Anda di halaman 1dari 2

1.

Diagnosa Keperawatan: Kurangnya perfusi jaringan berhubungan dengan obstruksi arteri


koroner sebagai manifestasi dari penyakit jantung koroner.
a. Tujuan:
 Pasien memiliki perfusi jaringan yang adekuat.
 Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen atau komplikasi
sirkulasi.
b. Intervensi:
 Monitor tanda-tanda vital pasien secara teratur, termasuk tekanan darah, denyut
nadi, saturasi oksigen, dan frekuensi pernapasan.
 Amati tanda-tanda perfusi perifer yang buruk, seperti sianosis, kulit pucat, atau
dingin.
 Bantu pasien menjaga posisi yang nyaman untuk meningkatkan perfusi jaringan.
 Ajarkan teknik relaksasi dan pengelolaan stres kepada pasien untuk mengurangi
kebutuhan oksigen tubuh.
 Kolaborasi dengan tim medis untuk memantau kadar oksigen dalam darah dan
melakukan tindakan yang sesuai jika terjadi hipoksia.

2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan aktivitas istirahat berhubungan dengan


keterbatasan fungsi jantung sebagai manifestasi dari penyakit jantung koroner.
a. Tujuan:
 Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami
kelelahan yang berlebihan.
 Pasien memahami batasan aktivitas dan melakukan modifikasi sesuai kebutuhan.
b. Intervensi:
 Evaluasi tingkat kelelahan pasien dan keterbatasan aktivitas yang dialami.
 Berikan istirahat yang cukup antara aktivitas fisik.
 Ajarkan teknik konservasi energi kepada pasien untuk mengoptimalkan
ketersediaan energi dan mengurangi kelelahan.
 Kolaborasi dengan ahli rehabilitasi kardiak untuk merencanakan program latihan
fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
 Berikan pendidikan kepada pasien tentang batasan aktivitas yang perlu diikuti dan
tanda-tanda peringatan jika terjadi peningkatan gejala.

3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan penurunan asupan makanan atau gangguan penyerapan nutrisi
sebagai manifestasi dari penyakit jantung koroner.
a. Tujuan:
 Pasien memiliki asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
 Pasien dapat makan dan minum tanpa mengalami kesulitan.
b. Intervensi:
 Evaluasi asupan makanan pasien dan identifikasi faktor-faktor yang menghambat
makan, seperti gangguan pencernaan atau anoreksia.
 Berikan makanan dengan porsi kecil dan sering untuk memfasilitasi toleransi
makan pasien.
 Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi pasien dan
merencanakan diet yang sesuai.
 Berikan pendidikan kepada pasien tentang pentingnya menjaga asupan makanan
yang seimbang dan strategi untuk mengatasi gangguan pencernaan atau anoreksia.
 Monitor berat badan pasien secara teratur untuk memantau perubahan status
nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai