Anda di halaman 1dari 5

1.

Segitiga Penyakit
Segitiga penyakit tanaman adalah konsep yang digunakan dalam bidang pertanian dan
kehutanan untuk menjelaskan hubungan antara tiga faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan dan penyebaran penyakit pada tanaman. Konsep ini menggambarkan interaksi
antara inang (tanaman inang), patogen (organisme penyebab penyakit), dan lingkungan.
Subandiyah et al. (2013)

a. Inang (Host): Merujuk pada tanaman yang rentan terhadap serangan patogen dan dapat
menjadi tempat hidup dan berkembang biaknya patogen. Tanaman inang memainkan
peran penting dalam siklus penyakit, karena tanaman yang sehat dan kuat akan lebih
tahan terhadap serangan patogen.
b. Patogen (Pathogen): Merupakan organisme penyebab penyakit, seperti bakteri, virus,
jamur, atau nematoda, yang dapat menyerang tanaman inang dan menyebabkan gejala
penyakit. Patogen ini dapat menyebar melalui berbagai cara, seperti melalui udara, air,
serangga, atau melalui kontak langsung.
c. Lingkungan (Environment): Merupakan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan dan penyebaran patogen serta gejala penyakit pada tanaman. Faktor
lingkungan meliputi suhu, kelembaban, cahaya matahari, kualitas tanah, dan faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi kerentanan tanaman terhadap serangan patogen.
Subandiyah et al. (2013)

Dalam segitiga penyakit tanaman, ketiga faktor ini saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Jika salah satu faktor tidak mendukung, misalnya kondisi lingkungan yang
tidak optimal atau tanaman inang yang lemah, maka kemungkinan terjadinya serangan
patogen dan perkembangan penyakit akan meningkat. Oleh karena itu, pemahaman tentang
segitiga penyakit ini penting dalam pengendalian penyakit tanaman, karena memungkinkan
pengambilan tindakan yang tepat untuk mengurangi dampak penyakit dan melindungi
tanaman inang dari serangan patogen. Subandiyah et al. (2013)
2. Segiempat Penyakit
Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan penjelasan
dan penekanan pada peran faktor lingkungan terhadap pathogen, inang dan interaksi antara
keduanya yang ternyata ada salah satu faktor yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi ketiga komponen tersebut yaitu manusia. Sehingga penyakit sebenarnya
merupakan hubungan segi empat antar faktor pathogen, faktor inang, faktor lingkungan
fisik/kimia dan lingkungan biologi, serta faktor manusia sehingga disebut segi empat.

1) Komponen
Komponen segiempat penyakit ini tediri dari 3 komponen segitiga penyakit yang
telah diuraikan di atas ditambah komponen manusia. Di dalam konsep ini manusia berada
diatas karena manusia memiliki akal budi sehingga mempunyai kemampuan untuk
memanipulasi atau mempengaruhi tiga komponen lainnya, yaitu tanaman inang, pathogen
ataupun lingkungan. Dimana tindakan yang dilakukan manusia dapat menjadi salah satu
faktor pendukung timbulnya suatu penyakit ataupun bahkan mencegah timbulnya suatu
penyakit. Djafarudin. 2001

2) Interaksi antar komponen


Jadi menurut konsep ini timbulnya suatu penyakit merupakan penggabungan dan
terjadinya interaksi antara empat faktor tersebut, yaitu :
1. a. Patogen berinteraksi dengan inang melalui proses-proses parasitisme dan
pathogenesis, dan sebaliknya inang berinteraksi dengan pathogen dalam hal
penyediaan makanan dan ketahanan
b. Patogen berinteraksi terhadap lingkungan fisik/kimia dalam pengeluaran racun,
pengurasan makanan dan sebaliknya lingkungan fisik/kimia memberikan tidak hanya
fasilitas kelembaban, suhu dan hara, tetapi juga racun.
c. Antar pathogen juga dapat terjadi interaksi, adapun interaksi yang terjadi dapat
memberikan pengaruh yang sinergis, netral ataupun antagonis.

Pengaruh sinergisme terjadi pada saat dua atau lebih pathogen bersama-sama
menyerang tanaman, yang terjadi dapat berupa meningkatkan serangan, misal
beberapa fungi busuk akar bersama nematode akan menyebabkan serangan yang
hebat jika bersama-sama, dalam hal ini nematode akan melukai akar dan luka yang
ada digunakan fungi sebagai jalan masuk untuk menginfeksi inang.
Kejadian yang lain dapat berupa pathogen yang satu dapat mengubah sifat
ketahanan inang sehingga dapat diserang oleh pathogen yang lain misalnya pada
tanaman tembakau adanya serangan nematode menyebabkan inang tersebut dapat
terserang oleh Phytophtora parasitica.
2. Lingkungan fisik/kimia berinteraksi dengan tanaman inang dalam proses penyediaan
kondisi tempat tumbuh yang sesuai atau tidak bagi pertumbuhan inang, timbulnya
penyakit abiotik dan pra-disposisi dan sebaliknya inang berpengaruh terhadap
lingkungan fisik/kimia berupa pemberian naungan dan eksudat serta pengurasan hara
dan air.
3. Inang memfasilitasi parasit sekunder dan populasi lingkungan biologi dan sebaliknya
lingkungan biologi dapat menjadi parasit sekunder serta simbion
4. Patogen berinteraksi dengan lingkungan biologi melalui parasitisme (alternative) dan
sebaliknya lingkungan biologi dapat pula memparasit pathogen.
5. Lingkungan fisik/kimia memberikan fasilitas suhu, kelembaban, makanan dan juga
racun kepada lingkungan biologi, dan sebaliknya lingkungan biologi menguras hara
serta mengeluarkan antibiotic ke dalam lingkungan fisik.
6. Manusia mempengaruhi ketiga faktor yang lain baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal agar suatu penyakit tidak menyerang, maka manusia memilih
tanaman yang resisten, manusia mampu memanipulasi ketahanan jenis tanaman yang
akan dibudidayakan, mengusahakan lingkungan pertanaman agar mengurangi
serangan pathogen, melakukan kegiatan dalam pengelolaan tanaman (pengaturan
jarak tanam, pencampuran jenis, penjarangan). Yudiarti, T. 2007.

3. Piramida Penyakit
Konsep piramida penyakit tanaman adalah pendekatan dalam pengembangan varietas
tanaman yang menggabungkan beberapa gen atau mekanisme pertahanan yang berbeda untuk
meningkatkan tingkat ketahanan terhadap berbagai penyakit. Melalui pendekatan ini, varietas
tanaman dapat memiliki perlindungan yang lebih kuat terhadap serangan patogen dan
mengurangi risiko terjadinya penyakit yang serius. Utami, R., & Widiarta, I. N. (2012)
Piramida penyakit tanaman melibatkan penggabungan sumber-sumber ketahanan
yang berbeda, seperti ketahanan genetik yang berasal dari berbagai sumber varietas tanaman
yang berbeda atau melalui rekayasa genetika, hambatan fisik, dan mekanisme pertahanan
tanaman lainnya. Dengan menggabungkan sifat-sifat ketahanan yang berbeda, varietas
tanaman yang dihasilkan akan memiliki lapisan perlindungan yang lebih kuat terhadap
serangan patogen, termasuk berbagai jenis penyakit.
Pendekatan piramida penyakit ini penting dalam pengendalian penyakit tanaman
karena dapat memberikan perlindungan yang lebih tahan lama dan berkelanjutan. Patogen
seringkali dapat mengelabui atau mengatasi satu mekanisme pertahanan tanaman, tetapi
dengan pendekatan piramida penyakit, kemungkinan patogen mengatasi semua mekanisme
tersebut menjadi lebih rendah.
Piramida penyakit tanaman dapat dicapai melalui seleksi varietas tanaman yang
memiliki kombinasi gen ketahanan yang berbeda atau melalui rekayasa genetika untuk
memasukkan gen ketahanan tambahan ke dalam varietas yang ada. Dalam pengembangan
varietas piramida penyakit, penting untuk memastikan bahwa sifat-sifat yang diinginkan
tidak hanya efektif terhadap penyakit yang ada, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan
ekologi dan dampak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Utami, R., & Widiarta, I. N. (2012). Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia dan
Pengendaliannya. Jurnal Hortikultura, 22(2), 131-140.
Subandiyah, S., et al. (2013). The Triangle of Host-Pathogen-Environment in the Development
of Cassava Brown Streak Disease Symptom. Journal of Plant Pathology & Microbiology,
4(8), 1-5.
Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta
Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai