Anda di halaman 1dari 5

SOAL NOMOR 1

Di antara kasus yang terjadi pada Tahun 2022 yang viral dan menyedot perhatian
masyarakat adalah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami artis L
sebagai korban KDRT sementara RB sebagai pelakunya yang tiada lain suami dari korban (L).
Korban L melaporkan kekerasan yang dialaminya kepada pihak kepolisian Polres Metro
Jakarta Selatan, dan hasil pemeriksaan Pelaku RB dinyatakan sebagai tersangka KDRT. Tidak
lama setelah pelaku KDRT dinyatakan tersangka dan Korban L pulang ibadah umroh,
kemudian korban L mencabut laporan kasus KDRT yang dilakukan suami terhadap dirinya.
Pasangan yang sudah dikaruniai satu anak ini sepakat untuk berdamai. Dari contoh kasus di
atas, hukum memiliki peran dalam menyelesaikan permasalahan hukum di masyarakat.

Pertanyaan:
a. Berdasarkan kasus di atas, bagaimana analisis Anda jika kasus tersebut diselesaikan
melalui mekanisme restorative justice? Jabarkanlah analisis Anda!
b. Bagaimana analisis Anda tentang prinsip kepastian hukum dari kasus tersebut!

Jawaban :
a.Restorative Justice merupakan suatu pendekatan untuk peradilan yang berfokus pada kebutuhan korban
dan pelakukejahatan, sertamelibatkanperan serta masyarakat, bukan untuk menjalankan prinsip
penghukuman terhadap pelaku disertai dengan pertimbangan hakim.

Proses Restorative Justice mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Bertanggungjawab atas konsekuensi dari
tindakan merekam dan berkomitmen untuk perbaikan/reparasi. 2. Langkah-langkah korban setuju untuk
terlibat dalam proses yang dapat dilakukan dengan aman, memahami bahwa perbuatan mereka telah
mempengaruhi korban dan orang lain, untuk kemudian menghasilkan kepuasan. 3. Pelanggaran fleksibel
yang disepakati oleh para pihak yang menekankan untuk memperbaiki kerusakan yang dilakukan dan
secepat mungkin juga mencegah pelanggaran. 4. Pelanggar membuat komitmen mereka untuk
memperbaiki kerusakan dan melakukan dan berusaha untuk mengatasi faktorfaktor prilaku mereka;dan 5.
Korban dan pelaku baik memahami dinamika yang mengarah ke insiden tertentu memperoleh hasil akhir
dan integrasi/kembali bergabung dalam masyarakat.

Upaya penghapusan KDRT tentunya menjadi agenda penting bagi negara. Kewajiban negara dalam
melindungi warga Negara tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik indonesia tahun
1945 alinea ke 4. Selanjutnya perlindungan terhadap perempuan terhadap KDRT dijabarkan dalam
konstitusi ke dalam beberapa pasal, yaitu pasal 28 huruf G ayat (1), pasal 28 huruf I ayat(2), pasal 28
huruf H ayat(1), pasal 28 huruf G ayat (2), pasal 28 huruf A, pasal 27 ayat (1), pasal 28 huruf D ayat (1).

Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang sebenarnya memiliki unsur pidana seringkali
diselesaikan melalui musyawarah meskipun tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku bukan merupakan
delik aduan. Akan tetapi berdasarkan alasan untuk kepentingan semua pihak dan keutuhan rumah tangga
maka penyelesaian secara mediasi seringkali menjadi pilihan terbaik. Konsekuensi semakin menjamurnya
mediasi penal sebagai salah satu alternatif penyelesaian perkara pidana menunjukkan perbedaan antara
hukum pidana dan perdata akan semakin tipis. Penyelesaian pidana dengan mekanisme perdamaian
seperti ini dapat disebut sebagai Restorative Justice.

Selama ini memang diakui bahwa Restorative Justice belum menemukan dasar hukum yang kuat,
melainkan ia menggantungkan lebih kepada praktik penegakan hukum. Restorative Justice hanya terjadi
dalam law in concreto. Keberadaannya menemukan momentum ketika Kepolisian Negara Republik
Indonesia mengeluarkan Surat Kapolri Surat Kapolri No. Pol:B/3022/XII/ 2009/SDEOPS tanggal 14
Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolution (ADR) yang menekankan
penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR sepanjang disepakati oleh pihak-pihak yang
berperkara.
Banyak penyelesaian perkara kekerasan dalam rumah tangga yang tidak memenuhi rasa keadilan,
terutama bagi korban dan subordinat dalam rumah tangga. Penyelesaian perkara kekerasan dalam rumah
tangga pada kenyataannya diselesaikan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga sebagai lex specialis. Penyelesaian kasus kekerasan dalam
rumah tangga berdasarkan aturan tersebut, secara empiris lebih menekankan pada pemidanaannya,
sehingga terlihat tujuan preventif, protektif, dan konsolidatif tidak terpenuhi. kekerasan dalam rumah
tangga merupakan perkara dengan multi dimensi penyelesaian karena terdapat sisi lingkup perdata dan di
sisi lain lingkup pidana. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media di dalam sistem yang dapat
mengakomodasi penyelesaian perkara tersebut, yang salah satunya adalah dengan menggunakan
pendekatan Restorative Justice. Kepastian hukum adalah rasa keadilan itu sendiri, sebab keadilan dan
hukum bukanlah dua elemen yang terpisah.

Kebijakan penanggulangan kejahatan melalui Restorative Justice sebagai alternatif penyelesaian tindak
pidana KDRT dalam penerapannya, terdapat beberapa kendala diantaranya:
1. Belum melembaganya proses penyelesaian melalui mediasi ini di kalangan penegak hukum dan
masyarakat. 2. Tidak adanya dasar hukum yang kuat dalam penyelesaian melalui mediasi ini menimbulkan
aparat penegak hukum tidak berani melakukan diskresi. 3. Sistem peradilan pidana berujung tombak pada
proses penyidikan, apabila tersangka sudah dikenai penahanan pada proses penyidikan maka mau tidak
mau akan berlanjut pada proses berikutnya yaitu penuntutan dan persidangan. Apabila tersangka sudah
ditahan maka tidak ada pilihan lain bagi hakim untuk menjatuhkan pidana penjara, alhasil proses mediasi
tidak bisa dilakukan. 4. Bagi pihak korban khususnya seorang isteri terkadang tidak mau dilakukan mediasi
apalagi apabila sebelumnya sudah ada pria idaman lain, maka dengan adanya putusan pemidanaan akan
mempermudah proses perceraian. 5. Akibat atau dampak buruk dari tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga cukup parah sehingga korban tidak bisa memaafkan. 6. Para pihak tidak mentaati terhadap
putusan mediasi, misalnya si terdakwa mengulangi tindak pidananya lagi. 7. Ketidakpercayaan masyarakat
terhadap aparat penegak hukum, sehingga apabila aparat penegak hukum menjadi mediator maka
masyarakat tidak memiliki persepsi negatif sehingga menimbulkan kecurigaan yang tidak beralasan.

Kesimpulannya : Restorative Justice merupakan metode penyelesaian sengketa yang cocok dalam
menangani perkara KDRT di Indonesia. Mayoritas masyarakat masih mengutamakan penyelesaian secara
damai dalam penyelesaian sengketa terutama dalam sengketa keluarga dikarenakan harmoni dan
keutuhan keluarga merupakan prioritas dalam budaya masyarakat Indonesia yang terus dijaga. Namun
dari sekian banyak kelebihan Restorative Justice, metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan,
diantaranya kurangnya masyarakat yang mengetahui tentang sebuah sistem proses peradilan dan selalu
meniktik beratkan kepada pihak kepolisian saja melainkan yang menjalankan sebuah system proses
peradilan tidak hanya kepolisian saja ada kejaksaan sampai pengadilan, dan tindak lanjut pelaku terhadap
kesepakatan yang telah dibuat penundaan persidangan perbuatan kriminal yang telah dilakukan dan
putusannya karena proses Restorative Justice, banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk berpatisipasi
dalam proses Restorative Justice. Pasal 12 Perkap 6 / 2019 menjelaskan bahwa dalam proses penyidikan
dapat dilakukan keadilan restoratif, apabila terpenuhi syarat materiel dan syarat formil. Keadilan Restoratif
adalah Penyelesaian tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban,
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil melalui perdamaian dengan menekankan pemilihan kembali pada keadaan semula.

b. Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan
kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses
perwujudan idei-de. Keadilan adalah tolak ukur memperlakukan manusia sebagaimana mestinya, sebab
keadilan itu perlu di tegakan dalam ruang lingkup kecil maupun besar sehingga akan menimbulkan
dampak positif terhadap orang banyak ketika memperlakukan keadilan sebagaimana mestinya. Penegakan
hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Banyak penyelesaian perkara kekerasan dalam rumah tangga yang tidak memenuhi rasa keadilan,
terutama bagi korban dan subordinat dalam rumah tangga. Penyelesaian perkara kekerasan dalam rumah
tangga pada kenyataannya diselesaikan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga sebagai lex specialis. Penyelesaian kasus kekerasan dalam
rumah tangga berdasarkan aturan tersebut, secara empiris lebih menekankan pada pemidanaannya,
sehingga terlihat tujuan preventif, protektif, dan konsolidatif tidak terpenuhi. kekerasan dalam rumah
tangga merupakan perkara dengan multi dimensi penyelesaian karena terdapat sisi lingkup perdata dan di
sisi lain lingkup pidana. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media di dalam sistem yang dapat
mengakomodasi penyelesaian perkara tersebut, yang salah satunya adalah dengan menggunakan
pendekatan Restorative Justice. Kepastian hukum adalah rasa keadilan itu sendiri, sebab keadilan dan
hukum bukanlah dua elemen yang terpisah.

