Anda di halaman 1dari 8

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PENYAKIT BERCAK DAUN PADA

TANAMAN KEDELAI

diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian
Hama Terpadu

Disusun Oleh :

Aprilia Eka Safitri (171510501044)


Vivi Febrianti (171510501047)
Rizky Balqis Ramadhani (171510501049)
Vega Danar Adityo (171510501059)
Bramastha Reforman Bagaskara (171510501095)
Doni Ihsan Nawawi (171510501107)
Alfiana Rezi Kusdiyanti (171510501170)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKU LTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
dikalangan masyarakat yang digunakan sebagai pemenuhan bahan pangan pokok
selain padi. Menurut Purwono dan Heni (2007), kedelai merupakan salah satu
tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Keunggulan tanaman kedelai
yakni memiliki akar yang didalamnya terdapat bintil-bintil akar yang banyak
mengandung bakteri Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara
sehingga membantu dalam menyuburkan tanah (Suryantini and Kuntyastuti, 2015).
Kegiatan budidaya tanaman kedelai tidak lepas dari pemilihan bahan tanam yang
unggul. Umumnya, kedelai dengan varietas unguul tahan terhadap serangan penyakit
yang menyerang tanaman kedelai. Kedelai dengan varietas unggul juga mampu
beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan penanaman (Rukmana dan Yuniarsih,
2012).
Tanaman kedelai dapat dibudidayakan pada lahan kering dikarenakan
tanaman kedelai tidak membutuhkan banyak air dalam proses pertumbuhannya.
Kegiatan budidaya tanaman kedelai meliputi penyiapan benih, penyiapan lahan,
pemeliharaan tanaman, pengairan dan penyiraman, serta penyemprotan pestisida
masih dilakukan secara konvensional oleh petani sehingga pengendalian hama dan
penyakit juga masih dilakukan secara konvensional yaitu mengandalkan
pengendalian kimia dengan menggunakan cairan pestisida kimia sintesis yang dapat
mencemari lingkungan serta menjadikan hama menjadi resisten dan terjadi resurgensi
hama (Manueke dkk., 2017).
Organisme penggangu tanaman yang umumnya menyerang tanaman kedelai
yakni diantaranya hama dan penyakit. Menurut Kurnia dan Melati (2018), hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman kedelai yaitu hama belalang, penyakit
bercak daun dan karat daun. Faktor pemicu munculnya hama dan penyakit pada lahan
pertanaman kedelai yakni adanya kondisi cuaca yang kurang stabil. Pengendalian
alami dapat dilakukan dengan pemberian pestisida hayati maupun dengan prinsip
pengendalian hama terpadu. Pengendalian hama terpadu merupakan upaya
pengendalian serangan organisme pengganggu tanaman dengan teknik pengendalian
dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomi dan
kerusakan lingkungan hidup dan menciptakan pertanian yang dapar berkelanjutan.
Pengendalian hama terpadu memiliki prinsip yaitu pemanfaatan musuh alami,
budidaya tanaman sehat, pengamatan berkala dan petani ahli pengendalian hama
terpadu. Pengendalian hama terpadu bertujuan untuk menciptakan kondisi bioekologi
lingkungan yang sesuai dengan habitat asli sehingga dapat mengurangi polpulasi
hama yang menyerang tanaman dan menekan intensitas serangan penyakit pada lahan
pertanaman kedelai (Jaybhay et al., 2016). Pengendalian hama terpadu pada tanaman
kedelai dapat dilakukan dengan melalui penggunaan pestisida nabati, penggunaan
agen hayati, dan pengendalian dari segi budidaya tanaman kedelai.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Karat Daun


Tanaman kedelai disebut sehat atau normal apabila semua fungsi fisiologisnya
(pembelahan sel, diferensiasi sel, absorpsi air/mineral dari tanah dan translokasinya
ke seluruh bagian tanaman, fotosintesis dan translokasi produk fotosintesis, kegiatan
metabolisme, dan reproduksi) berjalan sesuai dengan potensi genetiknya. Apabila
tanaman terganggu oleh patogen atau kondisi lingkungan tertentu sehingga satu atau
lebih fungsi fisiologisnya terganggu maka tanaman tersebut sakit (Agrios 1988).
Penyakit karat daun pada kedelai merupakan penyakit yang banyak ditemukan saat
budidaya tanaman kedelai. Adanya penyakit karat daun berdampak pada
pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi produktivitas kedelai saat panen. Penyakit
karat daun disebabkan oleh cendawan P. pachyrhizi. Cendawan P. pachyrhizi
termasuk parasit obligat yaitu spora dari cendawan P. pachurhizi bisa tumbuh pada
tanaman inang yang lain meskipun tanaman kedelai sedang tidak dibudidayakan.
Tanaman inang dari cendawan P. pachyrhizi yaitu family leguminosae atau berasal
dari famili polong-polongan yaitu kedelai, kacang tahan. Tanaman inang berperan
penting dalam terjadinya penyakit karat daun selama setahun, dari satu musim tanam
ke musim tanam berikutnya, jika tanaman kedelai tidak ada di lapangan. Cendawan
P. pachyrhizi akan berkembang baik pada kondisi yang lembab. Hal itu
menyebabkan penyakit karat daun sering ditemukan pada musim hujan dan pada
musim kemarau jarang ditemukan (Sumartini, 2010).
Penyakit karat daun akan muncul pada musim hujan dengan kondisi lembap
dan suhu udara yang tinggi sekitar 20 sampai dengan 30 derajat celcius dan umunya
menyerang tanaman kedelai yang sudah tua. Penyebaran penyakit karat daun pada
tanaman kedelai dibantu dengan angin yang membawa spora dari cendawan P.
pachyrhizi. Tanaman kedelai yang terserang oleh penyakit karat daun dicirikan
dengan adanya bercak dengan warna coklat kekuningan pada permukaan daun,
perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan apabila yang sudah
parah daun tanaman kedelai akan mengalami rontok. Penyakit karat daun akan
berpengaruh pada produksi dari tanaman kedelai yang menyebabkan polong dari
kedelai tidak bisa terisi dengan baik dan apabila parah polong akan tidak terisi atau
hampa (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Pengendalian penyakit bercak daun bisa dilakukan dengan teknik
pengendalian dari segi budidaya, penggunaan fungisida nabati dan pengggunaan agen
hayati seperti Corynebacterium sp. Pengendalian dengan teknik budidaya bisa
dilakukan dengan menggunakan varietas tahan, melakukan rotasi tanaman dengan
tanaman yang beda famili, perendamana benih kedelai sebelum ditanam dengan
fungisida nabati, sanitasi kebun atau pembersihan gulma, dan mengatur waktu
tanaman yang serempak antara kedelai yang satu dengan yang lainnya. Tujuan
penggunaan varietas tahan untuk budidaya kedelai untuk mengurangi jumlah
inokulum awal dari cendawan P. pachyrhizi penyebab penyakit karat daun.
Penggunaan varietas tahan Menanam varietas kedelai yang tahan penyakit karat
merupakan cara pengendalian yang murah, mudah dilaksanakan, dan tidak
mencemari lingkungan. Pada varietas yang rentan, serangan penyakit ini
mengakibatkan daun kedelai menjadi kering, rontok dan kerugian hasil mencapai 40-
80% (Sudjono, 2000). Contoh dari varietas yang tahan akan penyakit karat daun yaitu
varietas slamet, wilis, raung dempo, merbabu, dan krakatau. Varietas slamet
merupakan salah satu varietas yang memiliki nilai intesnistas seranggan terendah oleh
penyakit karat daun. Intensitas serangan yang rendah pada varitas slamet
berpengaruh pada jumlah polong per tanaman kedelai yang paling sedikit (Maman
dkk., 2014).

2.2 Pengendalian Penyakit Karat Daun


Penyakit karat kedelai dapat dicegah dengan pengendalian secara organik.
Pengendalian secara organik atau tanpa bahan kimia dinilai lebih membawa dampak
yang bagus bagi lingkungan karena pengendalian secara kimiawi dapat membawa
dampak buruk jika diterapkan dalam jangka panjang. Pengendalian secara organik
pada penyakit karat daun di tanaman kedelai dapat menggunakan pestisida nabati.
Pestisida nabati yang digunakan terbuat dari bahan ekstrak daun sirih, ekstrak daun
kemangi dan ekstrak daun salam. Ekstrak daun-daun tersebut digunakan karena
memiliki berbagai kandungan metabolit sekunder seperti minyak atsiri, terutama
senyawa lnalool, eugenol, metil, khavikol yang dapat membunuh bakteri. Senyawa
eugenol sendiri efektif untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman seperti
nematoda, jamur patogen, bakteri dan serangga hama. (Safitri, dkk. 2015). Fungsi
dari senyawa eugenol sendiri adalah dapat mengganggu fungsi dari membran sel
dimana senyawa ini akan menyerang pada sitoplasma sehingga dapat terjadi
kebocoran protein dari sel tersebut dan dapat mengganggu metabolisme dari
organisme yang diserang. (Oyedemi, et.al. 2009). Kandungan lainnya yang ada dalam
ekstrak daun salam, daun kemangi maupun daun sirih adalah minyak atsiri. Minyak
atsiri sendiri merupakan senyawa metabolit yang umum juga digunakan sebagai
bahan dari pestisida nabati karena minyak atsiri ini mengandung berbagai senyawa
aktif yang bersifat racun bagi serangga seperti geraniol, limonen, sitral dan sitronelal
(Herminanto, dkk. 2010).

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit yang disebabkan patogen jamur, bakteri, virus dan mikoplasma
merupakan satu kendala peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Upaya
pemasyarakatan informasi tentang patogen penyebab penyakit tanaman, arti penting
dan teknologi pengendaliannya perlu dikembangkan. Pengendalian penyakit tanaman
kedelai dilakukan secara terpadu melalui pemaduan beberapa komponen
pengendalian secara teknik budi daya (varietas tahan, pergiliran tanam, benih sehat,
pemupukan, pengaturan jarak tanam, perbaikan drainasi), cara fisik (sanitasi,
eradikasi, pembenaman, pembakaran) dan penggunaan pestisida nabati untuk
menjaga ekologi. Upaya pengendalian dapat memberikan hasil optimal apabila
dilakukan secara serempak dalam hamparan yang luas melalui pendekatan kelompok
tani sehamparan.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology, 3rd eds Academic Press, New York
Herminanto, Nurtianti, dan D.M. Kristianti. 2010. Potensi Daun Serai untuk
Mengendalikan Hama Callosobruchus analis. F. pada Kedelai dalam Simpanan.
Agrovigor. 3(1):19-27.
Jaybhay, S. A., S. P. Taware, P. Varghese and V. R. Nikam. 2016. Soybean Cultivation
by Farmers of Maharshatra : Identificatin and Analysis of The Problems.
Agricultural Research Communication Centre, 41(3) : 474-479.
Kurnia, F. G. dan M. Melati. 2018. Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill)
Organik dengan Berbagai Dosis dan Cara Aplikasi Pupuk Kandang Kambing.
Buletin Agrohorti, 6(2) : 179-187.
Maman, Rochamtino, dan J. S. Muljowati. 2014. Hubungan Intensitas Penyakit Karatdengan
Produktivitas Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) pada Beberapa Varietas
Berbeda. Scripta Biologica, 1(2): 173-177.
Manueke, J., B. H. Assa, A. E. Pelealu. 2017. Rekomendasi Teknologi Pengendalian
Hama Secara Terpadu (PHT) Hama Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) di
Desa Makalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa. LPPM
Bidang Sains dan Teknologi, 4(1): 23-34.
Oyedemi, S.O., A.I. Okoh., L.V. Mabinya, G. Pirochenva, and A.J. Afolayan. 2008.
The proposed mechanism of bactericidal action of eugenol, α- terpinol and γ-
terpinene against Listeria monocytogenes, Streptococcus pyogenes, Proteus
vulgaris and Escherichia coli. African Journal of Biotechnology. 8(7):1280-
1286.
Purwono, dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 2012. Budidaya dan Pasca Panen Kedelai.
Yogyakarta : Kanisius.
Safitri, N., I. R.Sastrahidayat, dan A. Muhibuddin. 2015. Pemanfaatan Bahan Nabati
Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum bacilicum L), Daun Sirih (Piper bettle Linn)
dan Daun Salam (Syzygium polyanthum), dalam Pencegahan Serangan Penyakit
Karat (Phakopsora pachyrhizi Sydow) pada Tanaman Kedelai (Glycine max L).
HPT. 3(3):52-62.
Sudjono, M.S. 2000. Pengaruh pupuk daun terhadap penyakit karat (Phakopsora
pachyrhizi) dan komponen hasil kedelai. Prosiding Kongres Nasional XV dan
Seminar Ilmiah PFI. 16-18 September 1999. p. 280-285
Sumartini. 2010. Penyakit Karat Pada Kedelai dan Cara Pengendaliannya yang
Ramah Lingkungan. Litbang Pertanian, 29(3): 107-112.
Suryantini and H. Kuntyastuti. 2015. Effect of Nitrogen Fertilization on Soybean
Production Under Two Cropping Patterns. Experimental Biology and
Agricultural Science, 3(3) : 316-323.
Rukmana, R. dan. Yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai