Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

LANDASAN YURIDIS PEMBERIAN REMISI BAGI


NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I KOTA
PALEMBANG

Oleh :

BERILIAN MAKKY

502020092

PEMBIMBING SKRIPSI

1. DR. MULYADI TANZILI, SH., MH

2. HJ. SUSIANA KIFLI, SH., MH

PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM SARJANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2023
PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

NAMA : Berilian Makky

NIM : 502020092

PROGRAM STUDI : Hukum Program Sarjana

PROGRAM KEKHUSUSAN : Hukum Pidana

JUDUL : LANDASAN YURIDIS PEMBERIAN


REMISI BAGI NARAPIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I
KOTA PALEMBANG

A. Latar Belakang

Hukuman pidana penjara merupakan pidana pokok yang dapat dijatuhkan

hakim selain pidana mati, pidana denda, dan pidana tutupan. Hukuman penjara dan

kurungan adalah suatu pidana yang dijatuhkan oleh hakim melalui sebuah putusan

yang di berikan kepada seseorang yang terbukti bersalah di persidangan. Pidana

penjara merupakan suatu pidana yang berupa pembatasan kebebasan bergerak dari

seorang terpidana, yang dilakukan dengan mengurung orang tersebut di dalam

Lembaga Pemasyarakatan.1

1
“Perbedaan hukuman pidana penjara dan kurungan”, melalui https://www.hukumonline.com
, di akses pada 23 oktober 2023 jam 15.49
Menurut Prof. van Hamel adalah semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang

dianut oleh suatu Negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum, yaitu melarang

apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada yang

melanggar.2

Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia menjadi

sasaran yang sangat potensial sebagai tempat untuk memproduksi dan mengedarkan

Narkotika secara ilegal. Pada dasarnya Narkotika dibutuhkan dan memiliki manfaat

yang besar untuk manusia, khususnya dibidang kesehatan. Namun dengan semakin

berkembangnya zaman, Narkotika kemudian digunakan untuk hal-hal negatif.

Pengertian Narkotika berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, bahwa yang dimaksud dengan

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Kesehatan.3

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Selatan Bapak Brigjen

Pol. Djoko Prihadi menjelaskan bahwa Provinsi Sumatera Selatan berada pada urutan

2
Ayu Efritadewi, 2020 Modul Hukum Pidana. Umrah press,Tanjung Pinang, hlm, 1.
3
Mizan, “Batas Minimal Pemidanaan Ditnjau Dari Prespektif Asas Pemidanaan Dan
Kemerdekaan, Kebebasan Hakim”, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 8 No. 1 (2018)
nomor 2 (dua) terbesar terpapar narkoba di Indonesia beliau juga mengatakan bahwa

itu adalah dampak dari lemahnya hukum terhadap pengedar dan Bandar narkoba,

Sementara itu, dalam Press release akhir tahun 2022 menyebutkan jumlah total

layanan asessmen diberikan BBNP Sumsel sebanyak 877 Dari hasil asessmen 689

atau 79 persen mengikuti layanan rehab, Sedangkan ditinjau dari jenis kelamin, 811

atau 92 persen laki laki dan 0,8 persen atau 66 orang perempuan.4

Untuk lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan dalam upaya

mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran Narkotika diperlukan

upaya bersama antara aparat penegak hukum dan masyarakat dengan diterapkannya

sanksi pidana penjara dan rehabilitasi.

Konsep pemasyarakatan merupakan pokok-pokok pikiran Dr. Saharjo, SH.