Penyelesaian Kasus kekerasan Dalam Rumah Tangga Restorative Justice telah dipilih sebagai salah satu
proses penanganan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan
Restorative Justice oleh pihak penyidik dilaksanakan sesuai dengan kapasitas institusi dengan landasan
Surat Edaran Kapolri No. Pol. B/ 3022/ XII/2009/sdeops tanggal 14 Desember 2009 tentang penanganan
kasus melalui Alternatif Dispute Resolution (ADR). Peraturan Kapolri Nomor 6 Tahun 2019 Tentang
Penyidikan Tindak Pidana Peraturan Kepala Kepolisian (Perkap) merupakan penyempurnaan dan
penyesuaian dengan pekembangan hukum, termasuk aturan yang berhubungan dengan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor :
130/PUUXIII/2015, sekaligus sebagai pengganti Perkap 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana, yang telah dicabut berdasarkan Peraturan Polri (perpol) Nomor 06 tahun 2019 tentang
Pencabutan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana

Sumber Materi :
 BMP Hukum Dan Masyarakat
 file:///C:/Users/user/Downloads/225-193-505-2-10-20190807.pdf
 https://media.neliti.com/media/publications/549383-pelaksanaan-restorative-justice-perkara-
2561a192.pdf

SOAL NOMOR 2
Indonesia Kuat Indonesia Bangkit adalah slogan positif yang digaungkan oleh pemerintah
agar bangsa Indonesia siap bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemic covid-19
yang melanda Indonesia sejak awal 2020 sampai awal 2022. Dengan landainya pandemic
covid 19 pada tahun 2022 disambut gegap gempita oleh pelaku bisnis dan masyarakat umum
bukan saja oleh bangsa Indonesia tetapi juga oleh wisatawan mancanegara yang
berkeinginan untuk berwisata ke Indonesia yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, sebut saja yang terbaru gelaran G20 di Bali,
pesta akbar di Sirkuit Mandalika, di antaranya World Superbike 2022 yang menghadirkan
51.000 penonton, Moto GP Mandalika yang menyedot perhatian masyarakat luar negeri, dan
tentunya yang tak kalah menyedot masyarakat banyak baik dalam maupun luar negeri
adalah kegiatan Formula E di Jakarta, hal ini yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia semakin bangkit dan kuat.

Pertanyaan:
a. Bagaimana analisis Anda terhadap kasus di atas jika dikaitkan dengan teori Pionir dari
Charles Louis De Scondat!
b. Bagaimana analisis Anda terhadap implementasi prinsip hukum berubah sesuai dengan
berubahnya kebutuhan yang dicetuskan oleh Sir Henry Summer Maine jika dikaitkan dengan
kasus di atas?

Jawaban :
Menurut Charles-Louis de Secondat (Baron de La Brède et de Montesquieu) yang menyatakan
bahwa:

“Hukum adalah gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan oleh perbedaan alam,
politik, etnis, sejarah, dan faktor lain dari tatanan masyarakat. Untuk itu hukum suatu negara
harus dibandingkan dengan hukum negara lain”.

Dalam mahakaryanya yang berjudul The spirit of the last terdapat 4 pembahasan besar yaitu tentang
bentuk pemerintahan, kebebasan, iklim dan geografi, perdagangan, dan religi.

