Kode Mitra: 00
Oleh:
Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS NIDN 0031036302
Anggota 1 : Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed NIDN 0001048004
2. Tim Pelaksana:
9. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran (uraikan tidak lebih dari 50 kata,
tekankan pada manfaat yang diperoleh):
Setelah melakukan tindakan law advice secara langsung dengan membagikan booklet
berisi tata cara tindakan pencegahan terjadinya KDRT, peraturan apa saja yang mengatur
tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan apa itu justice restorative tanpa
harus menjalani suatu proses pengadilan hukum, juga seputar pengetahuan terkait
kesehatan pada wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan menjadi
korbannya langsung atau tunggal, yang tujuannya adalah membantu mensukseskan
program pemerintah dalam meminimalisir angka terjadinya kematian maupun korban
akibat KDRT baik di masa pandemic covid 19 ini maupun kedepannya nanti.
10. Rencana luaran berupa jasa, sistem, produk/barang, paten, atau luaran lain yang
dihasilkan:
Modul hukum terkait Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, publikasi pada
jurnal nasional ber ISSN, Video kegiatan (youtube) dan Harian Waspada Medan, Buku
Saku terkait dengan system hukum justice restorative dan Buku Saku Undang-Undang
PKDRT, serta HaKI berupa hak cipta video dan artikel.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................ i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ............................ ii
DAFTAR ISI ............................ iii
RINGKASAN ............................ iv
1. PENDAHULUAN ............................ 1
a. Analisis Situasi ............................ 1
b. Permasalahan Mitra ............................ 2
BAB 2 . SOLUSI DAN TARGET LUARAN ............................ 3
a. Solusi ............................ 3
b. Target Luaran ............................ 4
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ............................ 5
Metode Pengabdian ............................ 5
Metode Kegiatan ............................ 6
1. Law and Health Advice terkait KDRT ............................ 7
2. Mencegah Terjadinya KDRT ............................ 8
3. Penerapan Sistem Hukum Justice Restorative ............................ 9
dalam penanganan kasus KDRT
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................ 13
a. Anggaran Biaya ............................ 13
b. Jadwal Kegiatan ............................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................ 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
- Lampiran 2. Gambaran Iptek yang akan ditransfer kepada mitra
- Lampiran 3. Gambar Lokasi Mitra
- Lampiran 4. Denah Lokasi Wilayah Mitra
- Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
- Lampiran 6. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra Pengabdian
- Lampiran 7. Daftar Nama Mahasiswa dan Alumni Yang Terlibat Dalam Kegiatan
Pengabdian
- Lampiran 8. Format Rekapitulasi Penggunaan Keuangan
RINGKASAN
Proses penyelidikan dan Penjatuhan Status Tersangka perkara Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, Aparat Penegak Hukum telah menerapkan system hukum keadilan restorative. Pada
tahapan pemeriksaan saksi korban selalu mengupayakan perdamaian antara korban dan
tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan didepan aparat penegak hukum khususnya penyidik
dalam membuat BAP (Berita Acara Perkara) serta memberikan saran kepada korban dan
tersangka/terdakwa untuk mengusahakan perdamaian di luar hukum. Bilamana perdamaian
dimaksud terwujud, dapat dijadikan pertimbangan pihak aparat penegak hukum kepolisian
dalam menjatuhkan status kepada tersangka/terdakwa sebagai dasar peringanan pidana atau
membebaskan tersangka/terdakwa. Sementara yang menjadi kendala pihak kepolisian Medan
Barat adalah tidak tercapainya perdamaian antara korban dan terdakwa serta belum
diadopsinya keadilan restorative kedalam undang-undang PKDRT. Hal tersebut
menyebabkan penerapan keadilan restorative belum maksimal karena hanya dijadikan dasar
sebagai peringanan pidana ataupun pembebasan tersangka/terdakwa, sehingga tidak dapat
menjadikan perkara kasus hukum tersebut dihentikan atau di SP3 kan.
Tujuan pengabdian ini adalah mengetahui penerapan keadilan restorative (restoratice
justice) oleh aparat penegak hukum di Polsek Medan Barat dalam mengadili tersangka dan
korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Upaya yang dilakukan aparat penegak
hukum Polsek Medan Barat khususnya anggota unit reserse criminal dalam penerapan
keadilan restorative, dan kendala yang dihadapi aparat penegak hukum dalam penerapan
keadilan restorative untuk mengadili tersangka dan korban tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga.
Pengabdian ini dilakukan di Polsek Medan Barat dengan pertimbangan bahwa Lembaga
ini mengadili tersangka dan korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Data
diperoleh dengan Teknik wawancara dan kajian dokumen. Data dianalisis secara deduktif dan
induktif, lalu disajikan secara deskriptif, yaitu menjelaskan, menguraikan, dan
menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan pengabdian ini.
Adapun metode yang digunakan adalah dengan cara: 1) Pendidikan hukum dan kesehatan
pasca terjadinya KDRT; 2) Pendampingan salah satu anggota aparat penegak hukum Polsek
Medan Barat dalam memberikan penyuluhan hukum khususnya system hukum justice
restorative kepada tersangka dan korban KDRT; 3) Evaluasi keberhasilan program pre dan
post test anggota aparat penegak hukum Polsek Medan Barat dan peserta penyuluhan.
Target luaran kegiatan program pengabdian masyarakat ini adalah terbentuknya kelompok
wanita dan pria yang menjadi educator terkait system hukum Justice Restorative kepada
tersangka dan korban KDRT; Modul hukum terkait penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, Publikasi pada jurnal ber-ISSN, Video Kegiatan (Youtube) dan Artikel Harian Media
Online maupun Media Massa, Buku Saku Undang-Undang PKDRT dan Buku Saku terkait
Justice Restorative.
a. Analisis Situasi
Membentuk sebuah rumah tangga tentunya diawali dengan ikatan perkawinan antara pria
dan wanita dan merupakan impian serta harapan setiap insan untuk melanjutkan keturunan,
memperoleh kebahagiaan serta kenikmatan hidup baik pada saat menerima kesenangan ataupun
ketika menghadapi kesulitan. Tujuan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setiap rumah tangga tentunya mempunyai aturan-aturan atau tata krama sendiri yang
berbeda dengan rumah tangga lainnya yang diaplikasikan ketika berinteraksi, berkomunikasi dan
bergaul baik didalam rumah maupun diluar rumah, aturan tersebut harus dipatuhi oleh masing-
masing anggota keluarga. Secara umum dalam sebuah rumah tangga beranggapan bahwa
lingkungan di luar rumah lebih berbahaya apabila dibandingkan dengan di dalam rumah.
Anggapan tersebut bisa jadi terbentuk karena kejahatan yang banyak diungkap dan dipublikasikan
adalah kejahatan yang terjadi di luar lingkungan rumah, sedangkan rumah dianggap sebagai
tempat yang aman bagi anggota keluarga dan orang-orang yang tinggal di dalamnya, tempat
anggota keluarga dan orang-orang yang tinggal di dalamnya dapat berinteraksi dengan landasan
kasih, saling menghargai, dan menghormati. Masyarakat tidak menduga bahwa ternyata rumah
dapat menjadi tempat yang paling mengerikan bagi anggota keluarga. Kekerasan, apapun bentuk
dan derajat keseriusannya, ternyata dapat terjadi di dalam rumah diantara orang-orang yang
seharusnya saling mengasihi dan menghargai, orang yang seharusnya dapat menjadi tempat untuk
saling berbagi dan berlindung ternyata justru menjadi sumber penyebab terjadinya penderitaan.
Pada awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu corona
virus jenis baru (SARS_CoV_2) dan penyakit tersebut dinamakan Coronavirus disease 2019
(COVID_19). Diketahui asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir
Desember 2019, sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus
satu ini, tidak terkecuali Indonesia (Data WHO, 1 Maret 2020) (PDPI, 2020). Terkait dengan
Covid-19 ini, perekonomian di dunia pun terancam dan mengalami resesi ekonomi besar-besaran.
Dampak dari resesi ekonomi di antaranya, angka pengangguran menjadi semakin tinggi,
kesenjangan dan ketidaksetaraan meningkat tajam, pinjaman pemerintah melonjak naik, saat
deflasi terjadi penurunan harga komoditas, dan ketika inflasi terjadinya peningkatan harga
komoditas secara tajam. Akibat dari pengangguran tersebut maka terjadi peningkatan pada kasus
kriminalitas di sekitar. Hasilnya tingkat kriminalitas melonjak. Pencurian dan perampokan bisa
terjadi di perumahan yang akhirnya merugikan masyarakat. Kriminalitasnya pun dapat terjadi
didalam rumah tangga maupun di luar lingkungan.
Adapun kasus yang terjadi didalam rumah yaitu terjadinya kekerasan fisik, kekerasan
seksual dan kekerasan psikologi sehingga dapat megakibatkan terganggunya kesehatan korbannya
yaitu perempuan sebagai ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Dalam hal ini disebut sebagai
KDRT atau biasa disebut dengan kekerasan dalam rumah tangga.
Tentunya tidak jarang kita mendengar, melihat dan membaca baik dari pemberitaan media
cetak maupun elektronik seorang anak yang dipukul oleh orang tuanya, seorang istri yang dianiaya
oleh suaminya atau seorang pembantu rumah tangga yang disiksa oleh majikannya dalam rumah
tangga maka untuk mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, melindungi
korban serta menindak pelaku, Negara dan masyarakat wajib melaksanakan pencegahan,
perlindungan dan penindakan pelaku sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 28 dari huruf A sampai dengan huruf J
yang mengatur tentang Hak asasi Manusia. Negara berpandangan bahwa segala bentuk kekerasan,
terutama kekerasan dalam rumah tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi.
Sehingga hal ini membutuhkan suatu perhatian ektra dari pemerintah maupun masyarakat
dalam penanganan penangulangan terjadinya KDRT yang dapat meningkat tinggi yaitu dengan
melahirkan suatu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 yang mengatur tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (selanjutnya disingkat UU PKDRT).
Dalam penanganan terjadinya angka KDRT yang semakin tinggi maka diperlukan suatu
penegakan hukum tindak pidana yang akurat, dimana dalam proses penegakan hukum tindak
pidana tentulah diawali dengan adanya laporan/pengaduan yang diterima oleh pihak kepolisian
dari korban atau yang mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana kemudian di tindak lanjuti
oleh kepolisian dengan melakukan penyelidikan, penyidikan, lalu penuntutan yang dilakukan oleh
kejaksaan hingga akhirnya sampai pada tahap persidangan di Pengadilan yang dilaksanakan oleh
Hakim. Oleh karena itu mengingat dalam suatu tindak pidana khususnya tindak pidana KDRT,
antara satu kasus dengan kasus lainnya berbeda, maka secara kasuistis penanganan dan penjatuhan
pidananya oleh Hakim juga tentu berbeda hal tersebut dapat disebabkan misalnya, ketika perkara
telah dilaporkan yang berarti proses hukum sedang berjalan, emosi dari pihak korban sudah tidak
seperti ketika peristiwa baru saja terjadi atau antara korban dan pelaku sudah membaik dan saling
memaafkan serta pelaku telah pula menyadari atas kesalahan yang telah diperbuat sehingga korban
sudah tidak mempersoalkan lagi peristiwa yang dialaminya dan karena lebih mempertimbangkan
serta menjaga keutuhan rumah tangganya akhirnya korban meminta proses hukum yang sementara
berjalan agar dihentikan dan tidak dilanjutkan, sedangkan perbuatan pelaku bukan merupakan
delik aduan atau meskipun merupakan delik aduan, pencabutannya sudah lewat waktu. Aparat
kepolisian harusnya mencari jalan dengan merespon keinginan korban misalnya dengan tidak
meneruskan perkara tersebut ke kejaksaan sehingga tidak sampai ke pengadilan artinya bahwa
perkara-perkara yang sampai ke Pengadilan sudah tersaring sebelumnya di pihak kepolisian. Pada
prinsipnya hukum pidana tidak mengenal adanya mekanisme penyelesaian tindak pidana diluar
Pengadilan, lain halnya dengan hukum perdata yang mengenal adanya penyelesaian perkara diluar
pengadilan melalui mediasi. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (nonlitigasi) lebih lazim
disebut alternatif dispute resolution (ADR) ialah sebuah konsep yang mencakup berbagai bentuk
penyelesaian sengketa selain dari proses peradilan melalui cara-cara yang sah menurut hukum,
baik berdasarkan pendekatan konsensus maupun tidak berdasarkan pendekatan consensus, akan
tetapi yang saat ini lebih diatur didalam Undang-Undang dalam pengalihan penyelesaian perkara
KDRT dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana yaitu keadilan restorative.
Tindakan pemidanaan alternatif harus diupayakan oleh Negara agar daya rekat persatuan
berbangsa menjadi kokoh dan menjadi potensi pembangunan sosial-ekonomi dan politik negara.
Kepatutan penjatuhan pidana melalui keadilan restoratif jadi tugas dan tanggung jawab penegak
hukum untuk mempertajam analisis hukum dan memperpeka nurani kemanusiaan. Keadilan
restoratif akan menjadi Lembaga yang dapat menjadi sarana pemerataan keadilan, terutama bagi
korban dan pihak yang rentan secara sosial-politik dan lemah secara ekonomi.
Dari uraian diatas memperlihatkan adanya kenyataan yang menyimpang dari sebuah
keharusan dalam tataran idealnya. Proses penegakan hukum tindak pidana KDRT yang sementara
berjalan kemudian dihadapkan dengan kenyataan korban yang sudah tidak mempersoalkan
kejadian yang dialaminya dan meminta agar proses hukum terhadap pelaku dihentikan sedangkan
hukum pidana tidak mengenal adanya mekanisme penyelesaian tindak pidana diluar Pengadilan
dan perbuatan yang dilakukan oleh Tersangka atau Terdakwa bukan merupakan delik aduan atau
meskipun delik aduan jangka waktu untuk mencabut pengaduan telah lewat waktu, maka dari
kenyataan tersebut perlu kiranya aparat penegak hukum yang mengadili tindak pidana KDRT
memikirkan untuk menerapkan keadilan restorative sebagai upaya penyelesaian tindak pidana
KDRT, maka bertitik tolak dari hal tersebut tim pengabdian pada masyarakat tertarik untuk
mengadakan pengabdian yang lebih komprehensif dengan judul “Implementasi Keadilan
Restoratif (restorative justice) sebagai upaya penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah
tangga di Polsek Medan Barat.
b. Permasalahan Mitra
- Meningkatnya kasus KDRT
- Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan korban KDRT
- Belum pernah ada sosialisasi program edukasi hukum dan kesehatan korban KDRT kepada
masyarakat di daerah Medan Barat.
- Ada beberapa wanita korban KDRT di bawah area kerja Polsek Medan Barat
- Belum ada produk yang dapat digunakan masyarakat dalam membuat pengaduan korban
KDRT
- Belum ada di Polsek Medan Barat menggunakan system hukum Justice Restorative dalam
menangani kasus KDRT karena masih menggunakan system penjatuhan pidana dan status
pidana.
BAB 2
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
2.1. Solusi
Polsek Medan Barat merupakan Instansi dan lembaga yang membantu meningkatkan kualitas
hidup korban KDRT, untuk itu beberapa solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan
permasalahan mitra adalah sebagai berikut:
1. Melakukan mobilisasi langsung ke Polsek Medan Barat untuk melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat di Kecamatan Medan Barat;
2. Membagikan booklet edukasi hukum dan kesehatan pada korban KDRT;
3. Membagikan buku saku terkait UUPKDRT dan Restorative Justice yang dapat dijadikan
sebagai edukasi hukum dan solusi bagi tersangka dan korban KDRT.
No
Jenis Luaran Indikator Capaian
.
Luaran Wajib
1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional terkareditasi ber ISSN Jurnal ber ISSN
2 Publikasi pada media masa (cetak/online/repocitory PT) Harian Media Cetak/Online
3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas Tidak Ada
serta nilai tambah barang, jasa, diversifikasi produk, atau
sumber daya lainnya
4 Peningkatan penerapan iptek dimasyarakat (mekanisme, Tidak Ada
IT, dan Manajemen)
5 Perbaikan tata nilai masyarakat (seni budaya, social, Booklet dan Buku Saku
politik, keamanan, ketentraman, pendidikan kesehatan) terkait PKDRT & Justice
Restoative dapat
memberikan edukasi
hukum dan kesehatan
kepada tersangka dan
korban KDRT sehingga
dapat mengubah perilaku
keduanya menjadi lebih
baik.
Luaran Tambahan
1 Publikasi di Jurnal international Tidak ada
2 Jasa, model, rekayasa sosial, sistem, produk/barang Ada
3 Inovasi baru TTG Tidak ada
4 Hak kekayaan intelektual (paten, paten sederhana, hak Ada
cipta, merek dagang, rahasia dagang, desain produk
industri, perlindungan varietas tanaman, perlindungan
topografi)5)
5 Buku Saku ber ISBN Ada
6 Booklet Ada
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Metode Pengabdian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka dalam kegiatan ini metode yang
digunakan adalah dengan :
1. Memilih dan melatih Mahasiswa dan Staf Kepolisian Polsek Medan Barat sebagai Educator.
2. Pre test educator tujuannya untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang hukum yaitu
Justice Restorative, kesehatan dan bahaya KDRT
3. Pelatihan peserta selama dua (2): minggu dengan materi: Justice Restorative, kesehatan,
bahaya KDRT.
4. Post test peserta edukasi untuk mengetahui pemahaman terhadap materi kesehatan
reproduksi dan kemampuan konseling. Waktu yang diberikan untuk menjawab kuesioner
pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) adalah masing-masing 60 menit
5. Sosialisasi dan pelatihan terkait tentang pengetahuan mengenai Justice Restorative kepada
seluruh peserta edukasi
Rencana kegiatan ini meliputi langkah-langkah solusi atas persoalan dan partisipasi mitra dalam
pelaksanaan program adalah:
Metode Partisipasi
No Aplikasi kegiatan Target
Pendekatan Mitra
1 Penjelasan kepada staf Penyuluhan 100% peserta Menyediakan
Polsek Medan Barat dan penyuluhan tempat
Mahasiswa serta dan korban hadir pertemuan,
KDRT tentang PKDRT, waktu dan
Justice Restorative dan fasilitas yang
bahaya KDRT. diperlukan
2 Tim pengabdian masyarakat Penyuluhan 100% peserta - Kanit Reskrim
melatih peserta dengan penyuluhan memfasilitasi
melakukan memberikan hadir memberi daftar
edukasi hukum terkait nama staf
Justice Restorative dan anggota Polsek
kesehatan akibat dari KDRT Medan Barat
dan solusi yang terbaik bagi yang bersedia
tersangka dan korban KDRT menjadi
educator
- Setiap peserta
mempraktekkan
teknik
komunikasi
yang benar
dalam
penyampaian
pengetahuan
tentang Justice
Restorative
a. Anggaran Biaya
Berikut ini adalah justifikasi anggaran disusun secara rinci dan dilampirkan sesuai tabel 4.1
Tabel 4.1 Ringkasan anggaran biaya
a. Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan
N0 Kegiatan 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Pengurusan Izin
2 Pembuatan Proposal
3 Persiapan Pelaksanaan
4 Pelaksanaan Kegiatan:
- Penyuluhan
- Pre test/post tes
- Pendampingan
- Sosialisasi
- Pelatihan dan Pendampingan Edukasi hukum
tentang Justice Restorative bagi Korban dan
Tersangka KDRT
5 Evaluasi kegiatan
6 Penyusunan Laporan
7 Publikasi
8 Seminar hasil pengabdian
DAFTAR PUSTAKA
Aroma Elmina Martha, 2013, Proses Pembentukan Hukum Kekerasan Terhadap Perempuan di
Indonesia dan Malaysia, Aswaja Pressindo, Yogyakarta.
Barda Nawawi Arief, 2000, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana
Penjara, BP UNDIP. Semarang, cetakan ke-3.
Dossy Iskandar Prasetyo dan Bernard, 2011, 1. Tanya, Hukum Etika & Kekuasaan, Genta
Publishing, Yogyakarta.
DS. Dewi, dan Fatahillah A. Syukur, Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan
Anak Indonesia.
Fatahillah A. Syukur, 2011, Mediasi Perkara KDRT, (Teori dan Praktek Di Pengadilan Indonesia)
Mandar Maju, Bandung.
Fatoni, S. Pembaharuan Sistem Pemidanaan, Perspektif Teoriti dan Pragmatis untuk Keadilan,
Setara Press, Malang, 2016, hlm. 2.
JE Sahetapy, 1987, Viktimologi Sebagai Bunga Rampai, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
John Braithwaite, Restorative Justice: Assessing an Immodest Theory and a Pessimistic Theory
Draft to be summited to Crime and Justice: Review of Research, University of Chicago,
Press.
Ketut Sudira, 2016, Mediasi Penal Perkara Penelantaran Rumah Tangga, UII Pres, Yogyakarta.
Munandar Sulaeman dan Siti Homzah, 2019, Kekerasan Terhadap Perempuan (Tinjauan Dalam
Berbagai Ilmu dan Kasus Kekerasan), Edisi Revisi, PT Refika Aditama, Bandung.
Rochaeti, N, Impelementasi Keadilan Restoratif dan Pluralisme Hukum dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 44 (2), 150-160. DOI:
10.14710/mmh.44.2.2015.150-160, 2015.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
http://www.hukumonline.com/detail.com/detail.asp?id=9768&cl=
http://infokorupsi.com/id/opinion.php?ac=304&l=keadilan-restoratif,
Lampiran 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS
2 Jenis Kelamin Laki-Laki
3 Jabatan Fungsional Guru Besar Profesor
4 NIP/NIK Identitas lainnya 196303311987031001
5 NIDN 0031036302
6 Tempat dan Tanggal Lahir Medan, 31 Maret 1963
7 E-mail alviprofdr@usu.ac.id
8 Nomor Telepon/Hp 08126019490
9 Alamat Kantor Jl. Universitas No. 4 Kampus USU, Medan
20155
10 Nomor Telepon/Faks --
11 Lulusan yang telah dihasilkan S-1=….orang, S-2=….orang, S-3=….orang
12 Mata Kuliah yang Diampu Hukum Pidana
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Universitas Universitas
Sumatera Utara Airlangga Sumatera
Utara
Bidang Ilmu Ilmu Hukum Pengelolaan Hukum Pidana
Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Tahun Masuk Lulus 1987 1993 2001
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi -- -- --
Nama Pembimbing/Promotor -- -- --
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jml (Juta
Sumber*
Rp)
1. 2018 Peran Serta Masyarakat -- --
Terhadap Mantan Narapidana
di Kecamatan Medan Sunggal
Kota Medan
2. 2020 Pengembangan Protokol -- 60.000.000,-
Perlindungan Hukum Pada
Korban KDRT Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup
Wanita di Medan
3. 2021 Aplikasi “Hallo Hukum” -- 60.000.000,-
Android Smartphone Sebagai
Edukasi Hukum Dalam
Meningkatkan Kualitas Hidup
Dan Kesehatan Reproduksi
Wanita Khususnya Korban
KDRT
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan usulan Proposal Pengabdian kepada Mayarakat Mono Tahun pada Tahun 2021.
A. Riwayat Pendidikan
S–1 S–2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Bidang Ilmu Keperawatan Biomedik
Tahun Masuk – Lulus 2004-2006 2008-210
Judul Skripsi /Tesis / Respon Psikologis Ibu Post Pengaruh vitamin E terhadap
Disertasi Partum Primipara dan Latihan Fisik Maksimal
Multipara Musculus L terhadap Jumlah
dan Hitung Jenis Leukosit
Nama Pembimbing / Ellyta Aizar, S.Kp Prof. Syafrudin Ilyas dan dr.
Promotor Dedi Ardinata
B. PengalamanPengabdianKepadaMasyrakatdalam 5 TahunTerakhir
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Jumlah
(Juta Rp)
1 2008 Kegiatan Pengabdian Masyarakat; Penyuluhan Manfaat DIPA 3
dan Pemberian Imunisasi pada Bayi dan Balita di Klinik
Fajar Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan
2 2008 Penyuluhan Tumbuh Kembang dan Konsep Bermain pada DIPA 3
Anak Balita di Kinik Bersalin Sari Kelurahan Sudi Rejo
Kec. Medan Kota
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan
kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan dana Non PNBP USU.
Anggota
Judul PKM: Implementasi Sistem Hukum Justice Restorative Dalam Penanganan Kasus Hukum
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
1. Peralatan Penunjang
Harga
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga (Rp)
Satuan (Rp)
Video Kegiatan Media Penyuluhan 10 50,000 500,000
Booklet Media Penyuluhan 50 50,000 2,500,000
Sub Total 3,000,000
3. Perjalanan
Harga
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga (Rp)
Satuan (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
Pulang Pergi USU ke
Polsek Medan Barat, survey
Perjalanan 1 2
lokasi dan permasalahan 100,000 200,000
mitra
Observasi keberlanjutan
Perjalanan 11 2 100,000 200,000
program PKM
Sub Total 2,400,000
4. Lain-lain
Harga
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Satuan Harga (Rp)
(Rp)
Biaya Publikasi Jurnal
ISSN Publikasi 1 artikel 1,000,000 1,000,000
Biaya Publikasi forum
ilmiah Publikasi 1 artikel 300,000 300,000
Biaya Publikasi Harian
Media Cetak/Online Publikasi 1 berita 500,000 500,000
Plank PKM dan
transport dan Sosialisasi 1 buah 1,000,000 1,000,000
pemasangan ke lokasi
Penggandaan proposal,
revisi Dokumentasi 40 eks 50,000 2,000,000
proposal, laporan
kemajuan 70%
penggunaan dan 70%,
laporan
hasil dan laporan
keuangan 100%
Dokumentasi Video VCD 2 200,000 400,000
Pembuatan HaKI HaKI 1 1,500,000 1,500,000
Pembuatan Paten
Teknik/Metode/
Paten Produk 1 7,000,000 7,000,000
Flowchat Justice
Restorative
Pembuatan Buku Saku Buku ber ISBN 50 eks 54,000 2,700,000
Sub Total 16,400,000
TOTAL KESELURUHAN DANA KEGIATAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
26,500,000
Lampiran 3
Gambaran Ipteks yang akan di transfer kepada mitra
Di lingkungan masyarakat kita kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga menjadi sesuatu hal
yang biasa terjadi terhadap pasangan suami isteri bahkan juga tidak jarang terjadi terhadap anak-
anak mereka atau bahkan mereka yang tinggal menetap dalam satu rumah seperti kakak beradik,
mertua, ipar, pembantu dan lain sebagainya, hal ini tentu merusak tatanan dalam rumah tangga,
keharmonisan akan terganggu jika di dalam rumah tangga tersebut terjadi konflik antar anggota
keluarga. Pembahasan mengenai kekerasan dalam rumah tangga yang sering terjadi di dalam
masyarakat menjadi sebuah permasalahan yang cukup kompleks mengingat kekerasan dalam
rumah tangga juga sering terjadi di samping permasalahan kekerasan pada umumnya, ada yang
berbeda antara kejahatan dalam rumah tangga dengan kejahatan pada umumnya yakni terletak
pada hubungan antara pelaku dan korban yang memiliki kedekatan baik secara personal maupun
legal yang dapat berdampak pada kehidupan sosial di dalam masyarakat. Salah satu yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan terhadap perempuan yakni
dengan diratifikasinya konvensi mengenai dihapuskannya segala tindakan diskriminasi yang
dilakukan terhadap perempuan Convention on the Elimanition of All Form of Discrimination
Agains Women (CEDAW) yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1984. Disadari sepenuhnya bahwa CEDAW sendiri dibentuk berbasis pada falsafah
individualistis, suatu falsafah yang menekankan pada penghormatan dan kebebasan setiap
individu,sehingga tidak mengherankan jika konsep penelantaran dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) merupakan
pelaksanaan amanat materi muatan Undang-Undang PKDRT yang ada sekarang juga berlandaskan
pada falsafah tersebut. Di dalam pengaturan undang-undang kekerasan dalam rumah tangga ini,
setidaknya ada empat bentuk kekersan yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran
rumah tangga sebagai bentuk kekerasan ekonomi. Perbuatan yang termasuk dalam kategori
penelantaran rumah tangga yakni seseorang yang menurut hukum yang berlaku wajib memberikan
perawatan atau pemeliharaan kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya dan juga terhadap
orang yang membatasi melakukan pekerjaan di luar rumah yang menyebabkan korban menjadi di
bawah kendali orang tersebut. Penyelesaian terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga masih
berpedoman pada hukum acara pidana yang sama dengan perkara pidana pada
umumnya,prosesnya diakhiri dengan pemidanaan apabila terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana sesuai dengan dakwaan penuntut umum. Apabila di dalam undang-undang ini menghendaki
keutuhan dan kerukunan rumah tangga maka yang diperlukan adalah prosedur penanganan perkara
dengan mediasi penal sebagai bagian dari proses penyelesaian perkara. Sebagaimana yang diatur
di dalam undang-undang peradilan pidana anak yakni adanya penyelesaian melalui diversi dengan
syarat yang dintentukan dalam undang-undang yang konsekuensinya wajib dilaksanakan. Kalau
kita perhatikan kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga khususnya di kecamatan
Medan Barat Pulo Brayan Kota Medan ada kecendrungan peningkatan kasus hal ini dapat dilihat
dari data pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan. Anak (DPMPPA)
Kota Medan, sepanjang 2019 ada sebanyak 18 kekerasan terhadap perempuan dan anak 10.
Diantaranya kekerasan terhadap anak dan 8 kekerasan terhadap perempuan. Pada tahun 2020
Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Medan menerima 68
kasus pengaduan, diantaranya yakni 36 kasus KDRT dan 32 kasus lainnya pelecehan seksual
terhadap perempuan dan anak, hal tersebut karena diakibatkan karena faktor terjadinya Covid-19.
Kabar mengejutkan didapatkan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan
Perlindungan Anak kota Medan pada awal tahun 2021 sudah ada laporan 8 kasus pengaduan dari
masyarakat, dan semakin lama jumlah kasusnya pun menjadi semakin lebih tinggi akibat dari
Covid-19 dan itu semua sesuai dengan fakta yang dilapangan. Sebab tidak semua orang ingin untuk
melaporkan bila mengalami kekerasan karena dianggap sebagai aib keluarga. Penyelesaian
terhadap perbuatan tindak kekerasan dalam keluarga atau lingkup rumah tangga apabila
diselesaiakan jalur hukum pidana dirasa kurang tepat mengingat antara pelaku dan korbannya
memiliki hubungan yang sangat dekat, sehingga diperlukan cara-cara penyelesaian yang berbeda
dalam menangani konflik dalam rumah tangga tersebut. Kalau di dalam hukum perdata kita kenal
adanya alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi yang dilakukan di luar pengadilan, ada
beberapa pilihan yang dapat dilakukan oleh para pihak dalam menyelesaiakan konflik yakni
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli. Dalam perkembangan
penyelesaian perkara pidana terhadap kasus-kasus tertentu tidak lagi diselesaikan melalui jalur
formal akan tetapi diselesaikan dengan cara melakukan perdamaian antara pihak pelaku dan
korban yang dikenal dengan Mediasi penal, penyelesaian dengan cara perdamaian atau lebih
dikenal dalam masyarakat Indonesia melalui musyawarah mufakat dengan mekanisme lembaga
adat, terhadap penyelesaaian perkara pidana dalam system peradilan pidana dilakukan melalui
diskresi pihak kepolisian. Di samping itu juga penyelesian di luar peradilan juga ditemukan
terhadap kasus anak yang penyelesaiannya di luar peradilan melalui mekanisme diversi dengan
memperhatikan jenis kejahatan dan bentuk perbuatan yang dilakukan oleh anak dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hadirnya sebuah pemikiran baru dalam
penyelesaian perkara pidana yang terjadi di dalam masyarakat dengan pendekatan yang berbeda
dan melibatkan banyak pihak yakni pelaku, korban, dan masyarakat merupakan cara terbaik untuk
dapat menyelesaiakan tindak pidana yang memiliki karakter dan ciri khas tersendiri serta dampak
yang ditimbulkan tidak terlalu luas bagi kehidupan bermasyarakat salah satunya terhadap
kekerasan yang terjadi dilingkup rumah tangga melalui keadilan restorative justice. Dipilihnya
model pendekatan restorative justice dalam penanganan perkara yang memiliki karakter dan ciri
khas ini dikarnakan penyelesaian sengketa melalui peradilan umum secara konvensional dirasa
belum mampu memberikan kepuasan kepada mereka yang mencari keadilan bahkan malah
memperburuk keadaan. Sehingga dirasa perlu mengakomodasi kepentingan mereka yang
berkonflik tidak hanya pelaku saja, akan tetapi juga korban melalui pendekatan restorative justice.
Tujuan pengabdian masyarakat ini yaitu meminimalisir angka terjadinya kasus KDRT dan dapat
menyelesaikan kasus KDRT tidak sampai ke ranah Pengadilan tetapi hanya sampai di Kepolisian
atau Kejaksaan. Target khusus pengabdian masyarakat ini dilakukan pada APH Polsek Medan
Barat dan para Mahasiswa FH juga warga sekitaran Medan Barat, terdiri dari 3 kegiatan yaitu
kegiatan pertama adalah mensosialisasikan pentingnya pengetahuan terkait dengan penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga dan system hukum dalam penyelesaian kasus KDRT yaitu Justice
Restorative tanpa sampai ke ranah Pengadilan yaitu dengan membagikan leaflet dan booklet ke
warga masyarakat dan menempelkannya ditempat-tempat umum, kedua meningkatkan kesadaran
masyarakat pentingnya mengetahui pengetahuan tentang PKDRT dan system hukum Justice
Restorative yang dijadikan sebagai edukasi hukum, kegiatan ketiga adalah meningkatkan
kesadaran masyarakat bahwasannya perlunya perdamaian secara justice restorative tanpa harus
penyelesaian kasus sampai ke Pengadilan yang tujuannya agar tidak ada dendam maupun tidak
adanya penyesalan baik di posisi tersangka maupun korban KDRT. Kegiatan pengabdian
masyarakat ini merupakan kewajiban kami sebagai tenaga pendidik dalam melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi sehingga diharapkan dengan mengimplementasikan system hukum
justice restorative dalam penanganan kasus KDRT ini dapat membantu meminimalisir
peningkatan angka kasus KDRT ini di masyarakat, serta dapat menurunkan angka kematian dari
kasus KDRT baik di masa pandemi covid-19 yang sedang melanda negeri kita ini. Kegiatan
pengabdian masyarakat ini merupakan kewajiban kami sebagai tenaga pendidik dalam
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi sehingga diharapkan dengan Upaya Pencegahan
Terjadinya KDRT dengan penerapan Edukasi Hukum dan Law Health Advice melalui suatu
system hukum Justice Restorative di Polsek Medan Barat dapat membantu meminimalisir
peningkatan angka KDRT, serta dapat menurunkan angka kematian akibat KDRT.
Kampus USU
+ 1 Km
Jln. Patimura
Jln. S.Parman
Jln. H. Adam
Malik
NRP. 92030429
Lampiran 7. Surat Pernyataan Ketua Tim Pengusul
Dengan ini menyatakan bahwa usulan saya dengan judul: Implementasi System Hukum Justice
Restorative dalam Penanganan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang
diusulkan untuk tahun anggaran 2021 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh
lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia untuk dipresentasi kembali dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
bersedia untuk mengembalikan seluruh biaya pengabdian yang sudah saya terima untuk
dikembalikan ke kas negara.
Yang menyatakan,
Ketua Pelaksana