Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL

DALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2022 TENTANG


TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL
Oleh : Beatrice Natasha Letisia Sitepu

A. PENDAHULUAN
Kekerasan Seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sedang marak
diperbincangkan selama beberapa tahun terakhir. Kekerasan seksual adalah sebuah perilaku
menyimpang atau deviatif dalam hubungan seksual, merugikan pihak korban, dan merusak
kedamaian di tengah masyarakat.1 Di Indonesia sendiri, Kekerasan Seksual merupakan salah
satu kejahatan yang tergolong tinggi. Menurut rekaman CATAHU Komnas Perempuan
2022, telah terjadi peningkatan terhadap kasus kekerasan seksual berbasis gender pada 3
tahun terakhir.2 Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh disrupsi teknologi dan
fenomena COVID-19 yang membuat KBGO (Kekerasan Seksual Berbasis Gender) semakin
terlihat dengan perkembangan modus yang beragam pula. Selain itu, survei yang dilakukan
oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek)
pada tahun 2020 bahwa 77 persen dosen menyatakan adanya kekerasan seksual di kampus.
Sejumlah 63 persen dari korban tidak melaporkan kasus kepada pihak kampus, dimana
kebanyakan korban merasa malu dan takut sehingga enggan melaporkan kekerasan seksual
yang dialami3
Kekerasan Seksual merupakan problematika yang tak kunjung surut sebelum adanya
pembuatan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual. Tindak pidana kekerasan seksual tidak diberikan perlindungan hukum yang
memadai terutama kepada korban dan saksi, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
pentingnya melawan kasus kekerasan seksual, dan seringkali TPKS dianggap masalah
pribadi yang tidak perlu dibawa ke jalur hukum.
Setelah disahkannya UU TPKS, terdapat beberapa hal yang membawa perubahan
terhadap penanganan kasus kekerasan seksual di Indonesia, salah satunya adalah tentang

1
Kajian, Pustaka, Seksual Kejahatan, Kejahatan Pengertian, and Seksual. n.d. “BAB II.”
http://etheses.uin-malang.ac.id/780/5/10410171%20Bab%202.pdf
2
KOMNAS PEREMPUAN, “Lembar Fakta Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023 Kekerasan Terhadap
Perempuan Di Ranah Publik Dan Negara: Minimnya Pelindungan Dan Pemulihan,” Komnasperempuan.go.id, 2023,
https://komnasperempuan.go.id/download-file/949.
3
C. N. N. Indonesia, “Survei Nadiem: 77 Persen Dosen Akui Ada Kekerasan Seksual Di Kampus,” nasional, November
2021,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211111093436-20-719583/survei-nadiem-77-persen-dosen-akui-ada-kekeras
an-seksual-di-kampus.
pemberian hak-hak korban yang diatur secara tertulis pada UU TPKS. Selama ini dengan
KUHAP, hak-hak korban kekerasan seksual tidak terlalu diperhatikan dan tidak diberikan
landasan hukum yang cukup. Seperti yang terjadi pada beberapa putusan pengadilan yang
menangani kasus kekerasan seksual, jarang sekali hakim memberikan hak pemulihan kepada
korban. Sebagai contoh, pada putusan PN Tengarong tentang kasus pemaksaan persetubuhan
terhadap anak, pelaku dibebani hukuman penjara tetapi korban tidak diberikan adanya
restitusi atau pemulihan dalam bentuk apapun.4 Hal ini juga membuktikan bahwa
penanganan terhadap korban kekerasan seksual masih belum jelas, dimana terdapat pula
korban yang diberikan pemulihan hak sesuai dengan penilaian hakim dan bukan karena
adanya regulasi yang mengatur hal tersebut. Oleh karena itu, UU TPKS hadir dengan tujuan
menjadi lex specialis yang dapat memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan
seksual dengan cara memastikan hak-haknya terpenuhi pada setiap lapis penyelesaian kasus
kekerasan seksual yang dialami.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan hak-hak korban kekerasan seksual yang diatur dalam
Undang-Undang Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (UU TPKS)?
2. Bagaimana dampak hukum yang timbul akibat pengaturan hak-hak korban kekerasan
seksual dalam Undang-Undang Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (UU
TPKS)?

