Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

Inventarisasi Arthropoda dan Tingkat Serangan Hama pada Teknik Budidaya


Padi (Oryza sativa L.) di Desa Bumi Agung Kecamatan Lempuing

Inventory of Arthropoda and Pest Attack Rate on Rice (Oryza Sativa L.)
Cultivation Techniques in Bumi Agung Village Lempuing Sub-District

Bambang Gunawan1, Arsi Arsi1*, Indah Anisyatulusna2


1
Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
2
Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Univeristas Sriwjaya

Diterima 25 September 2022 Disetujui 01 November 2022

ABSTRAK
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya yang sangat penting karena merupakan
tanaman pangan yang menghasilkan bahan makanan berupa beras dan telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah
penduduk dunia. Budidaya tanaman padi masih sering menghadapi kendala dalam mencapai produksi yang diharapkan.
Salah satu penyebabnya ialah serangan hama tanaman padi yang menyebabkan kerusakan pada masa vegetatif maupun
generatif yang dapat menurunkan hasil panen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara budidaya tanaman padi,
spesies arthropoda serta tingkat serangan hama di Desa Bumi Agung, Kecamatan Lempuing. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Mei sampai Agustus 2021 dengan metode survei pada lima lahan sawah yang berbeda di Desa Bumi Agung
dengan cara mewawancarai petani untuk mendapatkan informasi tentang perilaku petani dalam budidaya tanaman padi
dan mengamati serangga hama yang ada di pertanaman padi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukannya tiga hama yang
berada di tanaman padi antara lain Oxya chinensis, Acrida cinerea, dan Atherigona sp. Pengendalian yang dilakukan oleh
petani dalam mengendalikan serangan hama berupa jajar legowo, kultur teknis seperti pengolahan lahan, pemupukan,
penyiangan gulma dan lainnya yang termasuk ke dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Hasil pengamatan yang
dianalisis menunjukkan bahwa penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) terbukti menurunkan serangan hama di 5
lahan sawah yang dilakukan observasi, dan lahan ke-5 tidak ditemukan serangga hama dan gulma di persawahannya.

Kata Kunci: tanaman padi, hama, metode jajar legowo, kultur teknis

ABSTRACT
Rice (Oryza sativa L.) is one of the most important crops because it produces food in the form of rice and has
become the staple food for more than half of world’s population. Rice cultivation has been facing many obstacles to reach
the expected yield. One the causes is the attack of rice pests causing damages on vegetative and generative stages of the
crop, and these would lead to yield reduction. The purpose of this research was to determine the method of cultivating
rice plants, arthropods species and the level of pest attack. This research was carried out in May 2021 with a survey
method on five different rice fields in Bumi Agung Village by interviewing farmers to obtain information about farmers'
behavior in rice cultivation and observing insect pests in rice plantations. The results obtained from field practice were
the discovery of three pests in rice plants, namely Oxya chinensis, Acrida cinerea, dan Atherigona sp. The control carried
out by farmers in controlling pest attacks is in the form of jajar legowo technique, technical culture such as land
management, fertilization, weeding and others which are included in integrated pest control (IPM). Result of the
observations analyzed showed that the application of integrated pest control (IPM) was proven to reduce pest attacks in
all rice fields that were observed, insect pests and weeds were not found in the 5 th field.

Keywords: rice plant, pest, jajar legowo method and technical culture.

