Disusun oleh:
IKHSAN FATKHUL AZIS
21103040029
2022
DATA DIRI DAN PERNYATAAN KEASLIAN ESSAY
Dengan ini menyatakan bahwa essay yang tertulis adalah benar-benar hasil karya
sendiri dan bukan merupakan plagiat atau salinan dari karya orang lain serta belum pernah
dipublikasikan dan tidak pernah diikutkan lomba lain.
Demikian penyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya dalam pelaksanaan Lomba Essay Hukum HUT Ke-3 BILLY NOBILE
ASSOCIATES.
PENDAHULUAN
Diskursus mengenai perkembangan penegakan hukum pidana menjadi polemik
yang patut menjadi perhatian bersama. Mengingat esensi penegakan hukum
pidana selalu berorientasi terhadap kepastian, keadilan, dan kebermanfaatan.
Namun, terdapat paradigma berbeda dalam mencapai trimurti nilai tersebut. Hal
ini mengantarkan kita untuk memahami upaya penegakan hukum pidana era
sekarang yang telah mengalami transisi teori dari klasik menuju modern.
Restorative justice merupakan salah satu produk pemikiran modern yang
menarik untuk diperbincangkan. Konsep ini hadir untuk mengoreksi retributive
justice yang merupakan hasil pemikiran klasik. Lain hal dengan retributive
justice yang menekankan pembalasan terhadap perbuatan pelaku, restorative
justice justru mengedepankan pemulihan terhadap hak korban yang dirampas
oleh pelaku. Terjadinya pergeseran konsep tersebut, akibat dari perkembangan
zaman yang turut andil dalam mengubah dinamika sosial. Tentu juga
mengharuskan hukum lebih dinamis dan progresif menghadapi persoalan era
sekarang. Lalu, bagaimana Indonesia memandang pembaharuan hukum
tersebut?
Jika ditinjau dari aspek historis, restorative justice awal mula diperkenalkan
oleh Howard Zehr, “visionary and architeck of the restorative justice
movement” sebagai reaksi kegagalan sistem peradilan pidana kuno untuk
mengurangi angka kejahatan dan memenuhi kebutuhan individu serta
masyarakat yang terdampak tindak pidana. Kemudian restorative justice
dikembangkan oleh Albert Eglash pada 1977, yang berinisiatif untuk
membedakan tiga bentuk peradilan pidana, yaitu retributive justice, distributive
justice, dan restorative justice.
Bagi Albert Eglash, letak perbedaan mendasar dari ketiga bentuk peradilan
tersebut berada pada tujuan pidana. Retributive justice berfokus pada
menghukum pelaku atas kejahatan yang telah dilakukannya. Sedangkan
distributive justice menekankan pada proses rehabilitasi pada pelaku. Sementara
restorative justice berupaya menegakkan prinsip restitusi dengan cara
melibatkan pelaku dan korban dalam proses yang bertujuan mengamankan
reparasi bagi korban dan rehabilitasi pelaku1.
Dalam ihwal hukum pidana Indonesia, konsep restorative justice juga sudah
dikenal melalui pranata hukum adat. Apabila kita mengkaji dengan jeli,
sebenarnya puing-puing keadilan restoratif dapat kita temukan dalam hukum
adat Indonesia. Pendekatan yang kerap digunakan dalam hukum adat di
1
James Dignan, 2005, Understanding Victims Abd Restorative Justice, Open University Press, hlm. 94.
2
Victim – offender mediation programmes merupakan pendekatan keadilan restorative tertua,
pertama kali dilakukan pada tahun 1974 di Canada yang dipengaruhi oleh Gerakan Christian Mennonite yang
memfokuskan nilai rekonsiliasi pribadi antara korban dan pelaku.
Indonesia adalah community reparation board and citizens’ panel3. Sebagai
contoh, Lembaga Rembug desa yang memiliki tujuan untuk menyelesaikan
delik adat yang terjadi dalam masyarakat. Pelaksanaannya dengan
mempertemukan antara korban dan pelaku serta melibatkan masyarakat sebagai
penengah permasalahan yang terjadi. Dalam penyelesaian masalah, Lembaga ini
mempertimbangkan efek pelanggaran terhadap korban dan kesanggupan pelaku
untuk melakukan restorasi terhadap korban4.
Berangkat dari adanya unsur keadilan restoratif dalam pranata hukum adat,
ditambah kasus pencurian kakao oleh nenek minah yang kembali viral
menimbulkan benih-benih penerapan restorative justice secara utuh di
Indonesia5. Alhasil pada tahun 2018 dikeluarkan SE Kapolri Nomor 8 tahun
2018 tentang Penerapan Keadilan Restoratif Dalam Penyelesaian Perkara
Pidana. Kemudian dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak
Pidana Berdasarkan Restorative Justice.
3
Panel warga dan dewan masyarakat pertama kali dikenalkan di Amerika pada tahun 1920-an sebagai
upaya meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menghakimi orang-orang muda atas pelanggaran ringan.
4
Eddy O.S Hiariej, 2020, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka, hlm, 50.
5
Ady Anugrahadi, Ini Kasus Nenek Minah Yang Disinggung oleh Calon Kapolri Listyo Sigit Prabowo,
diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/4463927/ini-kasus-nenek-minah-yang-disinggung-calon-
kapolri-listyo-sigit-prabowo, pada tanggal 18 Maret 2022, Pukul 02.26 WIB
6
Yudho Winarto, Sepanjang 2021, Polri menyelesaikan 11.811 Perkara Melalui Restorative Justice,
diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/sepanjang-2021-polri-menyelesaikan-11811-perkara-melalui-
restorative-justice, pada tanggal 19 Maret 2022, pukul 00:13 WIB.
prestasi yang membanggakan bagi kepolisian selaku aparat penegak hukum.
Keberhasilan tersebut sejalan dengan upaya kepolisian dalam menggalakkan
program PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan)
sebagai langkah untuk menciptakan transparansi dan keadilan dalam setiap
penanganan perkara sehingga tujuan hukum dapat dirasakan oleh masyarakat.
9
Agus Sahbani, KETUA MA: Ada Tantangan Memperkuat Implementasi Keadilan Restoratif, diakses
dari https://www.hukumonline.com/berita/a/ketua-ma--ada-tantangan-memperkuat-implementasi-keadilan-
restoratif-lt60317604be719?page=2, pada tanggal 19 Maret 2022, pukul 09:31 WIB.
Pembelajaran Semester) mata kuliah hukum pidana yang penulis ambil, belum
ada pertemuan kuliah yang membahas restorative justice. Hal ini perlu menjadi
perhatian bersama, mengingat mahasiswa hukum yang akan menjadi generasi
penerus tongkat keadilan di negeri ini. Apabila mereka tidak menguasai konsep
pembaharuan seperti restorative justice, bukan tidak mungkin penegakan
hukum kedepan semakin apatis dan akan ketinggalan jauh dibanding negara-
negara lain.
KESIMPULAN