Anda di halaman 1dari 4

Tujuan perawatan pasien koma antara lain :

a. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya


b. Memperbaiki keadaan patologis
c. Mempertahankan sirkulasi oksigen dan sirkulasi aliran darah dalam otak
d. Mempertahankan diffus dan metabolik pada otak
e. Mempertahankan homeostasis otak

Pasien dengan gangguan kesadaran dapat bervariasi dari penurunan kesadaran ringan,
hingga koma. Penurunan kesadaran dikaji dengan menggunakan beberapa metode
tergantung setting di rumah sakit.
Di kebanyakan setting rumah sakit, digunakan Glasgow Coma Scale (GCS) untuk
menilai tingkat kesadaran pasien secara kuantitatif. Cara ini juga dilakukan untuk
pengkajian ulang. Pasien dikatakan mengalami gangguan kesadaran bila GCS 14 atau
kurang.
Metode pengkajian lain dengan menggunakan metode kualitatif yang terdiri dari :
1) Compos Mentis
2) Somnolen
3) Sopor
4) Coma
Pasien dikatakan mengalami gangguan kesadaran bila berada dalam keadaan
tidak Compos Mentis. Pasien masuk ke rawat inap dan IGD selalu discreening
tingkat kesadarannya, baik menggunakan metode kuantitatif atau metode
kualitatif, dan selama pasien dirawat dilakukan pengkajian ulang mengenai
derajat kesadarannya sesuai kondisi pasien atau instruksi dokter.
Penurunan kesadaran juga dapat merupakan tanda dari suatu kelainan yang
serius,sehingga pengkajian lebih dalam yang sesuai oleh individu yang
kompeten perlu segera dilakukan.
Pada pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan teknik dan keterampilan
interpersonal yang unik, antara lain :
a. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan
pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman
oksigen. Pertukaran dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin
dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat, dokter, dan ahli
tetapi pernafasan, secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang
adekuat, tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan. Pertukaran gas
yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat
beragam ; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan , nyeri insisi, atau
penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai
fisioterapi dada (perkusi, fibrasi) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan
nafas dari kelebihan sekresi kerena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon
trakeobronkial. Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat
ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri.
Perawat pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah yang
menendakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahana letak selang, emboli
pulmon).
b. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun
kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan membersihkan jalan nafas
termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan
peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator
dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih mudah
dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi , diberikan sesuai
dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
c. Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea
atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanaya
sedikit kemungkinan tertarik atau penyaimpangan selang dalam trakea. Perawatan
trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral
merupakan sumber kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien
lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan
ventilasi mekanik juga telah memprediposisikan pasien pada pneumonia
nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih
tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
d. Peningkatan mobilitas optimal
Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan
aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki
mental. Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah
atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
e. Meningkatkan komunikasi optimal
Motode komunikasi alternative harus dikembangan untuk pasien dengan
ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan
pendekatan komunikasi ; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil,
bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli tetapi bahasa
dapat membantu dalam menentukan motode yang paling sesuai untuk pasien.
b. Meningkatkan kemampuan koping
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien
dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi
selama ventilasi mekanik terutama jika berkepanjangan pada klien, bila
memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau
berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress
(pijatan punggung , tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan
memampukan ien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan
ketergantungan pada ventilator.
Bvcxt
I6yyyyyygxofxxxcf4g
Menilai tingkat risiko merupakan hal penting untuk menentukan langkah
selanjutnya. Perlu digali dan dinilai apakah risiko bunuh diri tinggi, sedang atau
rendah.
1) Beberapa faktor risiko bunuh diri
2) Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian.
3) Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen,
krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam.
4) Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
5) Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
6) Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
7) Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
8) Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang
sebelumnya dia senangi.
9) Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
10) Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu harus
berbuat apa.
11) Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak kekerasan,
berpisah, putus hubungan.
12) Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada orang
muda.
13) Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya pada
perempuan.
14) Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau anggota
keluarga.
15) Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa (depresi,
skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti kanker, HIV/AIDS, TBC,
dan cacat).
16) Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa adanya
dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi.
17) Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai prestasi
tinggi di sekolah.
18) Mendapat tekanan/bujukan dari organisasi/ kelompoknya.

Anda mungkin juga menyukai