Anda di halaman 1dari 5

RESUME KULIAH TAMU

CRIMINAL LAW SERIES: “Restorative Justice”


Narasumber: Dr. Fadil Zumhana, S.H., M.H.

Nama: Poppy Hairunnisa


NIM: 032011133003

Mengenai Restorative Justice yang merupakan salah satu model trend di praktisi
peradilan. Dimana pada Negara Kesatuan Republik Indonesia sendiri, memerlukan solusi dengan
adanya perkembangan sebagai jawabannya ialah Restorative Justice. Penuntutan berdasarkan
keadilan Restorative Justice tersebut, sehingga Lembaga penegak hukum dalam sistem peradilan
di Indonesia melakukan pendekatan keadilan Restoratif.
Pengadilan mengajukan restorative justice terhadap tindak pidana ringan, tindak pidana
anak maupun tindak pidana narkotika, ada proses yang panjang, namun untuk contoh tindak
pidana narkotika perlu dilakukan rehabilitasi, sedangkan pemenjaraan di tindak pidana narkotika
bukan hal yang utama namun mengedapankan rehabilitasi tersebut. Kejaksaan sebagai central
penegakkan hukum bersama dengan kepolisian yang mana di tahun 2012, ditindak lanjuti oleh
Mahkamah Agung, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia telah
melakukan kesepakatan terkait penegakan prinsip restorative justice yang dituangkan dalam Nota
Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 131/KMS/SKB/X/2012, Nomor M-HH-07.HM.03.02 Tahun
2012, Nomor KEP-06/E/EJP/10/2012, Nomor B/39/X/2012 tanggal 17 Oktober 2012 tentang
Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara
Pemeriksaan Cepat Serta Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative justice).
Kejaksaan dalam menyelamatkan negara dari proses pelelangan ilegal sudah bergeser
dengan tidak menggunakan tindakan retributive lagi. Akan tetapi, prinsip pengadilan itu
pengadilan menerima perkara dengan apabila Jaksa ajukan ke pengadilan, dengan demikian
pengadilan harus menyidangkan perkara itu, mulai dari dakwaan Jaksa hingga proses
pembuktian namun pengadilan ingin tidak ringankan pemidanaan itu. Penyelesaian perkara di
luar pengadilan menganut penerapan asas oppurtunitas pada beberapa negara di dunia dapat
dilakukan untuk perkara kecil (trivial case), usia lanjut (old age) dan kerugian sudah diganti
(damage has been settled). Perlu diketahui pendekatan restoratif masuk kedalam sistem peradilan
pidana di Indonesia berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum
Nomor 1691/DJU/SK/Ps.00/12/2020 tentang Pedoman Penerapan Restorative Justice di
Lingkungan Peradilan Umum.
Tidak mempunyai unsur atau kadaluarsa atau bukan merupakan tindak pidana dengan
restorative Justice di sini. Hakikatnya, segaris saja kalau akan disampaikan, Bagaimana SPDP
dikirimkan surat sudah masuk ke Proses penuntutan dalam Peraturan Kapolri yang baru ini
ketika itu harus dikoordinasikan ditunggu yang akan dikombinasikan kepada jaksa ketika Polri
perkara ini
Jika melihat sebenarnya bukanlah pengertian penyidikan itu, Namun kebijakan-kebijakan
daripada lembaga kepolisian sebelumnya yaitu kewenangan melimpahkan atau tidak
melimpahkan perkara ke pengadilan, alat dari pada alat negara sebagai penegak hukum untuk
mengumpulkan alat bukti pengertian pengertian penyidikan yang mengacu dasar hukum Pasal
139 KUHAP yang menilai layaknya perkara dilimpahkan ke pengadilan atau tidak menunjukkan
dinamika dinamika restorative Justice masing-masing dan itu adalah satu hal yang sangat
baik supaya semangat pembicaraan dengan cara bergeser kepada restorative Justice.
Mengejar pada suatu kepastian hokum dengan belajar mendengar dan memahami lebih
dekat kepada masyarakat, Amati beberapa kasus yang belakangan yang kami lakukan RJ kami
