Akibat

Pebuatan Pertambangan dimana Hakim memberikan putusan pengadilan

dengan pertimbangan keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti

yang dihadirkan, fakta hukum di dalam persidangan dan dengan dakwaan

dimana terdakwa Kartinah Alias Simah Binti Karjono tidak memiliki

dokumen perizinan Penjualan sebagaimana syarat yang diperlukan untuk

melakukan kegiatan penambangan serta penjualan tanah urug dan eadaan

Faktor yang memperberat adalah perilaku Terdakwa yang menimbulkan


60

kecemasan di masyarakat. Sementara itu, hal-hal yang mengurangi beban

hukuman termasuk pengakuan Terdakwa yang jujur dan terbuka mengenai

perbuatannya, sikap sopan Terdakwa dalam persidangan, dan penyesalan

Terdakwa terhadap tindakannya dan berjanji tidak akan mengulanginya.

5.2 Saran-Saran

1. Perlunya sinergitas aparat penegak hukum dan dinas terkait untuk

membahas bagaimana supaya mempermudah perijinan Pertambangan

mineral dan batubara kepada masyarakat sehingga dapat menambah

pendapatan daerah dengan tetap melakukan pengawasan ketat untuk

mempedomani perlindungan pengelolaan lingkungan hidup supaya

kelestarian lingkungan tetap terjaga.

2. Pesan kepada semua lapisan masyarakat untuk berhati-hati dalam

memanfaatkan lingkungan merupakan sebuah panggilan penting. Tindakan

yang kurang bijaksana dalam memanfaatkan lingkungan dapat

mengakibatkan malapetaka yang lebih serius, bahkan dapat memicu berbagai

bencana alam seperti longsor, banjir bandang, dan lain sebagainya. Perlu

diingatkan bahwa tindakan kita saat ini akan berdampak pada masa depan

anak cucu kita yang akan mewarisi dan menikmati keindahan alam ini di

kemudian hari.

3. Aparat penegak hukum diharapkan proaktif dalam menindaklanjuti

pelanggaran lingkungan yang terjadi saat ini. Langkah-langkah ini penting

untuk menjaga keberlanjutan dan keabadian kehidupan alam. Upaya bersama


61

dari semua pihak, termasuk penegak hukum, sangat diperlukan agar

lingkungan hidup dapat terjaga dengan lestari dan abadi.

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku-buku

Andi Hamzah. 2010. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

Salim, Hukum Pertambangan, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2012

Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Jakarta: Sinar Grafika, 2012

Mas Ahmad Santosa, 2010, Good Governance Hukum Lingkungan, ICEL, Jakarta

Muhamad Erwin, 2019, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan


Pembangunan Lingkungan Hidup,Cetakan Kedua, Refika Aditama, Jakarta

Muladi dan Barda Nawawi Arif, 2012, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,Alumni,
Bandung

Munadjat Danusaputro, 2011, Hukum Lingkungan Buku I: Umum,Binacipta,


Bandung

P. Joko Subagyo, 2015. Hukum Lingkungan: Masalah dan Penanggulangannya,


Cetakan Keempat, Rineka Cipta, Jakarta

Salim, Hukum Pertambangan Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2015

Tahir, Heri. 2010. Proses Hukum Yang Adil dalam Sistem Peradilan Pidana di
Indonesia. Yogyakarta: Laksbang.

b. Peraturan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
62

Anda mungkin juga menyukai