Inti ajaran dari the spirit of the laws antara lain :


1. Untuk menyelenggarakan hukum sebagai hal yang selalu ada dengan sewajarnya yang akan
menerangkan terjadinya berbagai jenis politik yuridis karena sifat ketergantungannya pada fenomena
sosial lainnya seperti adat istiadat, penduduk, agama, niaga, dan lain-lainnya.
2. Mencari ke bawah kulit peraturan formal hukum untuk mendapatkan inspirasi serta hubungannya
dengan bentuk pemerintahan dan dengan suatu struktur sosial yang dapat berubah dari
kelompok politik yang mendasarinya.
3. Meletakkan kajiannya pada persoalan Bagaimana hubungan hukum dengan negara sebagai
pelaksana hukum.
4. Hukum tergantung pada bentuk dan bagaimana fisik setempat sehingga kajiannya menggunakan fisika
sosial.
5. Membebaskan sosiologi hukum dari segala kecenderungan metafisika yang dogmatis dan membawanya
pada telaah yang lebih dekat pada perbandingan hukum.
6. Hukum diselenggarakan oleh pembuat undang-undang dan membedakan hukum dengan adat istiadat.
7. Hukum merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat.
8. Menekankan pada aspek statis hukum.
9. Hukum merupakan hasil dari berbagai faktor dalam masyarakat seperti adat istiadat, lingkungan fisik,
dan lain-lain sehingga hukum dapat dipahami ketika hukum itu berkembang.
10. Hukum bersifat relatif secara abstrak tidak ada hukum yang baik atau buruk jika dipelajari sesuai
masyarakat hukum itu baik.
11. Metode yang digunakan montesquieu adalah sosiologis komparatif dan naturalisme.
12. Pembagian kekuasaan yang disebut dengan trias politica yaitu pemisahan yudikatif,
eksekutif, dan legislatif yang semua berasal dari John Locke.

Pandemi Covid-19 yang sudah menghantui Indonesia dan negara - negara lain selama kurang
lebih 3 tahun ini, awalnya menjadi momok yang menakutkan untuk Indonesia. Akan tetapi,
karena berbagai penanggulangan yang telah dilakukan Pemerintah Republik Indonesia dalam
mengatasi kasus Covid-19 ini, sampai dengan sekarang kasus tersebut telah mengalami
penurunan. Hal ini membuktikan bahwa Bangsa Indonesia mulai bangkit dari pandemi Covid-
19 dan menginspirasi seluruh elemen masyarakat termasuk Pemerintah di tengah Covid-19.

Bangkitnya Bangsa Indonesia dalam menghadapi kasus pandemic Covid-19 ini merupakan
bagian peran dari seluruh masyarakat dan instansi – instansi Pemerintah didalamnya. Salah
satu dobrakan yang Pemerintah Republik Indonesia lakukan adalah melakukan pemulihan
perekonomian Negara Republik Indonesia dengan mengadakan gelaran G20 di Bali, pesta
akbar di Sirkuit Mandalika, di antaranya World Superbike 2022 yang menghadirkan 51.000
penonton.

Maka jika dikaitkan kasus tersebut dengan teori Pionir dari Charles Louis De Scondat dimana
peranan pemerintah dan kebijakan pemerintah sangat berdampak luas terhadap suatu
perubahan terutama kaitan dengan pertubuhan ekonomi dimana suatu kebijakan tersebut
dapat merangsang dan mendorong perekonomian masyarakat dan aktivitas perdagangan
yang dilakukan oleh masyarakat sehingga juga berdampak kepada laju pertubuhan ekonomi.

b.Perubahan hukum dan perubahan sosial atau sebaliknya telah terjadi interaksi yang sangat
solid dan telah begitu ideal pada tataran kehidupan sosial masyarakat, hanya saja egosentris
keilmuwanlah yang menjadikan keduanya terlihat terkotak-kotak, padalah keduanya
merupakan satu sistem dalam jaringan ideal keilmuan yang saling bertoleransi dan
melengkapi. Hukum lebih merupakan akibat dari pada factor-faktor penyebab terjadinya
perubahan-perubahan sosial. Maka perubahan hukum dan perubahan sosial atau sebaliknya
memiliki hubungan kausalitas dalam dinamisasinya terhadap kehidupan masyarakat.

Maka menurut pendapat saya mengenai perubahan aturan mengenai berkumpulnya orang
ramai disuatu tempat yang dilakukan pemerintah sebenarnya merupakan upaya pemerintah
dalam mengejar keterpurukan akibat dampak covid-19 sehingga dapat bangkit dan
menumbuhkan perokonomian Indonesia menjadi lebih baik dan stabil.

Sumber Materi :
 BMP Hukum Dan Masyarakat
 https://temanggung.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-2616032794/ketahui-teori-pionir-dari-charles-
louis-de-secondat-dalam-karyanya-yang-berjudul-the-spirit-of-the-laws?page=3
 https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-semarang/baca-artikel/15028/SEMANGAT-KEBANGKITAN-
NASIONAL-PULIHKAN-BANGSA-INDONESIA-DARI-PANDEMI-COVID-19.html
https://peradi-tasikmalaya.or.id/definisi-hukum-menurut-charles-louis-de-secondat-baron-de-la-brede-et-
de-montesquieu/

Anda mungkin juga menyukai