mendorong sebenarnya, Bagaimana tanggapan Masyarakat ini? keluar dari system yang sangat
kaku selama ini dimana setiap negara harus dilimpahkan semangat pemenjaraan agar aparatur
penegak hukum dalam proses penegakan hukum harus mengedepankan hati nurani mendengar
cerita rakyat Bagaimana perkara-perkara kecil pencurian yang dilatarbelakangi pengaruh
ekonomi 
Jadi bagaimana seharusnya mendengar memahami? kepada rakyat dalam pengambilan keputusan
untuk rapat tidaknya dilaksanakan atau tidaknya perkara ini kita hentikan. Diharapkan para Jaksa
dapat memahami latar belakang pelaku melakukan kejatahan untuk bisa mengambil langkah
yang tepat, masyarakat tidak terikat lagi pada kata-kata legalistis formil yang sangat kaku lagi,
memang tidak lagi sekedar mencocokkan perbuatan dan memasukkannya ke dalam kotak-kotak
seharusnya mengambil keputusan secara proposional kemudian memikirkan cara melakukan
penyelesaian perkara yang seadil-adilnya 
Apa yang dilakukan Kejaksaan saat ini melakukan penghentian penuntutan berdasarkan
restorative Justice ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat, bukan memberikan Stigma namun,
cita-cita di masa depan adalah menghindari stigma dalam proses penegakan hukum Inilah yang
harus dihilangkan sehingga masyarakat yang hidup berdampingan supaya bersama dalam
mewujudkan harmoni di masyarakat 
Pelaku yang sudah di atas 80 tahun 70 tahun pencuri di sekitar perkebunan kelapa sawit
di Sumatera Utara ketika itu menyampaikan cari solusi untuk tidak melimpahkan perkara di
pengadilan Mungkin itu lagi berpikir perlu kita merubah arah proses penegakan hukum apalagi
dikaitkan dengan perkara proses penegakan hukum ini Apabila pelaku tindak pidana harus
dibawa ke pengadilan betapa besar biaya perkara 1 per 2 juta setengah itu baru Kejaksaan dan
Kepolisian dan Pengadilan, bayangkan kalau cuma perkara pengadilan berapa uang negara habis
dengan cost and benefit kita ingin proses penegakan hukum? efisien dan tidak banyak
mengeluarkan biaya dan keadilan itu lebih terasa oleh masyarakat langsung diberikan oleh jaksa
penuntut yang menunjukkan reformasi kebijakan hukum pidana dan tujuan pemidanaan 
Diberitahukan untuk tidak lagi melakukan pembalasan dendam tapi menghilangkan
stigma pelaporan sebagai pelaku kejahatan pembebasan rasa bersalah, berbicara apabila dalam
jangka panjang kritikan moral dan perbuatan setelahnya harus merupakan prinsip moral untuk
mereformasi perilaku kepidanaan. perbedaan cara pandang sebagai suatu kompleks yang harus
sesuaikan antar negara dengan pelaku.
Bangunkan korban pada saat ini kejahatan dipandang sebagai konflik. yang harus
disesuaikan antara pelaku korban sehingga menimbulkan harmoni dalam masyarakat sudah lebih
halus pendekatan restorative Justice menimbulkan Harmoni di dalam masyarakat. Yang menjadi
manfaat model penyelesaian perkara dengan pendekatan restorative Justice sudah pikirkan
kepentingan korban dari kepentingan pelaku yang lain yang harus dilindungi. Bukan memikirkan
bagaimana pelaku kejahatan yang kita buktikan di persidangan
Berikutnya menghindari pembalasan masyarakat di Indonesia timur di Papua kalau kita
biarkan perkelahian antar suku itu kalau kita pidana menimbulkan hal negative yang besar saja
disharmoni atau bahkan disintegrasi di masyarakat Sehingga kita damai kan banyak berdampak
positif. Dengan adanya perdamaian itu yang murah Harmoni di dalam masyarakat karena tujuan
memberikan keseimbangan mengembalikan keseimbangan sama seperti sebelum terjadinya suatu
tindak pidana.

Pada kasus penipuan Rp. 500.000.000,- uangnya sudah balik dana yang bila kerugian
besar seperti itu tidak layak dijadikan pembelajaran akan mencederai keadilan, dan pelaku akan
melakukan penipuan lagi. Mendidik pelaku tingkat kejahatan kejahatan ringan tanpa
direalitasnya memang sebagian besar dilakukan oleh orang-orang miskin, pencurian karena latar
belakang kebutuhan ekonomi 

Selanjutnya menyampaikan dalam proses berperkara, 3 (tiga) lembaga penegak hukum


diantaranya Kepolisian, Kejaksaan, maupun Pengadilan dan semangat pemidanaan yang sudah
tergeser dari istilah balas dendam retributif, bergeser relative terhadap pendekatan restorative
justice. Bagaimana semangat pemulihan menimbulkan Harmoni dimaknai supaya dalam proses
penegakan hukum lebih mendekatkan kepada memulihkan keadaan sebagaimana tujuan dari
perbedaan tadi disampaikan.

----------------------------------------------Sesi Pertanyaan--------------------------------------------------

1. Apakah dengan adanya Restorative Justice ini justru tidak bertentangan dengan tujuan
hukum yakni adanya kepastian hukum?

2. Apakah dalam melaksanakannya itu ada hambatan kalau ada Seperti apa hambatan ketika
dalam melaksanakan perdamaian?

JAWABAN PERTANYAAN NO.1


Sebenarnya sangat selektif dalam memberikan Pendekatan Restorative Justice disebabkan
dengan kewenangan yang ada pada kejaksaan menghentikan perkara mungkin rentan akan satu
sisi bagi korban menginginkan kepada pelakunya itu diberikan sanksi yang berat. Akan tetapi
untuk mencegah hal tersebut kita sudah melakukan berbagai upaya agar tidak terjadi perasaan
tidak adil dari korban. Panitera membuat satu tata cara tata kelola ketika pihak korban dan pelaku
masih dalam proses proses pra penuntutan itu peneliti sudah berperan aktif mengkoordinasikan
ke Polri ini yang akan kami sajikan karena pihak korban juga sudah dilakukan pendekatan. Pada
bagian bab 2, peralihan kewenangan dari penyidik kepada jaksa itu si korban tersebut sudah
dipanggil Kejaksaan Negeri untuk memahami bahwa perkara ini akan RJ yaitu dengan syarat-
syaratnya ada perdamaian antara korban dan tersangka, dikenali damai sesungguhnya
penyelesaian perkara yang terbaik adalah melalui proses perdamaian dan kata maaf tadi adalah
tetap mengedepankan kepastian hokum, tidak hanya kepastian dan keadilan tetapi kemampatan
hukum satu tindakan penegak penegak hukum harus ada manfaatnya bagi masyarakat dengan
langkah yang pertama yang dituangkan dalam berita acara perdamaian ada proses kalau di dalam
itu ada sepengetahuan tokoh masyarakat tentang bagaimana menimbulkan harmoni dalam
masyarakat dengan terbentuknya harmoni apa yang dihasilkan oleh penanya tadi tidak terjadi
kepastian hukum tetap jalan ada keputusan-keputusan bersama jadi ada kepastian hukum yang
ada putusan dari jaksa mengeluarkan SKB 2020. Dalam memberikan dari uang ganti rugi atau
ada suasana yang lebih dalam lagi yaitu dengan dihadirkan tokoh masyarakat di dalam tokoh
masyarakat tadi telah menimbulkan yang lebih luas tujuan penegakan hukum kepastian keadilan
dan kemanfaatan malah lebih terlihat.

JAWABAN PERTANYAAN NO.2


Diharuskan memandang kemampuan dari proses pengembalian yang sudah ada dan
berikan kami tidak akan keringanan saja supaya bukan terus menerus menutup bagia kemarin
menyampaikan meluncur dengan di PRJ karena bagian-bagian dari pada proses memberikan
hambatan selama tidak ada hambat, tapi sangat selektif yang bisa disetujui karena tidak berpikir
dampak dari satu keputusan apa dampaknya mungkin akan mengabulkan tanpa selektif tanpa
seleksi yang ketat ini akan menimbulkan kembali. Menambah daripada penyempurnaan ini,
disempurnakan terus pendekatan produk ini, produk awal dari Jaksa Agung untuk berpikir kritis
dan selama ini terkesan kaku dan membosankan kepada para Jaksa dalam melaksanakan proses
penegakan hukum itu tidak terlalu kaku dan melakukan penuntutan asal-asalan tetapi harus
mendapatkan hati nurani

Proses penegakan hukum melalui restorative Justice tugas dalam pidato pengukuhan guru
besar di Universitas Jenderal Soedirman pemikiran-pemikiran beliau mungkin dapat juga diambil
oleh para penegak hukum Kejaksaan menyampaikan pidato pengukuhan mendorong untuk
merubah pola piker penegakan hukum yang Humanis ini, pendekatan Humanis berdasar selama
yang mengatakan perlakuan perlakuan yang tidak adil terhadap pelaku pelaku tindak pidana yang
tidak dipidana menggunakan retribusi, semuanya diajukan ke pengadilan sehingga pidato
pengukuhan guru besar besok akan menambah kita tentang bagaimana proses pemindanaan yang
tepat.

Pertanyaan Selanjutnya

3. Dimana masyarakat terhadap Korupsi adalah suatu orbital, bagaimana cara untuk
memberikan pemahaman masyarakat yang notabenenya masih belum semuanya memiliki
kemampuan hukum Kejaksaan bisa menyelamatkan keuangan negara dari tindak pidana
untuk diri sendiri?

4. Apakah faktor-faktor yang menjadi kendala utama sehingga tidak pidana narkotika tidak
dapat diselesaikan dengan industri kreatif Justice sedang kita tahu bahwa tujuan restoran
ke sini sendiri untuk menciptakan suatu keharmonisan masyarakat namun hingga saat ini
pelaku tindak pidana narkotika ini masih dianggap sebagai musuh masyarakat pertanyaan
ini?

JAWABAN
Bahwa korupsi memang Extraordinary Crime itu bukan hanya penamaan penamaan saja sudah
banyak yang cocok korupsi merupakan extraordinary itu adalah pelanggaran HAM,
Dibandingkan dalam apa korupsi ada dalam kejahatan luar biasa karena menjadi salah satu
pelanggaran HAM berat. Ada yang tidak sependapat karena juga undang-undang kita masih
membatasi pasal 4 Undang-Undang korupsi negara itu tidak mengakibatkan hapusnya perbuatan
tapi dalam pemikiran selaku penegak hukum. Ketika dalam proses penyelidikan hanya melihat
satu sisi, hal tersebut bukan kebijakan lembaga atau wacana lagi seorang yang ingin memikirkan
kedepan. Bagaimana treatment penegakan hukum khususnya tindak pidana korupsi walaupun
belum tentu benar, tapi kalau lah kerugian keuangan negara sebagai unsur utama unsur utama
acuannya. 

Kejahatan kejahatan yang ada di lembaga pemasyarakatan itu narkotika emang harus kita
pikirkan dampaknya dari pada kegiatan ini. Kenapa banyak peminatnya banyak sekarang?
Bagaimana ceritanya memutus mata rantai dari pengedar, bersama kita membasmi peredaran
narkotika ini, harus sangat hati-hati dan ini belum ada kebijakan untuk itu.

Bahwa restorative Justice ini kan juga dititikberatkan pada kondisi pemulihan di mana ada
potensi bahwa pelaku dan untuk menemukan pantas berpotensi untuk Menimbulkan trauma
tersendiri bagi korban atau mungkin bagaimana para tokoh penegak hukum itu dari korban
tersebut dengan tujuan untuk menemukan solusi bersama telah dilakukan.

Pengadilan melalui sidang persidangan tapi Kejaksaan dapat memutuskan dengan penghentian
penuntutan seperti yang sampaikan sebelumnya, pada kesimpulannya penghentian penuntutan itu
berdasarkan sama dengan putusan pengadilan adanya menyelesaikan perkara ada putusan dari
apa berat dari penegak hukum mengeluarkan SK, atau penyelesaian diluar pengadilan sendiri. 

Anda mungkin juga menyukai