* Korespondensi: arsi@fp.unsri.ac.id

29
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

PENDAHULUAN
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) bahkan menyebabkan kerugian secara ekonomi
merupakan salah satu tanaman budidaya yang (Gayatri et al., 2021; Saptono et al., 2021;
sangat penting di peradaban saat ini karena padi Siriyah et al., 2018). Walang sangit dapat
merupakan tanaman pangan yang merusak dengan cara menghisap cairan yang
menghasilkan bahan makanan berupa beras dan ada pada bulir padi pada saat bulir memasuki
telah menjadi makanan pokok lebih dari fase matang susu sehingga bulir padi akan
setengah penduduk dunia (Ganjari, 2019; menjadi hampa (Kurniawati, 2015; Lestari dan
Ningrat et al., 2021; Pratiwi, 2016; Sahara dan Rahardjo, 2022; Sianipar et al., 2015). Hama
Kushartanti, 2019; Surdianto dan Sutrisna, walang sangit (Leptocorixa acuta) merupakan
2015). Praktik budidaya tanaman padi masih salah satu hama penting yang dapat
sering menghadapi kendala dalam mencapai menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%
produksi yang di harapkan. Salah satu (Lesnida et al., 2021; Sianipa et al., 2015).
penyebabnya ialah serangan hama tanaman Kualitas gabah (beras) sangat dipengaruhi oleh
padi yang menyebabkan kerusakan pada masa serangan walang sangit karena serangan
vegetatif maupun generatif yang dapat walang sangit dapat menurunkan hasil dan
menurunkan hasil panen (Ibrahim dan Senoaji, menurunkan kualitas gabah (Lesnida et al.,
2022; Mujalipah et al., 2019; Sianipar et al., 2021; Saptono et al., 2021; Telaumbanua et al.,
2015; Suanda et al., 2022). 2020).
Hama merupakan serangga yang Pengendalian populasi hama pada
memakan bagian-bagian tanaman budidaya tanaman padi, petani umumnya menggunakan
untuk memperoleh makanan yang pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik
menyebabkan kerusakan, kematian dan yang tidak tepat dapat memberikan dampak
mengurangi produksi baik dari kuantitas buruk seperti resistensi hama, resurjensi hama,
maupun kualitas tanaman (Fitriani, 2016; matinya hewan non target termasuk musuh
Saptono et al., 2021; Siriyah et al., 2018). alami (A’yunin et al., 2020; Amilia dan Joy,
Tanaman padi yang terserang oleh serangga 2016; Arif, 2015; Indiati, 2012; Insani et al.,
hama menjadi masalah serius yang harus di 2018), timbulnya ledakan populasi hama
hadapi oleh petani padi. Serangga hama yang sekunder dan residu pestisida di tanaman
sering dijumpai di pertanaman padi adalah jenis maupun lingkungan sekitar. Penanganan hama
walang sangit (Leptocorixa acuta) yang yang kurang tepat juga dapat mengakibatkan
menyebabkan kerusakan pada pertanaman padi kerugian secara kuantitas maupun kualitas

30
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

(A’yunin et al., 2020; Amilia dan Joy, 2016; hama terpadu (PHT) yang sudah diterapkan
Arif, 2015; Indiati, 2012; Insani et al., 2018). sekaligus memberikan informasi dan ilmu
Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk pengetahuan tentang PHT agar petani terus
mengurangi kerugian petani akibat serangan menerapkannya guna menghasilkan
hama pada tanaman padi. Solusi yang dapat produktivitas tanaman padi yang berkualitas
diterapkan oleh petani padi yaitu sistem dan ramah lingkungan (Azhari et al., 2021;
pengendalian hama terpadu (PHT). PHT Fitriani, 2016; Lesnida et al., 2021; Lestari dan
merupakan suatu sistem pengendalian Rahardjo, 2022; Telaumbanua et al., 2020).
organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui Tujuan penelitian ini adalah untuk cara
pendekatan ekologi untuk menekan populasi budidaya tanaman padi dan arthropoda serta
hama dengan memanfaatkan taktik tingkat serangan hama.
pengendalian yang kompatibel dan
memberikan hasil yang memuaskan tanpa METODE PENELITIAN
mengeluarkan biaya yang mahal dan Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan
menjadikan sistem pertanaman padi yang di lima lahan milik petani yang berlokasi di Desa
berkelanjutan tanpa merusak lingkungan Bumi Agung, Kecamatan Lempuing, Sumatera
sekitar. PHT dapat diartikan sebagai suatu Selatan. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
sistem pengendalian hama dalam konteks pada bulan Mei sampai Agustus 2021. Alat-alat
hubungan antara populasi hama dan yang digunakan pada praktek lapangan ini
lingkungan untuk menjaga agar populasi hama berupa alat tulis, botol vial, kamera, dan label
tetap berada di bawah ambang kerusakan kertas. Sedangkan, bahan yang digunakan yaitu
ekonomi (Azhari et al., 2021; Lesnida et al., alkohol 70%. Adapun penelitian ini dilakukan
2021; Lestari dan Rahardjo, 2022; dengan metode survei pada lima lahan sawah di
Telaumbanua et al., 2020). Desa Bumi Agung dengan mewawancarai petani
Penerapan pengendalian hama terpadu dan mengamati tanaman padi milik petani untuk
(PHT) di desa Bumi Agung sebenarnya sudah melihat serangga hama pada tanaman padi.
diterapkan oleh petani seperti jarak tanam 25 Penelitian pada pertanaman padi menggunakan
cm x 25 cm dan kultur teknis, akan tetapi petani sampling acak sederhana dengan menggunakan
belum menyadari bahwa yang mereka terapkan 5 titik pengamatan dimana satu petak lahan di
adalah sistem PHT yang dimaksud. Oleh bagi lima titik dengan sampel 10 rumpun padi
karena itu, praktek lapangan ini dilakukan per-pengamatan di setiap 5 lahan.
untuk mengevaluasi penerapan pengendalian

31
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

Gambar 1. Sketsa pengambilan sampel tanaman padi pada penelitian

Lokasi penelitian adalah di Desa Bumi mengamati lima lahan berbeda dengan
Agung, Kecamatan Lempuing, Kabupaten mengamati tiap 10 sampel rumpun padi di 5
OKI. Pemilihan lokasi penelitian di desa Bumi titik pengamatan setiap lahan pada pagi hari
Agung dikarenakan mayoritas masyarakat desa pukul 07.00-10.00 dan pada sore hari pukul
bermatapencahariannya sebagai petani padi 15.00-18.00 WIB dan mengambil serangga
sehingga sepanjang desa adalah tanaman padi. hama yang berada di lahan sawah serta
Dalam penentuan titik pengamatan, ditentukan didokumentasikan. Pengambilan serangga
lima titik pengamatan di setiap lima lahan yang hama secara manual yang dimasukkan ke
berbeda. Wawancara dilakukan untuk dalam botol vial yang sudah disiapkan.
mendapatkan sebuah informasi tentang cara Pengamatan dilakukan satu kali pada setiap
budidaya tanaman padi, perilaku petani dalam lahan dengan menghitung jumlah serta
budidaya padi, kendala dalam budidaya padi, intensitas serangga hama yang ada di
pengendalian yang dilakukan dan cara persawahan. Menghitung populasi hama
perlakuan petani pada saat panen dan pasca dihitung berdasarkan gejala serangan yang
panen serta keuntungan petani dalam budidaya ditimbulkan oleh serangga hama terhadap
padi. Sedangkan dokumentasi, sebuah metode tanaman padi. Sedangkan, intensitas serangga
pengumpulan data yang akan digunakan hama ditentukan melalui tingkat kerusakan
sebagai bukti nyata terhadap apa yang telah tanaman padi dengan menggunakan tingkatan
diteliti di lapangan menggunakan kamera skor. Adapun parameter pengamatan dalam
ponsel. Hasil dokumentasi berupa foto-foto di melakukan penelitian adalah menghitung
lapangan tersebut akan di lampirkan sebagai intensitas serangan hama pada tanaman padi.
data personal peneliti. Pengamatan pada Keparahan penyakit dihitung berdasarkan
pertanaman padi dilakukan dengan cara

32
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

gejala dengan menggunakan rumus sebagai lapangan, didapati seluruh petani sudah
berikut, (Prabaningrum dan Moekasan, 2014). menerapkan konsep pengelolaan hama terpadu
(PHT) guna mengurangi serangan hama pada
∑n × v tanaman padi akan tetapi, para petani belum
KP = × 100%
z×N menyadari bahwasanya yang dilakukannya
Keterangan : merupakan sistem pengelolaan hama terpadu
(PHT). Hama menjadi permasalahan penting
KP = Intensitas Serangan (%)
dalam melalukan budidaya karena hama
n = Jumlah tanaman atau bagian tanaman
mengganggu dan merusak baik secara ekonomi
v = Nilai skala kerusakan tanaman maupun nilai estetika (Paputungan et al.,

N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman 2020). Hal ini dapat dilihat dari hasil

yang diamati wawancara yang telah dilakukan. Petani


memadukan beberapa macam pengendalian
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi
untuk mendapatkan hasil produksi yang
Nilai skala skor kerusakan optimal. Umur petani yang budidaya tanaman
tanaman atau persentase dari tanaman padi berkisaran 28-52 Tahun dengan
serangan hama pada tanaman padi, tingkat pendidikan antara SD sampai SMA.
yaitu: Umur dan pendidikan sangat mempengaruhi
0 = Tidak terjadi kerusakan petani dalam budidaya tanaman padi. Hasil
wawancara yang dilakukan terhadap petani
1 = Terjadi kerusakan sebesar 1-25 %
yang di lapangan penerapan pengendalian
2 = Terjadi kerusakan sebesar 25-50 %
masih belum maksimal. Lahan yang digunakan
3 = Terjadi kerusakan sebesar 50-75 % oleh petani semua lahan milik sendiri dengan

4 = Terjadi kerusakan sebesar >75 % luas lahan berkisar antara ¼ ha sampai 1 ha.
Varietas yang digunakan oleh petani paling
Analisis Data
banyak varietas ciliwung, sedang varietas
Data-data yang di dapat di analisis secara
sulaiman hanya 1 lahan. Varietas yang
deskriptif ditampilkan dalam bentuk tabel dan
digunakan oleh petani biasanya variteas yang
gambar.
mudah di dapat, di tanam terus menerus dan
banyak di tanam. Perpindahan varietas lain
HASIL DAN PEMBAHASAN
akan sulit dilakukan oleh petani apabila belum
Berdasarkan hasil penelitian kelima
terbukti dan uji coba. Desa Bumi Agung
lahan sawah tempat dilaksanakannya praktek
memiliki jenis lahan basah dengan topografi
33
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

datar dan mayoritas menanam padi. Jadi itu, baru dilakukannya penyemaian langsung ke
sekeliling lahan petani menanam tanaman padi petak sawah selama 25 hari sebelum musim
pada lahan sawah tersebut. tanam. Setelah musim tanam, semaian padi di
Lokasi penelitian di Desa Bumi Agung tanam di lahan persawahan dengan jarak tanam
adalah sebuah hamparan luas tanaman padi. Oleh 25 cm x 25 cm agar tanaman padi mendapatkan
karena itu, vegetasi sekitar lahan yang sinar matahari secara rata untuk membantu
dilakukannya pengamatan adalah tanaman padi. proses fotosintesis. Penggunaan pestisida dalam
Alasan petani memilih tanaman padi, karena mengendalikan organisme pengganggu tanaman
tanaman yang turun-temurun dan kualitas sangat dominan. Penggunaan pestisida di
varietas. Pemilihan varietas petani menggunakan lakukan dengan cara di semprot menggunakan
varietas yang memiliki kualitas yang baik, knapshack pada saat pagi hari atau sore hari.
ketersediaan yang cukup dan cocok untuk di Petani juga melakukan pemupukan untuk
tanam di lahan sawah. Sebagian besar petani memberikan unsur hara pada media tanam guna
menggunakan varietas Ciliwung karena menghasilkan hasil yang berkualitas seperti
dikarenakan menurut petani varietas Ciliwung pupuk urea, pupuk NPK, pupuk TSP dan pupuk
tahan akan hama wereng cokelat, dan ZPT dengan dosis sesuai anjuran dan kebutuhan
berkualitas. Teknik budidaya yang dilakukan lahan (Pratiwi, 2016; Sahara dan Kushartanti,
oleh petani di Desa Bumi Agung yaitu 2019). Tahap pemanenan, petani memanen
pengolahan lahan, persiapan benih, menggunakan alat seperti Combine yang
pemeliharaan tanaman, dan panen. Pengelolaan merupakan mesin untuk merontokkan gabah,
lahan para petani menggunakan alat seperti memisahkan gabah dari jerami dan
traktor dengan kedalaman dangkal untuk membersihkan gabah dengan cara membuang
mempermudah pekerjaan petani dalam gabah kosong dan benda asing. Menurut petani,
mengolah lahan sawahnya. Lahan sawah di Desa penggunaan mesin Combine lebih efisien, cepat
Bumi Agung menggunakan irigasi yang dan petani tidak kesulitan mencari tenaga kerja
berfungsi sebagai sumber pengairan ke lahan panen. Petani memanen gabah berpatokan pada
sawah dan sanitasi untuk membersihkan lahan usia tanaman berkisar antara 30-35 hari dan
dari gulma agar lahan sawah tersebut bersih. tanda-tanda sudah matang atau siap panen
Petani melakukan persiapan benih padi seperti bulir padi atau gabah yang sudah
yang didapatkan di toko pertanian selanjutnya menguning dan daun bendera yang telah
benih padi di celupkan dengan air atau di mengering. Hasil panen dimasukkan langsung
rendam terlebih dahulu 1 x 24 jam sebelum di kedalam karung dan lahan tersebut akan
semai agar benih tersebut lebih subur. Setelah ditanami padi kembali. Dalam melakukan
34
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

pengolahan lahan, 5 petani padi di Desa Bumi Pengendalian penyakit yang disebabkan
Agung mengolah lahannya menggunakan alat oleh jamur biasanya petani menggunakan
mesin berupa traktor dengan kedalaman dangkal fungisida. Petani menggunakan fungisida
karena menurut petani, untuk menanam padi dengan interval frekuensi 1x musim tanam yang
tidak perlu terlalu dalam jikaterlalu dalam akan disemprot ke sawah pada pagi atau sore hari
menghambat pertumbuhan tanaman padi. menggunakan knapshack. Akan tetapi, ada
Kelima lahan petani juga sudah menggunakan petani tidak menggunakan fungisida dalam
sistem irigasi untuk menyalurkan air ke pengendalian penyakit yang disebabkan oleh
persawahan. jamur. Berdasarkan hasil wawancara petani
Petani padi melakukan perlakuan yang menyebutkan bahwa gejala serangan tidak begitu
sama seperti menggunakan benih bervarietas merugikan, sehingga tidak perlu pengendalian.
unggul. Benih tersebut akan di rendam dengan Fungisida yang digunakan dengan dosis 5-10
air hangat terlebih dahulu, baru di semai selama mL. Herbisida yang digunakan petani untuk
25 hari. Semaian ditanam langsung ke lahan mengendalikan gulma bermacam-macam bahan
dengan jarak 25 cm x 25 cm agar menghasilkan aktif dan dosis yang berbeda. Penyemprotan
produktivas yang baik. Tahap pemanenan, dilakukan sebanyak 1 kali dalam musim tanam
semua petani memanen gabah atau bulir padi dan diaplikasikan pada pagi hari. Pengendalian
menghitung dari umur tanaman padi dan melihat gulma di sekitar persawahan, petani
ciri-ciri tanaman padi seperti gabah yang menggunakan herbisida. Herbisida yang
sebagian besarnya menguning. Dalam digunakan oleh petani di desa Bumi Agung
pemanenan, para petani biasanya menggunakan berbeda-beda dan dosis yang berbeda juga
alat seperti combine untuk mempermudah proses tergantung dengan kebutuhan sawah masing-
pemanenan. Hasil dari pemanenan tersebut masing dengan frekuensi 1x musim tanam.
langsung dimasukkan ke kemasan (karung). Pemupukan Kelima petani di desa Bumi Agung
Dalam pengendalian serangga hama, petani dalam tahap pemupukan menggunakanbeberapa
menggunakan insektisida. Insektisida yang pupuk dalam proses budidaya tanaman padi
diaplikasikan oleh petani di desa Bumi Agung seperti pupuk urea, pupuk NPK, pupuk TSP dan
frekuensi 2x satu musim tanam. Penggunaannya pupuk ZPT yang memiliki fungsi dan manfaat
disemprotlangsung ke sawah pada pagi atau sore untuk pertanaman padi (Tabel 1).
hari menggunakan alat seperti knapshack.

35
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

Tabel 1. Pemupukan dan zat pengatur tumbuh pada lahan petani padi
Petani padi
Pupuk Pertanyaan Sihwirnani Sugeng Joko Prayitno Rarjo Agus
Frekuensi 1 3 1 1 1
Dosis 80 Kg 20 Kg 50 Kg 50 Kg 50 Kg
Menyuburkan Menyuburkan Menyuburkan Menyuburkan Menyuburkan
Urea Alasan padi padi padi padi padi
Frekuensi 1 1 - - -
Dosis 20 Kg 20 Kg - - -
Memperkuat Memperkuat
NPK Alasan Akar Akar - - -
Frekuensi 1 - 1 1 1
Dosis 20 Kg - 50 Kg 20 Kg 20 Kg
Merangsang Merangsang Merangsang Merangsang
TSP Alasan Akar - Akar Akar Akar
Frekuensi 1 1 1 1 -
Dosis 500 mL 250 mL 250 ml 500 mL -
ZPT Alasan Cepat tinggi Cepat Tinggi Cepat tinggi Cepat Tinggi -

Pengamatan secara langsung atau visual di 2019; Sianipar et al., 2015). cinerea juga
lapangan menemukan tiga hama pada lahan merupakan famili Acrididae dan ordo
sawah di Desa Bumi Agung, diantaranya Oxya Orthoptera. Untuk gejala serangan yang
chinensis, Acrida cinerea dan Atherigona ditimbulkannya yaitu memberikan bekas
oryzae yang menyebabkan kerusakan pada gigitan pada tanaman padi sehingga tanaman
pertanaman padi (Suanda et al., 2022). O. padi menjadi rusak (Gayatri et al., 2021). A.
chinensis merupakan famili Acrididae dan ordo oryzae merupakan famili Muscidae dan ordo
Orthoptera. Adapun gejala serangan yang Diptera. Hama lalat bibit menimbulkan gejala
ditimbulkan akibat hama belalang hijau yaitu serangan berupa bercak-bercak kuning di
memberikan banyak bekas gigitan di tepian sepanjang tepi daun yang baru muncul dan
daun karena belalang hijau menggigit daun daun yang terserang mengalami perubahan
tanaman padi yang mulai menyerang di pucuk bentuk bahkan membuat tanaman padi menjadi
daun lalu ke tengah daun dan pangkal daun mati (Fitriani, 2016) (Gambar 2).
(Ibrahim dan Senoaji, 2022; Mujalipah et al.,

Gambar 2. Serangga yang ditemukan pada lahan padi Oxya chinensis (a) Acrida cinerea (b)
dan Atherigona sp (c)
36
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

Intensitas serangan hama O. Chinensis tersebut. Sedangkan gejala serangan yang


paling parah pada lahan sawah milik Ibu ditimbulkan oleh A. Oryzae berupa bercak-
Sihwirnani dengan rerata 23,5% sedangkan bercak kuning di sepanjang tepi daun yang baru
intensitas serangan terendah lahan sawah milik muncul dan daun yang terserang mengalami
Bapak Agus dengan rerata 2,5%. Intensitas perubahan bentuk bahkan membuat tanaman
serangan hama A.cinerea paling parah pada mati.
lahan sawah milik Ibu Sihwirnani dengan rerata Berdasarkan hasil pengamatan secara
20% sedangkan intensitas serangan terendah visual dilapangan ditemukan 3 predator pada
lahan sawah milik Bapak Agus dengan rerata lahan tanaman padi yaity, Coccinella
5%.Intensitas serangan hama A.oryzae paling transversalis, Ceriagrion glabrum sp. dan
parah pada lahan sawah milik Ibu Sihwirnani Tetranatha laboriosa. Dalam budidaya
dengan rerata 17,5% sedangkan intensitas tanaman padi dapat mengkolaborasikan
serangan terendah lahan sawah milik Bapak pengendalian OPT. PHT atau Pengendalian
Agus dengan rerata 0% (Gambar 3). Gejala Hama Terpadu merupakan suatu sistem
serangan yang ditimbulkan oleh O. Chinensis pengendalian hama dengan konteks hubungan
yaitu memakan daun dan merusak tepian serta antara populasi hama dan lingkungan untuk
memotong sebagian besar helai daun bahkan menjaga agar populasi hama tetap berada di
belalang menggigit tunas yang menyebabkan bawah ambang kerusakan ekonomi (Gayatri et
pembentukan bulir putih dan memutuskan al., 2021). Pengendalian hama terpadu dapat
malai serta memberikan banyak bekas gigitan menghemat pengeluaran biaya petani dan
di tepian daun. Gejala serangan yang menjamin memberikan keberhasilan dalam
ditimbulkan oleh A. cinerea juga sama seperti menekan populasi hama dan memberikan
O. Chinensis yaitu memakan tanaman dan pertanaman yang sehat, kuat dan berkualitas
menyebabkan kerusakan pada tanaman baik (Sianipar et al., 2015) (Gambar 4).
30.00
Intesitas serangan hama

25.00
20.00
15.00
10.00
5.00 Oxya chinensis
(%)

0.00
-5.00 Acrida cinerea
Atherigona oryzae

Petani

Gambar 3. Intensitas serangan serangga hama yang ditemukan pada lahan padi

37
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

Gambar 4. Predator yang ditemukan Coccinella transversalis (a) Ceriagrion glabrum sp. (b) dan
Tetranatha laboriosa (c)

KESIMPULAN Inovasi Penelitian, 1(3), 253–264.

Budidaya tanaman padi masing-masing Amilia, E., dan Joy, B. 2016. Residu pestisida
petani memiliki ciri-ciri tersendiri. Ditemukan pada tanaman hortikultura (Studi Kasus di
Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan
3 jenis serangga hama yang menyerang Parongpong Kabupaten Bandung Barat).
tanaman padi yaitu, Oxya chinensis, Acrida Jurnal Agrikultura, 27(1), 23–29.

cinerea dan Atherigona oryzae. Predator yang Arif, A. 2015. Pengaruh bahan kimia terhadap
terdapat lahan petani padi ada 3 jenis yaitu, penggunaan pestisida lingkungan. Jf Fik
Uinam, 3(4), 134–143.
Coccinella transversalis, Ceriagrion glabrum
sp. dan Tetranatha laboriosa. Intesitas Azhari, R., Nababan, R., dan Hakim, L. 2021.
Strategi pengendalian hama tanaman padi
serangan serangga hama paling rendah pada dalam peningkatan produksi pertanian
lahan miliki bapak agus. oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Karawang Rice. Jurnal Agri Sains, 5(199–
210).
UCAPAN TERIMA KASIH
Fitriani. 2016. Keanekaragaman arthropoda
Tim Peneliti Program studi Proteksi pada ekosistem tanaman padi dengan
Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit aplikasi pestisida. Jurnal Ilmu Pertanian
Universitas Al Asyariah, 1(1), 6–8.
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Univeristas
Sriwijaya, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Ganjari, L. E. 2019. Budidaya tanaman padi
pada ekosistem urban di kota madiun.
Masyarakat Universitas Sriwijaya. Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS
IV, Madiun, 15 Agustus 2019, 73–82.

DAFTAR PUSTAKA Gayatri, L. R., Nurul, M., dan Nisak, F. 2021.


A’yunin, N. Q., Achdiyat, dan Saridewi, T. R. Keanekaragaman hama tanaman padi dari
2020. preferensi anggota kelompok tani ordo orthoptera pada ekosistem sawah di
terhadap penerapan prinsip enam tepat Desa Mantingan Kabupaten Ngawi.
(6T) dalam aplikasi pestisida. Jurnal Jurnal Pendidikan MIPA, 11, 151–157.

38
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

Ibrahim, E., dan Senoaji, W. (2022). Irigasi. Jurnal Proteksi Tanaman Tropika,
Keanekaragaman hama dan musuh alami 2(01), 95–101.
pada ekosistem sawah tanpa aplikasi
pestisida. Prosiding SEMARTANI 2022 Paputungan, A. N., Pelealu, J., Kandowangko,
Keseimbangan, 1(2), 145–151. D. S., dan Tumbelaka, S. 2020. Populasi
dan intensitas serangan hama walang
Indiati, S. W. (2012). Pengaruh insektisida sangit (Leptocorisa oratorius) pada
nabati dan kimia terhadap hama thrips dan beberapa varietas tanaman padi sawah di
hasil kacang hijau. Penelitian Pertanian Desa Tolotoyon Kabupaten Bolaang
Tanaman Pangan, 31(3), 152–157. Mongondow Selatan. Cocos, 6(6).

Insani, A. Y., Marchianti, A. C. N., dan Prabaningrum, L., dan Moekasan, T. (2014).
Wahyudi, S. S. 2018. Perbedaan efek Pengelolaan organisme pengganggu
paparan pestisida kimia dan organik tumbuhan utama pada budidaya cabai
terhadap kadar glutation (GSH) plasma merah di dataran tinggi. Jurnal
pada petani padi. Jurnal Kesehatan Hortikultura, 24(2), 179–188.
Lingkungan Indonesia, 17(2), 63–67.
Pratiwi, S. H. 2016. Pertumbuhan dan hasil
Kurniawati, N. 2015. Keragaman dan padi (Oryza sativa L.) tanam dengan
kelimpahan musuh alami hama pada pemberian pupuk organik. Gontor
habitat padi yang dimanipulasi dengan AGROTECH Science Journal Vol., 2(2),
tumbuhan berbunga. Jurnal Ilmu 1–19.
Pertanian, 18(1), 31–36.
Sahara, D., dan Kushartanti, E. 2019. Kajian
Lesnida, S., Bakti, D., dan Siregar, A. Z. 2021. sistem tanam usaha tani padi gogo di lahan
Pemanfaatan tanaman refugia kering Kabupaten Boyolali , Jawa Tengah.
mengendalikan hama padi (Oryza nivara Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 24(1),
L ) di Soporaru Tapanuli Utara. Jurnal 65–72.
AGRIFOR, XX, 299–310.
Saptono, F. R., Wiyatiningsih, S., dan
Lestari, O. A., dan Rahardjo, B. T. 2022. Widayati, W. 2021. Keanekaragaman
Keanekaragaman arthropoda hama dan serangga tanaman padi dengan berbagai
musuh alami pada lahan padi jajar legowo perlakuan di Desa Sambirejo. JURNAL
dan konvensional. Jurnal HPT, 10(2), 73– AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
84. PERTANIAN, 6(2).

Mergono, A. N., Carolina D. M., dan Yohanis Sianipar, M. S., Djaya, L., Santosa, E.,
Y. M. 2021. Pertumbuhan dan hasil Soesilohadi, R. C. H., Natawigena, W. D.,
tanaman padi (Oryza sativa L.) pada dan Bangun, M. P. 2015. Indeks
berbagai sistem tanam di Kampung keragaman serangga hama pada tanaman
Desay, Distrik Prafi, Kabupaten padi (Oryza sativa L.) di lahan
Manokwari. Prosiding Seminar Nasional persawahan padi dataran tinggi Desa
Pembangunan Dan Pendidikan Vokasi Sukawening, Kecamatan Ciwidey,
Pertanian, 2(1), 325–332. Kabupaten Bandung. Jurnal Bioma,
17(1).
Mujalipah, Rosa, H. O., dan Yusriadi. 2019.
Keanekaragaman serangga hama dan Sianipar, M. S., Djaya, L., dan Simarmata, D.
musuhalami pada fase pertumbuhan P. 2015. Keragaman dan kelimpahan
tanaman padi (Oryza sativa L .) di Lahan serangga hama tanaman padi (Oryza
39
Jurnal Planta Simbiosa Volume 4 (2) Oktober 2022

sativa L.) di dataran rendah Jatisari, Denpasar sebagai Sumber Pembelajaran


Karawang, Jawa Barat. Jurnal Agrin, Biologi. Jurnal Edukasi Matematika Dan
19(2). Sains, 11(1), 39–48.

Siriyah, S. L., Khamid, M. B. R., dan Surdianto, Y., dan Sutrisna, N. 2015. Petunjuk
Bayfurqon, F. M. 2018. Studi Teknis Budidaya Padi Organik. Balai
keanekaragaman serangga pada Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
agroekosistem padi di Kabupaten Jawa Barat.
Karawang Jawa Barat. Jurnal Ilmu
DASAR, 19(1), 51–56. Telaumbanua, M., Amien, E. R., dan Haryanto,
A. 2020. Teknik pengendalian serangga
Suanda, I. W., Rai, I. G. A., Subrata, I. M., hama walang sangit (Leptocorisa
Suryatini, K. Y., dan Maharani, N. M. Y. oratorius) melalui penyemprotan larutan
2022. Keanekaragaman jenis hama beuveria bassiana untuk tanaman padi.
tanaman padi di area persawahan subak Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 9(4),
kedua Desa Peguyangan Kangin 374–382.
Kecamatan Denpasar Utara Kota

40

Anda mungkin juga menyukai