Pokok-pokok pikiran tersebut kemudian dijadikan prinsip-prinsip pokok dari konsep

pemasyarakatan pada konfrensi Dinas Derektorat Pemasyarakatan di Lembang

Bandung pada tanggal 27 April-7 Mei 1974. Dalam konfrensi ini dihasilkan

keputusan bahwa pemasyarakatan tidak hanya semata-mata tujuan dari Pidana

penjara, melainkan merupakan sistem pembinaan Narapidana dan tanggal 27 April

1964 ditetapkan sebagai hari lahirnya pemasyarakatan.5

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Mengatur mengenai Sistem

Pemasyarakatan sebagai sebuah sistem perlakuan terhadap Tahanan, Anak, dan


4
“Press Release 2022”, melalui https://sumsel.bnn.go.id di akses pada tanggal 16 oktober
2023 jam 15.20
5
“Sejarah Pemasyarakatan”, melalui https://lapassleman.kemenkumham.go.id di akses pada
tangga; 24 oktober 2023 jam 14.20
Warga Binaan dilaksanakan melalui fungsi Pemasyarakatan yang meliputi Pelayanan,

Pembinaan, Pembimbingan Kemasyarakatan, Perawatan, Pengamanan, dan

Pengamatan dengan menjunjung tinggi penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan

Hak Asasi Manusia. Undang-Undang ini dibentuk untuk memperkuat Sistem

Pemasyarakatan di Indonesia yang dengan UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.6

Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) yang terdapat di wilayah Sumatera

Selatan khususnya di kota Palembang terdapat di Jl. Taqwa Mata Merah, Karya

Mulia, Kec. Sematang Borang, Kota Palembang. Lembaga ini di bawah naungan

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Lembaga

pemasyarakatan sendiri berkapasitas 540 orang dengan isi total penghuni sekarang

1,775 tahanan dan narapidana. Data terbaru Selasa, 24 Oktober 2023.7

Pada BAB II Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 berisikan tentang Hak

dan Kewajiban Tahanan dan Narapidana dirumuskan dalam:

Pasal 9 tentang Hak Narapidana:

1. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

2. Mendapatkan perawatan, baik jasmani maupun rohani;

6
“Undang-Undang No 22 Tahun 2022” melalui peraturan.bpk.go.id di akses pada 9
november 2023 jam 18.00
7
“Jumlah Penghuni Lapas” melalui https://sdppublik.ditjenpas.go.id di akses pada 24 oktober
2023 jam 14.35
3. Mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan kegiatan rekreasi serta

kesempatan mengembangkan potensi;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak sesuai dengan

kebutuhan gizi;

5. Mendapatkan layanan informasi

6. Mendapatkan penyuluhan hukum dan bantuan hukum;

7. Menyampaikan pengaduan dan keluhan;

8. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa yang tidak

dilarang;

9. Mendapatkan perlakuan secara Manusiawi dan dilindungi dari tindakan

penyiksaan, eksploitasi, pembiaran, kekerasan, dan segala tindakan yang

membahayakan fisik dan mental;

10. Mendapatkan jaminan keselamatan kerja, upah, atau permin hasil bekerja.

11. Mendapatkan pelayanan sosial dan

12. Menerima atau menolak kunjungan dari keluarga, advokat, pendamping,

dan masyarakat.

Pasal 10 tentang Hak Narapidana:

1. Selain hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Narapidana yang telah

memenuhi persyaratan tertentu tanpa terkecuali juga berhak atas:

a. Remisi;

b. Asimilasi;
c. Cuti mengunjungi atau di kunjungi keluarga;

d. Cuti bersyarat;

e. Cuti menjelang bebas;

f. Pembebasan bersyarat; dan

g. Hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Persyaratan tertentu sebagimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;

a. Berkelakuan baik;

b. Aktif mengikuti program Pembinaan; dan

c. Telah menunjukan penurunan tingkat risiko.

3. Selain memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

bagi Narapidana yang akan diberikan cuti menjelang bebas atau

pembebasan bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan

huru f juga harus telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua

pertiga) dengan ketentuan 2/3 (dua pertiga) masa pidana tersebut paling

sedikit 9 (Sembilan) bulan.

4. Pemberian hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

Narapidana yang dijatuhi pidana penjara seumur hidup dan terpidana mati.

Pasal 11 tentang kewajiban Narapidana:

1. Narapidana wajib:

a. Menaati peraturan tata tertib;

b. Mengikuti secara tertib program Pembinaan;


c. Memelihara perikehidupan yang bersih. aman, tertib, dan damai;

dan

d. Menghormati hak asasi setiap orang di lingkunganya.

2. Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Narapidana juga

wajib bekerja dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan dan memiliki

nilai guna.

Selain UU Nomor 22 Tahun 2022 terdapat Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan

Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan

Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

Berdasarkan uraian diatas jelas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 dan

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2023 memiliki

efektivitas pemberian remisi tersebut, oleh karena itu maka penulis membahas lebih

mendalam dalam penelitian yang berjudul ”LANDASAN YURIDIS PEMBERIAN

REMISI BAGI NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I KOTA PALEMBANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas ada beberapa permasalahan yang dapat di bahas,

yaitu:
1. Bagaimana pemberian remisi bagi Narapidana penyalahgunaan Narkotika

di Lembaga Pemasyarakatan kelas I Kota Palembang?

2. Apa hambatan dalam pemberian remisi bagi Narapidana penyalahgunaan

Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan kelas I Kota Palembang?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

Dalam proposal skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup sesuai dengan

permasalahan yang akan dikaji, yaitu untuk mengetahui bagaimana pemberian remisi

bagi Narapidana penyalahgunaan Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

Kota Palembang, serta hambatan dalam pemberian remisi bagi Narapidana tindak

pidana penyalahgunaan Narkotika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2022 dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2023

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Palembang.

Adapun tujuan penelitian pada penulisan proposal ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemberian remisi bagi Narapidana

penyalahgunaan Narkotika di Rutan negara kelas I Kota Palembang.

2. Untuk mengetahui hambatan dalam pemberian remisi bagi Narapidana

penyalahgunaan Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan kelas I Kota

Palembang.

D. Definisi Konseptual
1. Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam

dengan pidana,dimana pengertian perbuatan di sini sekain perbuatan yang bersifat

aktif (melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan

yang bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh

hukum).8

2. Lembaga pemasyarakatan adalah fasilitas negara yang mana merupakan tempat

seseorang untuk ditahan secara paksa dan lepas dari kebebasan apapun di bawah

otoritas negara.9

3. Remisi adalah suatu pengurangan hukuman yang diberikan kepada orang terpidana

jika ia berkelakuan baik selama masa tahanan. Artinya, jika seseorang yang sedang

menjalani hukuman pidana menunjukkan perilaku yang baik selama masa

hukumannya, maka hukuman tersebut dapat dikurangi sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.10

4. Penyalahgunaan narkotika adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak

atau melawan hukum. Ketika seseorang melakukan penyalagunaan Narkotika

secara terus-menerus, maka orang tersebut akan berada pada keadaan

ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan

Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan

8
Teguh Prasetyo,2018 Hukum Pidana Rajawali Pers ,Depok. Hlm.50
9
“Pengertian Penjara” , melalui https://id.m.wikipedia.org/. di akses pada 24 oktober 2023
jam 21.47
10
“Pengertian dan syarat remisi”, melalui https://fahum.umsu.ac.id di akses pada 24 oktober
2023 am 21.51
Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar

menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau

dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.11

E. Metodelogi

1. Jenis penelitian

Dalam penulisan ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

hukum empiris. Penelitian empiris menggunakan data primer (data yang

diperoleh langsung dari kehidupan masyarakat dengan cara wawancara,

observasi, sample dan lain-lain).12 Alasan peneliti menggunakan penelitian

empiris karena penyelesaian masalahnya akan lebih rinci mengetahui dan

mengerti serta disamping menganalisis peraturan yang ada juga berhadapan

dengan kenyataan dan secara langsung berhubungan dengan responden.

2. Sumber Data

Sumber data primer adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati

atau diwawancara. Pencatatan sumber data utama melalui pengamatan atau

observasi dan wawancara merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan

melihat, mendengar dan bertanya yang dilakukan secara sadar, terarah dan

senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan, yang


11
“Pencegahan penyalahgunaan narkotika”, melalui http://pn-karanganyar.go.id diakses pada
24 Oktober
12
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad.2010, Dualisme Penelitian Hukum. Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta hlm 153.
diperoleh secara langsung dari responden terhadap pengetatan remisi

semenjak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 201213

Data sekunder yang berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung data

primer. Data ini bersumber dari literatur yaitu peraturan perundang-

undangan, dokumen-dokumen resmi yang berhubungan dengan pemberian

remisi Narapidana Narkotika. Selain kata-kata dan tindakan sebagai

sumber data utama diperlukan juga data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain.14

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian untuk

mendapatkan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji dan menelusuri

sumber-sumber kepustakaan, seperti literatur, hasil penelitian serta

mempelajari bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan permasalahan

yang akan dibahas, buku-buku ilmiah, Surat kabar, perundang-undangan, serta

dokumen-dokumen yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

4. Analisi Data Penelitian

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah data yang


13
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta hlm. 96.
14
Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika,Jakarta , hlm. 47
dikumpulkan naturalistik yang terdiri atas kata-kata yang tidak diolah

menjadi angka-angka, data sukar diukur dengan angka, hubungan antara

variabel tidak jelas, dan pengumpulan data menggunakan pedoman

wawancara dan observasi atau mengembangkan data tersebut dalam bentuk

kata-kata atau kalimat. Sedang pola pikir secara kualitatif artinya hanya

mengecek dan melaporkan apa yang ada ditempat peneliti yang

diselenggarakan penelitian.15

F. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penyusunan penulisan skripsi ini, akan di bagi ke dalam 4

(Empat) Bab yang mana dengan susunan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulisan berusaha menguraikan gambaran awal tentang

penelitian yang meliputi Latar Belakang, Permasalahan, Ruang Lingkup dan

Tujuan Penelitian, Definisi Konseptual, Metode penelitian, Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini Penulis berusaha menguraikan mengenai tujuan pustaka

tentang Pengertian Penyalahgunaan Narkotika, Pidana dan Pemidanaan

Tinjauan tentang Narapidana dan Remisi, Lembaga Pemasyarakatan.


15
Beni Ahmad Saebani, 2009 Metode Penelitian Hukum: Pustaka Setia. Bandung. hlm.103.
BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan yang berkaitan dengan

pemberian remisi bagi Narapidana penyalahgunaan Narkotika di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Kota Palembang dan Hambatan dalam pemberian

remisi bagi Narapidana penyalahgunaan Narkotika di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Kota Palembang.

BAB IV : PENUTUP

Dalam Bab ini akan diuraikan kesimpulan dari masalah-masalah yang

dirumuskan dalam penelitian. Setelah mengambil kesimpulan dari seluruh

data yang diperoleh dari penelitian dapat pula memberikan saran-saran yang

membangun demi kesempurnaan yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Ayu Efritadewi, 2020, Modul hukum pidana. Umrahh, Press,Tanjung Pinang


Beni Ahmad Saebani, 2009 Metode Penelitian Hukum, Pustaka Setia,
Bandung
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad.2010, Dualisme Penelitian Hukum.
Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta
Teguh Prasetyo, 2018, Hukum Pidana ,Rajawali Pers, Depok
Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika,Jakarta

JURNAL :
Mizan, “Batas Minimal pemidanaan ditinjau dari Prespektif Asas
Pemidanaan Dan Kemerdekaan, Kebebasan Hakim”, Jurnal Ilmu
Hukum Vol.8 No1 (2018)
UNDANG-UNDANG :
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2023
Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
Bebas, dan Cuti Bersyarat
INTERNET:
“Pencegahan penyalahgunaan narkotika”, melalui http://pn-
karanganyar.go.id
“Pengertian dan syarat remisi”, melalui https://fahum.umsu.ac.id
“Pengertian Penjara” , melalui https://id.m.wikipedia.org
“Perbedaan hukuman pidana penjara dan kurungan”, melalui
https://www.hukumonline.com
“Press Release 2022”, melalui https://sumsel.bnn.go.id
“Jumlah Penghuni Lapas” melalui https://sdppublik.ditjenpas.go.id
“Sejarah Pemasyarakatan”, melalui https://lapassleman.kemenkumham.go.id

Anda mungkin juga menyukai