Anda di halaman 1dari 3

Studi Kasus Rebah Batang Pada Tanaman Cabai

Matakuliah Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Kelompok 3:
Rifki Setio Nugroho 20200210157
Ahmad Rodhi Nur Falah 20200210159
Devia Ayu Istikarini 20200210160
Salma Hana Faizah 20200210161
Kalis Chandrika Ryan Widjaya 20200210165

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
I. Pendahuluan

Cabai atau lombok (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran buah
semusim, yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap
masakan dan penghangat badan (Sunaryono 1996). Menurut Rukmana (1999), cabai
menempati urutan paling atas diantara delapan belas jenis sayuran komersial yang
dibudidayakan di Indonesia meskipun harga pasar cabai sering naik turun cukup
tajam, akan tetapi minat petani tidak pernah surut untuk membudidayakannya. Daya
tarik bagi petani dalam pengembangan budidayanya terletak pada nilai ekonominya
yang tinggi. Lahan rawa di daerah ini dimanfaatkan untuk penanaman padi di musin
hujan dan tanaman cabai serta berbagai jenis sayur-sayuran lainnya. (Muslim et al.,
2019)

Kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman cabai di lahan rawa,


diantaranya pengelolaan tata air, perubahan iklim, dan gangguan penyakit tanaman.
Rebah kecambah (damping-off) sering terjadi dipersemaian cabai. Penyakit busuk
batang dapat menyerang semua jenis cabai, seperti cabai besar, cabai rawit, cabai
merah keriting dan juga paprika. Serangan penyakit busuk batang pada tanaman cabe
sering terjadi di musim hujan, walaupun terkadang juga terjadi dimusim kemarau.
Busuk batang dapat mengakibatkan menurunnya produksi buah cabai dan apabila
menyerang batang utama akan menyebabkan tanaman cabai gagal berbuah.. Biji yang
membusuk didalam tanah atau semai dapat mati sebelum muncul kepermukaan tanah.
Penyakit tersebut biasanya disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kuhn. dan Pythium
spp. (Semangun 2000). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi patogen yang
menyebabkan rebah kecambah pada persemaian cabai pada tanah yang telah
digunakan oleh petani untuk pembibitan dan untuk mengetahui tingkat serangan
penyakit pada tanah tersebut.

Permasalahan hambatan mekanis pada perkecambahan benih cabai tersebut


telah dapat diatasi melalui teknologi invigorasi (matriconditioning) benih (Ilyas,
2006). Aplikasi teknik invigorasi benih sebelum tanam mampu mengatasi
permasalahan hambatan mekanis pada benih, mempercepat dan menyeragamkan
pertumbuhan serta meningkatkan persentase pemunculan kecambah dan bibit (Wahid
et al., 2008; Moradi dan Younesi, 2009). Namun demikian, untuk memperoleh hasil
yang lebih maksimal dan lestari, masih diperlukan solusi strategis dalam penanganan
atau perlakuan benih yang lebih berorientasi pada pemanfaatan teknologi ramah
lingkungan. Teknologi dimaksud adalah perlakuan benih yang diintegrasikan dengan
mikroorganisme (kelompok rizobakteri), yang mampu berperan sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman. Teknologi ini semakin populer dengan semakin meningkatnya
kepedulian akan keamanan lingkungan dan kesehatan serta masalah sintetik yang
berlebihan. Selain memacu pertumbuhan tanaman, penggunaan mikroorganisme non-
antagonis dalam perlakuan benih juga dapat berperan ganda sebagai pengendali hayati
yang dapat memberikan perlindungan selama siklus hidup tanaman dan beberapa jenis
mikroorganisme mampu menghasilkan hormon tumbuh (Sutariati et al., 2006; Idris et
al., 2007; Kang et al.dan melarutkan fosfat (Park et al., 2009) sehingga memberi
manfaat ganda bagi tanaman. Inkorporasi rizobakteri pada matriconditioning disebut
biomatriconditioning. Rizobakteri yang diintegrasikan dengan matriconditioning
serbuk.

Pemilihan benih merupakan hal penting bagi pelaku usahatani cabai merah,
karena benih yang baik dan sehat adalah dasar pertumbuhan tanaman agar dapat
tumbuh dan dan berkembang serta berproduksi secara optimum. Penggunaan benih
yang bermutu rendah akan menghasilkan persentase perkecambahan yang rendah,
bibit yang kurang toleran terhadap cekaman abiotik dan lebih sensitif terhadap
penyakit tanaman. Mutu benih mencakup mutu genetis, fisiologis, fisik, dan patologis.
Rendahnya produktivitas tanaman terutama disebabkan oleh rendahnya mutu benih
yang digunakan. Mutu patologis berhubungan dengan infeksi patogen terbawa benih
baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan benih. (Teknologi Persemaian
Cabai Merah, n.d.)

DAFPUS

Muslim, A., Suwandi, S., & Umar, M. Y. (2019). Serangan Penyakit Rebah Kecambah
Tanaman Cabai pada Tanah yang Berasal dari Persemaian Tanaman Petani di Lahan
Rawa Lebak Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Lahan Suboptimal,
7(1), 80–87. https://doi.org/10.33230/jlso.7.1.2018.323
Rusdisal Rusmi, Defiaryani, S. P. (2016). Sistem Pakar Pendiagnosaan Hama dan Penyakit
Pada Tanaman Cabai Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Sains
Dan Informatika, 2, 61–75.
Teknologi Persemaian Cabai Merah. (n.d.).
https://mitalom.com/hama-penyakit-tanaman/5544/mengatasi-penyakit-busuk-batang-pada-
cabe-ini-penyebab-dan-cara-pengendaliannya/

Anda mungkin juga menyukai