Amrulloh, Isa. 2008. Uji potensi ekstrak daun sirih (Piper betle L.) sebagai anti
mikroba terhadap bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan jamur
Fusarium oxysporum. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
Aripin, Kasmal., L. Lubis. 2003. Teknik Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) pada
Tanaman Cabai (Capsicum annum) di Dataran Rendah. Jurusan Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2014. Hama dan Penyakit pada
Tanaman Cabai dan Pengendaliaanya. Jambi.
Novita, Trias. 2011. Trichoderma sp. dalam pengendalian penyakit layu Fusarium
pada tanaman tomat. Biospecies. 4 (2) : 27-29.
2. Laporan Penelitian
Aripin, Kasmal., L. Lubis. 2003. Teknik Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)
pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) di Dataran Rendah. Jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semak
yang tergolong sebagai tanaman tahunan, tetapi umumnya diusahakan
sebagai tanaman setahun baik di daerah-daerah bewriklim sedang maupun
di daerah tropis. Tanaman cabai berasal dari daerah tropis Amerika
Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman rempah-rempah yang
mempunyai nilai ekspor tinggi. Cabai dikenal di seluruh dunia dan
digunakan secara meluas dibanyak negara karena peranannya yang penting
didalam masakan. Disamping itu tanaman cabai (Capsicum spp)
merupakan tanaman sayuran utama yang ditanam secara meluas di negara-
negara Asia Tengara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan negara
Asia lainnya seperti India, Korea dan Cina (Vos, 1994). Seperti halnya
tanaman budidaya yang lain pengusahaan tanaman cabai yang intensif dan
meliputi areal yang luas ini telah menimbulkan perkembangan beberapa
jenis hama, sehingga mengakibatkan masalah yang cukup meresahkan.
Hama dan penyakit merupakan pembatas produksi utama. Hama-
hama yang penting pada tanaman cabai antara lain Apis (Aphis gossypii
Sulz) (Homoptera, Aphididae), Thrips (Thrips parvispinus Karny)
(Thysanoptera; Thrips) dan lalat buah cabai (Dacus dorsalis Hend)
(Diptera; Tephritidae).
3. Skripsi
Amrulloh, Isa. 2008. Uji potensi ekstrak daun sirih (Piper betle L.) sebagai anti
mikroba terhadap bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan
jamur Fusarium oxysporum. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak terkendali
akan menyebabkan hilangnya investasi yang telah ditanam. Seperti penyakit
hawar daun bakteri pada padi yangdisebabkan oleh bakteri Xanthomonas
oryzae pv. oryzae (XOO) dan layu fusarium pada kedelai menggunakan
pestisida sintetis yang mengakibatkan seluruh lingkungan tercemar sehingga
membawa ancaman penyakit dan kematian, bahkan untuk manusia itu sendiri.
Oleh karena itu perlu adanya pemakaian pestisida alami dan penerapan sistem
pengelolaan hama terpadu untuk menggantikannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui 1) pengaruh pemberian ekstrak daun sirih terhadap
pertumbuhan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan jamur Fusarium
oxysporum; 2) konsentrasi ekstrak daun sirih yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan jamur Fusarium
oxysporum.
4. Proceding
Winarno. 2000. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan hortikultura
Indonesia. Prosiding Seminar Sehari. Hari Cinta Puspa dan Satwa
Nasional. Menggali potensi dan meningkatkan prospek tanaman
hortikultura menuju ketahanan pangan. Pusat Konservasi
Tumbuhan. Kebun Raya Bogor : 9 – 15.
Menurunnya areal kawasan hutan di Indonesia yang semakin meluas
ini tentunya sangat mengancam terhadap kelestarian tumbuhan yang tumbuh
di dalamnya. Bahkan apabila keadaan ini terus berlangsung maka dapat
mengakibatkan musnahnya berbagai jenis tumbuhan hutan termasuk pula
jenis-jenis buah-buahan hutan yang berfungsi sebagai sumber plasma nutfah
buah-buahan asli Indonesia. Pada hal jenis-jenis tersebut mungkin mempunyai
nilai ekonomi maupun ekologis yang tinggi. Oleh karena itu pemerintahan
daerah dengan kebijakan-kebijakannya telah mengambil langkah-langkah
untuk berusaha melestarian flora dan fauna penting di Indonesia, antara lain
dengan cara menetapkan flora dan fauna identitas daerah. Baik flora/fauna
identitas untuk daerah tingkat I (provinsi) maupun daerah tingkat II (kota dan
kabupaten) seluruh Indonesia.
Munculnya kebijakan-kebijakan pemerintah daerah atas penetapan-
penetapan flora dan fauna identitas tersebut juga merupakan salah satu usaha
pelestarian sumber daya hayati Indonesia. Adapun salah satu contoh
partisipasi dari masyarakat dalam melakukan pelestarian buah-buahan hutan
adalah seperti yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Kalimantan.
Masyarakat lokal menanam berbagai jenis tumbuhan hutan yang berguna
termasuk buah-buahan hutan di kebun-kebun. Mereka menyebutnya lokasi
kebun ini sebagai lembo, munan, simpukng, pulong bua, dalung bua, tundang
kemurlan, kanoka kemurlan, tembawang dan pedukuhan. Kegiatan lainnya
yang dapat mendukung terhadap usaha pelestarian buah-buahan asli Indonesia
antara lain dengan mendirikan kebun plasma nutfah, kebun botani, kebun
arboretum, kebun raya dan lain-lainnya.
6. Buku teks
Soesanto, Loekas. 2017. Pengantar Pestisida Hayati (Adendum Metabolit
Sekunder Agensia Hayati). Rajawali Pers. Jakarta.
Pengendalian hayati mulai penting diaplikasikan mengingat akan makin
maraknya pencemaran lingkungan akibat pestisida kimia. Penggunaan pestisida
hayati memberikan alternatif ramah lingkungan terhadap pestisida kimia, tetapi
pestisida hayati mengalami beberapa tantangan dalam pembuatan,
perkembangan, dan aplikasinya. Penelitian ke arah produksi pestisida hayati,
pemformulaan, dan aplikasinya dapat sangat membantu dalam komersialisasi
pestisida hayati. Pestisida hayati dilihat sebagai alat untuk mengembangkan
strategi penggunaan pestisida yang lebih rasional dan masa depan produk harus
ditingkatkan keseimbangan antara efisiensi dan biaya.