Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi

Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

PENERAPAN MEKANISME KEADILAN PENDAHULUAN


RESTORATIF (RESTORATIVE JUSTICE) DI A. Latar Belakang
TAHAP PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN
DAERAH SULAWESI UTARA1 Tujuan hukum begitu mulia yaitu keadilan
(gerechtigkeit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan
Christfael Noverio Sulung2 kepastian hukum (rechtszekerheids), namun dalam
Toar N. Palilingan3 kehidupan sehari-hari sebagai mahkluk yang berakal
Deizen D. Rompas4 budi justru rentan melakukan perbuatan-perbuatan
melanggar hukum atau perbuatan pidana (strafbaar
ABSTRAK
feit). Hal inilah yang kemudian membuat hukum
Keadilan Restoratif atau sering dikenal dengan sebutan menjadi kompleks. Dari komplesksitasnya hukum
Restorative Justice merupakan prinsip baru disebabkan oleh perkembangan dan perubahan sosial,
penyelesaian tindak pidana dalam sistem peradilan pandangan ini kemudian dikristalisasikan oleh ahli
pidana (criminal justice system) di Indonesia. Dalam hukum Roscoe Pound dalam sebuah postulat yakni
hal ini penerapannya pada tahap penyidikan oleh “hukum sebagai alat rekayasa masyarakat” (law as a
Kepolisian Republik Indonesia secara umum dan tool of social engineering) yang sejatinya menuntut
secara khusus Kepolisian Daerah Sulawesi Utara. bahwa hukum juga harus berkembang beriringan
Mekanisme pendekatan keadilan restoratif (restorative dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri.5
justice) ini, lebih berorientasi pada rekonsiliasi antara Hukum pidana Indonesia melalui Undang-Undang
pelaku (offender), korban (victim) dan masyarakat Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan tentang
(community) untuk mengakomodir kepentingan Hukum Pidana lahir atau berorientasi hukum pidana
masing-masing pihak. Meskipun prinsip ini masih baru beraliran klasik (deklassieke school) yang
dan kerap kali menjadi perdebatan oleh para ahli, mengharuskan adanya legitimasi yang sistematis
namun penerapannya cukup sering digunakan sebagai sehingga dapat tercapainya kepastian, kesamaan dan
sarana dalam memberikan rasa keadilan baik keadilan keadilan.6 Aliran ini berpijak pada teori pembalasan
substantif maupun keadilan prosedur. Karena, dengan mutlak (absolute vergelding), pada dasarnya
tingkat kejahatan yang tinggi dan secara simultan mengedepankan prinsip pembalasan yang proporsional
dengan overcapacity lembaga pemasyarakatan sebagai bentuk hukuman atas perbuatan yang
sehingga perlu mempertimbankan penerapan prinsip dilakukan.7 Konsep ini terdapat research gap, menurut
restorative justice dalam rangkaian criminal justice beberapa ahli sudah mulai usang dan tidak terlalu
system di Indonesia. Berdasarkan data pendukung sejak efektif untuk diterapkan pada abad ke-21. Penerapan
tahun 2021 hingga bulan April 2023, bahwa Kepolisian pemidanaan yang bertitik tolak pada pembalasan
Daerah Sulawesi Utara masih terbilang cukup rendah negara terhadap pelaku tindak pidana (criminele
dalam mengedepankan restorative justice sehingga overtreders) di satu sisi bertujuan untuk memberikan
perlu dimasifkan penerapannya dan dibarengi dengan efek jera namun di sisi lain tidak sepenuhnya menjadi
sosialisasi kepada seluruh stakeholders. Hal ini solusi dalam menanggulangi pelaku tindak pidana
tentunya disebabkan oleh paradigma polisi maupun (criminele overtreders). Justru memicu masalah baru,
masyarakat terkait pemidanaan, masih berorientasi seperti kelebihan kapasitas lembaga pemasyarakatan
pada keadilan retributif (lex talionis). Tentunya dengan (overcapacity), yang kemudian dengan kapasitas lapas
mengedepankan prinsip keadilan restoratif ini, agar yang padat (overcrowding) akan terjadinya kerusuhan
dapat memberikan rasa keadilan kepada pihak-pihak dan menuai dampak negatif terhadap sistem
terkait (pelaku, korban, keluarga, masyarakat dan pembinaan, maka hal ini menandakan bahwa penjara
negara). Kepolisian Daerah Sulawesi Utara merupakan salah satu faktor kriminogen yang baru
memasifkan peningkatan sarana dan prasana dalam untuk dapat mengulangi perbuatan kejahatan.8
menunjang penereapan mekanisme keadilan restoratif
melalui peresmian rumah restoratif justice atau disebut
5
dengan Wale Bakubae. Donald Albert Rumokoy, Frans Maramis. 2018. Pengantar
Ilmu Hukum. Depok: Rajawali Pers. hlm. 37.
6 Eddy O.S. Hiariej. 2014. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana.
Kata Kunci: Keadilan Restoratif, Penyidikan, Polisi, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. hlm. 24.
Kepolisian Daerah Sulawesi Utara, Wale Bakubae 7 Ibid, hlm. 31. Lihat juga Cesare Beccaria & Voltaire. 2015.

Tentang Kejahatan dan Hukuman. Terj. M Nur Prabowo S.


D.I. Yogyakarta: Lintas Nalar, CV. hlm. 18.
8 M.Indra Rivai Harahap, Wahyu Ramadhani. 2022.

Kelebihan Kapasitas Lembaga Pemasyarakatan Sebagai


1 Faktor Kriminogen Terhadap Pengulangan Tindak Pidana
Artikel Skripsi
2 Oleh Warga Binaan. Indonesian Journal of Criminal Law and
Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat, NIM 19071101083
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Criminology. hlm. 29.
4 Fakultas Hukum, Magister Ilmu Hukum
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

Faktanya, praktik pemenuhan keadilan untuk Dengan mengedepankan penegakan hukum dengan
menangani permasalahan dalam masyarakat sudah menggunakan konsep keadilan restoratif, Polisi tentu
pernah terjadi dalam sejarah, yang dominan dilakukan seyogianya tidak tebang pilih kasus. Memang pada
dalam sejarah peradaban dikenal dengan konsep prinsipnya besar-kecil ancaman pidana terhadap suatu
keadilan restoratif (restorative justice). Praktik ini kejahatan bukanlah menjadi tolok ukur dispensasi
menurut Andi Hamzah yang kemudian dikutip kembali kejahatan, namun keadilan haruslah menjadi milik
dalam sebuah artikel, telah digunakan oleh berbagai semua orang (justice for all). Dalam praktik penegakan
lapisan masyarakat sejak dahulu kala mulai dari Eropa, keadilan di Indonesia, seringkali lebih dekat dengan
Timur Tengah hingga Indonesia, sebelum proses mereka yang mempunyai jabatan/uang. Oleh karena
penuntutan diambil alih oleh negara casu quo Jaksa itu, perlu dikembangkan pembaharuan pemidanaan di
yang selanjutnya berubah menjadi konsep keadilan Indonesia sehingga mampu menghilangkan terjadinya
retributif. miscarriage of justice dan ketidakpercayaan
Di Indonesia dalam proses penyelesaian perkara masyarakat (public distrust) terhadap hukum yang
pidana dalam bingkai sistem peradilan pidana (criminal berpangkal pada perilaku penegak hukum.
justice system) sebagaimana amanat Undang Undang Di Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (POLDA
nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang SULUT) rata-rata kasus yang diselesaikan
Hukum Acara Pidana, Kepolisian Republik Indonesia menggunakan mekanisme keadilan restoratif yakni
lah yang menjadi pintu masuk (entry point) pertama terhadap kasus penggelapan, pencurian, penipuan,
sebelum perkara tersebut akan sampai pada proses penganiayaan, namun tidak sedikit juga kasus yang
pemeriksaan di pengadilan.9 Pada tingkat penyidikan serupa yang diselesaikan hingga ke meja hijau dengan
yang secara spesifik dilakukan oleh penyidik putusan hukuman rata-rata di bawah 5 (lima) tahun.
kepolisian, yang menjadi dasar pelaksanaan penerapan Dari penjatuhan hukuman yang ada terhadap kasus-
mekanisme keadilan restoratif (restorative justice) kasus tindak pidana tersebut, seharusnya dapat saja
yakni Peraturan Kepolisian nomor 8 tahun 2021 diselesaikan dari tahapan penyelidikan atau penyidikan
terhadap pelaksanaan penyidikan berdasarkan Keadilan menggunakan pendekatan keadilan restoratif oleh
Restoratif (restorative justice), Maka berdasarkan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara, karena tindak
perpol tersebut, terdapat syarat-syarat dalam pidana tersebut merupakan tindak pidana ringan
pelaksanaanya baik syarat materiil maupun syarat (illichte misdaad) yang merupakan unsur utama terkait
formil yakni: keberlakuan penyelesaian dengan pendekatan keadilan
Syarat Materiil:10 restoratif.
a. Tidak menimbulkan keresahan dan/atau penolakan
dari masyarakat; RUMUSAN MASALAH
b. Tidak berdampak konflik sosial; 1. Bagaimana transformasi regulasi dalam penerapan
c. Tidak berpotensi memecah belah bangsa; konsep Keadilan Restoratif (Restorative Justice) di
d. Tidak bersifat radikalisme dan separatisme; tahap penyidikan oleh kepolisian?
e. Bukan pelaku pengulangan Tindak Pidana 2. Bagaimana penerapan mekanisme Keadilan
berdasarkan putusan pengadilan; dan Restoratif (Restorative Justice) dalam penyelesaian
f. Bukan Tindak Pidana terorisme, Tindak Pidana perkara tindak pidana di tahap penyidikan oleh
terhadap keamanan negara, tindak pidana Korupsi Kepolisian Daerah Sulawesi Utara?
dan tindak pidana terhadap nyawa orang.
Syarat Formil:11 B. METODE PENELITIAN
a. Perdamaian dari kedua belah pihak, kecuali untuk
Metode penelitian atau jenis penelitian yang
Tindak Pidana Narkoba; dan
digunakan dalam penulisan Skripsi ini yaitu metode
b. Pemenuhan hak-hak korban dan tanggung jawab
pendekatan normatif-empiris (normative empirical
pelaku, kecuali untuk Tindak Pidana Narkoba.
normative-empirical legal research) dengan
Namun, formulasi penerapan keadilan restoratif di
menggabungkan analisis preskriptif dikarenakan untuk
tahap penyidikan oleh Kepolisian menurut Perpol a
mengetahui dan memberikan petunjuk terkait tujuan
quo, masih prematur dan terdapat ketidakpastian
hukum, nilai-nilai keadilan yang ada serta bagaimana
hukum yang mengakibatkan penerapan keadilan
konsep dan esensi dari hukum itu12 dan analisis
restoratif belum terlaksana secara efektif.
deskriptif bertujuan untuk memberikan penjabaran
terkait bagaimana hukum itu berlaku dalam masyarakat

9 12
Vide Pasal 4 dan Pasal 5 KUHAP. Yati Nurhayati, et al. 2021. Metodologi Normatif Dan
10 Vide Pasal 5 Perpol nomor 8 tahun 2021. Empiris Dalam Perspektif Ilmu Hukum, Jurnal Penegak
11 Vide Pasal 6 Ayat (1) Perpol nomor 8 tahun 2021. Hukum Indonesia. hlm. 6.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

serta penegakkannya sebagai bentuk kenyataan anak. Selain UU SPPA, pengaturan terkait keadilan
sosial.13 Yang dimana penelitian dengan metode ini restoratif pada instansi kepolisian, termaktub dalam:
biasanya dikonsepsikan sebagai penelitian tertulis a) Surat Kapolri Nomor
B/3022/XII/2009/SDOPS tentang Penanganan
dalam peraturan perundang-undangan (law in book)
Kasus melalui Alternatif Dispute Resolution
serta dalam penelitian ini juga merujuk pada pelibatan (ADR), pada tanggal 14 Desember 2009;
kaitannya dengan kenyataan yang terjadi dalam b) Surat Edaran Nomor 8/VII/2018 tentang
masyarakat. Penerapan Keadilan Restoratf (restorative
Justice) Dalam Penyelesaian Perkara Pidana;
PEMBAHASAN c) Surat Edaran Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 7/VII/2018 tentang
A. Transformasi Regulasi Keadilan Restoratif di
Penghentian Penyelidikan;
Tahap Penyidikan oleh Kepolisian d) Peraturan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 2019 tentang
1. Transformasi Konsep Restorative Justice ke
Penyidikan Tindak Pidana;
Dalam Pembaruan Kitab Undang-Undang e) Peraturan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tentang
Hukum Acara Pidana
Penanganan Tindak Pidana berdasarkan
Menurut Barda Nawawi, hukum terbatas pada Keadilan Restoratif;
ruang dan waktu, sehingga hukum dipengaruhi oleh Setelah pertama kali dikeluarkan Surat Kapolri
ruang dan waktu itu. Hukum di negara yang satu akan Nomor B/3022/XII/2009/SDOPS tentang Penanganan
berbeda dengan hukum di negara yang lain, hukum Kasus melalui Alternatif Dispute Resolution (ADR),
pada masa lalu pasti berbeda dengan hukum yang pada tanggal 14 Desember 2009 yang berlaku di
sekarang.14 Perubahan atau pembaruan hukum pidana Kepolisian, itu adalah kali pertama juga pengadopsian
(penal reform) merupakan sebuah politik hukum konsep keadilan restoratif dimuat dalam tataran
pidana (penal policy) yang berlaku sekarang (ius peraturan di Indonesia. Meskipun tidak secara
constitutum) menjadi hukum yang seharusnya (ius expressive verbis dijabarkan terkait dengan keadilan
constituendum). Tentunya tujuan yang ingin dicapai restoratif, tetapi konsep mekanise ADR menyerupai
dari perubahan tersebut yaitu memperhatikan rasa konsep keadilan restoratif.
keadilan dan perlindungan terhadap masyarakat.15 Tujuan pembaruan ketentuan tersebut, antara lain:
Keadilan restoratif merupakan embrio dari hukum a) Respon terhadap perkembangan keadaan
pidana modern, sebagai bentuk penyelesaian sebuah sosial, bahkan yang semula hukum pidana
perkara pidana tanpa melalui proses litigasi atau proses tidak mengenal konsep rekonsiliasi dalam
persidangan di pengadilan namun melalui mekanisme penyelesaian perkara pidana hingga
rekonsiliasi antara pelaku (offender) dan korban mengadopsi konsep perdata dalam
(victim) tindak pidana untuk mengakomodir penyelesaian suatu perkara non litigasi yang
kepentingan kedua belah pihak. Negara casu quo dikenal dengan sebutan Alternative Dispute
polisi, ingin hadir untuk mengakomodir kepentingan Resolution (ADR) untuk menjadi bagian dari
para pihak dalam suatu perkara pidana melalui proses penyelesaian perkara pidana;
rekonsiliasi untuk mengakomodir kepentingan kedua b) Memberikan kepastian hukum
belah pihak, karena paradigma proses penyelesaian (rechtszekerheids), pengaturannya secara
ditempu melalui konsep pemidanaan balas dendam (lex normatif dimulai dengan surat edaran
talionis) merupakan the last resort dalam penyelesaian kemudian muncul dalam bentuk peraturan
suatu perkara. kepala kepolisian hingga terkahir peraturan
Di Indonesia, dalam catatan sejarah, praktik kepolisian. Secara bentuk terlihat bahwa
penyelesaian perkara dengan pendekatan keadilan terdapat semangat untuk memberikan
restoratif telah dilakukan diberbagai daerah dengan kepastian hukum (rechtszekerheids), karena
pendekatan hukum yang hidup dalam masyarakat kedudukan surat edaran dan peraturan kepala
(living law) hanya saja belum mengenal nomenklatur kepolisian masih dalam tataran peraturan
keadilan restoratif, namun secara normatif dimuat teknis yang kedudukan hukumnya berlaku
dalam tataran aturan undang-undang pertama kali dalam instansi kepolisian.
mengenal konsep ini melalui Undang-Undang nomor Latar belakang pembaruan KUHAP yang termuat
11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dalam (salah satu konsep) konsideran rancangan,
atau UU SPPA, yang merupakan perubahan dari antara lain menyatakan:16
Undang-Undang nomor 3 tahun 1997 tentang a. Perlu upaya pembangunan hukum nasional
Pengadilan Anak. Tujuan perubahan tersebut untuk dalam rangka menciptakan supremasi hukum
mengakomodir hak-hak anak yang diamanatkan dalam dengan mengadakan pembaruan hukum acara
Konstitusi Indonesia ke dalam sistem peradilan pidana pidana menuju sistem peradilan pidana terpadu
(integreted criminal justice system) dengan
13 Ibid, hlm. 13.
14 16
Sukardi. 2020. Konsep Penyidikan Restorative Justice. Bambang Waluyo. 2020. Penyelesaian Perkara Pidana:
Depok: Rajawali Pers. hlm. 1. Penerapan Keadilan Restoratif dan Transformatif. Jakarta
15 Ibid, hlm. 2. Timur: Sinar Grafika. hlm. 147.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

memanfaatkan pada penegak hukum pada


fungsi tugas dan wewenangnya; 2. Kedudukan Peraturan Kepolisian dalam
b. Pembaruan hukum acara pidana juga
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
dimaksudkan untuk lebih memberikan kepastian
hukum, penegakan hukum, ketertiban hukum, Dalam hirearki peraturan perundang-undangan di
keadilan masyarakat dan perlindungan hukum Indonesia, Peraturan Kepolisian Republik Indonesia
serta hak asasi manusia, baik tersangka, memang tidak secara jelas dan gamblang diuraikan
terdakwa, saksi maupun korban demi dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
teselenggaranya negara hukum; Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
c. Berhubung beberapa konvensi internasional Perundang-undangan:18
yang berkaitan langsung dengan hukum acara a. Undang-Undang Dasar Negara Republik
pidana telah diratifikasi, maka hukum acara Indonesia Tahun 1945;
pidana perlu disesuaikan dengan materi b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
konvensi. c. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah
Oleh karena itu, demi menjamin kepastian dan Pengganti Undang-Undang;
rasionalitas hukum guna tercapainya keadilan bagi d. Peraturan Pemerintah;
setiap pencari keadilan (yustisiaben), mekanisme e. Peraturan Presiden;
penyelesaian perkara pidana dengan pendekatan f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
keadilan restoratif diperlukan pedoman formulasi g. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.
sebagai kodifikasi lex generalis. Meskipun secara lex Namun, keberadaan Peraturan Kepolisian Republik
specialist sudah diatur dalam Peraturan Kepolisian Indonesia tetap diperhitungkan sebagai suatu regulasi
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tentang di Indonesia, mengingat dalam Pasal 8 ayat (1) dan
Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan ayat (2) Undang-Undang a quo menegaskan bahwa:19
Restoratif secara khusus, namun mengingat bahwa “Jenis Peraturan Perundang-undangan selain
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
merupakan kiblat dari semua ketentuan hukum pidana mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
formil dari Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
hingga putusan Pengadilan di Indonesia. Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
Dalam pembaruan Kitab Undang-Undang Hukum Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Pidana sebagai hukum pidana materil di Indonesia, Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
telah bertransformasi ke arah hukum progresif dengan Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
mempertimbangkan perkembangan masyarakat dalam setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
perkembangan hukum pidana modern. Melalui atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023 tentang Kitab Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
Undang-Undang Hukum Pidana, terdapat referensi lain Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
bagi Kepolisian dalam pelaksanaan keadilan restoratif, Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa
diantaranya: atau yang setingkat.”
a. Pasal 51 huruf c; “Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
“menyelesaikan konflik yang ditimbulkan akibat dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan
Tindak Pidana, memulihkan keseimbangan, serta mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
mendatangkan rasa arnan dan damai dalam diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan
masyarakat” yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
b. Pasal 54 huruf i; kewenangan.”
“pengaruh Tindak Pidana terhadap Korban atau Dari rumusan pasal a quo, mengakui kedudukan
keluarga Korban” hukum Peraturan Kepolisian dalam peraturan
c. Pasal 54 huruf j; perundang-undangan di Indonesia dan bersifat
“pemaafan dari Korban dan/atau keluarga Korban” mengikat sepanjang dibentuk atas dasar perintah
d. Pasal 54 huruf k; perundang-undang yang lebih di atas.20
“nilai hukum dan keadilan yang hidup dalam Di Indonesia terdapat tiga pembagian kekuasaan
masyarakat” negara diantaranya: legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Untuk itu perlu harmonisasi pemahaman antara Kepolisian berada pada ruang lingkup kekuasaan
hukum pidana materil dan hukum pidana formil, eksekutif, karena berada di bawah Presiden (state
terutama tentang konsepsi dan urgensi penegakan auxiliary agencies). Sehingga kedudukan Kepolisian
hukum dengan pendekatan prinsip keadilan restoratif.17 setara dengan Menteri-menteri, maka regulasi yang
Maka, demi mencapai keadilan yang substantif maka dikeluarkan oleh Kepolisian kedudukan hukumnya
harus secara simultan dengan terwujudnya keadilan
formal. Sehingga harus membuat sebuah formulasi
18
aturan yang tertata dengan baik dalam menerapkan Vide Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
konsep keadilan restoratif, guna tercapai keadilan dan 2011.
19 Vide Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 12
kepastian hukum.
Tahun 2011.
20 Ghaos Masoga. 2021. Kedudukan Peraturan Kepolisian

Dalam Struktur Peraturan Perundang-Undangan Indonesia.


17 Ibid, hlm. 147. Skripsi. Mataram: UNRAM. hlm. ii.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

secara horizontal sama dengan peraturan menteri dan yang cukup dapat diklasifikasikan atas 2 (dua) buah
secara vertikal berada di antara Peraturan Presiden dan kategori, yaitu merupakan prasyarat untuk:23
Peraturan Daerah Provinsi. a. Melakukan penyidikan;
Perpol 8 Tahun 2021 merujuk pada Peraturan b. Menetapkan status tersangka terhadap seseorang
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) yang diduga telah melakukan suatu tindak
Nomor 8 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas pidana.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kemudian, menurut M. Yahya Harahap
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- mengemukakan bahwa interpretasi bukti permulaan
Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan yang cukup setidaknya mengacu pada Pasal 183
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan KUHAP, yaitu mendapatkan sekurang-kurangnya 2
untuk Penanganan Pandemi Covid-19 sebagai Undang- (dua) alat bukti.24
Undang. Ketika suatu penyidikan dihentikan dengan alasan
Selain Perpol ada juga produk hukum lain yang tidak cukup alat bukti, hal ini menandakan bahwa,
dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Republik penyidik telah menganulir bukti yang telah didapatkan
Indonesia, yaitu Peraturan Kepala Kepolisian (Perkap). di awal sekaligus menandakan bahwa tidak profesional
Yang membedakannya yaitu Perpol merupakan dan tidak berhati-hati. Namun, dalam hal ini tindakan
peraturan perundang-undangan yang memiliki penyidik diartikan sebagai tindakan korektif terhadap
kekuatan hukum mengikat dan diundangkan dalam penetapan tersangka.
Berita Negara Republik Indonesia dan merupakan Bukan merupakan tindak pidana merupakan alasan
perpanjangan peraturan perundang-undangan yang yang tidak berdasar, hal ini hanya semata menunjukan
lebih tiggi, sedangkan Perkap merupakan peraturan tidak profesional dan tidak hati-hati penyidik dalam
kebijakan yang berlaku mengikat secara internal dalam melakukan penyidikan. Karena, dalam Pasal 1 butir 5
instansi Kepolisian. KUHAP menegaskan sebelum dilakukannya
penyidikan, telah adanya tindakan memastikan keadaan
3. Limitasi Penghentian Penyidikan dalam tersebut merupakan tindak pidana melalui proses
penyelidikan. Oleh karena itu, alasan “bukan
KUHAP
merupakan tindak pidana” menjadi kurang relevan
Pada sistem hukum pidana modern, keadilan untuk menerbitkan SP3.
(justice) sudah dianggap diberikan dengan membuat Terbitnya SP3 dengan alasan demi hukum, dalam
hukum positif.21 Artinya muara untuk mendapatkan buku satu tentang ketentuan umum (algemene
keadilan akan tercapai, jika telah diakomodir dalam bepalingen) KUHP terdapat tiga alasan, yaitu:
tataran aturan atau undang-undang. Hukum pidana a. Nebis In Idem;
formil Indonesia sampai penelitian ini dibuat, masih b. Tersangka meninggal dunia;
menggunakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 c. Daluarsa.
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Penghentian penyidikan pada dasarnya
yang merupakan bentuk pembaruan hukum acara bertentangan dengan tujuan penyidikan, karena urgensi
pidana dari Herzien Inlandsch Reglement (HIR) dan penyidikan adalah mencari dan menemukan suatu
Reglement voor de Buitengewesten (RBg), yang peristiwa sebagai suatu tindak pidana serta menemukan
memayungi proses Sistem Peradilan Pidana (SPP) dari tersangkanya.25 Namun, penghentian penyidikan
adanya dugaan terjadinya tindak pidana hingga pada dengan pendekatan keadilan restoratif tidak secara
pelaksanaan putusan hakim. expressive verbis dijabarkan dalam KUHAP, sehingga
Pada tahapan penyidikan, substansi pasal 109 ayat hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum dan
(2) KUHAP bisa menjadi referensi Kepolisian untuk menimbulkan miss interpretation terhadap keadilan
melakukan keadilan restoratif secara general, restoratif, bahwa paradigma penerapan mekanisme
khususnya bagi dasar penghentian penyidikan. keadilan restoratif hanya sebatas pada penghentian
Penghentian penyidikan dapat dilakukan apabila penyidikan melalui terbitnya Surat Penghentian
memenuhi 3 (tiga) syarat,22 yaitu: Penyidikan (SP3) saja, melalui Perpol Nomor 8 Tahun
a. Tidak terdapat cukup bukti; 2021 sebagai landasan dilakukannya keadilan restoratif
b. Bukan merupakan tindak pidana; dan oleh penyidik. Model penyelesaian perkara diluar
c. Demi hukum; proses persidangan pengadilan merupakan suatu
Alasan tidak terdapat cukup bukti dalam metode yang diharapkan dapat dilakukan untuk
menghentikan penyidikan, seyogiyanya penyidik harus melindungi kejiwaan seorang anak yang berhadapan
memiliki bukti permulaan yang cukup. Menurut dengan hukum dalam sistem peradilan pidana anak26
Chandra M. Hamzah dalam bukunya yang berjudul
Penjelasan Hukum tentang Bukti Permulaan yang 23 Chandra M. Hamzah. 2014. Penjelasan Hukum tentang
Cukup menjelaskan bahwa, fungsi bukti permulaan Bukti Permulaan yang Cukup. Jakarta: Pusat Studi Hukum
dan Kebijakan Indonesia. hlm. 6.
24 M. Yahya Harahap. 2016. Pembahasan Permasalahan dan

Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 284. Vide


Pasal 183 KUHAP.
21 25 Isyana Kurniasari Konoras. 2023. Penghentian Penyidikan
FX. Adji Samekto. 2008. Justice Not For All (Kritik
terhadap Hukum Pidana Modern dalam Perspektif Studi dan Penuntutan Guna Mewujudkan Keadilan Restoratif.
Hukum Kritis). Yogyakarta: Genta Pres. hlm. 34. Tumou Tou Law Review. hlm. 26.
22 Vide Pasal 109 ayat (2) KUHAP. 26 Ibid, Hlm. 27-28.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

juga kepada korban (victim) tindak pidana umum casu Pidana Pokok, meliputi:
quo tindak pidana ringan (illichte misdaad). 1. Pidana mati;
2. Pidana penjara;
4. Transformasi Pemidanaan di Indonesia 3. Pidana kurungan;
4. Pidana denda;
Hakikat hukum pidana akan berpuncak pada
5. Pidana tutupan.
pemidanaan (sentencing), namun aspek tersebut sangat
Pidana Tambahan, meliputi:
jarang diperbincangkan di berbagai literatur, seakan
1. Pencabutan hak-hak tertentu;
pemidanaan merupakan “anak tiri” hukum pidana.
2. Perampasan barang-barang tertentu;
Penerapan hukuman badan sudah dikenal sejak abad
3. Pengumuman putusan hakim.
XV dan dilaksanakan hingga saat ini, bahkan jika
Dalam kaitan dengan jenis-jenis pidana, pemerintah
ditarik jauh kebelakang sudah sejak zaman kuno
mencoba berkali-kali merumuskan perubahan dan
melalui undang-undang Hammurabi zaman Babilonia
penyempurnaan melalui rancangan KUHP.32 Hal
kuno, yang dikenal dengan istilah “mata ganti mata,
tersebut nampak melalui perubahan KUHP melalui
gigi ganti gigi. Kemudian dalam perkembangannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab
bertransformasi menjadi pidana penjara, meskipun
Undang-Undang Hukum Pidana.
pada zaman kuno pidana penjara sudah ada, namun
Tujuan filosofis hukuman badan belum
hanya sebatas ditahan sementara sambil menunggu
bertransformasi sesuai dengan perubahan teknis
putusan pidana sebenarnya.
hukuman itu sendiri, konsep hukuman badan yang
Tujuan filosofi pemenjaraan tentunya semata untuk
dikenal awal mula yaitu untuk menghukum pelaku
menimbulkan efek jera kepada pelaku kejahatan agar
kejahatan dalam sebuah ruangan secara sendiri
dapat dimasyarakatkan kembali dan tidak melakukan
(solitary confinement) dan diperlakukan dengan cara
tindak kejahatan lagi, supaya masyarakat merasa aman
yang tidak humanis. Maka masih berorientasi pada
dan tentram, serta memberikan efek sosial kepada
efek jera kepada pelaku serta efek sosial kepada
masyarakat agar tidak melakukan kejahatan.
masyarakat untuk tidak melakukan lagi kejahatan
Mekanisme pemenjaraan pada zaman dulu, dilakukan
tercapai, sehingga mampu meminimalisir terjadinya
dengan cara dikurung secara sendiri-sendiri (solitary
kejahatan.
confinement), guna diberikan ruang kepada pelaku
Meskipun dalam pelaksanaannya terkadang tidak
kejahatan untuk merenungi perbuatannya sehingga
memperhatikan hak asasi manusia (HAM) hingga
menghasilkan perubahan pada diri pelaku27 dan agar
menyebabkan kematian dan gila. Namun,
tidak mengganggu perenungan tahanan lainnya.
perkembangan hukum dalam konteks pemidanaan
Namun dalam perlakuannya tidak sesuai dengan tujuan
lebih bergerak ke arah yang memperhatikan sendi-
tersebut, seringkali dalam pelaksanaannya dilakukan
sendi hak asasi manusia (HAM), sehingga konsep
secara tidak humanis. Perkembangan dan pertumbuhan
pemidanaan badan dengan paradigma pemenjaraan
pidana penjara terdapat beberapa metode pelaksanaan
berubah mejadi lembaga pemasyarakatan, seorang
pidana penjara, diantaranya:
narapidana diperlakukan secara humanis dalam
a. The Pennsylvania System;28
lembaga pemasyarakatan.
b. The Auburn System (the silence system);29
Dengan konsep pemidanaan badan berubah
c. The Irish System;30
menjadi lembaga pemasyarakatan manfaatnya
Di Indonesia, pertama kali diatur melalui Undang-
menempatkan orang dalam penjara selama waktu
Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
tertentu yang pasti pelaku kejahatan mengalami
yang selanjutnya telah dicabut dan diganti dengan
deteriorasi fisik dan mental dan bahkan mendekati
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 tentang
“kematian perdata” seumur hidupnya; lebih buruk lagi
Pamasyarakatan dengan tujuan untuk memperkuat
berujung pada kematian. Dalam hal ini, negara tidak
posisi lembaga pemasyarakatan dalam sistem peradilan
mengambil manfaat sama sekali, bahkan pada
pidana terpadu (Integrated Criminal Justice System).
kenyataannya menanggung beban ekonomi yang tinggi
Khususnya yang menyelenggarakan penegakan hukum
(high-cost economy) karena kewajiban memelihara
terkait perlakuan terhadap anak dan warga binaan lain.
para narapidana selama mereka menjalani masa
Selain itu, Undang-undang ini juga menjamin
hukuman badan.33 Sehingga pidana penjara bukanlah
perlindungan hak terhadap semua tahanan dan
sebuah solusi terbaik dalam hal menyelesaikan
meningkatkan kualitas anak dan warga binaan.
kejahatan yang sudah rusak, melainkan bagaimana
Adapun di Indonesia, mengenai bentuk pidana
akan memulihkan kembali seperti keadaan semula.
yang dijatuhkan mengacu pada Kitab Undang-Undang
Adagium culpae poena par esto (let the punishment
Hukum Pidana secara umum dan secara khusus dalam
be equal the crime) secara bebas diartikan sebagai
aturan di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
“jatuhkanlah hukuman yang setimpal dengan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jenis-
perbuatan”. Tujuan pemenuhan hukuman yang
jenis pidana terbagi menjadi dua, yaitu:31
setimpal dengan perbuatan, agar tercapai
27 Frans Maramis. 2015. Kriminologi. Manado: Unsrat Press.
32
hlm. 57. Op.Cit, Bambang Waluyo, Hlm. 10.
28 Ibid, hlm. 57 33 Romli Atmasasmita, Efektivitas Hukuman Badan
29 Ibid, hlm. 58.
(Penjara), Sindo 14 Februari 2013,
30 Ibid, hlm. 59.
https://lautanopini.wordpress.com/2013/02/14/efektivitas-
31 Vide Pasal 10 KUHP.
hukuman-badan-penjara/, diakses pada 30 Agustus 2023.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

keseimbangan. Namun, paradigma hukuman tidak B. Penerapan Keadilan Restoratif oleh Penyidik
selalu berorientasi pada pemidanaan badan, hukuman
Kepolisian Daerah Sulawesi Utara
yang dimaksud juga harus berorientasi pada
pemenuhan tanggung jawab pelaku terhadap akibat Hukum pidana pada dasarnya melindungi 3 (tiga)
yang timbul dari tindak pidana yang dilakukannya. hal, yaitu: nyawa (life), harta benda (property) dan
Maka kesimbangan yang sesungguhnya dapat tercapai. martabat (dignity). Selaras dengan itu, hukum pidana
Karena, tujuan pemidanaan itu sendiri diharapkan menegakan 3 (tiga) kepentingan, diantaranya:
dapat menjadi sarana perlindungan masyarakat, kepentingan bangsa (interest of the nation),
rehabilitasi dan resosialisasi, pemenuhan pandangan kepentingan masyarakat (community interest), dan
hukum adat, serta aspek psikologi untuk kepentingan pribadi (personal interest), guna mencapai
menghilangkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan.34 tujuan hukum yang penegakannya melalui prosedur
Pergeseran paradigma pemidanaan di Indonesia hukum formal, yang kemudian seringkali disebut
setidaknya dipengaruhi oleh perkembangan zaman sebagai Sistem Peradilan Pidana (criminal justice
pada umumnya dan secara khusus terdapat 3 (tiga) system).
faktor utama, diantaranya:35 Dalam sistem peradilan pidana (criminal justice
a. Perkembangan hak asasi manusi; system) di Indonesia menurut O.C. Kaligis saat ini
b. Perubahan pandangan masyarakat terhadap terlalu berfokus pada pengenaan sanksi kepada pelaku
kejahatan; tindak pidana tanpa mengatasi kerusakan dan kerugian
c. Perubahan pandangan masyarakat terhadap yang disebabkan oleh kejahatan (misdrijven) itu
penjahat. sendiri. Padahal, dengan adanya tindak pidana
Dan bukan berarti bahwa, hukuman pidana badan (strafbaar feit) bukan hanya semata-mata menyangkut
sudah tidak efektif lagi. Melainkan masih pelanggaran terhadap negara tetapi juga menyangkut
diperkenankan untuk diberlakukan terhadap kejahatan- adanya keretakan relasi antara dua individu atau lebih
kejahatan yang serius. Dalam hukum nasional terlihat dalam masyarakat. Sehingga sistem peradilan pidana
dengan adanya pasal 10 KUHP, pun dalam pembaruan (criminal justice system) perlu bertitik tolak kerusakan
KUHP sendiri yang akan berlaku pada tahun 2026 atau akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana dan
masih mengakomodir pidana mati. Secara internasional bagaimana cara memulihkannya.36
terdapat dalam Pasal 6 ayat (2) ICCPR (International Seharusnya paradigma hukum pidana bukan hanya
Convenant on Civil and Political Rights), yang menyangkut poena et poena (hukum untuk hukuman),
menegaskan bahwa: melainkan juga harus berpandangan poena et medicine
“In countries which hav not abolished the death (hukum untuk memberikan obat), artinya bahwa
penalty, sentence of death may imposed only for the hukum pidana bukan hanya semata bagaimana cara
most serious crimes in accordance with the law in penjatuhan sanksi atau nestapa kepada pelaku
force at the time of the commission of the crime and kejahatan atas perbuatan, melainkan juga bagaimana
not contrary to the provisions of the present covenant cara menyelesaikan perkara tersebut dibarengi dengan
and to the convention on the Pevention and memulihkan keadaan yang rusak akibat kejahatan
Punishment of the Crime of Genoside. This penalty can tersebut. Secara harafiah seringkali dikaitkan dengan
only be carried out pursuant to a final judgement keadilan rehabilitatif, namun juga secara filosofis
rendered by a competent court” termasuk juga keadilan restoratif. Yang tentunya
kepentingan masing-masing pihak dan pihak-pihak
Yang diterjemahkan secara bebas: “Di negara-negara terkait terakomodir dengan baik, diantaranya:
yang belum dihapuskan Hukuman mati, hukuman mati a. Terpulihnya keadaan korban menjadi seperti
mungkin dikenakan hanya untuk kejahatan paling semula;
serius sesuai dengan hukum yang berlaku di waktu b. Hilangnya rasa bersalah dari pelaku;
terjadinya kejahatan dan tidak bertentangan dengan c. Masyarakat merasa aman dan tentram;
ketentuan Perjanjian saat ini dan Konvensi tentang d. Berkurangnya pengeluaran negara.
Peristiwa dan Hukuman Kejahatan Genoside. Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (POLDA
Hukuman ini bisa hanya dilakukan sesuai dengan final SULUT) sebagai lembaga kepolisian di daerah provinsi
penilaian yang diberikan oleh yang kompeten maka, dalam proses penerapan mekanisme Keadilan
pengadilan” Restoratif (restorative justice) juga bertitik tolak pada
Peraturan Kepolisian Nomor 8 tahun 2021 tentang
Penanganan Tindak Pidana berdasakan Keadilan
Restoratif. Data kasus yang ditangani secara langsung
oleh Polda Sulut, masih terbilang belum banyak. Jika
dikombinasikan dengan penyelesaian ditingkat Polres
(kepolisian resor) sebagai bentuk supervisi terbilang
cukup banyak. Data lain, Polda Sulut terhitung sampai
34 Justisi Wagiu. 2023. Tesis: Penerapan Keadilan Restoratif bulan Februari 2022 sudah sebanyak 125 kasus yang
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Perbankan Badan diselesaikan dengan pendekatan mekanisme keadilan
Usaha Milik Negara Yang Merugikan Keuangan Negara.
Manado: Unsrat. hlm. 25.
35 36
Eva Acjani Zulfa. 2006. Pergeseran Paradigma Sukardi. 2020. Restorative Justice Dalam Penegakan
Pemidanaan di Indonesia. Jurnal Hukum dan Pembangunan. Hukum Pidana Indonesia. Depok: Rajawali Pers. Hlm. XII.
Hlm. 393. Kata Pengantar Oleh O.C. Kaligis.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

restoratif. Oleh karena itu, Polda Sulut berusaha untuk hukum kaku terhadap perubahan itu sendiri. Padahal
memasifkan penangana suatu kasus dengan pendekatan hukum itu sifatnya dinamis, sudah selayaknya aparat
keadilan restoratif, hanya saja dalam penerapannya pengak hukum mengikutinya. Seperti yang
tidak berlaku untuk semua bentuk kejahatan dikemukakan oleh Herakleitos “Segala sesuatu
(misdrijven). Dalam penerapannya, penyidik berubah, tidak ada yang tinggal tetap. Satu-satunya
melibatkan berbagai pihak yang terkait, bahkan pihak yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri”.38
yang berkepentingan. Diantaranya terlapor, pelapor, Paradigma masyarakat seringkali berpikir bahwa
keluarga, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh perubahan aturan adalah untuk pelemahan, sejatinya
masyarakat, nantinya bersama-sama berpartisipasi bukan semata-mata untuk pelemahan tetapi itulah yang
dalam menyelesaikan perkara sebagai bentuk pelibatan disebut dengan perkembangan.
terhadap masyarakat. Seharusnya dengan pendekatan Penerapan keadilan restoratif di tahap penyidikan
yang demikian penyelesaian perkara pidana dengan diatur dalam Perpol nomor 8 tahun 2021, namun tidak
mekanisme keadilan restoratif lebih dimasifkan secara terperinci pengaturannya penerapan keadilan
penerapannya dan banyak kasus yang dapat restoratif di tahap penyidikan, mengakibatkan
diselesaikan dengan pendekatan a quo, namun masih mengalami ketidakpastian hukum. Mengingat
saja terdapat beberapa kendala yang menghambat penyidikan (opsporing) merupakan serangkaian
pelaksanaan penerapan mekanisme keadilan restoratif tindakan untuk mencari serta mengumpulkan barang
sebagai pemenuhan perkembangan hukum pidana bukti yang membuat terang tentang suatu tindak pidana
modern. yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
Oleh karen itu, Kepolisian Daerah Sulawesi Utara Penyidikan dimulai dengan adanya diketahui terjadi
melakukan beberapa upaya untuk dapat memasifkan tindak pidana. Diketahui terjadinya tindak pidana dari
penerapannya melalui peningkatan sarana dan 4 (empat) kemungkinan, yaitu:39
prasarana. Karena sejatinya, masyarakat ketika a. Tangkap tangan;
berhadapan dengan hukum casu quo polisi, rasa b. Laporan;
tekanan atau intimidasi itu sangat tinggi dalam hal ini c. Pengaduan;
pihak korban. Sehingga dengan demikian, pada bulan d. Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau
Juni 2023 Kepolisian Daerah Sulawesi Utara cara lain sehingga penyidik mengetahui
meresmikan rumah keadilan restoratif yang kemudian terjadinya tindak pidana seperti membacanya
disebut dengan Wale Bakubae. Mekanisme di surat kabar, mendengar radio atau orang
penggunaan rumah berdamai ini sebagai pemenuhan bercerita, dan selanjutnya.
rasa aman dan nyaman dari pihak yang berperkara, Kemudian ada beberapa tindakan hukum yang
yang dimana penyidik hanya sebatas perantara. Dalam dilakukan oleh penyidik yang menjadi kompetensi dari
rumah keadilan restoratif ini, para pihak yang penyidikan, diantaranya:
berperkara mengeluarkan segala keresahan yang ada a. Penangkapan tersangka;
dan untuk mencari titik temu dalam hal mengakomodir b. Pemeriksaan tersangka/saksi/ahli;
kepentingan masing-masing. c. Penahanan;
Sejatinya, kembali pada paradigma awal jika d. Penggeledahan;
masyarakat berhadapan dengan polisi rasa intimidatif e. Penyitaan;
itu sangat tinggi, maka yang awalnya proses keadilan dan tindakan hukum lainnya. Namun, dalam Perpol
restoratif dilakukan dalam ruangan yang di dalamnya nomor 8 tahun 2021 tidak diberikan penjabaran secara
terdapat banyak polisi kemudian dialihkan ke rumah terinci bahwa pada tahapan apa dapat dilakukan
keadian restoratif. Di dalamnya terdapat para pihak penyelesaian perkara dengan penerapan keadilan
yang berperkara, diantaraya pelaku (offender), korban restoratif. Hanya dijabarkan terkait syarat umum dan
(victim), keluarga, tokoh adat, tokoh masyarakat dan syarat khusus dan syarat materiil dan syarat formil.
tokoh agama. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa, Sehingga hal tersebut mengakibatkan ketidakpastian
permasalahan yang timbul bukan berasal dari pihak hukum, yang kemudian hanya berlandaskan pada
eksternal melainkan dari rasa emosi dan konflik yang kebiasaan dan diskresi penyidik dalam pelaksanaanya
timbul antar tetangga, antar keluarga sehingga saling tugas dan fungsinya. Sejatinya diskresi berupa
menyudutkan masing-masing yang berujung pada kebijaksanaan yang diambil oleh seorang pejabat,
laporan polisi.37 lembaga atau institusi di luar kebijakan melekat,
sehingga adakalanya tidak diatur di dalam peraturan
1. Eksistensi Keadilan Restoratif di tahap perundang-undangan.40
Selanjutnya, penghentian tindak pidana dengan
Penyidikan oleh Kepolisian melalui Perpol
keadilan restoratif di tahap penyidikan seringkali
nomor 8 tahun 2021
38
Sebagai produk yang baru tentunya seringkali Patrix W, Herakleitos dan Parmenides: Yang Berubah vs
Yang Tetap,
terdapat ketimpangan atau kesenjangan dalam
https://www.kompasiana.com/sezumodhe/554850c5547b61a
implementasinya. Bahkan seringkali aparat penegak a0c252474/herakleitos-dan-parmenides-yang-berubah-vs-
yang-tetap, diakses pada 13 September 2023 pukul 01.42
37Kapolda Sulut Sebut Restorative Justice Libatkan Berbagai WITA.
Pihak, https://tribratanews.polri.go.id/blog/keamanan- 39 Andi Hamzah. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia.

6/kapolda-sulut-sebut-restorative-justice-libatkan-berbagai- Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 121.


pihak-59905, diakses pada 17 Oktober 2023. 40 Op.Cit, Isyana Kurniasari Konoras, Hlm. 28.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

mendapat kebuntuan hukum karena formulasi regulasi menyelesaikan perkara dengan alternatif
dalam perpol belum terakomodir dengan baik. damai;
Penerapan keadilan restoratif berdasarkan perpol, tidak Di samping hambatan utama tersebut, kemudian
dapat diterapkan ketika pelaku merupakan mampu merambat pada beberapa hambatan lainnya
pengulangan tindak pidana (residivis). Yang menjadi yang mengakibatkan tidak efektifnya penerapan
permasalahannya adalah eksistensi kedudukan surat keadailan restoratif, antara lain:
kesepakatan damai dalam keadilan restoratif terhadap a. Belum optimalnya regulasi yang mengatur
pelaku residivis? Seseorang yang dapat dikatakan tentang penerapan keadilan restoratif,
residivis merupakan orang yang mengulangi perbuatan sehingga terkadang dalam pelaksanaanya
delik atas vonis pengadilan yang berkekuatan hukum penyidik menggunakan diskresi;
tetap atau res judicata terhadap kasus sebelumnya. b. Terdapat kesenjangan keadilan;
Namun dalam hal ini, tidak adanya kepastian hukum c. Pola pikir aparat penegak hukum casu quo
terkait pelaku tindak pidana yang telah mendapat Kepolisian juga masih memandang bahwa
penyelesaian perkara melalui keadilan restoratif pada tingkat kesuksesan dalam penegakan hukum
kasus sebelumnya ketika telah memenuhi persyaratan diukur dari seberapa banyak kasus
materiil maupun formil yang selanjutnya dimuat diselesaikan melalui pengadilan;
kedalam surat kesepakatan damai dan kemudian d. Terbatasnya sumber daya, baik dalam hal
dikemudian hari melakukan kejahatan yang sama. personel maupun sarana dan prasarana yang
Apakah surat kesepakatan damai tersebut dapat mendukung penerapan keadilan restoratif di
disamakan kedudukannya dengan putusan pengadilan? tahap penyidikan oleh Kepolisian Daerah
Sehingga pelaku pengulangan dapat dikatakan sebagai Sulawesi Utara;
residivis? Berdasarkan kebiasaan pelaksanaannya, e. Reaksi masyarakat dan perlindungan terhadap
meskipun kejahatan tersebut telah memenuhi syarat keamanan korban, pelaku dan pihak-pihak
materiil dan formil Kepolisian langsung melimpahkan yang terlibat dalam suatu perkara. Oleh karena
perkara tersebut ke tingkat selanjutnya. Hal inilah yang itu kepolisian perlu mempertimbangkan
kemudian menyebabkan ketidakpastian hukum dalam pentingnya menjaga keseimbangan antara
pelaksanaan keadilan restoratif. kebutuhan pemulihan dan keamanan;
f. Terdapat inkonsistensi aparat penegak hukum
2. Hambatan Penyidik dalam Penerapan dalam menyelesaikan suatu kasus, seringkali
terdapat perlakuan disparitas terhadap kasus
Keadilan Restoratif
yang sejenis;
Konsep keadilan restoratif sejatinya bukan untuk dan beberapa masalah lainnya yang seringkali
mengabolisi konsep dasar antara hukum pidana dan menjadikan penyelesaian perkara dengan pendekatan
hukum perdata, tetapi mengembalikan fungsi hukum ini terhambat.
pidana seperti semula yaitu sebagai ultimum remidium Meskipun terdapat beberapa kendala atau
(the last resort),41 jika pranata hukum lain sudah tidak hambatan, Kepolisian Daerah Sulawesi Utara berusaha
berfungsi. mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk
Dalam menerapkan keadilan restoratif di tahap menunjang penerapan keadilan restoratif.
penyidikan, Kepolisian seringkali dihadapkan pada Pembangunan rumah keadilan restoratif yang
beberapa hambatan utama yang mengakibatkan kemudian disebut dengan Wale Bakubae, sebagai
pelaksanaan keadilan restoratif belum terlaksana secara bentuk implementasi dari Perpol Nomor 8 tahun 2021.
efektif menghambat proses tersebut. Beberapa Menurut Setyo Budiyanto bahwa, penyelesaian perkara
hambatan tersebut antara lain: pidana melalui keadilan restoratif itu berasal dari
a. Penegakan hukum yang masih berorientasi keinginan para pihak untuk menyelesaikannya,
pada aliran klasik. Sistem hukum yang masih Kepolisian hanya memfasilitasinya.42
berorientasi pada pemidanaan dan penerapan
hukuman pidana cenderung menghambat 3. Disparitas Penegakan Keadilan Restoratif
penerapan keadilan restoratif di tahap
dalam Kasus Sejenis
penyidikan. Mengingat hal ini merupakan
formula yang baru dalam penyelesaian Tujuan utama dari penerapan keadilan restoratif
perkara pidana, sehingga memandang bahwa yaitu untuk mereformasi criminal justice system di
keadilan restoratif tidak efektif; Indonesia yang masih berorientasi pada pemberian
b. Paradigma balas dendam (lex talionis) masih
hukaman penjara. Sehingga Kepolisian Republik
tertanam dalam pemikiran korban dan
keluarga korban sehingga mengharuskan Indonesia dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
kasus tersebut untuk dapat diselesaikan selalu dibenturkan dengan asas legalitas. Karena
melalui meja hijau dibandingkan dengan paradigma aparat penegak hukum (polisi) berorientasi

42 Subhan Sabu, Sulut Kini Punya Rumah Restorative Justice,


41 Anas Yusuf. 2016. Implementasi Restorative Justice Diberi Nama Wale Baku Bae,
Dalam Penegakan Hukum Oleh Polri Demi Mewujudkan https://sulut.inews.id/berita/sulut-kini-punya-rumah-
Keadilan Substantif. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. restorative-justice-diberi-nama-wale-baku-bae/2, diakses
Hlm. VII. Kata Pengantar. pada 14 September 2023.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

pada asas legalistas yang mengakibatkan membentuk nomor 407/Pid.B/2022/PN Mnd, menyatakan bahwa
tujuan semu, semakin banyak perkara yang terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
dilimpahkan, maka secara simultan dengan tingkat melakukan tindak pidana pengancaman dengan pidana
kesuksesan dalam penegakan hukum. penjara 5 (lima) bulan.44 Dan masih banyak lagi kasus
Seringkali dalam penerapan kasus keadilan serupa yang terkesan dipaksakan untuk diselesaikan
restoratif, terdapat adanya gap pada kasus yang sejenis melalui mekanisme litigasi.
mengakibatkan terjadinya disparitas penegakan hukum Faktor yang mempengaruhi perlakuan disparitas
terhadap kasus yang sejenis. Di Kepolisian Daerah dalam penegakan hukum a quo, diantaranya:
Sulawesi Utara (POLDA SULUT), data kasus yang a. Kesadaran dan pemahaman penyidik tentang
diselesaikan secara non-litigasi (settlement out of court pendekatan restoratif dapat bervariasi.
/ afdoening buiten proces) cukup banyak, namun yang Beberapa polisi atau penyidik mungkin belum
menjadi perhatian khusus bahwa, apa yang menjadi familiar dengan konsep keadilan restoratif
tolok ukur dalam penegakan keadilan restoratif sebagai atau belum memahami sepenuhnya.
suatu mekanisme penyelesaian tindak pidana? b. Pandangan bahwa tindak pidana murni yang
Sehingga terkesan adanya ketimpangan. ditemui langsung oleh Polisi, bukan
Pada tahun 2021, terdapat 11 (sebelas) kasus yang merupakan laporan atau aduan dari
diselesaikan dengan mekanisme keadilan restoratif, 10 masyarakat, tidak dapat dilakukan
(sepuluh) pada tahap penyelidikan dan 1 (satu) pada penyelesaian dengan pendekatan keadilan
tahap penyidikan. Namun pada tingkat Kepolisian restoratif.
Resor Kabupaten/Kota, dalam data akumulasi terdapat c. Paradigma keadilan retributif masih
783 (tujuh ratus delapan puluh tiga) kasus yang terpelihara;
diselesaikan melalui mekanisme a quo, terbagi dari 734 d. Dukungan normatif untuk penerapan keadilan
(tujuh ratus tiga puluh empat) pada tahap penyelidikan restoratif dalam sistem hukum juga dapat
dan 49 (empat puluh sembilan) pada tahap penyidikan. menjadi disparitas. Jika tidak ada kebijakan
Pada tahun 2022, terbilang lebih sedikit kasus yang yang jelas dan dukungan yang kuat dari para
mendapat penyelesaian keadilan restoratif di banding pejabat yang berwenang implementasi
dengan tahun 2021. Terdapat 3 (tiga) kasus, keadilan restoratif mungkin kurang didorong
diantaranya 2 (dua) kasus pada tahap penyelidikan dan dan dianggap sebagai pilihan sekunder dalam
1 (satu) kasus pada tahap penyidikan. Dan pada tahun penanganan kasus.
2023, terhitung sejak bulan Januari hingga April, Untuk mengatasi disparitas ini perlu upaya
belum ada kasus yang diselesaikan melalui mekanisme pembaruan baik secara pola pikir maupun sistem
keadilan restoratif baik penyidikan maupun hukum serta percepatan gerakan sosialisasi kepada
penyelidikan di Polda Sulut berbanding terbalik dengan seluruh pihak yang terkait, guna membentuk pola pikir
Polres Kabupaten/Kota. yang modern mengikuti perkembangan hukum itu
Dari data yang ada, tindak pidana yang ditempuh sendiri.
melalui jalur keadilan restoratif rata-rata merupakan
tindak pidana ringan (illichte misdaad), diantaranya PENUTUP
kasus penggelapan, pencurian, penganiayaan ringan, A. Kesimpulan
penipuan dan lain sebagainya. Berdasarkan rumusan
1. Kekakuan terhadap sebuah sistem penegakan
syarat yang termaktub dalam Perpol Nomor 8 Tahun
hukum dapat mengakibatkan merosotnya sistem
2021, kasus-kasus a quo telah memenuhi unsur
hukum itu sendiri. Keadilan restoratif merupakan
persyaratan.
sebuah mekanisme penyelesaian perkara dengan
Namun pada tahun 2022 juga, terdapat kasus yang
pendekatan rekonsiliasi, yang merupakan produk
memiliki kesamaan dengan kasus-kasus yang tersebut
hukum pidana modern. Proses penyelesaian perkara
di bagian sebelumnya tetapi terkesan dipaksakan untuk
dengan mekanisme keadilan restoratif terbilang
masuk melalui jalur litigasi. Contohnya, putusan
cukup cepat, tanpa melalui criminal justice system
Pengadilan Negeri Manado nomor 367/Pid.B/2022/PN
yang panjang dan berbelit-belit, sehingga mampu
Mnd, menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah
terciptanya keadilan yang substantif. Hanya saja,
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
landasan regulasi penerapan keadilan restoratif di
pencurian sebagaimana dalam dakwaan penuntut
tahap penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian
umum, dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh)
masih belum memadai karena sejauh ini referensi
bulan.43 Juga, putusan Pengadilan Negeri Manado
Penyidik dalam menerapkan keadilan restoratif

43 44
Putusan Pengadilan Negeri Manado Nomor Putusan Pengadilan Negeri Manado Nomor
367/Pid.B/2022/PN Mnd. 407/Pid.B/2022/PN Mnd.
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

berlandaskan pada tataran Peraturan Kepolisian restoratif di Provinsi Sulawesi Utara sebagai garda
Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak dalam mempelopori dan peningkatan sosialisasi
Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif, sehingga konsep keadilan restoratif bagi masyarakat
transformasi hukum demi memberikan rasa Sulawesi Utara.
kepastian hukum diperlukan dan membutuhkan
sebuah formulasi yang jelas yang mampu
menciptakan kepastian hukum (rechtszekerheids).
2. Keadilan restoratif merupakan sebuah mekanisme
penyelesaian perkara pidana yang baru melalui
settlement out of court, sehingga seringkali dalam
penerapannya di tahap penyidikan oleh Kepolisian
Republik Indonesia umumnya dan Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara khususnya mengalami
hambatan disebabkan oleh paradigma penegakan
hukum baik masyarakat maupun Penyidik, masih
berorientasi pada pembalasan perbuatan pidana
yang proporsional dengan mekanisme hukuman
badan/pidana penjara, sehingga disparitas dalam
penerapan keadilan restoratif terhadap kasus yang
sejenis teratasi dan mampu menciptakan keadilan
yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri.
Dengan adanya hambatan tersebut, Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara berupaya semaksimal
mungkin untuk memasifkan penerapan mekanisme
keadilan restoratif dengan mengupayakan beberapa
peningkatan sarana dan prasarana sehingga mampu
mengakomodir penyelesaian perkara dengan
pendekatan a quo.

B. Saran
1. Pembaruan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana perlu dilakukan dengan mengakomodir
prinsip keadilan restoratif, mengingat hukum
pidana materil yakni Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana telah mengakomodir prinsip keadilan
restoratif sehingga perlu ada harmonisasi hukum
pidana materil dan formil. Dan juga, pembentukan
peraturan teknis di bawah Peraturan Kepolisian
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 yakni
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia,
guna mengatasi kekaburan hukum dalam
pelaksanaan keadilan restoratif.
2. Karena konsep penyelesaian perkara pidana dengan
pendekatan keadilan restoratif merupakan hal yang
baru, maka perlu ada penyelarasan paradigma baik
masyarakat maupun penyidik melalui percepatan
sosialisasi. Dan terkhususnya di Kepolisian Daerah
Sulawesi Utara yang telah meningkatkan sarana dan
prasarana dalam mendukung penerapan keadilan
restoratif merupakan hal yang baik melalui
peresmian Rumah Wale Bakubae, namun juga perlu
adanya peningkatan melibatkan elemen masyarakat
dalam menunjang penerapan keadilan restoratif.
Sehingga penulis menyarankan untuk dapat
membentuk sebuah forum penegakan keadilan
Jurnal Fakultas HukumUniversitas Sam Ratulangi
Lex AdministratumVol.XIII/No.1/Nov/2023
Christfael Noverio Sulung

DAFTAR PUSTAKA Keadilan Restoratif. Tumou Tou Law Review.


hlm. 26.
Buku Masoga, Ghaos. 2021. Kedudukan Peraturan
Beccaria, Cesare and Voltaire. 2015. Tentang Kepolisian Dalam Struktur Peraturan
Kejahatan dan Hukuman. Terj. M Nur Perundang-Undangan Indonesia. Skripsi.
Prabowo S. D.I. Yogyakarta: Lintas Nalar, CV. Mataram: UNRAM. Hlm. ii.
Frans Maramis. 2015. Kriminologi. Manado: Unsrat Nurhayati, Yati et al. 2021. Metodologi Normatif Dan
Press. Empiris Dalam Perspektif Ilmu Hukum. Jurnal
Hamzah, Andi. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia. Penegak Hukum Indonesia, Volume 2, Issue 1,
Jakarta: Sinar Grafika. Hlm.6.
Hamzah, Chandra M. 2014. Penjelasan Hukum tentang Wagiu, Justisi. 2023. Penerapan Keadilan Restoratif
Bukti Permulaan yang Cukup. Jakarta: Pusat Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Perbankan
Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia. Badan Usaha Milik Negara Yang Merugikan
Harahap, M. Yahya. 2016. Pembahasan Permasalahan Keuangan Negara. Tesis. Manado: Unsrat.
dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Zulfa, Eva Acjani. 2006. Pergeseran Paradigma
Grafika. Pemidanaan di Indonesia. Jurnal Hukum dan
Hiariej, Eddy O.S. 2014. Prinsip-Prinsip Hukum Pembangunan. No.3, Juli – September. Hlm.
Pidana. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. 393.
Rumokoy, Donald Albert dan Frans Maramis. 2018.
Pengantar Ilmu Hukum. Depok: Rajawali Pers. Sumber lainnya
Samekto, FX. Adji. 2008. Justice Not For All (Kritik Atmasasmita, Romli. Efektivitas Hukuman Badan
terhadap Hukum Pidana Modern dalam (Penjara). Sindo 14 Februari 2013. Diakses
Perspektif Studi Hukum Kritis). Yogyakarta: pada 30 Agustus 2023.
Genta Pres. https://lautanopini.wordpress.com/2013/02/14/
Sukardi. 2020. Konsep Penyidikan Restorative Justice, efektivitas-hukuman-badan-penjara/.
Depok: Rajawali Pers. Keamanan. 2023. Kapolda Sulut Sebut Restorative
. 2020. Restorative Justice Dalam Penegakan Justice Libatkan Berbagai Pihak. Diakses pada
Hukum Pidana, Depok: Rajawali Pers. 17 Oktober 2023.
Waluyo, Bambang. 2020. Penyelesaian Perkara https://tribratanews.polri.go.id/blog/keamanan
Pidana: Penerapan Keadilan Restoratif dan -6/kapolda-sulut-sebut-restorative-justice-
Transformatif. Jakarta Timur: Sinar Grafika. libatkan-berbagai-pihak-59905.
Yusuf, Anas. 2016. Implementasi Restorative Justice Sabu, Subhan. 2023. Sulut Kini Punya Rumah
Dalam Penegakan Hukum Oleh Polri Demi Restorative Justice, Diberi Nama Wale Baku
Mewujudkan Keadilan Substantif. Jakarta: Bae. Diakses pada 14 September 2023.
Penerbit Universitas Trisakti. https://sulut.inews.id/berita/sulut-kini-punya-
rumah-restorative-justice-diberi-nama-wale-
Perundang-Undangan baku-bae/2.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab W, Patrix. 2015. Herakleitos dan Parmenides: Yang
Undang-Undang Hukum Pidana. Berubah vs Yang Tetap. Diakses pada 13
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab September 2023,.
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. https://www.kompasiana.com/sezumodhe/5548
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang 50c5547b61aa0c252474/herakleitos-dan-
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. parmenides-yang-berubah-vs-yang-tetap.
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia
nomor 8 tahun 2021 tentang Penanganan
Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan
Restoratif.
Putusan Pengadilan Negeri Manado Nomor
367/Pid.B/2022/PN Mnd.
Putusan Pengadilan Negeri Manado Nomor
407/Pid.B/2022/PN Mnd.

Jurnal, Makalah dan Karya Ilmiah Lainnya


Harahap, M.Indra Rivai dan Wahyu Ramadhani.
Kelebihan Kapasitas Lembaga
Pemasyarakatan Sebagai Faktor Kriminogen
Terhadap Pengulangan Tindak Pidana Oleh
Warga Binaan. Indonesian Journal of Criminal
Law and Criminology. Volume. 3. Maret 2022.
Hlm. 29.
Konoras. Isyana Kurniasari. 2023. Penghentian
Penyidikan dan Penuntutan Guna Mewujudkan

Anda mungkin juga menyukai