b. Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi
dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan
kulit dapat dilakukan sendiri,dengan bantuan penderita lain taupun keluarganya.
Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan sabun lunak dan menjaga kulit tetap
bersih dari keringat, urin dan feces. Bila perlu dapat diberikan bedak,losio yang
mengandung alcohol dan emolion
c. Pengobatan :
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal,sistemik ataupun
dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi
lebih cepat
Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
1) Mengurangi tekanan lebih lanjutpada daerah ulkus. Secara umum sama dengan
tindakan pencegahan yang dibicarakan diatas. Pengurangan tekanan sangat
penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masihada tekanan yang
berlebihan dan terus menerus.
2) Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut
akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal
tersebut dapat dilakukan kompres,pencucian,pembilasan,pengeringan dan
pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan Nacl 0,9%,larutan H2O2 3% dan
nacl 0,9% larutan plasma dan larutan burowi serta larutan antiseptic lainnya.
Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan
menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga
menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses
penyembuhan ulkus. Terdapat 3 metode yang dapat dilakukan antara lain : sharp
debridement(dengan pisau,gunting dan lain-lain), enzymatic debridement (dengan
enzim proteolitik,kolageno-litik dan fibrinolitik), mechanical debridement (dengan
teknik pencucian,pembilasan,kompres dan hidroterapi)
3) Menurunkan dan mengatasi infeksi
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat diberikan
bila penderita mengalami sepsis, selulitis. Ulkus yang terinfeksi hams dibersihkan
beberapa kali sehari dengan larutan antisepstik seperti larutan H2O2 3% ,povidon
iodine 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek
bakterisidal.
4) Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal
ini dapat dicapai dengan pemberian antara lain:
Bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng
(Zn0,ZnSO)
Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sjumlah
bakteri juga mempunyai efek proliferati epitel , menambah jaringan granulasi
dan memperbaiki keadaan vascular.
Radiasi infra merah, short wave diathermy dan pengurutan dapat membantu
penyembuhan ulkus karena adanya peningkatan vaskularisasi
Terapi ulrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap
terapi ulkus dekubitus
Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus
stadium III dan IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit atupun
myocutaneous flap
7. Pasien jatuh;
Jatuh (J Morse, 2002 cit. Constantine, 2004) adalah suatu peristiwa di mana
seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja/
tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya.
Penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale / humpty dumpty dalam
waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen dan langsung
dilakukakan talaksana risiko jatuh.
1) Asesmen ulang
a) Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: saat transfer ke
unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.
b) Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale/humpty dumpty
dan Rencana Keperawatan Interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai
dengan hasil asesmen.
c) Pada pasien rawat inap, penilaian resiko dievaluasi setiap hari menggunakan
lembar pengkajian harian resiko jatuh selama perawatan berjalan atau bila
terdapat perubahan pengobatan maupun status mental.
d) Perubahan status resiko (terutama untuk risiko jatuh tinggi) di tulis dalam lembar
catatan terintegrasi di rekam medis pasien beserta bentuk intervensi yang akan
dilakukan, termasuk pemakaian gelang risiko dan pemberian label khusus resiko
jatuh di sampul rekam medis pasien.
e) Adanya perubahan penilaian dikomunikasikan dengan dokter penanggung jawab
perawatan.
2) penilaian resiko jatuh dapat dilakukan dengan skala penilaian yang berbeda untuk
setiap usia, yaitu:
pasien anak-anak (berusia 0-18 tahun): skala humpty dumpty
pasien dewasa: skala morse (J. Morse, 1997))
Pasien Rawat Jalan : menggunakan skala penilaian time up and go.
3) Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur
Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:
- Kategori risiko jatuh
- Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
- Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices)
- Asesmen Klinis Harian
4) Pasien yang semula berisiko tinggi tetapi dalam evaluasi selanjutnya berturut-turut
memiliki 2 skor penilaian risiko rendah baru dapat dikatakan pasien memiliki risiko
jatuh rendah. Gelang risiko dapat dilepas tetapi tindakan pencegahan risiko jatuh
tetap dilakukan.
5) Komunikasi
Saat pergantian jam kerja, setiap perawat yang bertugas akan melaporkan pasien-
pasien yang telah menjalani asesmen risiko jatuh kepada perawat jaga berikutnya.