REPUBLIK INDONESIA
KULIAH UMUM
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA DIES NATALIS KE-71
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN1
1
Disampaikan dalam Seminar Nasional Dies Natalis Ke-71 Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin dengan Tema: ““Penegakan Hukum Dengan Pendekatan
Keadilan Restoratif”.
-2-
2
Lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
-3-
3
www.hukumonline.com. Menggali Karakter Hukum Progresif. Semarang. 2
Desember 2013. Diakses pada 4 Mei 2023.
https://www.hukumonline.com/berita/a/menggali-karakter-hukum-progresif-
lt529c62a965ce3?page=all.
-4-
4
Rafael Don Bosco, Hukum Responsif: Pilihan di Masa Transisi, Jakarta, Huma,
2003, halaman 59.
5
R. Marbun, Sistem Peradilan Pidana Indonesia: Suatu Pengantar, 1st ed. Malang:
Setara Press, 2015.
6
Jianhong Liu, PhD, The Roots Of Restorative Justice: Universal Process Or From
The west To The East?. Acta Criminologiae Et Medicinae Legalis Japonica 81:2 (2015).
-5-
7
Hariman Satria, “Restorative Justice: Paradigma Baru Peradilan Pidana” dalam
Jurnal Media Hukum Vol.25/ Juni 2016, hlm. 111.
-6-
8
Ds. Dewi dan Fatahillah A. Syukur, Mediasi Penal: Penerapan Restorative
Justice di Pengadilan Anak Indonesia, halaman 4.
-7-
9
Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
- 10 -
10
Hendro Dewanto, S.H.,M.Hum, Bahan Ajar Seminar Penerapan Restorative
Justice Sebagai Penyelesaian Suatu Perkara, Jakarta, 2021, hlm.15.
11
Perwujudan asas dominus litis ini dilaksanakan melalui kewenangan Jaksa Agung
dalam mengesampingkan perkara demi kepentingan umum (seponering) yang dalam
tataran teknis diberikan kepada Jaksa (quasi-seponering) bertujuan untuk pemulihan
kembali pada keadaan semula dan memberikan keseimbangan, perlindungan serta
kepentingan korban.
- 11 -
12
Data Sunproglapnil Sesjampidum per 2 Mei 2023.
13
Ibid.
- 13 -
kita jadikan hal ini sebagai sebuah momentum awal yang akan
menentukan arah sistem pemidanaan dimasa yang akan datang, terlebih
lagi dengan telah disahkannya KUHP Nasional yang telah menyerap nilai
permusyawaratan dalam penyelesaian suatu perkara pidana sebagai
norma hukum baru yang menggantikan hukum pidana peninggalan
kolonial.
BURHANUDDIN