Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Disusun Oleh :

Nama : MIFTAHU RAHMAH


Nim : 2110251022
Dosen : Dr. Zurai Resti, SP. MP
Kelas : DDPT PROT D

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman sebagai salah satu bahan makanan merupakan kebutuhan pokok


manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Kebutuhan akan pangan
menjadi penting untuk diperhatikan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia
disamping sandang dan papan. Pada jaman dahulu manusia memenuhi
kebutuhannya akan pangan dari berburu hewan dan mengumpulkan bahan
makanan dari hutan. Peradaban yang semakin maju dan berkembang menjadikan
kegiatan berburu dan mengumpulkan bahan makanan berubah menjadi kegiatan
bercocok tanam atau budidaya. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik budidaya tanaman pangan yang
tepat dan benar, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar diharapkan
hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat.

Perubahan perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan dari


semula mengumpulkan makanan dari alam kemudian beralih dengan cara
budidaya tanaman membawa dampak pada ekosistim lingkungan sekitar baik
terhadap lingkungan biotik maupun abiotik. Dampak penanaman tanaman pada
suatu kawasan yang semula multikultur dengan monokultur menyebabkan
ketimpangan dalam jaring rantai makanan. Salah satu dampak ialah adanya
kerusakan pada tanaman budidaya kita yang disebabkan oleh organisme
pengganggu tanaman (OPT).

Organisme pengganggu tanaman dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan atas


ukuran tubuhnya ialah hama dan penyakit. OPT kelompok hama merupakan
binatang dengan ukuran tubuh yang dapat kita lihat dengan mata kepala secara
langsung (makroorganisme). Sedangkan OPT yang bentuk dan ukuran tubuhnya
tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang melainkan dengan pengamatan
bantuan mikroskop (mikroorganisme) dikelompokan kedalam golongan penyakit
tanaman.
Adapun penyakit adalah keIompok mikroorganisme yang yang aktifitasnya
menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara
ekonomis. Bersadarkan organisme penyebabnya penyakit dapat disebabkan oleh
jamur, bakteri, virus.

Ilmu Penyakit Tanaman merupakan bagian dari Ilmu Perlindungan Tanaman yang
membahas mengenai semua faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan
pada tanaman. Kerusakan yang dimaksud disebabkan oleh aktifitas atau serangan
organism di dalam bagian tubuh tanaman, di luar tubuh, atau di sekitarnya. Di
dalam tubuh biasanya dilakukan oleh organisme yang menginfeksi bagian tubuh
tanaman seperti pada daun, batang dan perakaran; jasad yang melakukan
perusakan di antaranya: fungi, bakteri, virus, serangga baik fase ulat maupun fase
dewasa. Di bagian luar tubuh dilakukan oleh berbagai jenis dari golongan
organisme seperti tersebut di atas. Gangguan dari bagian sekitar tubuh tanaman
misalnya, pengaruh persaingan dengan gulma dalam mendapatkan air, hara, sinar,
dan kebutuhan hidup lainnya.

Di bidang pertanian sering dijumpai dua kata untuk menunjukkan obyek yang
sama yaitu tanaman dan tumbuhan. Penyebutan tumbuhan dalam pemaparan di
berbagai literatur menunjukkan semua organisme dunia plantae baik yang tumbuh
alami atau tidak disengaja maupun yang sengaja dibudidayakan untuk keperluan
produksi. Namun demikian dalam konteks pembicaraan di bidang pertanian, maka
istilah tumbuhan yang dimaksud lebih tepat ditujukan pada organisme yang
sengaja dibudidayakan untuk tujuan produksi dan disebut tanaman untuk
menunjukkan adanya unsur kesengajaan membudidayakan dan/atau memfasilitasi
organisme tumbuhan tumbuh dan berproduksi guna memperoleh manfaatnya.
BAB II
ISI
MATERI 1

Banyak ahli yang memberikan definisi mengenai tumbuh–tumbuhan yang di sebut


sakit. Dari beberapa definisi dan pengertian yang telah diberikan para ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa: tumbuhan dikatakan sakit apabila mengalami
suatu perubahan dalam proses fisiologis tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-
faktor penyebab penyakit sehingga jelas ditunjukkan adanya gejala.

Faktor-faktor penyebab penyakit tersebut dapat meliputi (Agrios, 1997):


(i) faktor biotik yaitu: fungi, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda, dan tumbuhan
tingkat tinggi;
(ii) faktor abiotik seperti: cuaca, suhu, mineral, senyawa toksik, dan penyebab
lainnya.

Penyebab penyakit biotik menimbulkan penyakit infeksius atau dikenal


sebagai penyakit fisiologis. Pada berbagai literatur yang berkaitan dengan
penyakit tumbuhan (phytopatology), pembahasan lebih banyak ditunjukkan
kepada penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh faktor biotik atau
mikroorganisme. Ilmu penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hal ihwal virus , bakteri, fungi,nematoda dan tanaman tingkat tinggi
yang dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan, tanaman atau tegakan
tanaman dan hasil tanaman.

Dalam ilmu penyakit tanaman ada beberapa hal pokok yang dipelajari yaitu:
a. Penyebab penyakit dan keadaan lingkungan yang menyebabkan penyakit.
b. Mekanisme bagaimana faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan penyakit. c.
Interaksi antara penyebab penyakit dan tanaman sakit.
c. Metode untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengendalikan penyakit.
Terjadinya penyakit sangat ditentukan oleh interaksi 3 faktor yang dikenal sebagai
segitiga penyakit (Agrios, 1997) , yaitu:
(1) Inang atau tumbuhan di mana patogen memperoleh makanan atau kebutuhan
hidupnya;
(2) Patogen yaitu organisme penyebab penyakit;
(3) Lingkungan terutama yang bersifat abiotik: suhu, kelembaban, curah hujan,
angin, intensitas sinar matahari.

Luas segitiga mencerminkan intensitas serangan penyakit yang biasanya


ditunjukkan oleh gejala. Jika masing-masing sisi segitiga semakin panjang yaitu
misalnya virulensi patogen yang makin tinggi, kepekaan inang terhadap serangan
patogen meningkat, dan lingkungan makin mendukung meningkatnya serangan
patogen atau makin memperlemah ketahanan inang, maka luas segitiga makin
lebih besar dari kondisi semula atau kejadian penyakit makin lebih tinggi
intensitasnya.
Prinsip pengendalian adalah bagaimana menekan sisi-sisi segitiga agar
semakin kecil. Meningkatkan ketahanan inang misalnya dengan menggunakan
varietas tahan atau memanipulasi lingkungan misalnya dengan pemangkasan
yang bertujuan menurunkan kelembabab udara akan menekan kemampuan
patogen dalam melakukan serangan terhadap patogen.
B. Patogenesis

Organisme yang menyebabkan penyakit disebut patogen dengan cara (yang


disebut juga patogenitas) sebagai berikut:
(i) Mengkonsumsi isi sel tumbuhan
(ii) Membunuh atau mengganggu metabolism sel tumbuhan melalui toksin, enzim
atau zat tumbuh.
(iii) Melemahkan tumbuhan dengan menghisap isi sel untuk di gunakan sendiri.
(iv) Memblokir jaringan pembuluh.

Kemampuan patogen untuk menimbulkan penyakit disebut patogenisitas;


sedangkan rangkaian proses penimbulan penyakit disebut patogenesis.

Daur Penyakit (Disease Cycle)


Disease Cycle adalah daur terjadinya penyakit yang melibatkan perubahan
pada tumbuhan dan gejala tumbuhan serta perubahan kehidupaan patogen pada
lama periode dalam satu musim (tanam) dan dari satu musim tanam ke musim
tanam berikutnya.
Daur penyakit merupakan proses dalam patogenesis meliputi:
1. Inokulasi yaitu proses kontaknya inokulum dengan tumbuhan inang; pada saat
ini keberhasilan pendaratan atau sampainya inokulum ke bagian tanaman atau
kondisi predisposisi patogen sangat menentukan tahap awal dari proses terjadinya
penyakit;
2. Penetrasi yaitu masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inang misalnya
melalui kutikula, sel epidermis, atau ruang interselular; proses ini dimulai dengan
perkecambahan spora (pada kasus patogennya adalah fungi) atau munculnya
tabung kecambah yang kemudian berkembang menjadi struktur yang berperan
untuk melekatkan diri ke permukaan inang, kemudia tumbuh haustorium yaitu
suatu struktur atau organ yang berperan khusus mengambil makanan;
3. Penetrasi atau proses masuknya patogen dan atau bagian tubuh patogen ke
dalam tubuh tanaman bisa melalui lubang alami atau melalui luka seperti yang
biasa dilakukan oleh bakteri; virus masuk melalui luka yang dibuat oleh
(serangga) vektornya, sedangkan fungi melakkan penetrasi selain melalui lubang
alami dan luka juga melakukan penetrasi langsung dengan menggunakan
apresorium yang merupakan ujung hifa yang runcing.
4. Infeksi yaitu proses patogen mengadakan kontak dengan sel-sel jaringan
tumbuhan yang peka dan mengambil makanan dari padanya sehinggga timbul
penyakit. Untuk terjadinya infeksi maka organisme harus dalam keadaan
patogenik, tumbuhan inangnya peka, dan kondisinya sesuai. Interval antara
inveksi pada tumbuhan dan timbulnya gejala penyakit disebut periode inkubasi;
5. Invasi atau fase penyerangan, di mana untuk fungi akan tumbuh miselium di
dalam sel-sel di lapisan/jaringan kutikula, epidermis, atau jaringan lainnya atau
dapat juga menyelimuti permukaan sel-sel/jaringan; pada saat ini miselium dapat
menyebar atau tumbuh berkembang secara intraselular atau interselular. Bakteri
sebagai sel tunggal dan virus menyerang secara intraselular atau masing-masing
melakukan pertumbuhan di dalam sel, sedangkan fungi bisa tumbuh dari satu sel
menembus sel lainnya;
6. Pertumbuhan dan reproduksi, patogen tumbuh menghasilkan struktur tubuh
yang biasa digunakan untuk kelangsungan hidup jenis ini di luar sistem
patogenisitas atau untuk keperluan tumbuh dan hidup di sistem patogenisitas yang
baru atau pada inang yang baru dan dikenal sebagai inokulum yaitu seperti: spora,
miselium, konidium, sklerotium, klamidospora.
7. Diseminasi atau pemencaran/penyebaran inokulum yaitu pemindahan inokulum
patogen dari suatu sumber (di bagian inang yang terserang patogen) ke inang
lainnya.
Pemencaran inokulum dilakukan melalui:
(i) Udara; aliran udara akan memindahkan atau memencarkan inokulum;
(ii) Melalui air dapat dalam bentuk: tersebarkan melalui air hujan dan air irigasi
yang bergerak ke permukaan tanah, pemindahan inokulum melalui percikan air
hujan atau penyemprotan.
(iii) Pemencaran oleh manusia.
Ketika patogen merampung seluruh langkah tersebut, maka patogen dikatakan
sudah menyelesaikan siklus penyakitnya. Dari satu siklus, maka reproduksi
lainnya di permukaan tubuh inang.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


PENYAKIT

A. Penyebab Penyakit Faktor Lingkungan


Bila penyebab penyakit adalah faktor lingkungan fisik atau kimia maka
biasanya penyakit menjadi makin berat dengan pertambahan waktu, sedang
kecepatan perkembangan tersebut beragam menurut jenis pohon, jenis faktor
penyebab penyakit serta seberapa jauh penyimpangan kondisi faktor penyebab
tersebut dari kondisi yang cukup baik untuk perkembangan pohon yang
bersangkutan. Makin besar penyimpangan jenis pohon tertentu, makin cepatlah
dan mungkin makin beratlah penyakit yang ditimbulkannya. Tiap jenis pohon
memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia tertentu untuk
pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi lingkungan fisik atau
kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang
satu tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang lain. Demikian pula
pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu, suatu jenis pohon yang
semula pada umurumur tertentu tidak menunjang gejala suatu penyakit, pada
umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.

Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan
jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda
kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang
berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan
terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda
dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya
(kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka)
dibanding daun dan sebagainya.
Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya
apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding
apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada
pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain,
terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang
bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan
dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada
buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan
umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan
buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi
dibanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara.
Hal tersebut menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan
keringnya jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk.
Suhu tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan
penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang.

Pengaruh Suhu Rendah


Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding
dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai kerusakan
terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh
late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian
tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan
pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting
sukulen sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung
pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut berlangsung.
Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang lebih meluas
yang berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti jaring.
Tingkat kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak,
menghasilkan nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).
Pengaruh Kelembaban

Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah


Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap lebih
banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif sepanjang
musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis tanah
tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya
terdapat batu atau pasir. Tumbuhan yang menderita karena kekurangan
kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang,
mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan
berlanjut tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan
terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga
dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan
pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek,
dieback, defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati. Tumbuhan
yang lemah karena kekeringan juga lebih rentan terhadap serangan patogen dan
serangga tertentu.

Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi


Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang
jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya suplai
oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres,
sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan
mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi
seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang
dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas
selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan
beracun lain oleh tumbuhan. Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak
vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau
kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan
kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari. Pepohonan
yang dapat mati karena tergenang air, tetapi biasanya muncul kerusakan lebih
lambat yaitu selama beberapa minggu jika akar tergenang terus-menerus.
Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang
berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu
tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar
sekali. Contoh dari kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut
blackheart pada kentang, yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan
dan reaksi enzimatik yang abnormal pada umbi kentang. Suplai (penyediaan)
oksigen sel pada bagian dalam umbi tidak mencukupi untuk mendukung
peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi
enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan kurang oksidasi berjalan sebelum,
selama dan sesudah kematian sel. Reaksi tersebut secara abnormal mengoksidasi
penyusun tumbuhan yang normal menjadi pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut
menyebar ke sekitar jaringan umbi dan akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.

Cahaya Kekurangan
cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan
ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau
pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur.
Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di
lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu
dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya
agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang
berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai
intensitas cahaya tinggi.

Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada tumbuhan
berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau debu juga
mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen, amoniak, klorin
dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh buruknya melewati
daerah tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil tumbuhan yang disimpan dalam
gudang dengan ventilasi yang tidak baik dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan
oleh tumbuhan itu sendiri (etilen) atau dari kebocoran sistem pendingin
(amoniak). Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara sebagai
berikut :
- Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat
keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti
hangus. - Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil,
menyebabkan tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal dan
senesen secara prematur.
- Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi
menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan keputihan
pada jaringan antar tulang daun.

Defisiensi Hara pada Tumbuhan


Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan yang
normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium dan sulfur
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur makro, sedangkan
yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, molibdenum dan klorin
dalam jumlah kecil yang disebut unsur mikro. Jenis gejala yang dihasilkan oleh
defisiensi hara tertentu trutama tergantung pada fungsi unsur tersebut di dalam
tumbuhan. Fungsi-fungsi tersebut mungkin menghambat atau mengganggu
apabila unsur-unsur tersebut terbatas. Gejala tertentu biasanya sama pada
defisiensi beberap unsur, tetapi ciri-ciri diagnostik lain biasanya berhubungan
dengan defisiensi unsur tertentu. Gejala yang ditimbulkan tumbuhan sebagai
akibat defisiensi hara adalah sebagai berikut :
- Nitrogen, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan
berwarna hijau muda. Daun bagian bawah berubah kuning atau coklat muda dan
batang pendek dan kurus.
- Posfor, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan
daun hijau kebiruan. Daun bagian bawah kadang-kadang berubah menjadi karat
muda dengan bercak ungu atau coklat.
- Kalium, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan mempunyai tunas
kecil yang pada keadaan ganas timbul mati-ujung. Daun yang lebih tua
memperlihatkan gejala klorosis dengan kecoklatan pada ujung pinggirnya
mengering dan biasanya banyak bercak coklat di pinggirnya.
- Besi, apabila terjadi defisiensi menyebabkan daun muda mengalami klorosis
berat, tetapi tulang daun utamanya tetap hijau seperti biasa. Kadang-kadang
berkembang bercak coklat. Sebagian atau keseluruhan daun mungkin mati.
- Seng, apabila terjadi defisiensi menyebabkan terjadinya gejala klorosis antar
pertulangan daun yang akhirnya menyebabkan nekrosis dan menghasilkan
pigmentasi ungu. Jumlah daun sedikit dan mengecil, ruas pendek dan tunas
berbentu roset, dan produksi buah rendah. Daun gugur dengan cepat.

B. Penyebab Penyakit oleh Faktor yang Dapat Menular


Bagi penyakit yang disebabkan oleh faktor yang dapat menular, berhasil atau
tidaknya suatu penyakit berkembang pada suatu pohon atau pertanaman
tergantung pada tiga faktor yaitu sifat genetik pohon, keganasan (virulensi)
patogen dan keadaan lingkungan.

Sifat Genetik Pohon


Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis
patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh
tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan
individu, galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain. Ketahanan ini dapat
terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu
yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti
kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula
yang tebal, pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal
segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan
toksik di dalam jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen
memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang
lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon. Ketahanan suatu jenis
pohon terhadap serangan suatu jenis patogen tidak selalu sama pada semua umur.
Contoh yang khas adalah penyakit lodoh yang disebsbkan oleh Pythium spp.,
Phytophthora spp., Fusarium spp. dan Rhizoctonia spp. yang hanya terjadi pada
kecambah.

Keganasan Patogen
Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus,
mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang
beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu
jenis pohon.Berbagai galur atau asal (isolat) suatu jenis patogen dapat beragam
keganasannya (virulensinya), tergantung pada gen yang terkandung di dalam inti
atau bahan yang bertindak sebagai inti. Mengingat susunan gen karena berbagai
proses dapat berubah, maka demikian pula virulensi pada suatu jenis patogen
dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu bisa terjadi karena hibridisasi,
heterokariosis dan paraseksualisme. Pada bakteri dikenal adanya konjugasi,
transfusi, dan transduksi. Di samping itu perubahan keganasan virulensi dapat
terjadi karena mutasi dan adaptasi sitoplasmik. Itulah sebabnya mengapa suatu
jenis patogen yang sama, dan yang memiliki bentuk serta cara perkembangbiakan
yang sama, tetapi yang berasal dari berbagai daerah atau berbagai jenis pohon,
dapat berlainan keganasannya. Demikian pula suatu galur tertentu patogen yang
semula memiliki suatu taraf keganasan tertentu sesudah beberapa waktu dapat
berubah memiliki taraf keganasan yang lain atau terpecah menjadi beberapa galur
dengan berbagai taraf keganasan.

Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan yang
abiotik (mati). Sebagai contoh untuk biotik adalah jasad-jasad renik yang ada di
sekitar patogen. Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada patogen
yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang
akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung
berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit,
vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis.
Unsurunsur biotik yang lain dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap
patogen. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara jasad renik di sekitar
patogen. Interaksi dapat mengakibatkan berkembangnya atau turunnya populasi
jasad renik yang menguntungkan atau merugikan patogen. Dengan demikian
maka unsur-unsur biotik lingkungan dapat berpengaruh secara langsung atau tidak
langsung terhadap perkembangan penyakit pada pohon.
Kelompok faktor lingkungan yang lain adalah unsur-unsur abiotik (tidak hidup)
seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia
di dalam tanah. Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon
mengalami tekanan hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih
berat dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen. Faktor
lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan menyebabkan pohon
menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat pula mempengaruhi
perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh patogen.
MATERI 2

Metoda/teknik untuk mengidentifikasi / menentukan suatu penyakit dan


penyebabnya.

Gejala kerusakan akibat jamur, bakteri dan virus


Proses dan budidaya tanaman tidak terlepas dari pemeliharaan tanaman. Salah
satu dari pemeliharaan tanaman yang sangat diperhatikan adalah adanya hama dan
penyakit pada tanaman yang dapat merusak salah satu bagian tanaman sehingga
dapat menurunkan hasil produksi. Untuk menekan terjadinya penyakit pada
tanaman perlu kita perhatikan beberapa faktor antara lain: benih, bibit, lingkungan
dan lain sebagainya. Pengendalian penyakit tanaman hanya dapat menekan
intensitas serangan pada tanaman tersebut.
Suatu tumbuhan boleh disebut sehat atau normal apabila dapat menjalankan
fungsi fisiologinya. Fungsi ini terdiri dari pembelahan sel; deferensiasi dan
perubahan absorsi air dan mineral dari tanah beserta translokasinya, fotosintesis
dan translokasinya hasil fotosintesis ke bagian-bagian lain. Ilmu yang
mempelajari penyakit tumbuhan disebut phytopathology.
Ada beberapa hal yang perlu dipelajari dalam phytopathology yaitu:
a. Mempelajari penyebab penyakit dan keadaan lingkungan yang menyebabkan
penyakit.
b. Mempelajari mekanisme bagaimana faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan
penyakit.
c. Mempelajari interaksi antara penyebab yang menimbulkan penyakit dan
tanaman sakit.
d. Mempelajari metode untuk mencegah timbulnya atau memberantas penyakit
sebelum/sesudah berkembang dalam tumbuhan.

Di alam terdapat berpuluh-puluh ribu penyakit yang menyerang tumbuhan, dan


setiap tumbuhan dapat diserang oleh bermacam-macam penyakit. Sebaiknya
setiap jenis penyakit dapat pula menyerang satu atau beratus-ratus macam
tumbuhan. Oleh karena penyakit dan luasnya masalah penyakit ini, Maka perlu
diadakan suatu klasifikasi tertentu sebagai dasar atau petunjuk untuk dapat
memahaminya. Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,
diantaranya:
a. Berdasarkan gejala, yang pada dasarnya dikelompokkan dalam tiga hal garis
besar;
1. nekrose,
2. hipoplasia dan
3. hipertropi.
b. Bagian tanaman yang terserang seperti seed root (busuk biji), kemel smut
(jamur api pada bulir), seadling beight (nawar semai).
c. Macam tanaman yang diserang, seperti cereal disease (penyakit serealia), corn
disease (penyakit jagung).
d. Kerusakan yang ditimbulkan beberapa penyakit hanya menyebabkan kerusakan
yang tidak berarti pada tumbuhan, tetapi jenis lainya mungkin dapat segera
membunuh tumbuhan.

Golongan gejala penyakit tumbuhan


a. Gejala Hiferplasia, ialah pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau
pembesaran sel-sel, dinamakan juga hipertropi, seperti keriting, kudis,
intunesensi, tunefekasi, fasikulasi, dan prolifarasi.
b. Gejala Hifoplasia ialah pertumbuhan regresif dengan kekurangan sel-sel, kerdil
(duarfuig) ialah suatu gejala hipoplasia. Dalam hal ini tanaman tidak mencapai
ukuran yang normal.
c. Perubahan warna
1) Daun menguning, daun-daun tanaman dapat berubah warnanya menjadi
kuning karena rusak dan kemudian gugur.
2) Bercak kuning (yellow spot). Bercak kuning dapat merupakan sifat genetik
dari tanaman yang mempunyai warna daun beraneka, tetapi dapat juga
disebabkan adanya infeksi virus, dikenal dengan istilah mosaik.
3) Merah dan merah keungu-unguan, disebabkan oleh pembentukan antasian
pada tanaman yang menderita kekurangan P misalnya pada tanaman jagung.
4) ) Jaringan yang berwarna coklat menunjukan adanya serangan dieback (mati
ujung). Leher akar berubah karenanya menjadi coklat saat leher akar mulai
menebal.
5) Daun keperak-perakan (silvery shine) dapat disebabkan oleh Hysanoptera
(trips), Acariva (mites), organisme ini merusak sel epidermis, sehingga sel kering
dan kemudian sel tersebut akan terisi dengan udara.
6) Bercak air (water spot) ialah sebenarnya bercak yang terjadi karena dinding
sel telah mati. Bercak air ini kemudian berubah warnanya menjadi bentuk
bulatan seperti bekas tusukan serangga, misalnya Helopeltis antoni pada daun
teh.

d. Kekeringan atau layu


Ciri penyakit layu ialah gugurnya daun-daun, yang diikuti keringnya batang
daun tunas, kadang-kadang akar yang berpenyakit akan berfungsi lagi, dan itu
semua mungkin juga dapat disebabkan oleh jamur nematoda.

e. Nekrose
Suatu hal yang biasa bila beberapa jaringan mati, misalnya pada kulit kayu
dan daun. Jika matinya jaringan disebabkan penyebab yang lain dari penyebab
yang normal, dinamakan nekrose. Bercak nekrose pertama-tama berwarna
kuning, kemudian berwarna coklat atau hitam (antracnose). Pada daun, bercak
nekrose dapat disebabkan oleh jamur, virus, bakteri, penyakit indefisiensi atau
oleh serangga.

f. Jamur
1) Jamur termasuk dalam lima tumbuh-tumbuhan Thallopyta, akan tetapi tidak
mempunyai khrolopil, sehingga untuk hidupnya memerlukan sumber bahan
organik. Dinding selnya kebanyakan mengandung zat lahitin, yang terdiri dari
rangkaian molekul Nacetyglocosamina.
Bentuk vegetatifnya yang khas berupa hallus, yaitu suatu sistem berupa benang
yang disebut hifa. Hifa ini tersususn bersama membentuk miselium, yang
mungkin dapat tampa sekat atau septa (colnocytis) berupa sel panjang dengan
banyak inti misalnya pada omycetes dan zygomycetes. Sedangkan pada kelas
lain ilmunya kreepta, misalnya pada ascomycetes, basidomycetes dan
deuteromycetes, terlihat pada gambar dibawah ini.

Fator-faktor yang mempengaruhi penyakit jamur


1. Kelembaban dan curah hujan Tingginya kelembaban udara dan hujan yang
sering turut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan jamur plasnopora viticola
pada permukaan di bawah daun . Bila cuaca lembab, maka di samping dapat
menyebabkan berkembangnya tepung putih jamur pada permukaan di bawah
daun. Kelembaban pada 80-100 persen akan mudah terjadinya infeksi jamur pada
daun muda cukup dengan kelembaban 70-80 persen.

2. Suhu Suhu yang optimum untuk perkecambahan sporagium dari jamur adalah
20-50 oC. Sedangkan suhu optimum untuk perkembangan jamur 18-24 oC
niminum 12-15 oC dan maksimum 30 oC.

3. Angin Hembusan angin menyebabkan sporagium dari jemur melalui tunas,


sulur, daun dan buah berupa tepung putih dan menempel pada permukaan jaringan
tanaman kemudian terjadi infeksi baru.

4. Unsur hara Tumbuhan penyakit jamur ini didorong oleh defisiensi nitrogen,
oleh karena itu bagian tanaman yang terserang harus mendapatkan pemupukan
nitrogen pada permukaan musim.
Batang yang terserang Penyakit jamur

Daun yang terserang Penyakit jamur

Buah yang terserang Penyakit jamur


g. Bakteri
Bakteri merupakan organisme kecil berukuran sekitar 0,2-1 cm. Sehingga
sulit untuk dilihat dibawah mikroskop biasa. Bakteri berasal dari bahasa Yunani
bacterian. Bentuk tersebut tidak mutlak, dapat beraneka ragam, seperti: tongkat
dapat berupa basilus, diplobasilus, dan speptobasilus: bulat dapat berupa pokus,
diplokokus, speptokokus, tetrakokus dan stafilokukus terlihat pada gambar
dibawah ini.
Keaneka ragaman bentuk bakteri:
a. Basilus

b. Rantai Basilus

c. Diplokokus
d. Setrakokus

Hampir kebanyakan bakteri tidak berkrokopil, tidak mempunyai plastida, tidak


mempunyai inti, namun mempunyai protoplasma yang mengandung DNA yang
disebut nekroid, sehingga sering disebut sebagai intinya.

Gejala penyakit bakteri terjadi serangan pada tanaman adalah sebagai


berikut:
1. Busuk basah
Terjadinya pembusukan yang berair yang berbau tidak sedap, karena terjadi
kerusakan jaringan tanaman. Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka)
dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke selsel sekelilingnya dan
melarutkan nidel camella dinding sel.
2. Bercak daun
Beberapa penyakit bakteri dimulai dengan penetrasi pada stomata pada daun
atau lain organ tanaman, dan menyebar ke bagian disekitarnya. Dengan demikian
mengakibatkan suatu gejala nokrotis. Apabila perkembangan penyakit ini terus
terjadi maka akan mengakibatkan gejala lodoh baik pada daun maupun tangkai
tanaman.
3. Bleight (lodoh)
Terjadinya gejala nekrose yang cepat sekali, biasanya penyerangan bakteri
lebih cepat dari pada penyebab bercak daun.
4. Penyakit pada jaringan pembuluh
Pada beberapa hal patogen penyebab leaf spot juga dapat meluas ke dalam
jaringan pembuluh sehingga menjadi sistemik sifatnya. Dalam hal lain
penyerangan bakteri dapat melalui stomata, inti sel atau luka-luka tetapi bakteri
berkonsentrasi dan berbalik dalam jaringan pembuluh. Gejala ini adalah busuk
hitam pada crucifera, layu bakteri pada cucurpita dan bercak bercincin.

