net/publication/340272425
CITATIONS READS
3 2,307
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Satriyo Restu Adhi on 30 March 2020.
Kata kunci: Bawang merah ∙ Jamur antagonis rizosfer ∙ Busuk umbi ∙ Fusarium oxysporum f.sp cepae
Keywords: Shallot ∙ Antagonistic rhizospheric fungi ∙ Basal rot ∙ Fusarium oxysporum f.sp. cepae
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
penyebab penyakit busuk umbi bawang merah 1015-1022
1016 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
1015-1022 penyebab penyakit busuk umbi bawang merah
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020 1017
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
terhadap Foc serta uji kemampuan jamur cawan Petri berdiameter 9 cm berisi media PDA.
rizosfer pada perkecambahan benih bawang Biakan uji diinkubasi pada suhu kamar (28 – 30
merah dilakukan di Laboratorium Fitpatologi oC) hingga patogen tumbuh memenuhi cawan
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Petri. Rancangan perobaan yang digunakan
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, dari adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
bulan November 2017 sampai Januari 2018. 12 perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan adalah 11
Pengambilan sampel tanah rizosfer. jamur rizosfer ditambah dengan tanpa jamur
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan rizosfer (kontrol).
mengambil dua tanaman bawang merah yang Uji kemampuan jamur rizosfer dalam
tidak bergejala penyakit busuk umbi dari setiap memicu perkecambahan benih bawang merah.
bedengan, total tanaman yang diambil adalah 20 Dilakukan dengan menggunakan metode
tanaman. Tanah diambil dengan menggunakan Zulaika (2014) yang dimodifikasi, yaitu benih
sekop kecil dengan kedalaman 10 - 15 cm dari bawang merah varietas Tuk-Tuk disterilisasi
pangkal batang dengan bobot masing-masing permukaan menggunakan natrium hipoklorit 1%
titik sampel ±10 g. Tanah yang sudah terkumpul selama 2 menit, kemudian dibilas menggunakan
kemudian dikompositkan dan dimasukkan ke aquades steril sebanyak 3 kali dan selanjutnya
dalam kantong plastik (Budiarti dan Nurhayati, dikeringanginkan. Kemudian benih
2014). dikecambahkan pada rockwool steril di dalam
Isolasi dan identifikasi jamur rizosfer. botol kultur yang di dalamnya sudah berisi
Metode isolasi jamur menggunakan cara masing-masing biakan jamur rizosfer.
Purwantisari dan Hastuti (2009), yaitu Pengamatan dan analisis data.
mengambil komposit tanah rizosfer sebanyak 10 Pengamatan antagonisme jamur rizosfer
g kemudian disuspensikan dalam 100 ml terhadap Foc dilakukan pada 7 hari setelah
aquades steril lalu dikocok selama 20 menit inkubasi, dengan mengukur jari-jari koloni
menggunakan vortex, setelah itu sebanyak 1 ml jamur rizosfer pada cawan Petri. Data hasil
suspensi dipindahkan ke dalam 9 ml aquades pengukuran jari-jari koloni jamur dimasukan ke
steril dalam tabung reaksi lalu dikocok hingga dalam rumus persentase penghambatan sebagai
homogen (pengenceran tahap I atau10-1), berikut.
ି
pengenceran yang sama dilakukan sampai Penghambatan (%) = x 100%
pengenceran 10-4. Hasil setiap pengenceran 10-1 Keterangan
hingga 10-4 masing-masing diambil 1 ml dan a: jari-jari perlakuan jamur rizosfer
dimasukkan ke dalam cawan Petri meng- b: jari-jari koloni perlakuan kontrol (Foc)
gunakan pipet steril secara aseptik, kemudian Pengamatan perkecambahan benih bawang
ditambahkan media Potato Dextrose Agar (PDA), merah di atas biakan jamur rizosfer dilakukan
yang selanjutnya dihomogenkan dengan pada hari ke sepuluh. Komponen yang diamati
menggoyangkan cawan Petri hingga suspensi adalah jumlah benih bawang merah yang
merata pada media, kemudian diinkubasikan berkecambah, gejala nekrosis pada kecambah,
pada 28°C – 30°C (suhu kamar) selama 5 – 7 dan membandingkan pertumbuhan kecambah
hari. Pemurnian dilakukan pada setiap koloni benih bawang merah.
jamur yang dianggap berbeda berdasarkan Nilai persentase penghambatan selanjutnya
morfologi, warna, dan bentuk koloni yang dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
terlihat dalam cawan Petri. Masing-masing (Anova) pada taraf nyata 5% menggunakan
koloni yang berbeda diambil menggunakan ose, program SPSS 21. Kemudian jika hasil uji F yang
kemudian ditumbuhkan kembali dalam cawan diperoleh berbeda nyata, maka dilakukan uji
Petri berisi media PDA. lanjut dengan uji Scott-Knott taraf nyata 5%
Identifikasi dilakukan secara makroskopis menggunakan program SASM-Agri.
dan mikroskopis. Morfologi koloni dan hasil
pengamatan mikroskopis dibandingkan dengan
bantuan buku Illustrated Genera of Imperfect Fungi
karangan Barnett and Hunter (1987). Hasil dan Pembahasan
Uji antagonisme metode dual culture. Uji
antagonisme dilakukan dengan menumbuhkan Karakteristik dan identifikasi jamur rizosfer.
isolat jamur rizosfer dengan jamur patogen Hasil isolasi dan purifikasi jamur rizosfer asal
secara berhadapan yang berjarak 3 cm pada tanaman bawang merah menghasilkan 11 isolat
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
penyebab penyakit busuk umbi bawang merah 1015-1022
1018 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
jamur bergenus Aspergillus, Paecilomyces, Peni- mikroorganisme. Daerah rizosfer juga memiliki
cillium, Trichoderma, dan satu isolat belum aktivitas mikroorganisme yang tinggi jika
teridentifikasi (Tabel 1). Sebelas isolat jamur dibandingkan dengan daerah non-rizosfer
rizosfer tersebut memiliki karakteristik (Handelsman and Stabb, 1996). Selain itu,
mikroskopis yang berbeda satu sama lain keanekaragaman mikroorganisme di tanah
(Gambar 1). rizosfer akan bergantung pada faktor seperti
spesies tanaman, stadia tumbuh tanaman, dan
Tabel 1. Hasil isolasi dan purifikasi jamur jenis tanah (Nihorimbere et al., 2011).
rizosfer bawang merah. Lokasi pengambilan sampel tanah rizosfer
Kode Genus yang diperoleh dari Desa Pelayangan Kabu-
JRC1 Aspergillus paten Cirebon menurut Balittanah (2007) akan
JRC2 Penicillium memiliki dua jenis tanah yaitu Gleisol Vertik
JRC3 Penicillium dan Aluvial Hidrik. Ciri tanah Gleisol Vertik
JRC4 Aspergillus adalah berwarna keabuan, teksturnya sangat
JRC5 Aspergillus halus, drainasenya terhambat, sangat liat dan
JRC6 Paecilomyces plastis, sedangkan ciri tanah Aluvial Hidrik
JRC7 Belum teridentifikasi adalah berlumpur, berwarna abu-abu yang
JRC8 Paecilomyces mengarah ke biru atau hijau, drainasenya sangat
JRC9 Penicillium terhambat, tekstur tanah sangat halus dan pH
JRC10 Penicillium cenderung basa (>6,5). Menurut Rousk et al.
JRC11 Trichoderma (2010) keberadaan spesies jamur biasanya
memiliki kisaran pH optimum yang luas yaitu
sekitar 5 – 9.
a b c
Penekanan jamur rizosfer terhadap Foc.
Semua isolat jamur rizosfer bawang merah
memiliki kemampuan menekan pertumbuhan
Foc patogen secara in-vitro dengan persentase
penghambatan antara 65,58 – 84,71% (Tabel 2).
d e f Menurut Whipps (2001) mekanisme jamur
antagonis di antaranya yaitu kompetisi,
antibiosis, induksi resistensi, mikoparasit, dan
plant growth promotion. Kompetisi ditandai
dengan adanya perebutan ruang dan nutrisi
oleh dua mikroorganisme. Kecepatan
g h i pertumbuhan pada salah satu jamur akan
mampu menguasai ruang media dan dapat
menekan pertumbuhan jamur lawan
(Purwantisari dan Hastuti, 2009). Kompetisi
memperebutkan karbon, nitrogen, dan besi telah
j k terbukti menjadi mekanisme agen pengendali
hayati (Whipps, 2001).
Tingkat persentase penghambatan yang
berbeda oleh masing-masing isolat jamur
rizosfer bawang merah terhadap pertumbuhan
koloni Foc disebabkan adanya perbedaan
Gambar 1. Karakteristik mikroskopis isolat jamur kemampuan antagonisme. Hal ini juga berhasil
rizosfer bawang merah (a) JRC1, (b) JRC2, (c) dibuktikan pada hasil pengamatan interaksi
JRC3, (d) JRC4, (e) JRC5, (f) JRC6, (g) JRC7, (h) jamur rizosfer dengan Foc secara mikroskopis
JRC8, (i) JRC9, (j) JRC10, dan (k) JRC11. (Gambar 2). Jamur rizosfer genus Aspergillus
(JRC1, JRC4, dan JRC5) menyebabkan lisis dan
Keanekaragaman mikroorganisme tanah melanisasi pada Foc (Gambar 2A). Genus
akan sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia Penicillium (JRC2, JRC3, JRC9, dan JRC10) dan
eksudat tanaman. Menurut Bashir et al. (2016) genus Trichoderma (JRC11) diduga memiliki
eksudat akar memengaruhi jumlah populasi kemampuan parasitasi yaitu ditandai dengan
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
1015-1022 penyebab penyakit busuk umbi bawang merah
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020 1019
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
hifa jamur rizosfer yang membelit hifa Foc senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh
(Gambar 2B). Isolat jamur rizosfer genus jamur rizosfer. Siddiqui et al. (2004) melaporkan
Paecilomyces (JRC6 dan JRC8) diduga memiliki bahwa jamur Aspergillus sp. yang diisolasi dari
mekanisme antibiosis yang ditandai dengan rizosfer tanaman tomat, okra, terung, dan
abnormalitas dan melanisasi pada hifa Foc kacang hijau mampu menghasilkan senyawa
(Gambar 2D & 2E). metabolit sekunder seperti brevianamide, asam
gladiolic, asam mycophenolic, asam canadensic,
Tabel 2. Persentase penghambatan jamur rizosfer flavoskyrin, dehydrocanadensolide, asam -
pada Foc. collatolic, dan asam tenuazonic. Selain itu
Pengham Antifungal Protein (AFP) yang dihasilkan oleh A.
Perlakuan giganteus mampu mendegradasi sel dan
batan (%)
Kontrol (Foc) 0 a merusak plasma membran pada Magnaporthe
JRC1 (Aspergillus) + Foc 72,20 b grisea (Moreno et al., 2006). Pada jamur
JRC2 (Penicillium) + Foc 77,55 c Penicillium juga mampu menghasilkan senyawa
JRC3 (Penicillium) + Foc 80,07 c kimia anti-Fusarium yaitu dehydrocostus lactone
JRC4 (Aspergillus) + Foc 84,71 c dan iridoide glycoside (harpagoside) (Mousa et
JRC5 (Aspergillus) + Foc 83,21 c al., 2016). Mekanisme antibiosis oleh jamur
JRC6 (Paecilomyces) + Foc 77,59 c Paecilomyces disebabkan adanya senyawa
JRC7 (Belum teridentifikasi) + Foc 78,19 c metabolit yang bersifat antifungal. Hal ini seperti
JRC8 (Paecilomyces) + Foc 82,02 c yang dilaporkan Hussain et al. (2016) bahwa
JRC9 (Penicillium) + Foc 65,58 b aplikasi konidia jamur Paecilomyces dengan
JRC10 (Penicillium) + Foc 69,85 b kerapatan 104/ml mampu menekan penyakit
JRC11 (Trichoderma) + Foc 77,46 c layu Fusarium tanaman cabai hingga 90,1%.
Keterangan: Nilai penghambatan perlakuan yang Mekanisme antagonistik parasitasi disertai
diikuti oleh huruf yang dan pada kolom yang sama
pelepasan senyawa metabolit juga dapat terjadi.
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Trichoderma memiliki kemampuan mikopara-
Scott-Knott pada taraf 5%.
sitisme dan menghasilkan senyawa peptaibols,
gliovirin, serta gliotoxin yang mampu meng-
hambat pertumbuhan patogen (Keswani et al.,
2014). Selain itu, Trichoderma mampu meng-
a b hasilkan enzim pendegradasi sel yaitu kitinase,
ß-1,3-glukanase, ß-1,6-glukanase, protease,
selulase, dan lektin (Jayalaksmi et al., 2009;
Rehman et al., 2012).
Pengaruh jamur rizosfer terhadap
perkecambahan benih bawang merah.
e Berdasarkan Tabel 3, diketahui terdapat 2 isolat
c jamur rizosfer (JRC1 dan JRC6) yang dapat
memicu perkecambahan benih bawang merah.
Selain itu, terdapat 6 isolat jamur rizosfer (JRC2,
JRC3, JRC4, JRC5, JRC9, dan JRC10) yang dapat
d mengganggu perkecambahan benih bawang
merah.
Isolat jamur rizosfer yang mampu memicu
nilai persentase perkecambahan yang lebih
tinggi jika dibandingkan perlakuan kontrol
Gambar 2. Interaksi antagonistik jamur rizosfer
bawang merah terhadap Foc secara mikroskopis dapat terlihat pada isolat JRC1 (Aspergillus) dan
(a) hifa Foc membengkak, (b) hifa jamur rizosfer JRC6 (Paecilomyces) (Gambar 2B & 2C). Hal
membelit hifa Foc, (c) sel hifa mengalami tersebut diduga disebabkan jamur rizosfer yang
abnormalitas, (d) melanisasi pada hifa Foc, (e) mampu menghasilkan senyawa-senyawa yang
hifa Foc yang normal. berperan sebagai pemacu pertumbuhan. Abri et
al. (2015) melaporkan jika 19 isolat jamur rizosfer
Melanisasi pada hifa Foc diduga disebabkan asal tanaman padi aromatik mampu meng-
karena adanya pengaruh antibiosis akibat hasilkan hormon indole-3-acetic acid (IAA)
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
penyebab penyakit busuk umbi bawang merah 1015-1022
1020 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
sebesar 0,048 – 2,190 mg/L. Aspergillus niger bawang merah. Sebagian isolat tersebut diduga
mampu menghasilkan hormon IAA sebesar 85 memiliki sifat sebagai jamur patogen penyebab
µg/mL (Yadav et al., 2011). Jamur Paecilomyces penyakit di lapangan. Aspergillus niger dilapor-
juga dilaporkan mampu menghasilkan fitohor- kan dapat menjadi patogen penyebab penyakit
mon, pada P. formosus diketahui menghasilkan busuk hitam pada golongan bawang (Prajapati
giberelin dan IAA (Khan et al., 2012). and Patil, 2014). Sang et al. (2014) melaporkan
bahwa Penicillium spp. mampu berperan sebagai
Tabel 3. Persentase perkecambahan benih penyakit pascapanen umbi bawang merah.
bawang diatas biakan jamur rizosfer.
Perkecambahan
Perlakuan
(%) Kesimpulan
Kontrol (PDA) 80
JRC1 (Aspergillus) 90 Dari sebelas isolat jamur telah diperoleh dari
JRC2 (Penicillium) 70 rizosfer pertanaman bawang merah. Semua
JRC3 (Penicillium) 60 isolat secara in-vitro bersifat antagonis terhadap
JRC4 (Aspergillus) 50 Foc dengan penghambatan sebesar 65,58%
JRC5 (Aspergillus) 60 hingga 84,71%. Berdasarkan hasil uji kemam-
JRC6 (Paecilomyces) 100 puan jamur rizosfer dalam memicu perkecam-
JRC7 (Belum teridentifikasi) 80 bahan benih bawang merah diperoleh 2 isolat
JRC8 (Paecilomyces) 80 dari genus Aspergillus dan Paecilomyces yang
JRC9 (Penicillium) 60
memiliki kemampuan memicu perkecambahan
JRC10 (Penicillum) 10
benih bawang merah dan berpotensi sebagai
JRC11 (Trichoderma) 80
calon agen pengendali hayati jamur Foc patogen.
a b ____________________________________
Daftar Pustaka
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
1015-1022 penyebab penyakit busuk umbi bawang merah
Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020 1021
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
Budiarti, L., dan Nurhayati. 2014. Kelimpahan antagonis jamur asal rizosfer tanaman
cendawan antagonis pada rhizosfer bawang merah (Allium ascalonicum L.)
tanaman kacang panjang (Vigna sinensis terhadap Alternaria porri Ellis Cif. JOM
(L.) Savi ex Hassk.) di lahan kering Faperta UR 5(1): 1–9.
Indralaya Sumatera Selatan. Pros. Semin. Moreno, A.B., A. Martinez, and B.S. Segundo.
Nas. Lahan Suboptimal 2014 (26-27 2006. Biotechnologically relevant enzymes
September). and proteins: Antifungal mechanism of the
Delahaut, K.D., and W. Stevenson. 2004. Onion Aspergillus giganteus AFP against the rice
Disorder: Fusarium Basal Rot. University blast fungus Magnaporthe grisea. Appl.
Winconsin. Madison. Microbiol. Biotechnol., 72(5): 883–895. doi:
Hakim, A.R., Rajiman, dan R. Nalinda. 2017. 10.1007/s00253-006-0362-1.
Analisis nilai ekonomi usahatani bawang Mousa, W.K., A.L. Schwan, and M.N. Raizada.
merah (Alium cepa L.) off season dan in 2016. Characterization of antifungal natural
seasin pada lahan pasir pantai (studi kasus products isolated from endophytic fungi of
di Desa Srigading Kecamatan Sanden finger millet (Eleusine coracana). Molecules,
Kabupaten Bantul DIY). SEPA J. Sos. Ekon. 21(9): 1–14. doi: 10.3390/molecules21091171.
Pertan. dan Agribisnis 14(1): 53–60. doi: Naqvi, S.A.M.H. 2004. Diseases of Fruits and
10.20961/sepa.v14i1.21046. Vegetables. Kluwer Academic Publishers.
Handelsman, J., and E.V. Stabb. 1996. Biocontrol New York.
of soilborne plant pathogens. Plant Cell Nihorimbere, V., M. Ongena, M. Smargiassi, and
8(10): 1855–1869. doi: 10.2307/3870235. P. Thonart. 2011. Beneficial effect of the
Hussain, I., S.S. Alam, I. Khan, B. Shah, A. rhizosphere microbial community for plant
Naeem, et al. 2016. Medicinal plants growth and health. Biotechnol. Agron. Soc.
rhizosphere exploration for the presence of Environ., 15(2): 327–337.
potential biocontrol fungi. J. Entomol. Zool. Nurhayati. 2011. Penggunaan jamur dan bakteri
Stud., 4(3): 108–113. dalam pengendalian penyakit tanaman
Jayalaksmi, S.K., S. Raju, R.S. Rani, V.I. Benagi, secara hayati yang ramah lingkungan.
and K. Sreeramulu. 2009. Trichoderma Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu
harzianum L1 as a potential source for lytic Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun
enzymes and elicitor of defense responses 2011. Universitas Sriwijaya. Palembang.
in chickpea (Cicer arietinum L.) against wilt Prajapati, B.K., and R.K. Patil. 2014. Black mould
disease caused by Fusarium oxysporum f. sp. rot: an important post harvest disease of
ciceri. Aust. J. Crop Sci., 3(1): 44–52. onion and its management. Popular Kheti,
Keswani, C., S. Mishra, B.K. Sarma, S.P. Singh, 1(1): 162–163.
and H.B. Singh. 2014. Unraveling the Purwantisari, S., and R.B. Hastuti. 2009. Isolasi
efficient applications of secondary dan identifikasi jamur indigenous rhizosfer
metabolites of various Trichoderma spp. tanaman kentang dari lahan abstrak.
Appl. Microbiol. Biotechnol., 98(2): 533– Bioma, 11(Desember): 45–53. doi:
544. doi: 10.1007/s00253-013-5344-5. 10.14710/bioma.11.2.45-53.
Khan, A.L., M. Hamayun, S.M. Kang, Y.H. Kim, Putri, W.K., S. Khotimah, and R. Linda. 2015.
H.Y. Jung, et al. 2012. Endophytic fungal Jamur rizosfer sebagai agen antagonis
association via gibberellins and indole pengendali penyakit lapuk Fusarium pada
acetic acid can improve plant growth batang tanaman karet (Hevea brasiliensis
under abiotic stress: An example of MuellArg). Protobiont, 4(3): 14–18.
Paecilomyces formosus LHL10. BMC Rahayu, Mujiyo, and R.U. Arini. 2018. Land
Microbiol., 12(3): 1–14. doi: 10.1186/1471- suitability evaluation of shallot (Allium
2180-12-3. ascalonicum L.) at production centres in
Kumar, R.P.K., S.P. Niharika, and G. Hemanth. Losari District, Brebes. J. Degrad. Min. L.
2017. Impact of fungicides on the growth Manag.5(53):2502–2458. doi: 10.15243/jdmlm.
and distribution of soil mycoflora in Rehman, S.U., R. Lawrence, E.J. Kumar, and Z.A.
agriculture fields at Narasannapeta. Int. J. Badri. 2012. Comparative efficacy of
Sci. Res., 6(1): 2337–2347. doi: Trichoderma viride, T. harzianum and
10.21275/art20164650. carbendazim against damping-off disease
Kurniati, A., and M. Ali. 2018. Isolasi dan uji of cauliflower caused by Rhizoctonia solani
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
penyebab penyakit busuk umbi bawang merah 1015-1022
1022 Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret 2020
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
Adhi, S.R. dan T. Suganda: Potensi jamur rizosfer bawang merah menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae,
1015-1022 penyebab penyakit busuk umbi bawang merah