C. PEMBAHASAN
Perlindungan terhadap hak-hak korban terdapat pada Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70
Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3). Pasal-pasal yang tertulis diatas mengatur beberapa hak korban,
yaitu
1. Hak Atas Penanganan
Hak atas penanganan diatur pada Pasal 68 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022
tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Hak penanganan mengatur tentang penanganan
korban yaitu
a. Hak Penanganan, Perlindungan, dan Pemulihan;
b. Hak mendapatkan dokumen hasil Penanganan;

4
Octo Bermantiko Dwi Laksono, Andi Ahkam Jayadi, and Arya Ragatnata, “Putusan Pn Tenggarong Nomor
70/Pid.Sus/2022/PN Trg Tanggal 15 Februari 2022” (2022); Ardiani, B.m.cintia Buana, and Syufrinaldi, “Putusan Pn
Mojokerto Nomor 640/Pid.Sus/2021/PN Mjk Tanggal 12 April 2022” (2022)
c. Hak atas pelayanan hukum;
d. Hak atas penguatan psikologis;
e. Hak atas pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan, tindakan, dan perawatan medis;
f. Hak atas layanan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan khusus Korban; dan
g. Hak atas penghapusan konten bermuatan seksual untuk kasus kekerasan seksual
dengan media elektronik.5
Dengan adanya Hak penanganan yang diatur dalam UU TPKS dapat memberi
jaminan kepada korban bahwa dirinya akan mendapat segala fasilitas yang dapat
meringankan beban korban, seperti pelayanan hukum dan akses kepada instansi kesehatan.
Dimana hal ini juga menjadi dasar hukum bagi para penegak hukum untuk memperlakukan
korban sesuai hak-haknya di setiap lapisan pemeriksaan kasus.

2. Hak Atas Perlindungan


Hak atas penanganan diatur pada Pasal 69 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022
tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Ketentuan yang mengatur hak atas perlindungan
antara lain,
a. Penyediaan informasi mengenai hak dan fasilitas Perlindungan;
b. Penyediaan akses terhadap informasi penyelenggaraan Perlindungan;
c. Perlindungan dari ancaman atau kekerasan pelaku dan pihak lain serta berulangnya
kekerasan;
d. Perlindungan atas kerahasiaan identitas;
e. Perlindungan dari sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang merendahkan
Korban;
f. Perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mutasi pekerjaan, pendidikan, atau akses
politik; dan
g. Perlindungan Korban dan/ atau pelapor dari tuntutan pidana atau gugatan perdata
atas Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang telah dilaporkan.6
Ketentuan Hak Perlindungan dapat memberikan rasa aman kepada korban dan
memperkecil celah bagi pelaku untuk melemahkan korban serta membalikkan keadaan
dimana korban sebagai pelaku pada gugatan yang diberikan oleh pelaku kekerasan seksual.
Hal ini terjadi pada pembungkaman dua orang saksi yang putrinya menjadi korban
pemerkosaan di Kabupaten Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimana saksi dan korban

5
“Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual”,” 2022.
6
Ibid.
dilaporkan atas pencemaran nama baik serta diserang secara digital berupa DDos pada situs
portal Project Multatuli yang ikut menyuarakan kasus tersebut.7 Dengan adanya pengaturan
Pasal 69, hal tersebut seharusnya dapat dicegah oleh para penegak hukum dan dapat menjadi
dasar bagi semua pihak untuk melindungi korban.

3. Hak Atas Pemulihan


Hak atas pemulihan merupakan hak yang melekat kepada korban baik sebelum,
selama, dan setelah proses peradilan. Negara wajib bertanggung jawab atas rehabilitasi
medis & mental, kompensasi, dan rehabilitasi sosial. Selain itu, pelaku juga wajib
memberikan restitusi sebagai bentuk pemberian ganti rugi berupa uang kepada korban.
Sehingga, korban dapat dipulihkan kondisi fisik, mental, spiritual, dan sosialnya dengan
bantuan/fasilitas materiil dan immateriil yang disediakan dari pemerintah, pelaku, dan juga
institusi perlindungan korban lainnya.

4. Dampak Hukum Akibat Pengaturan Hak Korban Kekerasan Seksual Dalam UU


TPKS
Dalam UU TPKS, hak-hak korban kekerasan seksual diatur secara khusus untuk
menjamin kepastian hukum, keadilan, dan keuntungan bagi korban kekerasan seksual.
Konsep ini berfungsi sebagai dasar bagi proses penegakan hukum di Indonesia dan sebagai
implementasi dari asas legalitas yang ada. Dengan adanya peraturan perundang-undangan
yang jelas dan tegas mengenai kekerasan seksual penegak hukum dan pihak-pihak terkait
juga memiliki dasar hukum yang kuat untuk melakukan tindakan hukum dan memberikan
kompensasi kepada korban. Selain itu dengan adanya hukum tertulis yang jelas, korban
memiliki kesempatan untuk mendapatkan keadilan melalui proses hukum yang sesuai.
Korban sebagai pihak yang paling dirugikan dalam Tindak Pidana Kekerasan
Seksual mendapatkan berbagai kemudahan dengan adanya UU TPKS ini. Dimulai dari
proses pelaporan, UU TPKS memberikan pendampingan hukum serta pendampingan
psikologis bagi korban. Korban juga tidak lagi berada dalam bayang-bayang ketakutan
untuk melapor, karena adanya regulasi perlindungan privasi korban.
Selama proses pelaporan, korban juga mendapat perlindungan dari upaya-upaya
hukum yang dilancarkan oleh pelaku kekerasan seksual. Baik perlindungan fisik maupun

7
Heryl, “AJI Indonesia Desak Polres Baubau Hentikan Laporan Pencemaran Nama Baik Terhadap Dua Narasumber
Kasus Kekerasan Seksual,” KENDARIPOS, March 18, 2023,
https://kendaripos.fajar.co.id/2023/03/18/aji-indonesia-desak-polres-baubau-hentikan-laporan-pencemaran-nama-baik-te
rhadap-dua-narasumber-kasus-kekerasan-seksual/.
perlindungan atas gugatan perdata dan pidana. Setelah proses peradilan, korban juga
memiliki proses pemulihan yang wajib dipenuhi oleh negara. Pemulihan termasuk
pemulihan mental dan sosial agar korban dapat kembali ke masyarakat dengan normal
kembali. Setelah hak-hak korban dicantumkan dan dituliskan pada UU TPKS, diharapkan al
tersebut dapat menjadi norma baru dan dapat menjamin hak korban dalam seluruh
lapisan/proses pemeriksaan kasus TPKS tersebut.

D. KESIMPULAN
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
mengatur tentang berbagai ketentuan terhadap tindak pidana kekerasan seksual, salah
satunya yaitu tentang perlindungan hak-hak korban kekerasan seksual. Hak-hak tersebut
adalah hak atas penanganan, hak atas perlindungan, dan hak atas pemulihan. Hak tersebut
memberi kewajiban bagi pemerintah untuk memberi penanganan hukum yang sesuai bagi
korban, kewajiban bagi para pihak terkait untuk melindungi identitas korban serta
memulihkan keadaan fisik, mental, dan sosial korban kembali ke keadaan semula.
Hak-hak korban dalam UU TPKS memiliki konsekuensi hukum yang signifikan.
Pertama, memberikan keadilan dan kepastian hukum kepada korban. Ada dasar hukum yang
kuat bagi penegak hukum dan pihak terkait untuk mengambil tindakan hukum dan
memberikan kompensasi kepada korban. Mereka juga harus melindungi korban selama
proses peradilan, termasuk perlindungan fisik dan perlindungan terhadap gugatan perdata
dan pidana yang dilakukan oleh pelaku. Terakhir, mereka harus memastikan pemulihan
korban melalui rehabilitasi medis, kompensasi, dan rehabilitasi sosial. Selain itu, akses ke
proses hukum menjadi lebih mudah bagi korban kekerasan seksual. Korban juga menerima
bantuan hukum dan psikologis yang sangat penting selama proses pelaporan. Perlindungan
privasi korban membuat korban merasa aman dan mendorong mereka untuk melaporkan
kekerasan.
Secara keseluruhan, UU TPKS bertujuan untuk melindungi hak-hak korban
kekerasan seksual. Diharapkan bahwa peraturan ini akan menjadi standar baru dan
memberikan jaminan yang kuat bagi korban selama proses penanganan kasus kekerasan
seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Heryl. “AJI Indonesia Desak Polres Baubau Hentikan Laporan Pencemaran Nama Baik Terhadap
Dua Narasumber Kasus Kekerasan Seksual.” KENDARIPOS, March 18, 2023.
https://kendaripos.fajar.co.id/2023/03/18/aji-indonesia-desak-polres-baubau-hentikan-lapora
n-pencemaran-nama-baik-terhadap-dua-narasumber-kasus-kekerasan-seksual/.
Indonesia, C. N. N. “Survei Nadiem: 77 Persen Dosen Akui Ada Kekerasan Seksual Di Kampus.”
nasional, November 2021.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211111093436-20-719583/survei-nadiem-77-pers
en-dosen-akui-ada-kekerasan-seksual-di-kampus.
Kajian, Pustaka, Seksual Kejahatan, Kejahatan Pengertian, and Seksual. “BAB II,” 2020.
http://etheses.uin-malang.ac.id/780/5/10410171%20Bab%202.pdf.
PEREMPUAN, KOMNAS. “Lembar Fakta Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023
Kekerasan Terhadap Perempuan Di Ranah Publik Dan Negara: Minimnya Pelindungan Dan
Pemulihan.” Komnasperempuan.go.id, 2023.
https://komnasperempuan.go.id/download-file/949.
“Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual”,” 2022.

Anda mungkin juga menyukai