Batang yang terserang bakteri

Daun yang terserang bakteri

Pohon yang terserang bakteri


h. Virus

Virus mempunyai wujud Sub-Mikrokopir yang hanya mampu hidup dan


berkembang didalam organisme hidup lainnya, sebagai akibatnya sering
menyebabkan penyakit. Partikel Virus disebut Virion yang pada dasarnya terdiri
dari satu atau beberapa molekul Asam Nukleat Deoksinibase (DNA) atau Asam
Nuklat Ribosa (RNA) yang terbungkus dalam selubung protein.
Tanaman yang terinfeksi dapat menimbulkan berbagai macam gejala pada
sebagian atau seluruh bagian dari tumbuhan. Gejala yang paling umum dari virus
atau gejala khusus bagi virus tersebut adalah penurunan laju pertumbuhan dari
tanaman yang mengakibatkan pengkerdilan (stuting).
Gejala yang paling nyata dari tumbuhan yang terserang virus umumnya
nampak pada daun, tapi bisa juga tampak gejala pada batang, buah dan akar.
Gejala sistemik ini terdapat pada seluruh bagian tumbuhan yang terinfeksi ada
juga sebagian atau lokal disebut infeksi lokal. Gejala sistemik pada umumnya
yang terserang virus adalah mosaic, yellow dan ringsport.
Mosaic dicirikan dengan adanya daerah-daerah yang berwarna hijau muda,
kering atau putih yang berselangseling dengan warna hijau yang normal dari daun
atau buah dan bunga.
Yellow dicirikan dengan adanya warna kehijauan pada bunga, mematahkan
dormancy, tunas mengganggu pertumbuhan.
Ring sport dicirikan dengan adanya cincin klorosis atau nekrose pada daun
kadang-kadang juga pada buah dan batang, ditularkan oleh Aplih dan Leaf
Hopper.

Batang yang terserang virus


Daun yang terserang Penyakit virus

Buah yang terserang Penyakit virus

Mengidentifikasi gejala penyebab penyakit


Identifikasi dalam pekerjaan pengendalian penyebab penyakit ada dua metode:
1. Identifikasi melalui lab laboratorium yang fungsinya untuk menyakinkan
penyakit apa yang timbul pada bagian-bagian tanaman yang terserang misalnya
pada batang, daun, buah, akar, dan melalui uji mikroskopis dan uji reverensi
penyakit
2. Identifikasi melalui tanda-tanda kerusakan pada tanaman yang terdapat
dilapangan dengan ditunjukkan adanya gejala serangan penyakit, bakteri, virus
dan jamur serta diuji reverensi gejala penyakit pada batang, buah, daun, dan akar.
Tanaman dikatakan rusak apabila salah satu bagian tanaman terinfeksi oleh
penyakit misalnya pada batang, daun, buah, maupun akar yang menyebabkan
proses pertumbuhan terganggu. Untuk mengetahui kepastian tanaman rusak yang
terinfeksi perlu adanya pengamatan gejala serangan penyakit pertanaman untuk
teridentifikasinya jenis penyakit.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanaman yang rusak tentu akan kuat dan lebih bertahan terhadap serangan
penyakit. Dikatakan sehat tanaman apabila reaksi fisiologinya cepat, seperti cepat
terbentuknya antibodi, maupun komposisi bagian-bagian tanaman yang terserang.
Tanaman yang sehat dan produktif akan menghasilkan produksi yang tinggi dan
mutu yang baik, sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal.
Tanaman yang sakit ditampakkan adanya perubahan fisiologi pada tanaman
yang abnormal misalnya adanya infeksi atau proses potojeni mengadakan kontak
dengan sel-sel jaringan tumbuhan yang peka dan mengambil makanan dari
padanya setelah terjadinya infeksi maka adanya perubahan pada bagianbagian
tanaman yang terinfeksi misalnya pada daun adanya perubahan bentuk maupun
warna yang tidak wajar, pada batang adanya perubahan-perubahan yang
menyolok misalnya pengkerdilan, busuk begitu juga pada buah maupun akar.
Penyakit pada tumbuhan perlu kita kendalikan dengan beberapa langkah sebelum
mengambil suatu tindakan yaitu yang harus dilakukabn dengan menghitung
tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh penyakit.
Suatu tumbuhan boleh disebut sehat atau normal apabila dapat menjalankan
fungsi fisiologinya. Fungsi ini terdiri dari pembelahan sel; deferensiasi dan
perubahan absorsi air dan mineral dari tanah beserta translokasinya, fotosintesis
dan translokasinya hasil fotosintesis ke bagian-bagian lain. Ilmu yang
mempelajari penyakit tumbuhan disebut phytopathology.
DAFTAR PUSTAKA

Haryono Semangun, 1990. Penyakit-penyakit pada tanaman Hortikultura di


Indonesia, Gajah Mada Universitas Press, Jogjakarta.

Ika Rojatun S, 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Usaha Nasional, Surabaya.

Sutarman.2017.Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tanaman.Sidoarjo :Umsida Press.

Anda mungkin juga menyukai