Anda di halaman 1dari 3

PERAN HUKUM ADAT DALAM PEMBANGUNAN

HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Muh. Alfajri
Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amay Gorontalo
muhalfajri22@gmail.com

Abstrak

Meskipun Indonesia memiliki sistem hukum positif yang didasarkan pada undang-undang
tertulis, hukum adat tetap memegang peranan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat di
berbagai daerah. Dalam konteks pembangunan hukum positif, hukum adat dapat berperan
sebagai sumber inspirasi, asas, atau acuan dalam merumuskan kebijakan hukum baru. Hukum
adat memiliki kekayaan nilai-nilai lokal, tradisi, dan kearifan lokal yang telah teruji selama
bertahun-tahun. Nilai-nilai ini dapat diadopsi dan dimasukkan ke dalam sistem hukum positif
untuk memperkaya dan memperbaiki peraturan-peraturan yang ada. Selain itu, hukum adat juga
berperan dalam menjaga harmoni dan keberlanjutan hubungan antara masyarakat dengan
lingkungan alam sekitarnya. Konsep keberlanjutan lingkungan hidup dan pengelolaan sumber
daya alam yang berkelanjutan sering kali ditemukan dalam hukum adat. Praktik-praktik ini dapat
memberikan inspirasi bagi penyusunan kebijakan lingkungan yang lebih baik dalam hukum
positif. Namun, meskipun peran penting hukum adat, ada tantangan dalam mengintegrasikan
hukum adat ke dalam sistem hukum positif yang lebih umum diterima. Perbedaan antara hukum
adat dengan hukum positif sering kali menjadi hambatan dalam mencapai harmonisasi yang
efektif. Diperlukan pendekatan yang komprehensif dan dialog antara para pemangku
kepentingan untuk membangun kesepahaman dan mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
Dalam jurnal ini, penulis juga mengkaji beberapa contoh kasus di Indonesia di mana hukum adat
telah berhasil diintegrasikan ke dalam sistem hukum positif. Studi kasus ini memberikan contoh
bagaimana pengakuan dan perlindungan terhadap hukum adat dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pembangunan hukum positif secara keseluruhan.

Kata kunci : Hukum adat, pembangunan hukum positif


1. Pendahuluan
Hukum adat merupakan aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat adat yang telah
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hukum adat memiliki aturan adat
tersendiri sesuai dengan daerah adat masing-masing, dan masih bersifat tradisional. Hukum adat
adalah aturan yang dibuat berdasarkan tingkah laku masyarakat adat untuk mengatur masyarakat
itu sendiri dan harus di taati secara tidak tertulis. Istilah Hukum Adat pertama kali dikemukakan
oleh Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul “De Atjehers” yang menyebutkan istilah
hukum adat dengan “Adat Recht” yaitu untuk memberi nama pada satu sistem pengendalian
sosial atau “Sosial Control” yang ada di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Istilah ini
selanjutkan di kembangkan oleh Van Vollenhoven, seorang pakar hukum adat pada masa Hinda
Belanda. Hukum adat yaitu aturan tidak tertulis yang menjadi pedoman untuk sebagian besar
masyarakat di Indonesia dalam pergaulan sehari-hari. Menurut Soekanto, hukum adat adalah
kompleks adat-adat yang pada umumnya tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat
paksaan, mempunyai sanksi jadi mempunyai akibat hukum.
Hukum pidana di daerah yang masyarakatnya masih dipengaruhi oleh adat dan sifat
kedaerahan yang kental, selain hukum nasional, sumber hukum yang diakui adalah hukum
pidana adat. Hukum Pidana Adat merupakan hukum yang akan terus hidup selama masih adanya
budaya adat. Hukum adat di akui oleh negara sebagaimana yang tercantum dalam pasal 18B ayat
(2) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang. Masyarakat hukum adat merupakan bagian dari negara Indonesia yang
kedudukannya berpengaruh dalam membangun politik, sosial, ekonomi, hukum dan hak asasi
manusia untuk tercapainya ketahanan dan keamanan nasional. Ada dua hal terkait hukum adat,
yaitu diakui dan dihormati. Masyarakat berhak dalam menjaga eksistensi hukum adat dan
kewenangan aslinya. Eksistensi dan kewenangannya tersebut merupakan hak untuk
mempertahankan identitas tradisional dan hak masyarakat tradisional.
2. Metode Penelitian
1. Analisi teoritis: Dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa penulis menggunakan
pendekatan teoritis untuk menganalisis konsep hukum adat dan hubungannya dengan
hukum positif.
2. Pendekatan komprehensif dan dialog: Dalam penelitian ini penulis melibatkan unteraksi
dengan pemangku kepentingan yang terkait untuk memperoleh wawasan dan perspektif
yang berbeda.

3. Hasil dan Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai