DOSEN:
Prof. Dr. Ir. Sylvia Syam, M.S
PENDAHULUAN
Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih berperan sangat penting
bagi pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan dalam pertumbuhan
perekonomian nasional melalui peningkatan PDB, perolehan devisa, penyediaan
bahan baku untuk industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan
pekerjaan, penyediaan bahan pangan dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Beras merupakan bahan pangan pokok yang harus tersedia setiap saat (Siburea
et al. 2014). Di Indonesia beras menyediakan sekitar 5680% kebutuhan kalori
penduduk (Adnyana et al. 2004). Pada tahun 2025 diperkirakan lebih dari 50%
penduduk dunia yang berjumlah 10 miliar akan bergantung pada beras sebagai
sumber pangan utama (Adnyana et al. 2004). Salah satu kendala dalam
peningkatan produksi dibidang pertanian adalah adanya serangan hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada usaha tani saat ini
merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan guna memperoleh keuntungan
semaksimal mungkin (Sodiq, 2009)
PEMBAHASAN
Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli
(terbawa keturunan faktor genetik) tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan
yang mendorong tanaman menjadi relatif tahan terhadap serangan hama.
Beberapa ahli membedakan ketahanan tanaman dalam dua kelompok yaitu
ketahanan ekologi dan ketahanan genetik (Kogan, 1982). Ahli lain menganggap
ketahanan ekologi bukan merupakan ketahanan sebenarnya dan disebut ketahanan
palsu atau pseudo resistance sedangkan yang disebut sifat ketahanan tanaman
adalah ketahanan genetik. Hal ini disebabkan sifat ketahanan ekologi tidak tetap
dan mudah berubah tergantung pada keadaan lingkungannya, sedangkan sifat
ketahanan genetik relatif stabil dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan.
Sampai saat ini klasifikasi resistensi genetik menurut Painter yang banyak
diikuti oleh para pakar. Menurut Painter (1951) terdapat 3 mekanisme resistensi
tanaman terhadap serangga hama yaitu 1) ketidaksukaan, 2) antibiosis dan 3)
toleran.
a. Antixenosis/ non preference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan
suatu serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagai
pakan atau sebagai tempat peletakan telur. Menurut Kogan (1982) istilah yang
lebih tepat digunakan untuk sifat ini adalah antixenosis yang berarti menolak
tamu (xenosis= tamu). Antixenosis dapat dikelompokkan menjadi penolakan
kimiawi atau antixenosis kimiawidan penolakan morfologi atau antixenosis
morfologik.
b. Antibiosis adalah semua pengaruh fisiologi pada serangga yang merugikan,
bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat kegiatan serangga memakan dan
mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Gejala penyimpangan fisiologi
terlihat apabila suatu serangga dipindahkan dari tanaman tidak memiliki sifat
antibiosis ke tanaman yang memiliki sifat tersebut. Penyimpangan fisiologi
tersebut berkisar mulai dari penyimpangan yang sedikit sampai penyimpangan
terberat yaitu terjadinya kematian serangga.
c. Mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman
tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangan hama atau
mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi
hasil, dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka.
Toleransi ialah satu sifat yang dimiliki oleh tanaman yang mampu
menyembuhkan diri dari kerusakan serangan hama, meskipun jumlah hama yang
menyerang berjumlah sama dengan yang menyerang pada tanaman peka.
serangan yang terjadi. Tingkat keparahan serangan hama dapat dilihat dari
intensitas kerusakan yang ditimbulkan. Pada kasus hama kutu kebul, intensitas
kerusakan daun merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan besar
atau kecilnya serangan hama tersebut (Tabel 2). Hal ini berarti informasi
intensitas kerusakan daun dapat mendukung kesahihan dalam menentukan
toleransi suatu genotipe kedelai terhadap hama kutu kebul.
Pengamatan kerusakan daun dapat langsung dilakukan di lapangan dan lebih
mudah dibandingkan dengan pengamatan trikoma daun, ketebalan daun, jumlah
populasi kutu kebul, siklus hidup kutu kebul, maupun kandungan senyawa kimia
dalam daun yang harus dilakukan di laboratorium. Artinya, pengamatan intensitas
kerusakan daun lebih efektif dan efisien digunakan oleh pemulia tanaman dalam
melakukan seleksi. Di samping itu, intensitas kerusakan daun merupakan karakter
yang diturunkan dari tetua ke keturunannya. Sulistyo et al. (2016) melaporkan
bahwa karakter intensitas kerusakan daun memiliki nilai heritabilitas sedang dan
berkorelasi negatif dengan jumlah polong isi dan bobot 100 biji. Seleksi
berdasarkan intensitas kerusakan daun pada intensitas seleksi 20% akan
memberikan kemajuan genetik sebesar 41,6% (Sulistyo 2016). Oleh karena itu,
intensitas kerusakan daun dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria seleksi dalam
perakitan varietas kedelai toleran terhadap kutu kebul.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Toleransi ialah satu sifat yang dimiliki oleh tanaman yang mampu
menyembuhkan diri dari kerusakan serangan hama, meskipun jumlah hama yang
menyerang berjumlah sama dengan yang menyerang pada tanaman peka.
Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama,
adalah: kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman
yang rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, produksi cabang
tambahan, pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh
tanaman tetangganya. Misalnya, tanaman jagung yang memiliki volume perakaran
yang lebih besar lebih tahan terhadap kumbang akar jagung Diabrotica virgifera .
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, M.A., J.S. Munarso, dan D.S. Damardjati. 2004. Ekonomi kualitas
beras dan selera konsumen. Dalam Kasryno F. et al. (Ed.). Ekomomi
Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta
Apri Sulistyo Dan Alfi Inayati. 2016. Mechanisms of antixenosis, antibiosis, and
toleranceoffourteensoybean genotypesin responseto whiteflies(Bemisia
tabaci). B I O D I V E R S IT A SISSN:1412-033XVolume 17,
Number2, October 2016E-ISSN:2085-4722Pages:447-
453DOI:10.13057/biodiv/d170207.
Baehaki, S.E. 2009. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalam
perspektif praktek pertanian yang baik (good agricultural practices).
Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1): 6578.
Balitkabi. 2017. Intesitas kerusakan daun, kriteria seleksi ketahanan kedelai
terhadap kutu kebul.
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/intensitas-kerusakan-
daun-kriteria-seleksi-ketahanan-kedelai-terhadap-kutu-kebul
Iswanto, E.H., U. Susanto, dan A. Jamil. 2015. Perkembangan dan tantangan
perakitan varietas tahan dalam pengendalian wereng coklat di Indonesia.
J. Litbang Pert. 34(4): 187193.
Kogan, M. 1975. Plant Resistence in pest management. In. R.L. metcalf and W.
Luckmann (Eds). Intrudation to insec pest management. John wilwy dan
sons, inc, new York. P.103-146
Moch. Sodiq. 2009. Ketahanan Tanaman Terhadap Hama.Upn Press. Isbn:
9789793100531.
Painter. R.h. 1951. Insect Resistence in crop plant the maemilan Co., New York.
520 pp
S.W. Indiati. 2004. Penyaringan dan mekanisme ketahanan kacang hijau MLG-
716 terhadap thrips. Jurnal litban pertanian (23,3)
Siburea, H., E. Yurisithae, dan N. Kusrini. 2014. Proyeksi produksi beras dan
strategi mewujudkan swasembada beras di Kabupaten Ketapang. J.
Social Econ. Agric. 3(1): 5864.